Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.
akibat
berlebihan)
terhadap alergen (pencetus timbulnya reaksi alergi) dari luar (eksogen) maupun dari
dalam tubuh penderita (endogen). Pada umumnya eksim bersifat residif (kambuhan),
namun dapat dikendalikan agar tidak mudah kambuh.
Dermatitis merupakan epidermo-dermis dengan gejala subjektif pruritus. (Kapita
Selekta Kedokteran)
Dermatitis merupakan reaksi inflamasi pada kulit dan didasari factor herediter dan
lingkungan. ( Cory. S Matundang)
Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Dermatitis kontak (dermatitis venemata) Merupakan dermatitis yang disebabkan
oleh oleh bahan yang menempel pada kulit atau dermatitis kontak merupakan respon
reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang
sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah
bahan yang iritatif atau alergenik.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau
fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama
dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan ringan selama waktu yang lama.
Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran
molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan,
gesekan dan trauma fisis, shu serta kelembaban. Selain faktor diatas faktor lain
yang mendukung terjadinya dermatitis kontak alergik adalah faktor individu
misalnya perbedaan kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8 tahun dan
usia lanjut lebih mudah teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih )
dan jenis kelamin ( insidans DKI lebih banyak pad wanita ). Gejala klinis yamg
terjadi adalah kekeringan kulit yang berlangsung beberapa hari hingga bulan.
Vesikulasi, fisura dan pecah-pecah. Tangan dan lengan bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena.
kulit.
Selanjutnya
kompleks
HLA-DR-antigen
akan
b. Dermatitis Atopik
Adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan
sel Mast. Tipe gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut
eksema. Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut,
yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada bayi lesi kulit tampak
pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja, lesi tampak
lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala
terbesar adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan
pembentukan lesi yang merupakan keluahan utama mencari bantuan.
c. Dermatitis medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk
ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada
umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik
atau menyeluruh.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang umum yang terutama
mempengaruhi kulit kepala, menyebabkan bersisik, gatal, kulit merah dan ketombe
yang membandel. Dermatitis seboroik juga dapat mempengaruhi wajah, dada
bagian atas, punggung dan area lain dari tubuh yang memiliki banyak kelenjar
minyak (sebaceous).
Berdasarkan bentuknya , dermatitis diklasifikasikan menjadi :
o Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau agak lonjong,
berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah. Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh
sangat gatal, lesi akut berupa vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm )
kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas kesamping.
Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ), eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar
numular.
II.
PENYEBAB/ETIOLOGI
Penyebab munculnya dermatitis dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor eksogen dan
endogen:
a. Faktor eksogen:
Yang tergolong faktor penyebab jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan
kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi,
kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau
berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga
gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
b. Faktor endogen
Faktor dari diri individu sendiri juga memberi berpengaruh pada dermatitis
misalnya gen, peyakit yang pernah diderita, serta kondisi sistem imun dari
penderita. Adapun faktor predisposisi
PATOFISIOLOGI
Dermatitis Kontak
Terjadinya dermatitis kontak terbagi menjadi dua fase, yaitu fase tersensitisasi dan fase
elisitasi. Kontak dengan bahan kimia yang terikat dengan protein lengkap berikatan
dengan antigen lengkap. Antigen tersebut mengaktifkan makrofag dan sel langerhans
IV.
Subyektif ada tanda-tanda radang akut , terutama pruritus (sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atu
pembengkakan, dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa)
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat
timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritemadan edema.
Edema sangat jelas pada kulit yang longgar, misalnya muka (terutama palpebradan
bibir) dan genitalia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul
Dermatitis kontak
Kedua jenis dermatitis memberikan gambaran akut berupa papul-papul
terlokalisasi, eritema (kemerahan), dan vesikel basah didaerah kontak. Vesikel
pecah dan membentuk krusta. Pruritus mungkin sangat hebat
Dermatitis alergik biasanya muncul 12 hari setelah pajanan.
Dermatitis atopik
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas 3 bentuk, yaitu :
o Bentuk infantile (2 bulan-2 tahun). Karena letaknya didaerah pipi yang
berkontak dengan payudara, secara salah sering disebut eczema susu. Terdapat
eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar,
yang menjadi erosive, eksudatif, dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi,
ekstremitas bagian fleksor dan ekstensor.
o Bentuk anak (3-10 tahun). Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantile. Lesi
tidak eksudatif lagi, sering disertai hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dan
hipopigmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor popliteal
o Bentuk dewasa (13-30 tahun). Pada anamnesis terdapat bentuk infantile dan
bentuk anak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan
hiperpigmentasi. Tempat predileksi tengkuk serta daerah fleksor kubital dan
popliteal.
o Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-gatal terutama
jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat menyertainya ialah xerosis kutis,
iktiosis, hiperlinearis Palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis
pilaris (berupa papul-papul miliar, ditengahnya terdapat lekukan).
V.
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya,
terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
- Pengobatan
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila
basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim
atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat
diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini
mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel
T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan
fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak
dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu
diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan
erupsi akneiformis.
2) Radiasi ultraviolet
dapat
diberikan
antibiotika
(misalnya
gentamisin)
dan
Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema,
juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenisjenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigenantobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid
lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila
diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu
perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi.
Efek
sampingnya
gastrointestinal
Kortikosteroid
terutama
dan
bekerja
pertambahan
perubahan
dengan
dari
berat
insomnia
menghambat
badan,
gangguan
hingga
depresi.
proliferasi
limfosit,
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi.
Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin
-
Diet
Penatalaksanaan
diet
pada
dermatitis
msih
merupakan
masalah
yang
Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun, itik, burung
dara dan telur hewan tsb., ikan tawar, ikan laut, cumi, kerang, keong,
kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,penyu, telur penyu, ular ,
VI.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi sekunder oleh bakteri, septikemi, diare,
dan pneumonia. Gangguan metabolic mengakibatkan suatu resiko hipotermia,
dekompensasi kordis, kegagalan sirkulasi perifer dan trombophlebitis. Bila pengobatan
kurang baik, akan terjadi degenerasi visceral yang menyebabkan kematian.
VII.
PENCEGAHAN
Munculnya dermatitis
dapat
dihindari
dengan
melakukan
hal-hal
sebagai
berikut :
Menjaga kelembaban kulit
Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak
Hindari berkeringat terlalu banyak / kepanasan
Kurangi stress
Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain
lain.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya.
Hindari factor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga,
PENGKAJIAN
a Identitas pasien
b Keluhan utama pasien
c Alasan masuk rumah sakit
d Kaji riwayat penyakit keluarga
e Pola fungsi kesehatan (11 Pola Gordon)
Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
ada pula yang spesifik, yaitu cicatrix bekas irisan kulit pada seseorang
mofinis dan bekas suntikan BCG.
Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di epidermis
kulit berukuran kurang dari 1 cm.
Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran lebih
besar dan berwarna merah, biru, ungu sampai biru.
Naevus pigmentosus: andeng- andeng atau tahi lalat, hiperpigmentasi
pada suatu daerah kulit dengan batas tegas.
Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya dari kulit
sekitarnya.
Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yang tidak berpigmen/ kurang
pigmen daripada kulit sekitarnya.
Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluhpembuluh darah setempat yang biasanya kongenital.
Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah arteriola di
kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya ( keluar) misalnya pada
penderita sirosis hepatis.
Lichenifikasi: penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut
wanita hamil, orang- orang yang sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat
bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang melebihi ekstisitisitasnya).
Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yang sering didapat di daerah
gluteal sampai lumbal, bayi-bayi dari ras oriental, Indian, Amerika, dan
Negro.
Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus
ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga
di kulit tertinggal bedak ureum.
Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva,
warna dasar kuku karena kurangnya Hb.
Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb
melebihi kadar 5 % akibat kegagalan transport oksigen atau
menumpuknya CO2 di jaringan.
Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di kulit,
telapak tangan, dan sklera mata karena bilirubin yang tinggi pada
penyakit-penyakit hati.
2. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit (dingin, hangat, deman)
kemudian kelembabannya, psien dehidrasi terasa kering dan pasien
hipertiroidisme berkeringat terlalu banyak.
Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba
ksar pada defisiensi vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak
dehidrasi.
Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah kulit akibat
fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya
penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam
keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam
keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji
tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji
tempel
misalnya
obat
antihistamin
dan
kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah
disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan
penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk
mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan
keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita
sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya
hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita
harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga
berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya.
Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang
sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal
tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
2.
a.
b.
c.
c)
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit keluarga
Pola Fungsi Kesehatan menurut Gordon
1. Pola persepsi-pemeliharaan kesehatan
Yang ditanyakan :
- Persepsi pasien terhadap penyakitnya
- Persepsi pasien tentang arti kesehatan
- Persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Yang ditanyakan :
- Diet khusus / suplemen yang dikonsumsi
- Kebiasaannya makannya
- Instruksi diet sebelumnya
- Riwayat masalah/penyembuhan kulit
3. Pola persepsi diri/konsep diri
Yang ditanyakan :
- Persepsi tentang dirinya dari masalah-masalah yang ada,seperti perasaan
-
takut, cemas
Penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,
takut, cemas
Penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor internal seperti penurunan
imunologis, perubahan pigmentasi dan factor eksternal seperti zat kimia, radiasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit dan melaporkan rasa
gatal.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan
5. Respons Alergi lateks berhubungan dengan hipersensitif terhadap protein karet lateks
alami ditandai dengan gatal-gatal pada wajah, mulut, mata,hidung
6. PK Pruritus
ANALIS DATA
DATA
PENYEBAB/ ETIOLOGI
Dx 1
DS : pasien mengeluhkan
Allergen bertemu Ig E
DO : kulit tampak
iritasi,kemerahan, bagian
epidermis mengalami
kerusakan, terdapat papula,
pustule dan atau vesikel
MASALAH
KEPERAWATAN
Kerusakan Integritas Kulit
Eritema
Dx 2
DS : pasien mengeluhkan
gatal-gatal
DO : pasien gelisah, terlihat
menggaruk kulit nya, aktivitas
pasien cukup terhambat,
pasien dapat mengalami
gangguan pada tidurnya
Pruritus
Dx 3
DS : DO : terdapat tanda-tanda
yang mengarah pada risiko
infeksi seperti tanda
peradangan, timbulnya
eksudat
Reaksi garuk
Risiko Infeksi
Dx 4
DS : pasien mengatakan tidak
mengetahui penyebab
penyakit kulitnya, pencegahan
serta penanganannya
DO : -
Pruritus
Reaksi garuk
Lesi eksematosa
Risiko infeksi
Kontak dengan bahan kimia
Antigen lengkap
Dipresentasikan ke sel T
Sel T tersensititasi
Defisit Pengetahuan
Antigen
Aktivasi makrofag
Pelepasan lisozim
Dermatitis kontak
Dx 5
DS : pasien melaporkan
adanya gatal pada kulit
DO : kulit tampak kemerahan,
pasien tampak gelisah dan
menggaruk tangannya, timbul
papula, pustule dan
sebagainya
mengenai penyakit
Defisit pengetahuan
Kontak dengan bahan kimia
Antigen lengkap
Dipresentasikan ke sel T
Sel T tersensititasi
Antigen
Aktivasi makrofag
Pelepasan lisozim
PK Pruritus
DS : pasien mengeluhkan
gatal-gatal
DO : kulit tampak kemerahan,
dan pasien tampak menggaruk
kulitnya
sekitar
Dermatitis kontak
Pruritus
PK Pruritus
PK pruritus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dx 1 : Kerusakan integritas kulit
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi keperawatan
Rasional tindakan
1. Sabun
antiseptik
mampu
yang
mengkibatkan
ketat
dapat
gesekan
dan
menimbulkan iritasi
3. Antibiotic dan antiinflamasi topical
merupakan treatment pengobatan pada
penyakit kulit
4. Daerah lipatan kulit merupakan daerah
yang lembab sehingga sering beresiko
mengalami iritasi.
5. Mitten berfungsi mencegah px reflex
Intervensi keperawatan
Rasional tindakan
(skala 5)
Tidak ada
(skala 5)
kelengkapan protocol
3. Monitor kondisi pasien
terhadap
gatal-gatal
pasien
untuk
selalu
terjadinya
reaksi
alergi
untuk
kambuh kembali
6. Dampingi pasien saat melakukan test
alergi
7. Perhatikan
adanya
respon
selama immunisasi
8. Diskusikan dengan
pasien
alergi
atau
Intervensi keperawatan
Rasional tindakan
NIC label :
1. Anjurkan klien untuk mandi dengan
penyakit
rasa
gatal
sistemik,
pengobatan)
3. Anjurkan agar kuku selalu dalam
kondisi pendek
4. Anjurkan klien
untuk
mengganti
memberishkan
kulit
pasien
dari
mikroorganisme
2. Untuk menentukan intervensi yang
tepat bagi pasien
3. Menghindari
berkembangabiaknya
mikroorganisme
dan
menghindari
menjaga
dapat
berkembangbiaknya
mikroorganisme
7. Lingkungan yang
tenang
dapat
pasien
dari
kontaminasi
pemakaian
kortikosteroid
dengan
obat-obatan
antihistamin
4.
Dx 4 : Risiko Infeksi
Intervensi keperawatan
infeksi
Identifikasi
melindungi
strategi
diri
dan
untuk
keluarga
terhadap infeksi
Monitor kebiasaan
yang
bisa
mencegah infeksi
Rasional tindakan
1. Untuk mengetahui intervensi yang
dapat dilakukan
2. Kemerahan, drainase dan kulit sekitar
teraba hangat menandakan adanya
reaksi peradangan
3. Pasien erawatan kulit yang tepat dapat
menurunkan efek dari penyakit kulit
yang dialami pasien
4. Obat antibiotik dikonsumsi
guna
5. Dx 5 : Defisit Pengetahuan
Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama x 24 jam, pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil:
Kowlwdge : disease process
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, proses
penyakit, penyebab, kondisi (tanda dan
gejala), prognosis dan program
pengobatan
Kowledge : health Behavior
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur pengobatan yang dijelaskan
secara benar
Intervensi keperawatan
Rasional tindakan
NIC label :
1. Teaching disease proses
tentang penyakitnya
2.
Mengetahui seberapa jauh pemahaman
2. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
3. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
pasien
mengenai
penyakitnya
dan
pasien
pasien
sehingga
pasien
mampu
tepat
menghidarkan diri dari hal tersebut.
7. Sediakan bagi keluarga informasi 6. Menambah
pengetahuan
pasien
tentang kemajuan pasien dengan cara
mengenai penyakitnya dan pasien
yang tepat
memperoleh informasi yang tepat.
8. Diskusikan pilihan terapi atau 7. Keluarga mengetahui perkembangan
penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
tingkat kecemasan.
atau mendapatkan second opinion 8. Agar pasien memperoleh terapi atau
dengan
cara
yang
tepat
atau
diindikasikan
kondisi yang dialami
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau 9. Support yang positif akan membuat
dukungan, dengan cara yang tepat
6. Dx 6 : PK Pruritus
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi keperawatan
Rasional tindakan
kortikosteroid)
6. Ajarkan
5. Obat-obatan
klien
mengadministrasikan
untuk
obat
diberikan
yang
secara
sesuai
apabila
tepat
mampu
secara
segala
tindakan
D. EVALUASI
S : pasien mengatakan gatal-gatalnya berkurang, pasien merasa nyaman, pasien mengatakan mengetahui dan memahami perjalanan
penyakinta
O : pasien tampak tenang, tidak menggaruk kulitnya, lesi pada kulit membaik, tidak terdapat tanda-tanda infeksi
A : maslah teratasi seluruhnya
P : pertahankan kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Wilkinson., Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Nanda Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2011. Diagnosa Keperawatan NANDA 2009-2011. Alih bahasa : Made
Sumarwati, S.Kp, dkk. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. (2000) Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2, Jakarta : Media
Aesculapius