Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan

struktur radiks akibat proses patologis yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf
dengan pola gangguan bersifat dermatomal.1
Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal.Radikulopati lumbal sering
juga disebut siatika. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri punggung bawah (low back
pain) sering didapatkan.2
Melalui survei epidemiologi menunjukkan insiden radikulopati setiap tahunnya mencapai
83 per 100.000 orang. Individu dengan radikulopati berusia antara 13 sampai 91 tahun,
dimana pria (18,2%) lebih sering terkena dibanding wanita (13,6%). Sekitar 80% penduduk
di negara industri pekerja yang mengangkat beban berat & duduk dalam jangka waktu lama.
Sekitar 20% terjadi pada orang tua.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah suatu keadaan
yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang
dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. 1
Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan
oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri
punggung bawah (low back pain) sering didapatkan.2
2.2 Anatomi

Gambar 1. anatomi vertebra

Kolumna vertebralis dibentuk oleh serangkaian 33 vertebra :1

7 servikal
2

12 thorakal
5 lumbal
5 Sakral
4 coccygeus
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri dari

badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus, dan procesus
spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika
tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui celah
yang disebut foramen intervertebrale.5

Gambar 2. anatomi lumbal


2.1.1

Persarafan 7
Fungsi

Otot
Nervus Femoralis

Saraf

Fleksi dan endorotasi pinggul,

M. iliopsoas

L1 L3

Fleksi dan endorotasi tungkai bawah,

M. sartorius

L2 L3

Ekstensi tungkai bawah pada tungkai lutut

M. quadriseps femoris

L2 L4

Nervus Obturatorius
Aduksi Paha

M. pektineus

L2 L3

M. aduktor longus

L2 L3

M. aduktor brevis

L2 L4

M. aduktor magnus

L3 L4

M. grasilis
Aduksi dan Eksorotasi Paha

M. obturator eksternus

L2 L4
L3 L4

Nervus Glutealis Superior


Abduksi dan endorotasi paha

M. gluteus dan minimus

Fleksi tungkai atas pada pinggul: abduksi dan M. tensor fasia lata
endorotasi
M. piriformis
Eksorotasi paha dan abduksi

L4 S1
L4 L5
L5 S1

Nervus Glutealis Superior


Ekstensi paha dan pinggul, eksorotasi paha

M. gluteus maksimus

L4 S2

M. obturator internus

L5 S1

Mm. Gemeli
M. quadratus

L4 S1

Nervus Skiatikus
Fleksi tungkai bawah

M. biseps femoris

L4 S2

M. semitendinosus

L4 S1

M. semimembranosus

L4 S1

Nervus Peronealis Profunda


Dorsofleksi dan supinasi kaki

M. tibialis anterior

L4 L5

Ekstensi kaki dan jari-jari kaki

M. ekstensor digitorum longus

L4 S1

Ekstensi jari kaki II V

M. ekstensor digitorum brevis

Ekstensi ibu jari kaki

M. ekstensor halusis longus

Ekstensi ibu jari kaki

M. ekstensor halusis brevis

Plexus Lumbalis
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 1 4, seringkali juga turut

dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis thoracalis XII. Plexus ini berada pada
dinding dorsal cavum abdominis, ditutupi oleh m.psoas major.
Dari plexus ini dipercabangkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

n.iliohypogastricus
n.ilioinguinalis
n.genitofemoralis
n.cutaneus femoris lateralis
n.obturatorius
n.femoralis
Percabangan-percabangan tersebut tadi mempersarafi dinding cavum abdominis di
bagian caudal, regio femoris bagian anterior dan regio cruralis di bagian medial.

Gambar 3. Plexux Lumbalis


1. N.iliohypogastricus
Saraf ini berpusat pada medulla spinalis segmen thoracalis XII L 1, berjalan
di sebelah ventral m.quadratus lumborum, menembusi aponeurosis m.transversus
abdominis di bagian posterior di sebelah cranialis crista iliaca. Ketika berada di
antara m.transversus abdominis dan m.obliquus internus abdominis saraf ini
mempercabangkan ramus cutaneus lateralis dan ramus cutaneus anterior.
Selanjutnya ramus cutaneus anterior berjalan menembusi m.obliquus internus
abdominis, menembusi aponeurosis m.obliquus externus abdominis kurang lebih
2 cm di sebelah cranial anulus inguinalis superficialis, melayani kulit pada regio
pubica.
Saraf ini memberi cabang motoris untuk m.obliquus internus abdominis dan
m.transversus abdominis.
2. N.ilioinguinalis
Nervus ini berpusat pada medulla spinalis L 1, berada di sebelah ventral dari
m.quadratus lumborum, berjalan sejajar dengan n.iliohypogasticus (di sebelah
6

caudalnya), menembusi aponeurosis m.transversus abdomins, berada di antara


m.transversus abdominis dan m.obliquus internus abdominis, menembusi otot ini
dan berada di antara m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus externus
abdominis. Selanjutnya mengikuti funiculus spermaticus berjalan di dalam
canalis inguinalis, dan melayani kulit pada regio femoris di bagian proximal dan
medial, radix penis serta scrotum bagian ventral sebagai rami scrotales anteriores
pada pria dan pada wanita mempersarafi mons pubis dan labium majus sebagai
rami

labiales

anteriores.

Saraf ini mempercabangkan serabut motoris untuk m.obliquus internus


abdominis dan m.transversus abdominis. N.ilioinguinalis kadang-kadang bersatu
dengan n.iliohypogastricus.
3. N.genitofemoralis
Berpusat pada medulla spinalis L 1 2, berjalan ke caudal, menembusi
m.psoas major setinggi vertebra lumbalis 3 atau 4, ditutupi oleh fascia transversa
abdominis dan peritoneum, dan di sebelah ventral dari m.psoas major saraf ini
bercabang dua menjadi ramus genitalis (= n.spermaticus externus) dan ramus
femoralis

(=

n.lumboinguinalis).

N.spermaticus externus berjalan ke distal, di sebelah medial dari nervus


lumboinguinalis, masuk ke dalam anulus inguinalis internus, berjalan melalui
canalis inguinalis dan berada di bagian dorsal funiculus spermaticus (pada wanita
mengikuti ligamentum teres uteri). Saraf ini mempersarafi m.cremaster dan kulit
scrotum.
N.lumboinguinalis berjalan ke distal dan berada di sebelah ventral m.psoas
major, berada di sebelah lateral n.spermaticus externus, berjalan bersama-sama
dengan a.iliaca externa melewati tepi caudal ligamentum inguinale, selanjutnya
berada di sebelah lateral a.femoralis dan sebagian menembusi fascia cribriformis
(pada fossa ovalis) dan sebagian lagi menembusi fascial lata, mempersarafi kulit
regio femoralis cranio-anterior.
4. Ramus cutaneus femoris lateralis.
Berasal dari medulla spinalis L 2 3, menampakkan diri pada tepi lateral
m.psoas major, yaitu kira-kira pada bagian tengah otot tersebut, menyilang
m.iliacus secara oblique menuju ke spina iliaca anterior superior, lalu berjalan
melalui tepi caudal ligamentum inguinale, menembusi fascia lata di bagian
proximal m.sartoris, melayani kulit regio femoris di bagian antero-lateral sampai
setinggi

patella.
7

Selain itu terdapat juga cabang-cabang (r.posterior) yang mempersarafi regio


femoris di bagian latero-posterior, yaitu mulai dari trochanter major.
5. N.obturatorius
Dibentuk oleh nervus spinalis L 2 - 4, bersifat motoris untuk mm.adductores.
Menampakkan diri pada tepi medial m.psoas major, menyilang di sebelah dorsal
vasa iliaca, berada di sebelah lateral vasa hypogastrica dan ureter, mengikuti
dinding lateral pelvis minor menuju ke foramen obturatorium. Selanjutnya
berjalan melalui canalis obturatorius dan tiba pada daerah mm.adductores; saraf
ini mempercabangkan ramus superficialis n.obturatorius (= ramus anterior) yang
berada di sebelah ventral m.adductor brevis dan mempersarafi m.adductor
longus, m.gracialis, m.adductor brevis serta kulit di daerah femoris medialis (=
n.cutaneus

femoris

medialis)

dan

cabang

lainnya

adalah

r.profundus

n.obturatorius (= r.posterior) yang terletak di sebelah dorsal m.adductor brevis,


mempersarafi m.obturator externus dan m.adductor magnus.
6. N.Femoralis
Merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis, dibentuk oleh nervus
spinalis L 2 - 4, menampakkan diri pada tepi lateral bagian distal m.psoas major,
berjalan di antara m.psoas major dan m.iliacus, ditutupi oleh fascia iliaca, berada
di bagian caudal dari ligamentum inguinale, di sebelah lateral arteria femoralis
yaitu melalui lacuna musculorum, dan memberi cabang-cabang motoris untuk
m.iliacus, m.pectineus dan m.sartorius.
Cabang yang lain adalah rami cutanei femoris anteriores yang menembusi
fascia lata di sebelah ventral m.sartorius dan mempersarafi kulit di bagian ventral
regio femoris sampai setinggi patella.
Cabang yang ketiga disebut n.saphenus yang merupakan cabang yang terbesar
dan terpanjang dari n.femoralis, mempersarafi regio crunalis di bagian medial,
berjalan di sebelah profunda m.sartorius, menyilang di sebelah anterior arteria
femoralis, tiba di sebelah medial dari a.femoralis, berjalan di dalam canalis
adductorius, lalu menembusi membrana vasto adductoria dan terletak di antara
m.sartorius dan m.adductor magnus, menembusi fascia lata di antara tendo
m.sartorius dan m.gracialis, berjalan ke caudal bersama-sama dengan vena
saphena magna sampai di 1/3 bagian distal crus.
Plexus Sacralis
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 S 3 (S 4) dan berada di
sebelah ventral m.piriformis, dipisahkan dari vasa iliaca interna serta ureter oleh suatu
8

lembaran fascia (= fascia pelvis parietalis). Biasanya a.glutea superior berjalan di


antara n.spinalis L 5 dan S 1; a.glutea membentuk plexus lumbalis dan juga turut
membentuk plexus sacralis). Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio
glutea dan extremitas inferior.
Dari plexus sacralis dipercabangkan :
1. n.gluteus superior
2. n.gluteus inferior
3. n.cutaneus femoris posterior
4. nn.clunium inferiores mediales
5. N.Ischiadicus
6. rr.musculares

Gambar 4. Plexus Sacralis


1. N.gluteus superior
Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 Sacral 1, berjalan melalui foramen
suprapiriformis, di sebelah cranialis m.piriformis bersama-sama dengan vasa

glutea superior. Bersifat motoris untuk m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan
m.tensor fascia latae.
2. N.gluteus inferior
Dibentuk oleh n.spinalis L 5 S 2, meninggalkan pelvis melalui foramen
infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di sebelah profunda
3.

m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk otot tersebut.


N.cutaneus femoris posterior
Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 3, berjalan melalui foramen
infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea inferior, berada di sebelah
medial dari n.ischiadicus, ditutupi oleh m.gluteus maximus, meninggalkan otot
tersebut pada tepi caudalnya, lalu berjalan descendens pada bagian superficial
caput longum m.biceps femoris, berada di sebelah profunda fascia lata, dan
mencapai regio poplitea. Selanjutnya menampakkan diri bersama-sama dengan
vena saphena parva. Saraf ini bersifat sensibel untuk kulit perineum, bagian
posterior regio femoris dan regio cruralis. Dari saraf ini dipercabangkan :
q nn.clunium inferiores laterals q

rr.perineales, yang dipercabangkan pada tepi

caudal m.gluteus maximus, berjalan ke arah medial menyilang origo otot-otot


hamstring menuju ke perineum, dan mempersarafi kulit pada regio femoris
4.

bagian medio-cranial serta kulit genitalia externa.


N.Ischiadicus
Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi
kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal regio femoris,
seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada extremitas
inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4 S 3, berjalan melalui foramen infra
piriformis, berada di sebelah lateral n.cutaneus femoris posterior, berjalan
descendens di sebelah dorsal m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus
femoris, di sebelah ventral caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di
antara m.biceps femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa
poplitea. Lalu saraf ini bercabang dua menjadi N.Tibialis dan N.Peronaeus
Communis. Rami musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps
femoris caput longum. semitendinosus, m.semimembranosus dan m.adductor
magnus.

Rami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus

sehingga bagian di sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan bagian
5.

di sebelah lateral disebut safety side.


Rami musculares

10

Cabang-cabang ini berjalan melalui foramen infra piriformis, mempersarafi


m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior, m.obturator internus, m.quadratus
femoris. Sebenarnya plexus sacralis adalah bagian dari plexus lumbosacralis,
yang dibentuk oleh rr.anteriores

.spinalis segmental lumbal, sacral dan

coccygeus.

Gambar 5.pola dermatom3


Pola dermatom berguna untuk mengingat bahwa :3
-

selangkangan, lumbal ke-1

sisi medial lutut, lumbal ke-3

jari kaki besar, lumbal ke-5

jari kaki kecil (kelingking), sakrum ke-1

belakang paha, sakrum ke-2

area genitor-anal, sakrum ke-3, 4, dan 5

2.3 Epidemiologi2
11

Melalui survei epidemiologi menunjukkan insiden radikulopati setiap tahunnya mencapai


83 per 100.000 orang. Individu dengan radikulopati berusia antara 13 sampai 91 tahun,
dimana pria (18,2%) lebih sering terkena dibanding wanita (13,6%). Sekitar 80% penduduk
di negara industri pekerja yang mengangkat beban berat & duduk dalam jangka waktu lama.
Sekitar 20% terjadi pada orang tua.
2.4 Etiologi2
Terdapat faktor-faktor penyebab terjadinya radikulopati lumbal, yaitu disebabkan oleh
iritasi atau kompresif radiks saraf daerah lumbal. Proses Kompresif merupakan kelainankelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan radikulopati adalah :
a. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus
b. Fraktur kompresif
c. Skoliosis
d. Spondilosis
e. Spondilolistesis dan Spondilolisis
f. Stenosis Spinal
2.5 Patofisiologi
Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis2

Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga lebih sering
terjadi gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang besar untuk menahan
bagian atas tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih
besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal
seperti pada masa remaja dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi
atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah protusi ke
posterior, medial, atau ke lateral yang menyebabkan tarikan malah robekan nukleus

fibrosus.
Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab kompresi dari radiks.
Protusi diskus dapat mengenai semua jenis kelamin dan berhubungan dengan
riwayat trauma sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif dapat
terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi malformasi dan tumbuh berlebihan,

kemudian terjadi penebalan dari ligamentum flavum.


Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi sepanjang vertebra
lumbalis, sehingga menyebabkan kanalis menjadi tidak bulat dan membentuk
trefoil axial shape. Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses
penuaan. Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai laki-laki pekerja usia

tua.
Sendi faset (facet joint), nukleus, dan otot juga dapat mengalami perubahan
degeneratif dengan atau tanpa kelainan pada diskus.
12

Gambar 6. Permasalahan pada diskus

A. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus4


Herniated nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut juga ruptured, prolapsed
atau protruded disc, diketahui sebagai penyebab terbanyak back pain dan nyeri tungkai
berulang. Herniasi nukleus merupakan tonjolan yang lunak, tetapi suatu waktu
mengalami

perubahan

menjadi

fibrokartilago,

akhirnya

menjadi

tonjolan

kalsifikasi.HNP kebanyakan terjadi diantara vertebra L5-S1, jarang terjadi pada L4-L5,
L3-L4, L2-L3, L1-L2, dan vertebra torakal. Kebanyakan kasus terjadi pada usia antara
20-64 tahun. Laki-laki memiliki dua kali lipat kemungkinan untuk menderita HNP
dibandingkan wanita. Nukleus pulposus yang menonjol melalui annulus fibrosus yang
robek biasanya terjadi pada satu sisi dorsolateral atau sisi lainnya (terkadang pada
bagian dorsomedial) akan menyebabkan penekanan pada satu atau lebih radiks saraf.

13

Gambar 7. Herniasis diskus


B. Fraktur Kompresif 4
Pada fraktur yang bersifat kompresif, bila terjadi penekanan pada radiks atau
penyempitan pada foramen intervertebral yang dapat mengenai satu atau lebih radiks
saraf akan menimbulkan defisit neurologi.

Gambar 8. Fraktur Kompresif


C. Skoliosis4
Skoliosis umumnya terjadi pada orang dewasa dengan keluhan utama nyeri
punggung.Keadaan ini sering berhubungan

dengan lengkungan lumbal dan

torakolumbal. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya proses degeneratif pada sendi
faset lengkungan itu sendiri.

14

Gambar 9. Scoliosis
D. Spondilosis4
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang. Bila usia
bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang belakang, yang terdiri
dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan ke semua arah dari annulus
fibrosus. Annulus mengalami kalsifikasi dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir
tulang korpus vertebra, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan
rongga

intervertebra,

sendi

intervertebra

dapat

mengalami

subluksasi

dan

menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh osteofit.


Nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis.Disestesia tanpa nyeri dapat
timbul pada daerah distribusi radiks yang terkena, dapat disertai kelumpuhan otot dan
gangguan refleks.Terjadi pembentukan osteofit pada bagian yang lebih sentral dari
korpus vertebra yang menekan medulla spinalis.Kauda ekuina dapat terkena kompresi
pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal.Gejalanya berupa sindrom
kauda ekuina dengan paraparesis, defisit sensorik pada kedua tungkai, serta hilangnya
kontrol sfingter.Sindrom pseudoklaudikasi (klaudikasi neurologik) dapat terjadi dimana

15

pasien mengeluh nyeri pinggang dan tungkai saat berdiri atau berjalan, dan akan
menghilang bila berbaring.

Gambar 10. Spondilosis


E. Spondilolitesis4
Spondilolistesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus vertebra terhadap
korpus vertebra dibawahnya. Hal ini paling sering terjadi pada spondilolisis, yaitu suatu
kondisi dimana bagian posterior unit vertebra menjadi terpisah, menyebabkan
hilangnya kontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis
diduga disebabkan oleh fraktur arkus neural segera setelah lahir, walaupun ini jarang
simtomatis sampai dewasa; usia rata-rata pasien yang mencari pengobatan adalah 35
tahun. Lokasi yang paling sering dari keterlibatan adalah L5, yang mengalami
subluksasi terhadap sakrum. Yang lebih jarang ialah terjadi akibat penyakit degeneratif
tulang belakang, ini biasanya meliputi L5 atau L4.
Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah, biasanya dimulai pada usia
yang lebih dini dan perlahan-lahan memburuk, yang diperkuat oleh gerakan ekstensi.
Tetapi, nyeri dapat timbul mendadak bila ada cedera. Nyeri tungkai akibat kompresi
radiks saraf kurang sering ditemukan. Bila deformitas berat maka kauda ekuina dapat
terkena kompresi.

16

Gambar 11. Grade spondilolitesis


F. Stenosis Spinal5
Stenosis spinal merupakan penyempitan kanal medulla spinalis yang mungkin
terjadi secara kongenital atau menyempit karena penonjolan annulus, hipertrofi sendi
faset, atau ligamen longitudinal posterior yang tebal atau mengeras, sehingga menekan
saraf yang mengandung beberapa radiks.
Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh pedikel yang pendek karena
kongenital, lamina dan sendi faset yang tebal, kurva skoliosis, dan lordotik.
Kebanyakan kasus merupakan idiopatik dan sering terjadi pada usia pertengahan dan

usia tua.
2.6 Manifestasi Klinis
Radikulopati sering ditandai oleh satu atau lebih dari gejala berikut:6
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra
hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal dan diperhebat
oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi
dermatom radiks yang bersangkutan.

17

4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refles tendon pada
daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati
setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan timbul nyeri
pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.3
Pada Radikulopati Lumbal terdapat nyeri punggung bawah disertai nyeri pada kaki, tapi
nyeri pada kaki lebih menjadi pertanda daripada nyeri punggung bawah. Berikut gejala
umum yang biasa muncul:6

Nyeri punggung bawah.


Sakit terus-menerus pada satu sisi pantat atau kaki, tapi jarang kedua sisi kanan

dan kiri
Nyeri yang berasal dari pinggang atau pantat dan berlanjut di sepanjang

jalur saraf siatik di bagian belakang paha dan ke tungkai bawah dan kaki
Nyeri yang biasanya digambarkan sebagai tajam.
Beberapa pengalaman sensasi mati rasa atau kelemahan, atau tusukan-tusukan

bawah kaki
Sakit parah yang dapat membuat sulit untuk berdiri atau duduk, nyeri yang terasa
lebih baik ketika pasien berbaring.

18

Gambar 13. Penjalaran Nyeri radikulopati lumbal


2.7 Manifestasi Klinis
Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra
hingga ke arah ekstremitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal. Nyeri bersifat
tajam dan diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin.
2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.
3. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi
dermatom radiks yang bersangkutan.
4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan.
5. Refles tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau
bahkan menghilang.
Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena (yaitu pada
servikal, torakal, atau lumbal). Nyeri radikular yang bangkit akibat lesi iritatif di radiks
posterior tingkat servikal dinamakan brakialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.
Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia, karena
nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n.iskiadikus dan lanjutannya ke perifer. Radikulopati
setinggi segmen torakal jarang terjadi karena segmen ini lebih rigid daripada segmen servikal
maupun lumbal. Jika terjadi radikulopati setinggi segmen torakal, maka akan timbul nyeri
pada lengan, dada, abdomen, dan panggul.
19

Manifestasi klinis radikulopati pada daerah lumbal antara lain :


Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, menjalar ke bokong, paha, hingga ke betis, dan
kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava maneuvers (seperti : batuk, bersin, atau
mengedan saat defekasi).
Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat bila penderita sedang
duduk atau akan berdiri. Ketika duduk, penderita akan menjaga lututnya dalam keadaan
fleksi dan menumpukan berat badannya pada bokong yang berlawanan. Ketika akan
berdiri, penderita menopang dirinya pada sisi yang sehat, meletakkan satu tangan di
punggung, menekuk tungkai yang terkena (Minors sign). Nyeri mereda ketika pasien
berbaring. Umumnya penderita merasa nyaman dengan berbaring telentang disertai
fleksi sendi coxae dan lutut, dan bahu disangga dengan bantal untuk mengurangi
lordosis lumbal. Pada tumor intraspinal, nyeri tidak berkurang atau bahkan memburuk
ketika berbaring.
Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan dapat ditemukan
berkurangnya lordosis vertebra lumbal karena spasme involunter otot-otot punggung.
Sering ditemui skoliosis lumbal, dan mungkin juga terjadi skoliosis torakal sebagai
kompensasi. Umumnya tubuh akan condong menjauhi area yang sakit, dan panggul
akan miring, sehingga sendi coxae akan terangkat. Bisa saja tubuh penderita akan
bungkuk ke depan dan ke arah yang sakit untuk menghindari stretching pada saraf yang
bersangkutan. Jika iskialgia sangat berat, penderita akan menghindari ekstensi sendi
lutut, dan berjalan dengan bertumpu pada jari kaki (karena dorsifleksi kaki
menyebabkan stretching pada saraf, sehingga memperburuk nyeri). Penderita bungkuk
ke depan, berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi sendi lutut disebut Neris sign.
Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan tampak
lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah. Hal ini merupakan bukti
keterlibatan radiks S1.
Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang n.iskiadikus.
Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan sensasi, paresthesia,
kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon. Fasikulasi jarang terjadi.
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya terletak di posterolateral dan mengakibatkan
gejala yang unilateral. Namun bila letak hernia agak besar dan sentral, dapat

20

menyebabkan gejala pada kedua sisi yang mungkin dapat disertai gangguan berkemih
dan buang air besar.
2.8 Diagnosa
Pemeriksaan Fisik3
1. Tes Lasegue (Straight Leg Raising Test)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu dibengkokkan (fleksi) pada
persendian panggulnya (sendi coxae), sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi.
c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus (ekstensi).
d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan menyebabkan stretching
nervus iskiadikus (saraf spinal L5-S1).
e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat atau lebih sebelum timbul
rasa sakit dan tahanan.
f. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan di sepanjang nervus iskiadikus sebelum
tungkai mencapai sudut 70 derajat, maka disebut tanda Lasegue positif (pada
radikulopati lumbal).
2. Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragards Sign, Sicards Sign, dan Spurlings Sign)
Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan tes Lasegue disertai
dengan dorsofleksi kaki (Bragards Sign) atau dengan dorsofleksi ibu jari kaki (Sicards
Sign).Dengan modifikasi ini, stretching nervus iskiadikus di daerah tibial menjadi meningkat,
sehingga memperberat nyeri.Gabungan Bragards sign dan Sicards sign disebut Spurlings
sign.

21

Lasegues Sign (SLRs Test)

a) Bragards sign

b) Spurlings sign

3. Tes Lasegue Silang atau OConell Test


Tes ini sama dengan tes Lasegue, tetapi yang diangkat tungkai yang sehat. Tes positif bila
timbul nyeri radikuler pada tungkai yang sakit (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk
menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).
4. Nerve Pressure Sign
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Lakukan seperti pada tes Lasegue (sampai pasien merasakan adanya nyeri)
kemudian lutut difleksikan hingga membentuk sudut 20 derajat.
b. Lalu, fleksikan sendi panggul/coxae dan tekan nervus tibialis pada fossa poplitea
hingga pasien mengeluh adanya nyeri.

22

c. Tes ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong sesisi, atau
sepanjang nervus iskiadikus.

Naffziger Tests
Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit. Tekanan
harus dilakukan hingga pasien mengeluh adanya rasa penuh di kepalanya.
Kompresi vena jugularis juga dapat dilakukan dengan sphygmomanometer cuff,
dengan tekanan 40 mmHg selama 10 menit. Dengan penekanan tersebut, dapat
mengakibatkan

tekanan

intrakranial

meningkat.

Meningkatnya

tekanan

intrakranial atau intraspinal, dapat menimbulkan nyeri radikular pada pasien


dengan space occupying lesion yang menekan radiks saraf. Pada pasien ruptur
diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri radikular pada radiks saraf yang
bersangkutan.Pasien dapat diperiksa dalam keadaan berbaring atau berdiri.

Gambar 14. Naffziger test


PERGERAKKAN HIP JOINT

2.9 Pemeriksaan Penunjang5,8


1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen
Tujuan utama foto polos Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan
structural.
23

2. MRI dan CT-Scan


MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi
kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat mengidentifikasi kompresi
medulla spinalis dan radiks saraf, juga dapat digunakan untuk mengetahui
beratnya perubahan degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki
keunggulan dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan radiks saraf
yang jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining yang ideal untuk
menyingkirkan diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis
dan radiks saraf.
CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang vertebra dengan
baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi diskus
intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT-Scan tanpa myelography
dalam mendeteksi herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.
3. Myelography
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama elemen
osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena melibatkan
penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram dilakukan sebagai
tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan CT-Scan.
4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG)
NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf
tunggal.Selain itu, pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi
radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan
klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis tidak dianjurkan.

5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,
fosfatase alkali/asam, dan kalsium.
b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.
24

2.10

Penatalaksanaan5
1. Terapi Non Farmakologi
a. Akut :
Imobilisasi
Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
Pemijatan
Traksi (tergantung kasus)
Pemakaian alat bantu (misalnya korset atau tongkat)
b. Kronik
Terapi psikologis
Latihan kondisi otot
Rehabilitasi vokasional
Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan aktivitas
2. Terapi Farmakologi
NSAIDs
Analgesik
Antikonvulsan

25

BAB III
KESIMPULAN
1. Radikulopati lumbal merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan
fungsi dan struktur radiks pada daerah lumbal yang disebabkan oleh iritasi atau
kompresi dan bersifat dermatomal.
2. keluhan nyeri punggung bawah (low back pain) sering didapatkan pada radikulopati
lumbal.Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar. Rasa nyeri ini mengikuti pola
dermatomal. Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, mengedan, atau bersin. Paresthesia
yang mengikuti pola dermatomal. Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di
permukaan kulit sepanjang distribusi dermatom radiks yang bersangkutan. Kelemahan
otot-otot yang dipersarafi radiks yang bersangkutan. Refles tendon pada daerah yang
dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.
3. Untuk mendiagnosa radikulopati lumbal selain berdasarkan gejala klinis juga
diperlukan pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Hartanto.huriawati. Dkk. Kamus Kedokteran Dorland edisi ke 29 ECG.
2. Adams and Victors. Principle of Neurology 8th Edition
3. Richard S. Snell. Clinical Neuroanatomy 6th Edition
4. Kapita Selekra Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga
5. http://emedivine.medscape.com/article/95025-overview. Lumbosacral Radikulopathy.
Diakses 21 April 2015, pkl: 03.00 WIT
6. http://www.psine-health.com/conditions/sciatica/what-you-need-know-about-sciatica.
Sciatica. Diakses 21 April 2015, pkl : 03.45 WIT
7. Richard S. Snell. Anatomi Klinik. 6th Edition
8. http://www.medicinenet.com/stiatica/page2.htm Sciatica. Diakses 22 April 2015, pkl :
02.21 WIT.
ii.

27

Вам также может понравиться