Вы находитесь на странице: 1из 30

DERMATITIS

I.

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI


Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan
gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan kulit

akibat

reaksi hipersensitif (respon

berlebihan)

terhadap alergen (pencetus timbulnya reaksi alergi) dari luar (eksogen) maupun dari
dalam tubuh penderita (endogen). Pada umumnya eksim bersifat residif (kambuhan),
namun dapat dikendalikan agar tidak mudah kambuh.
Dermatitis merupakan epidermo-dermis dengan gejala subjektif pruritus. (Kapita
Selekta Kedokteran)
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit dan didasari factor herediter dan
lingkungan. ( Cory. S Matundang)
Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Dermatitis kontak (dermatitis venemata) Merupakan dermatitis yang disebabkan
oleh oleh bahan yang menempel pada kulit atau dermatitis kontak merupakan respon
reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang
sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah
bahan yang iritatif atau alergenik.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau
fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama
dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan selama waktu yang lama.
Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan,
gesekan dan trauma fisis, shu serta kelembaban. Selain faktor diatas faktor lain
yang mendukung terjadinya dermatitis kontak alergik adalah faktor individu
misalnya perbedaan kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8 tahun dan
usia lanjut lebih mudah teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih )

dan jenis kelamin ( insidans DKI lebih banyak pad wanita ). Gejala klinis yamg
terjadi adalah kekeringan kulit yang berlangsung beberapa hari hingga bulan.
Vesikulasi, fisura dan pecah-pecah. Tangan dan lengan bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena.

Dermatitis kontak alergik.


Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit
dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini
memiliki periode sensitisasi 10 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi
melalui 2 fase yaitu:
- Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap
oleh sel langerhans denagn cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh
enzim lisosom. Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan
hanya berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan menstimulasi
sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yang dapat
berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang.
Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal
antigenik sendiri melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan
mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.
- Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang
alergen (hapten), hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara
kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di
permukaan

kulit.

Selanjutnya

kompleks

HLA-DR-antigen

akan

dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di


kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya
berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi
dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada

permukaan dorsal tangan.


Dermatitis kontak fototoksik

Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi


sinar matahari dan bahan kimia yang merusak epidermis kulit. Gambaran klinis

yang terjadi serupa dengan dermatitis iritan.


Dermatitis kontak fotoalergik
Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping
kontak alergen untuk menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis
serupa dengan dermatitis iritan.

b. Dermatitis Atopik
Adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan
sel Mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut
eksema. Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut,
yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak
pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala
terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.
c. Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk
ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada
umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik
atau menyeluruh.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang umum yang terutama
mempengaruhi kulit kepala, menyebabkan bersisik, gatal, kulit merah dan ketombe
yang membandel. Dermatitis seboroik juga dapat mempengaruhi wajah, dada
bagian atas, punggung dan area lain dari tubuh yang memiliki banyak kelenjar
minyak (sebaceous).
Berdasarkan bentuknya , dermatitis diklasifikasikan menjadi :
o Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau agak lonjong,
berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah. Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh

sangat gatal, lesi akut berupa vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm )
kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas kesamping.
Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ), eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar
numular.
II.

PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor eksogen dan
endogen:
a. Faktor eksogen:
Yang tergolong faktor penyebab jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi,
kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau
berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga
gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
b. Faktor endogen
Faktor dari diri individu sendiri juga memberi berpengaruh pada dermatitis
misalnya gen, peyakit yang pernah diderita, serta kondisi sistem imun dari
penderita. Adapun faktor predisposisi

yang dapat mengakibatkan terjadinya

dermatitis adalah perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan


perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi);
ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis
kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang
dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun), misalnya dermatitis atopik.
III.

PATOFISIOLOGI
Dermatitis Kontak
Terjadinya dermatitis kontak terbagi menjadi dua fase, yaitu fase tersensitisasi dan fase
elisitasi. Kontak dengan bahan kimia yang terikat dengan protein lengkap berikatan
dengan antigen lengkap. Antigen tersebut mengaktifkan makrofag dan sel langerhans

yang dipresentasikan ke sel T. Sel T tersebut menuju ke kelenjar getah bening


berploriferasi dan diferensiasi. Sel T yang tersensitisasi tersebut menyebar ke seluruh
tubuh yang menyebabkan sensitivitas yang sama di seluruh tubuh. Kontak kedua dengan
bahan kimia yang sama menyebabkan antigen kontak dengan sel T yang tersensitisasi.
Kontak anigen tersebut memicu pelepasan limfokin yang mengaktivasi makrofag untuk
melepaskan lizosim menyebabkan berbagai kerusakan jaringan seperti lesi.(Patofisiologi
Corwin)
Dermatitis Atopik
Terjadinya dermatitis atopik akibat dari IgE berlebih yang dihasilkan sel B yang bereaksi
dengan alergen sehingga terjadi reaksi antigen antibodi. Dari reaksi ini IgE akan
menyerang sel mast dimana sel mast ini berfungsi memfagosit sel-sel radang.Hal ini
menyebabkan pelepasan mediator kimiawi seperti histamin, prostaglandin, dan bradikidin
terhambat.Pengeluaran histamin yang terhambat dapat menyebabkan dilatasi venula kecil
sehingga mengakibatkan eritema pada kulit. Selain itu, terhambatnya pelepasan mediator
kimiawi ini dapat menyebabkan pruritus dan bila terjadi reaksi garuk akan
mengakibatkan lesi eksematosa. Pada pengeluaran prostaglandin yang terhambat,
mengakibatkan ketidakseimbangan pengaturan suhu tubuh sehingga mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh. Sedangkan pengeluaran bradikidin yang terhambat dapat
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler yang selanjutnya dapat mengakibatkan
terjadinya edema.

IV.

TANDA DAN GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis dermatitis secara umum, meliputi :

Subyektif ada tanda-tanda radang akut , terutama pruritus (sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atu
pembengkakan, dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa)

Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat
timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritemadan edema.
Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya muka (terutama palpebradan
bibir) dan genitalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul

Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Di sana-sini terdapat sumber


dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel pungtiformis yang berkelompok dan
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.

Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans. Bila gelembung-gelembung


mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak likenifikasi
dan sebagai sekuele terlihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.

Dermatitis kontak
Kedua jenis dermatitis memberikan gambaran akut berupa papul-papul
terlokalisasi, eritema (kemerahan), dan vesikel basah didaerah kontak. Vesikel
pecah dan membentuk krusta. Pruritus mungkin sangat hebat
Dermatitis alergik biasanya muncul 12 hari setelah pajanan.

Dermatitis atopik
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas 3 bentuk, yaitu :
o Bentuk infantile (2 bulan-2 tahun). Karena letaknya didaerah pipi yang
berkontak dengan payudara, secara salah sering disebut eczema susu. Terdapat
eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar,
yang menjadi erosive, eksudatif, dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi,
ekstremitas bagian fleksor dan ekstensor.
o Bentuk anak (3-10 tahun). Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantile. Lesi
tidak eksudatif lagi, sering disertai hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dan
hipopigmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor popliteal
o Bentuk dewasa (13-30 tahun). Pada anamnesis terdapat bentuk infantile dan
bentuk anak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan
hiperpigmentasi. Tempat predileksi tengkuk serta daerah fleksor kubital dan
popliteal.
o Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-gatal terutama
jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat menyertainya ialah xerosis kutis,
iktiosis, hiperlinearis Palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis
pilaris (berupa papul-papul miliar, ditengahnya terdapat lekukan).

V.

PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya,
terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
- Pengobatan
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila
basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim
atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat
diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini
mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel
T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan
fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak
dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu
diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan
erupsi akneiformis.
2) Radiasi ultraviolet

Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak


melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya
fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang
berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor.
Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan
sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji
antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat
menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis
PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel
Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear.
Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme
yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan
sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik.
UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel
Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan
efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau
inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. coli, Proteus dan Candida sp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut

dapat

diberikan

antibiotika

(misalnya

gentamisin)

dan

antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.


5) Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus)
dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel
T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah
responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping
sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang
berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya

sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada


konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun
tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%.
Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan
penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.

Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema,
juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenisjenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigenantobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid
lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila
diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu
perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi.
Efek

sampingnya

gastrointestinal
Kortikosteroid

terutama

dan
bekerja

pertambahan

perubahan
dengan

dari

berat

insomnia

menghambat

badan,

gangguan

hingga

depresi.

proliferasi

limfosit,

mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans,


menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1,
TNF-a dan MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong
dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8.
Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1.

4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi.
Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin
-

Diet
Penatalaksanaan

diet

pada

dermatitis

msih

merupakan

masalah

yang

kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab


dari dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi
terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori
Tinggi Protein).
1) Tujuan diet dermatitis:
Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala alergi,
meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi serangan.
Mencapai status gizi yang optimal.
2) Syarat diet dermatitis:
Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan alergi
3) Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi:
Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung, kentang,
lombok, terong .

Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung
dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong,
kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,penyu, telur penyu, ular ,

kacang tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.


Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu,
ragi, semangka, kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei,
stroberi,kayu manis, kakao, coklat.

VI.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi sekunder oleh bakteri, septikemi, diare,
dan pneumonia. Gangguan metabolic mengakibatkan suatu resiko hipotermia,
dekompensasi kordis, kegagalan sirkulasi perifer dan trombophlebitis. Bila pengobatan
kurang baik, akan terjadi degenerasi visceral yang menyebabkan kematian.

VII.

PENCEGAHAN
Munculnya dermatitis

dapat

dihindari

dengan

melakukan

hal-hal

sebagai

berikut :
Menjaga kelembaban kulit
Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak
Hindari berkeringat terlalu banyak / kepanasan
Kurangi stress
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain

lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
Hindari factor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga,

debu, bulu binatang dan lain-lain.


Hati-hati dalam memilih makanan yang bias menyebabkan alergi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DERMATITIS


I.

PENGKAJIAN
a Identitas pasien
b Keluhan utama pasien
c Alasan masuk rumah sakit
d Kaji riwayat penyakit keluarga
e Pola fungsi kesehatan (11 Pola Gordon)
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Pola nutrisi atau metabolic


Pola eliminasi
Pola aktivitas dan latihan
Pola tidur dan istirahat
Pola kognitif dan perceptual
Pola persepsi diri atau konsep diri
Pola seksual dan reproduksi
Pola peran hubungan
Pola manajemen koping stress
Pola keyakinan-nilai
Pemeriksaan fisik
Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi
- Higiene kulit. Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum
-

atas kesehatan seseorang.


Kelainan yang bisa nampak pada inspeksi, yaitu:
Makula: suatu bercak yang nampak berwarna kemerahan, permukaan
kulit datar dan ukurannya kueang dari 1 cm, misalnya pada morbili atau
campak.
Eritema: suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar dari
makula, misalnya: crysipelas
Papula: suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada sekitarnya,
misalnya gigitan.
Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan yang jernih,
misalnya cacar air , herpes simpleks. Jika tonjolannya besar-besar lebih
dari 1 cm disebut bula, misalnya luka bakar.
Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo, jerawat,
infeksi kuman staphilococcus (bisul ).
Ulkus: suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya vesikula dan
pustula.
Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah, darah dsb.
Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet atau abrasi.
Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan.
Hal ini diakibatkan penurunan elastisitas jaringan kulit.
Cicatrix: pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah penyembuhan
luka. Hal ini bisa karena bakat ( mempunyai kecenderungan untuk itu)

ada pula yang spesifik, yaitu cicatrix bekas irisan kulit pada seseorang
mofinis dan bekas suntikan BCG.
Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di epidermis
kulit berukuran kurang dari 1 cm.
Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran lebih
besar dan berwarna merah, biru, ungu sampai biru.
Naevus pigmentosus: andeng- andeng atau tahi lalat, hiperpigmentasi
pada suatu daerah kulit dengan batas tegas.
Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya dari kulit
sekitarnya.
Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yang tidak berpigmen/ kurang
pigmen daripada kulit sekitarnya.
Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluhpembuluh darah setempat yang biasanya kongenital.
Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah arteriola di
kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya ( keluar) misalnya pada
penderita sirosis hepatis.
Lichenifikasi: penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut
wanita hamil, orang- orang yang sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat
bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang melebihi ekstisitisitasnya).
Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yang sering didapat di daerah
gluteal sampai lumbal, bayi-bayi dari ras oriental, Indian, Amerika, dan
Negro.
Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus
ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga
di kulit tertinggal bedak ureum.
Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva,
warna dasar kuku karena kurangnya Hb.
Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb
melebihi kadar 5 % akibat kegagalan transport oksigen atau
menumpuknya CO2 di jaringan.
Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di kulit,
telapak tangan, dan sklera mata karena bilirubin yang tinggi pada
penyakit-penyakit hati.

2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit (dingin, hangat, deman)
kemudian kelembabannya, psien dehidrasi terasa kering dan pasien
hipertiroidisme berkeringat terlalu banyak.
Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba
ksar pada defisiensi vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak

ketombe, diaper-rash (di selangkangan bayi ) akibat popok bayi.


Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat
kembali ke keadaan semula menunjukkan turgor turun pada pasien

dehidrasi.
Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah kulit akibat
fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit

sehingga udara paru-paru bisa berada di bawah kulit dada.


Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan tubuh lebih

daripada jumlah semestinya.


Pemeriksaan penunjang
a. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga
karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan
dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
b. Tes Tempel Tertutup.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester
yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan.
Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama
48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
c. Tes tempel dengan Sinar Uji tempel
Dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahanbahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra
violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup,
hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai
kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari
dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut
dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa

menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya
penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam
keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam
keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji
tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji
tempel

misalnya

obat

antihistamin

dan

kortikosteroid.

Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah
disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan
keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita
sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya
hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita
harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga
berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya.
Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang
sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal
tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Adapun yang dikaji adalah :
a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
b)
1.
a.
b.

alamat, diagnose medis, keluarga yang bertanggung jawab.


Riwayat Keperawatan
Keluhan utama
Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Keluhan saat pengkajian

2.
a.
b.
c.
c)

Riwayat penyakit
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit keluarga
Pola Fungsi Kesehatan menurut Gordon
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Yang ditanyakan :
- Persepsi pasien terhadap penyakitnya
- Persepsi pasien tentang arti kesehatan
- Persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Yang ditanyakan :
- Diet khusus / suplemen yang dikonsumsi
- Kebiasaannya makannya
- Instruksi diet sebelumnya
- Riwayat masalah/penyembuhan kulit
3. Pola persepsi diri/konsep diri
Yang ditanyakan :
- Persepsi tentang dirinya dari masalah-masalah yang ada,seperti perasaan
-

takut, cemas
Penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,

dan identitas tentang dirinya.


4. Pola seksual-reproduksi
Yang ditanyakan :
- Dalam kasusu ini apakah akne uncul sebelum atau ssudah menstruasi
- Pola menstruasinya
- Periode menstruasi terakhir
- Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakitnya
5. Pola hubungan dan peran
Yang ditanya :
- Pekerjaannya
- Gangguan terhadap peran yang dilakukan
6. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Yang ditanyakan :
- Persepsi pasien terhadap penyakitnya
- Persepsi pasien tentang arti kesehatan
- Persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan
7. Pola nutrisi dan metabolisme
Yang ditanyakan :
- Diet khusus / suplemen yang dikonsumsi
- Kebiasaannya makannya
- Instruksi diet sebelumnya
- Riwayat masalah/penyembuhan kulit
8. Pola persepsi diri/konsep diri
Yang ditanyakan :

Persepsi tentang dirinya dari masalah-masalah yang ada,seperti perasaan

takut, cemas
Penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,

dan identitas tentang dirinya.


9. Pola seksual-reproduksi
Yang ditanyakan :
- Dalam kasusu ini apakah akne uncul sebelum atau ssudah menstruasi
- Pola menstruasinya
- Periode menstruasi terakhir
- Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakitnya
10. Pola hubungan dan peran
Yang ditanya :
- Pekerjaannya
- Gangguan terhadap peran yang dilakukan
d) Pengkajian Fisik
Inspeksi
kondisi kulit termasuk kelembabannya di bagian muka, bahu, dada, dan
punggung
jika ada lesi perhatikan tipe dari lesi tersebut apakah merupakan tipe
pustule, papula atapun kista,
jika terdapat lesi perhatikan pola distribusinya apakah merata atau
terlokalisasi
Palpasi
terdapat atau tidaknya lesi pada area tersebut, jika terdapat lakukan palpasi
untuk mengetahui bagaimana konsistensinya (lembut atau kasar)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor internal seperti penurunan
imunologis, perubahan pigmentasi dan factor eksternal seperti zat kimia, radiasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit dan melaporkan rasa
gatal.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan

pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

misalnya : integritas kulit tidak utuh (lesi skematosa)


4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi terhadap penyait
ditandai dengan pengungkapan masalah

5. Respons Alergi lateks berhubungan dengan hipersensitif terhadap protein karet lateks
alami ditandai dengan gatal-gatal pada wajah, mulut, mata,hidung
6. PK Pruritus
ANALIS DATA
DATA

PENYEBAB/ ETIOLOGI

Dx 1
DS : pasien mengeluhkan

Allergen bertemu Ig E

kulitnya yang kemerahan

Reaksi antigen antibody

DO : kulit tampak
iritasi,kemerahan, bagian
epidermis mengalami
kerusakan, terdapat papula,
pustule dan atau vesikel

MASALAH
KEPERAWATAN
Kerusakan Integritas Kulit

Ig E merangsang sel mast

Pelepasan mediator kimia


(histamine

Dilatasi venula kecil

Eritema

Kerusakan pada bagian


permukaan kulit

Dx 2
DS : pasien mengeluhkan
gatal-gatal
DO : pasien gelisah, terlihat
menggaruk kulit nya, aktivitas
pasien cukup terhambat,
pasien dapat mengalami
gangguan pada tidurnya

Kerusakan integritas kulit


Allergen bertemu Ig E

Reaksi antigen antibody

Ig E merangsang sel mast

Pelepasan mediator kimia


(histamine

Pruritus

Gangguan Rasa Nyaman

Dx 3
DS : DO : terdapat tanda-tanda
yang mengarah pada risiko
infeksi seperti tanda
peradangan, timbulnya
eksudat

Reaksi garuk

Gangguan rasa nyaman


Allergen bertemu Ig E

Risiko Infeksi

Reaksi antigen antibody

Ig E merangsang sel mast

Pelepasan mediator kimia


(histamine

Dx 4
DS : pasien mengatakan tidak
mengetahui penyebab
penyakit kulitnya, pencegahan
serta penanganannya
DO : -

Pruritus

Reaksi garuk

Lesi eksematosa

Risiko infeksi
Kontak dengan bahan kimia

Terikat dengan protein

Antigen lengkap

Makrofag dan sel langerhans

Dipresentasikan ke sel T

Sel T tersensititasi

Menuju ke kelenjar getah


bening

Proliferasi dan diferensiasi

Sel T yang tersensititasi


menyebar ke seluruh tubuh

Kontak ke2 dengan bahan

Defisit Pengetahuan

kimia yang sama

Antigen

Sel T yang tersensititasi


melepas limfokin

Aktivasi makrofag

Pelepasan lisozim

Kerusakan pada jaringan


sekitar

Dermatitis kontak

Kurangnya pajanan informasi

Dx 5
DS : pasien melaporkan
adanya gatal pada kulit
DO : kulit tampak kemerahan,
pasien tampak gelisah dan
menggaruk tangannya, timbul
papula, pustule dan
sebagainya

mengenai penyakit

Defisit pengetahuan
Kontak dengan bahan kimia

Terikat dengan protein

Antigen lengkap

Makrofag dan sel langerhans

Dipresentasikan ke sel T

Sel T tersensititasi

Menuju ke kelenjar getah


bening

Proliferasi dan diferensiasi

Sel T yang tersensititasi


menyebar ke seluruh tubuh

Kontak ke2 dengan bahan


kimia yang sama

Respons Alergi Lateks

Antigen

Sel T yang tersensititasi


melepas limfokin

Aktivasi makrofag

Pelepasan lisozim

Kerusakan pada jaringan

PK Pruritus
DS : pasien mengeluhkan
gatal-gatal
DO : kulit tampak kemerahan,
dan pasien tampak menggaruk
kulitnya

sekitar

Dermatitis kontak

Respons Alergi lateks


Allergen bertemu Ig E

Reaksi antigen antibody

Ig E merangsang sel mast

Pelepasan mediator kimia


(histamine

Pruritus

PK Pruritus

PK pruritus

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx 1 : Kerusakan integritas kulit
Tujuan dan criteria hasil

Intervensi keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


NIC label : skin care : topical treatment
selama x 24 jam diharapkan integritas
1. Bersihkan
kulit
dengan
kulit pasien baik dengan criteria hasil :
menggunakan sabun antiseptik
NOC label : Allergic Response : localized
2. Sarankan
pasien
untuk
Tidak terdapat keluhan gatal (skala
menggunakan pakaian yang tidak
5)
ketat
Tidak terdapat ruam pada kulit
3. Pergunakan obat antibiotic dan
pasien (skala 5)
antiinflamasi topikal pada area
Tidak terdapat kemerahan (skala 5)
yang terinfeksi
Tidak terdapat edema (skala 5)
4.
Gunakan bedak pada lipatan kulit
Tidak terdapat granuloma (skala 5)
guna mencegah iritasi
Kulit disekitar luka tidak teraba
5. Balut tangan dengan menggunakan
hangat
mitten yang sesuai
(skala 5)
6. Jaga agar linen tempat tidur tetap

Rasional tindakan
1. Sabun

antiseptik

mampu

menghilangkan mikroorganisme pada


kulit.
2. Pakaian

yang

mengkibatkan

ketat

dapat

gesekan

dan

menimbulkan iritasi
3. Antibiotic dan antiinflamasi topical
merupakan treatment pengobatan pada
penyakit kulit
4. Daerah lipatan kulit merupakan daerah
yang lembab sehingga sering beresiko
mengalami iritasi.
5. Mitten berfungsi mencegah px reflex

menggaruk lesi pada kulit


kering dan bersih
6. Mencegah
pertumbuhan
7. Evaluasi lesi pada kulit setelah
mikroorganisme
perawatan
7. Guna
mengetahui
perkembangan
integritas kulit

2. Dx 2 : Respons Alergi Lateks


Tujuan dan criteria hasil

Intervensi keperawatan

Rasional tindakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


NIC label :
selama x 24 jam diharapkan pasien tidak 1. Identifikasi penyebab alergi pasien
mengalami alergi dengan criteria hasil :
seperti obat, serangga, makanan atau
NOC label : Immune Hypersensitivity
lingkungan dan kaji repon pasien
Response
terhadap allergen tersebut
Tidak ada perubahan warna kulit
2. Catat semua catatan klinis pasien
(skala 5)
mengenai
alerginya
untuk
Tidak
ada
perubahan
pada

membran mukosa (skala 5)


Tidak respons lokasi inflamasi

(skala 5)
Tidak ada
(skala 5)

kelengkapan protocol
3. Monitor kondisi pasien

terhadap

adanya kemungkinan respon alergi


keluhan

gatal-gatal

terhadap medikasi baru, dan jenis


makanan
4. Instruksikan

pasien

untuk

selalu

bertanya pada semua jenis medikasi

1. Penyebab alergi dapat menentukan


intervensi yang tepat untuk pasien
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam
melaksanakan intervensi
3. Mengantisipasi apabila terjadi respon
alergi
4. Mencegah

terjadinya

reaksi

alergi

karena tidak semua medikasi sesuai


dengan kondisi tubuh pasien terutama
pada pasien yang memiliki riwayat
alergi sebelumnya
5. Menghindarkan pasien dari bahanbahan dan substansi tersebut sehingga

mencegah terjadinya reaksi alergi


yang diterimanya mengandung bahan 6. Agar pasien merasa lebih nyaman
apa untuk mencegah adanya reaksi 7. Agar dapat melakukan penanganan
alergi
5. Instruksikan

secara cepat dan serta menentukan


pasien

untuk

jenis imunisasi yang tepat


8.
Menghindarkan pasien dari lingkungan
memberitahu subtansi atau bahanbahan yang dapat membuat alerginya

kambuh kembali
6. Dampingi pasien saat melakukan test

yang dapat memicu reaksi alergi


9. Membantu proses penyembuhan pasien

alergi
7. Perhatikan

adanya

respon

selama immunisasi
8. Diskusikan dengan

pasien

alergi
atau

keluarga metode untuk mengontrol


lingkungan yang dapat menimbulkan
alergi seperti debu, serbuk bunga
9. Sediakan
medikasi
untuk
meminimalisir alergi respon

3. Dx 3 : Gangguan Rasa Nyaman


Tujuan dan criteria hasil
Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama x 24 jam diharapkan pasien
merasa nyaman, gangguan physical tidak
mengganggu dengan criteria hasil :
NOC label : Comfort status physical
Gejala terkontrol (skala 5)
Pakaian yang nyaman (skala 5)
Personal hygiene (skala 5)
Keadaan pasien tenang (skala 5)
Tidak tanda iritasi kulit (Skala 5)

Intervensi keperawatan

Rasional tindakan

NIC label :
1. Anjurkan klien untuk mandi dengan

1. Air hangat, sabun antiseptik mampu

air hangat, sabun antiseptik berbahan


air (hindari sabun yang mengandung
detrgen atau pewangi)
2. Identifikasi penyebab
(kontak,

penyakit

rasa

gatal

sistemik,

pengobatan)
3. Anjurkan agar kuku selalu dalam
kondisi pendek
4. Anjurkan klien

untuk

pakaian setelah mandi

mengganti

memberishkan

kulit

pasien

dari

mikroorganisme
2. Untuk menentukan intervensi yang
tepat bagi pasien
3. Menghindari
berkembangabiaknya
mikroorganisme

dan

menghindari

iritasi kulit akibat garukan kuku


4. Mencegah berkembangbiaknya kuman
mikroorganisme di pakaian
5. Mencegah kondisi tubuh yang lembab

5. Anjurkan klien untuk menggunakan


pakaian dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari bahan wol
6. Anjurkan klien untuk

menjaga

kebersihan tempat tidurnya


7. Berikan lingkungan yang tenang utk
kx. Beristirahat
8. Ciptakan lingkungan dengan sirkulasi
udara yang baik
9. Anjurkan klien untuk menghindari
makanan, seperti telur ikan , kacangkacangan untuk sementara waktu
10. Hindarkan pemakaian bedak untuk
mengurangi gatal, terutama pada lesi
yg terbuka
11. Kolaborasi pemberian kortikosteroid
dan antihistamin atau antipruritus
yang dianjurkan

karena pemakaian bahan dasar seperti


wol tidak menyerap keringat
6. Tempat tidur yang bersih
menghindari

dapat

berkembangbiaknya

mikroorganisme
7. Lingkungan yang

tenang

dapat

memberikan pasien istirahat yang


berkualitas
8. Sirkulasi udara yang baik dapat
menhindarkan

pasien

dari

kemungkinan terjangkit suatu penyakit


9. Mencegah terjadinya respon alergi
dari makanan tersebut
10. Mencegah terjadinya

kontaminasi

antara lesi pada kulit dengan benda


asing.
11. Kolaborasi

pemakaian

kortikosteroid

dengan

obat-obatan
antihistamin

atau antipruritus dapat menurunkan


dampak buruk dari alergi

4.

Dx 4 : Risiko Infeksi

Tujuan dan criteria hasil

Intervensi keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


NIC label : infection protection
selama x 24 jam diharapkan pasien
1. Monitor adanya tanda dan gejala
terhindar dari infeksi dengan criteria hasil :
infeksi sistemik dan local
NOC label :
2. Inspeksi kulit dan mukosa membran
Risk Control : infectious process
terhadap adanya kemerahan, drainase
Mengetahui risiko personal pada
dan kulit sekitar teraba hangat
infeksi
3. Berikan perawatan kulit yang sesuai
Mengetahui personal konsekuensi
pada area yang mengalami edema
berhubungan dengan infeksi
4. Instruksikan pasien untuk meminum
Mengetahui
lingkungan
obat antibiotic jika diresepkan
berhubungan dengan factor risiko 5. Beri penjelasan pada pasien mengenai
infeksi
tanda dan gejala dari infeksi dan
Identifikasi tanda dan gejala
laporkan
segera
pada
petugas
personal yang mengindikasikan
kesehatan
mengarah ke potensi terjadinya 6. Beritahu pasien bagaimana cara

infeksi
Identifikasi
melindungi

strategi
diri

dan

untuk
keluarga

terhadap infeksi
Monitor kebiasaan

menjadi factor terjadinya infeksi


Mempraktekan
cara
untuk
mencegah infeksi

yang

bisa

mencegah infeksi

Rasional tindakan
1. Untuk mengetahui intervensi yang
dapat dilakukan
2. Kemerahan, drainase dan kulit sekitar
teraba hangat menandakan adanya
reaksi peradangan
3. Pasien erawatan kulit yang tepat dapat
menurunkan efek dari penyakit kulit
yang dialami pasien
4. Obat antibiotik dikonsumsi

guna

mencegah terjadinya reaksi peradangan


5. Agar pasien dapat segera melaporkan
apabila terjadi tanda dan gejala infeksi
6. Menambah pengetahuan pasien tentang
penyakit, Agar pasien terhindar dari
kondisi yang lebih buruk

5. Dx 5 : Defisit Pengetahuan
Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama x 24 jam, pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil:
Kowlwdge : disease process
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, proses
penyakit, penyebab, kondisi (tanda dan
gejala), prognosis dan program
pengobatan
Kowledge : health Behavior
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur pengobatan yang dijelaskan
secara benar

Intervensi keperawatan

Rasional tindakan

NIC label :
1. Teaching disease proses

1. Untuk menambah pengetahuan pasien

tentang penyakitnya
2.
Mengetahui seberapa jauh pemahaman
2. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit

pasien dan keluarga akan penyakit


yang dialami dan dapat memberi

dan bagaimana hal ini berhubungan

tambahan informasi yang tepat


3.
Pasien dapat mengetahui penyebab dan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
perjalanan penyakitnya.
cara yang tepat.
pengetahuan
4. Gambarkan tanda dan gejala yang 4. Menambah
biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada

pasien

tentang kondisi, dengan cara yang

mengenai

penyakitnya

dan

pasien
pasien

mampu melaporkan perubahan kondisi


kesehatannya.
5. Memberi informasi yang tepat kepada
pasien mengenai penyebab terjadinya
penyakit

sehingga

pasien

mampu

tepat
menghidarkan diri dari hal tersebut.
7. Sediakan bagi keluarga informasi 6. Menambah
pengetahuan
pasien
tentang kemajuan pasien dengan cara
mengenai penyakitnya dan pasien
yang tepat
memperoleh informasi yang tepat.
8. Diskusikan pilihan terapi atau 7. Keluarga mengetahui perkembangan

penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

kondisi pasien sehingga meminimalisir

tingkat kecemasan.
atau mendapatkan second opinion 8. Agar pasien memperoleh terapi atau
dengan

cara

yang

tepat

atau

penangan yang tepat dan sesuai dengan

diindikasikan
kondisi yang dialami
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau 9. Support yang positif akan membuat
dukungan, dengan cara yang tepat

pasien mau mengutarakan treatment


yang ingin dilakukan
10. Memperkuat mekanisme koping pasien

6. Dx 6 : PK Pruritus
Tujuan dan criteria hasil

Intervensi keperawatan

Rasional tindakan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


NIC label : Pruritus Management
1. Pasien memperoleh terapi pengobatan
1.
Terapkan
prinsip
8
Benar
pemberian
selama x 24 jam diharapkan pasien
yang tepat
NOC label :
obat
2. Menentukan pemberian obat yang
Klien melaporkan gatal berkurang
2. Cek adanya riwayat alergi pada klien
sesuai dan mencegah terjadinya reaksi
Klien mengerti mengenai cara
sebelum pemberian obat
alergi terhadap obat-obatan pada pasien
pemakaian dan pemilihan obat 3. Identifikasi pengetahuan klien tentang
3. Mengetahui seberapa jauh pengetahuan
dengan benar
obat yang akan diberikan
pasien mengenai penanganan terhadap
Klien
mengerti
mengenai 4. Observasi kondisi kulit , pastikan
penyakitnya.
dalam kondisi kering dan bersih
komplikasi dari terapi yang
4. Kondisi kulit yang lembab merupakan
5. Berikan obat topikal yang sesuai
Diberikan
media perkembangan yang baik bagi
(antihistamin,
antibiotik,
mikroorganisme

kortikosteroid)
6. Ajarkan

5. Obat-obatan
klien

mengadministrasikan

untuk
obat

diberikan

yang
secara

sesuai

apabila

tepat

mampu

secara

memperbaiki kondisi pasien.


mandiri
6. Agar efektivitas obat dapat bekerja
7. Monitor efek samping lokal, sistemik
secara maksimal
pengobatan
7. Mencegah terjadinya kondisi pasien
8. Dokumentasi pemberian dan respon
yang lebih buruk
klien terhadap pengobatan
8. Guna mempertanggungjawabkan dan
memperjelas

segala

tindakan

keperawatan yang dilakukan.

D. EVALUASI
S : pasien mengatakan gatal-gatalnya berkurang, pasien merasa nyaman, pasien mengatakan mengetahui dan memahami perjalanan
penyakinta
O : pasien tampak tenang, tidak menggaruk kulitnya, lesi pada kulit membaik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A : maslah teratasi seluruhnya
P : pertahankan kondisi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Wilkinson., Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Nanda Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Alih bahasa : Made
Sumarwati, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. (2000) Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius

Вам также может понравиться

  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ28 страниц
    LP Dermatitis
    Maria Natalia Ponga
    Оценок пока нет
  • Askep Dermatitis
    Askep Dermatitis
    Документ19 страниц
    Askep Dermatitis
    Yoga Dananjaya
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Gerontik
    Dermatitis Gerontik
    Документ11 страниц
    Dermatitis Gerontik
    ellin
    0% (1)
  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ15 страниц
    LP Dermatitis
    stefani kleden
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Jenis dan Penyebabnya
    Dermatitis Jenis dan Penyebabnya
    Документ15 страниц
    Dermatitis Jenis dan Penyebabnya
    Fitri Mulya
    Оценок пока нет
  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ17 страниц
    LP Dermatitis
    Siti Sarah
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Laporan
    Dermatitis Laporan
    Документ14 страниц
    Dermatitis Laporan
    Intan Puspitasari
    Оценок пока нет
  • DERMATITIS ATOPIK
    DERMATITIS ATOPIK
    Документ10 страниц
    DERMATITIS ATOPIK
    baiq ria syafraini
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis 1
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis 1
    Документ21 страница
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis 1
    Ade Putri
    Оценок пока нет
  • LP Dermatitis Kontak Iritan
    LP Dermatitis Kontak Iritan
    Документ12 страниц
    LP Dermatitis Kontak Iritan
    I Gede Robin
    Оценок пока нет
  • Askep Eritroderma
    Askep Eritroderma
    Документ12 страниц
    Askep Eritroderma
    irmarosita5556
    Оценок пока нет
  • Intervensi Dermatitis
    Intervensi Dermatitis
    Документ9 страниц
    Intervensi Dermatitis
    febrykillgosht
    Оценок пока нет
  • Eritroderma Definisi Etiologi Gejala dan Penatalaksanaan
    Eritroderma Definisi Etiologi Gejala dan Penatalaksanaan
    Документ8 страниц
    Eritroderma Definisi Etiologi Gejala dan Penatalaksanaan
    Farrah Rianda Usman
    Оценок пока нет
  • LP Luka Bakar
    LP Luka Bakar
    Документ24 страницы
    LP Luka Bakar
    Witrian Nurangga
    Оценок пока нет
  • LAPORAN SISTEM INTEGUMEN
    LAPORAN SISTEM INTEGUMEN
    Документ13 страниц
    LAPORAN SISTEM INTEGUMEN
    Rizka
    100% (1)
  • Askep Pruritus
    Askep Pruritus
    Документ17 страниц
    Askep Pruritus
    VirgozVey Az Zaraa
    100% (1)
  • DETEKSI DINI HERPES ZOSTER
    DETEKSI DINI HERPES ZOSTER
    Документ15 страниц
    DETEKSI DINI HERPES ZOSTER
    imelkirim
    Оценок пока нет
  • LP Asmatikus
    LP Asmatikus
    Документ15 страниц
    LP Asmatikus
    Aulia Bella Marinda
    Оценок пока нет
  • 4.askep Dermatofitosis (Tinea)
    4.askep Dermatofitosis (Tinea)
    Документ14 страниц
    4.askep Dermatofitosis (Tinea)
    ratna mustopa
    Оценок пока нет
  • Makalah Kegawatdaruratan Gigitan Serangga
    Makalah Kegawatdaruratan Gigitan Serangga
    Документ12 страниц
    Makalah Kegawatdaruratan Gigitan Serangga
    devi
    Оценок пока нет
  • LP Vulnus
    LP Vulnus
    Документ11 страниц
    LP Vulnus
    Ardi Artana
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Dermatitis
    Laporan Pendahuluan Dermatitis
    Документ32 страницы
    Laporan Pendahuluan Dermatitis
    Kamaruddin Ramli
    Оценок пока нет
  • LP Mata
    LP Mata
    Документ16 страниц
    LP Mata
    Yayuk Cayank Ibucelamanyaa
    Оценок пока нет
  • Askep Teori Dermatitis
    Askep Teori Dermatitis
    Документ12 страниц
    Askep Teori Dermatitis
    ifa
    100% (1)
  • Pengkajian Dermatitis
    Pengkajian Dermatitis
    Документ5 страниц
    Pengkajian Dermatitis
    anindha nindya
    Оценок пока нет
  • DERMATITIS PENYULUHAN
    DERMATITIS PENYULUHAN
    Документ8 страниц
    DERMATITIS PENYULUHAN
    Rina Dwi
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Urtikaria
    Laporan Pendahuluan Urtikaria
    Документ30 страниц
    Laporan Pendahuluan Urtikaria
    Loverholic Aroel Flhamin
    100% (1)
  • Laporan Pendahuluan Psoriasis
    Laporan Pendahuluan Psoriasis
    Документ24 страницы
    Laporan Pendahuluan Psoriasis
    syarif
    Оценок пока нет
  • Sap Combustio
    Sap Combustio
    Документ7 страниц
    Sap Combustio
    rossi
    100% (1)
  • PENGOBATAN LUKA BAKAR
    PENGOBATAN LUKA BAKAR
    Документ7 страниц
    PENGOBATAN LUKA BAKAR
    ليلى مسلمة
    Оценок пока нет
  • Askep Tinea Pedis
    Askep Tinea Pedis
    Документ27 страниц
    Askep Tinea Pedis
    NoviSetiarini
    Оценок пока нет
  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ10 страниц
    LP Dermatitis
    Jennyta Anandra
    Оценок пока нет
  • Askep TF
    Askep TF
    Документ21 страница
    Askep TF
    Ditya Oz
    Оценок пока нет
  • ASKEP KLIEN Dermatitis Alergi
    ASKEP KLIEN Dermatitis Alergi
    Документ13 страниц
    ASKEP KLIEN Dermatitis Alergi
    Marias Fajri
    Оценок пока нет
  • Soal Dermatitis
    Soal Dermatitis
    Документ2 страницы
    Soal Dermatitis
    afni
    Оценок пока нет
  • Askep Dermatitis
    Askep Dermatitis
    Документ28 страниц
    Askep Dermatitis
    Lheni Dirgahayu
    0% (1)
  • Intervensi, Implementasi Kasus
    Intervensi, Implementasi Kasus
    Документ16 страниц
    Intervensi, Implementasi Kasus
    hime
    Оценок пока нет
  • Intervensi Luka Bakar
    Intervensi Luka Bakar
    Документ8 страниц
    Intervensi Luka Bakar
    wulan
    Оценок пока нет
  • LP Myalgia
    LP Myalgia
    Документ11 страниц
    LP Myalgia
    Diman Imbot
    Оценок пока нет
  • LP Dka
    LP Dka
    Документ11 страниц
    LP Dka
    unhyharsul
    50% (2)
  • Laporan Pendahuluan Dermatitis
    Laporan Pendahuluan Dermatitis
    Документ7 страниц
    Laporan Pendahuluan Dermatitis
    A'an Nur Rahman
    100% (1)
  • LP Mioma Uteri
    LP Mioma Uteri
    Документ47 страниц
    LP Mioma Uteri
    Anonymous QJBAMX
    Оценок пока нет
  • DERMATITIS
    DERMATITIS
    Документ30 страниц
    DERMATITIS
    Yosyita Bubzsyi
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR
    LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR
    Документ39 страниц
    LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR
    Wida Sukmawati
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Dengan Penyakit Kusta
    Laporan Pendahuluan Dengan Penyakit Kusta
    Документ16 страниц
    Laporan Pendahuluan Dengan Penyakit Kusta
    Aghil Rivaldy
    Оценок пока нет
  • Sap Terapi Bermain Melipat Kertas
    Sap Terapi Bermain Melipat Kertas
    Документ3 страницы
    Sap Terapi Bermain Melipat Kertas
    rizky nadya chandra
    Оценок пока нет
  • VULNUS LACERATUM
    VULNUS LACERATUM
    Документ15 страниц
    VULNUS LACERATUM
    didin
    Оценок пока нет
  • LP Dermatitis
    LP Dermatitis
    Документ20 страниц
    LP Dermatitis
    Indana Lazulfa
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO
    LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO
    Документ12 страниц
    LAPORAN PENDAHULUAN COMBUSTIO
    Widheya Pianita
    Оценок пока нет
  • LP Dan LK Luka Bakar
    LP Dan LK Luka Bakar
    Документ33 страницы
    LP Dan LK Luka Bakar
    Widi Antoro
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRURITUS
    ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRURITUS
    Документ16 страниц
    ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PRURITUS
    Petruz Dominggo Riberu
    100% (2)
  • DERMATITIS
    DERMATITIS
    Документ12 страниц
    DERMATITIS
    toko busril
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Ringan
    Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Ringan
    Документ4 страницы
    Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Ringan
    okta
    Оценок пока нет
  • PRURITUS
    PRURITUS
    Документ35 страниц
    PRURITUS
    devi novita
    Оценок пока нет
  • Pathway BPH Post
    Pathway BPH Post
    Документ1 страница
    Pathway BPH Post
    Vita Amelia
    Оценок пока нет
  • LP Tinea
    LP Tinea
    Документ13 страниц
    LP Tinea
    Rommel Ungke Mangamis
    Оценок пока нет
  • LP Herpes Zoster
    LP Herpes Zoster
    Документ16 страниц
    LP Herpes Zoster
    Melky Arianto
    0% (1)
  • BAB I Dermatitis Kontak
    BAB I Dermatitis Kontak
    Документ23 страницы
    BAB I Dermatitis Kontak
    Miftakhaeriah
    Оценок пока нет
  • Dermatitis Kontak Alergi
    Dermatitis Kontak Alergi
    Документ8 страниц
    Dermatitis Kontak Alergi
    dewisuryandari
    Оценок пока нет
  • DERMATITIS Bagas Anindito 1102015044
    DERMATITIS Bagas Anindito 1102015044
    Документ35 страниц
    DERMATITIS Bagas Anindito 1102015044
    Bagas anindito
    Оценок пока нет
  • PATWAY
    PATWAY
    Документ2 страницы
    PATWAY
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • RENPRA
    RENPRA
    Документ27 страниц
    RENPRA
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Pathway HD
    Pathway HD
    Документ4 страницы
    Pathway HD
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Surat Seminar (Alat)
    Surat Seminar (Alat)
    Документ1 страница
    Surat Seminar (Alat)
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Soal Cpns 2015 B 1
    Soal Cpns 2015 B 1
    Документ12 страниц
    Soal Cpns 2015 B 1
    Anita Rahmawati
    74% (27)
  • Hasil Print Farmasi
    Hasil Print Farmasi
    Документ1 страница
    Hasil Print Farmasi
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Hasil Print Invoice
    Hasil Print Invoice
    Документ1 страница
    Hasil Print Invoice
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Surat Seminar KMB
    Surat Seminar KMB
    Документ2 страницы
    Surat Seminar KMB
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Askep Striktur Uretra
    Askep Striktur Uretra
    Документ8 страниц
    Askep Striktur Uretra
    mitra dwi
    Оценок пока нет
  • RENPRA
    RENPRA
    Документ7 страниц
    RENPRA
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Trauma Uretra
    Patofisiologi Trauma Uretra
    Документ9 страниц
    Patofisiologi Trauma Uretra
    Ana Zaharina
    Оценок пока нет
  • SAP Tetanus 1
    SAP Tetanus 1
    Документ15 страниц
    SAP Tetanus 1
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Hasil Print Farmasi
    Hasil Print Farmasi
    Документ1 страница
    Hasil Print Farmasi
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Sap Pijat Oksitosin
    Sap Pijat Oksitosin
    Документ16 страниц
    Sap Pijat Oksitosin
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • RENPRA
    RENPRA
    Документ6 страниц
    RENPRA
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Hasil Print Invoice
    Hasil Print Invoice
    Документ1 страница
    Hasil Print Invoice
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Komplikasi Persalinan
    Komplikasi Persalinan
    Документ3 страницы
    Komplikasi Persalinan
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Cara Merawat Gigi Bayi SGD 7
    Cara Merawat Gigi Bayi SGD 7
    Документ4 страницы
    Cara Merawat Gigi Bayi SGD 7
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Kanker Testis
    Kanker Testis
    Документ13 страниц
    Kanker Testis
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Askep Striktur Uretra
    Askep Striktur Uretra
    Документ8 страниц
    Askep Striktur Uretra
    mitra dwi
    Оценок пока нет
  • Appendix 4
    Appendix 4
    Документ27 страниц
    Appendix 4
    chimotona
    Оценок пока нет
  • ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CEDERA KEPALA
    ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CEDERA KEPALA
    Документ22 страницы
    ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT CEDERA KEPALA
    Krisna Yoga
    100% (1)
  • Merawat Gigi Bayi
    Merawat Gigi Bayi
    Документ2 страницы
    Merawat Gigi Bayi
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Pathway Efusi Pleura
    Pathway Efusi Pleura
    Документ4 страницы
    Pathway Efusi Pleura
    Krisna Yoga
    100% (2)
  • JURNAL Publikasi
    JURNAL Publikasi
    Документ6 страниц
    JURNAL Publikasi
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Analisa Data KOLOSTOMI
    Analisa Data KOLOSTOMI
    Документ2 страницы
    Analisa Data KOLOSTOMI
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Bab 2 Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Документ13 страниц
    Bab 2 Tinjauan Pustaka: Universitas Sumatera Utara
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Reference PDF
    Reference PDF
    Документ1 страница
    Reference PDF
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет
  • Lembar Balik MERAWAT GIGI
    Lembar Balik MERAWAT GIGI
    Документ7 страниц
    Lembar Balik MERAWAT GIGI
    Krisna Yoga
    Оценок пока нет