Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HERNIA UMBILIKALIS
I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus
yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat
peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka
kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia
umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau
asites merupakan factor predisposisi.
B. Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4.
Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia adalah:
1.
2.
3.
Obesitas
Mengangkat benda berat
Mengejan dan Konstipasi
Kehamilan
Batuk kronik
Hipertropi prostate
C. Manifestasi Klinik
a. Penonjolan di daerah umbilikalis
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
d.
e.
f.
g.
h.
i.
D. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,
sifat dan proses terjadinya.
1) Macam-macam hernia menurut letaknya :
a. Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
(1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis
dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal
ini umumnya terjadi pada pria dari pada wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali.
(2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri
atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini
sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
berkembang
ketika
intra
abdominal
mengalami
kerusakan
yang
sangat
parah.sehingga
akhirnya
F. Pathway
Hernia
Hernia umbikalis
kongenital
Hernia para
umbikalis
Hernia
inguinalis
Kantung hernia
keluar melalui
umbikalis
Kantung hernia
melewati dinding
abdomen
Kantung hernia
memasuki celah
inguinal
Respon nyeri
Nyeri
Nyeri
Hiatus hernia
Hernia insisional
Kantung hernia
memasuki
rongga thorak
Kantung hernia
memasuki celah
bekas insisi
Abdomen
terdesak
Mual, muntah
Asupan nutrisi kurang
Ketidakseimbang
Ketidakseimbang
an
an nutrisi
nutrisi kurang
kurang
dari
dari kebutuhan
kebutuhan
tubuh
tubuh
Pembedahan
Insisi bedah
Dampak anestesi
Terputusnya
kontuinitas jaringan
SAB
Pemasangan
elektroda
Posisi tidak
tepat
Resiko
Resiko injury
injury
Cemas
Cemas
Mengeluarkan zat-zat
proteolitik
(Bradakini,histamine,
prostaglandin)
Luka terbuka
Port de entry
kuman
Respon nyeri
Resiko
Resiko infeksi
infeksi
Nyeri
Nyeri
Kerusakan
Kerusakan
integritas
integritas kulit
kulit
Ekstremitas bawah
tidak dapat
digerakkan
Hambatan
Hambatan
mobilitas
mobilitas fisik
fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup
jelas.
2.
Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan
pergeseran diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3.
Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia
H. Penatalaksanaan
1.
Konservatif
a.
Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian
kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi),
b.
c.
d.
Istirahat baring
Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri,
misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan
e.
2.
I.
Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
abses.
II. Asuhan Keperawatan Pre, Intra dan Post Herniotomy
A. Pengkajian Umum
1.
Identitas
Pengkajian umum terdiri dari identitas klien mencakup nama, umur,
alamat, pendidikan, agama ,suku bangsa. Identitas penanggung jawab,
meliputi nama , umur, alamat, pekerjaan,dan hubungan dengan klien.
Riwayat Kesehatan Klien baik Riwayat kesehatan dahulu, sekarang dan
riwayat kesehatan keluarga.
2.
Pola kebiasaan
a.
Nutrisi
Kaji pola makanan,kebiasaanmakanandan riwayat alergi terhadap
makanan
b.
Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada tidaknya gangguan BAK dan
BAB, Keluhan riwayat Diare, konstipasi dll.
c.
Kemampuan
perawatan diri
Makan/ minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
Keterangan :
d.
: mandiri
: alat bantu
: tergantung total
e.
f.
g.
h.
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
b.
Kulit
dankulit
c.
Kepala
rambut
d.
Mata
padasclera
e.
Telinga
kebersihan, kesimetrisan
f.
Hidung
g.
Mulut
mulut lainnya
h.
Leher
Dada
Paru-paru
k.
Abdomen
Genetalia
genitalia
m. Anus dan rectum
hemoroid
n.
Ektrimitas
dioperasi.
Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah
3.
dilakukan Herniotomy.
Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka /
insisi setelah operasi.
4.
dalam.
c. Persiapan fisik.
1. Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi
karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12
2.
3.
4.
5.
penenang.
Eliminasi
- Kandung kencing harus kosong, sedapat mungkin kateterisasi
harus dihindari.
- Pengosongan isi usus dengan pemberian garam fisiologis atau di
6.
lavement.
Obat-obatan pre medikasi
Pre medikasi:
Adalah pemberian obat untuk menjamin anastesi dapat berjalan
dengan baik dan lancar, dan bertujuan sebagai:
- Menghilangkan rasa gelisah dan takut sebelum operasi.
- Menurunkan BM, mengurangi pemakaian O2 tubuh.
- Melemahkan gerak refleks pada sistem saraf otonom untuk
menahan keluarnya air liur dan sekresi di bagian atas tenggorok
untuk mencegah konvulsi dan muntah.
- Mengurangi pemakaian obat anestesi dasar (utama).
- Analgesia, yang sering digunakan adalah:
a. Morfin untuk mengurangi perasan sakit.
b. Atrofin mengurangi sekresi dari mulut dan
7.
pernafasan.
c. Obat anti muntah.
Kulit
saluran
8.
9.
Tujuan
Kurang
Setelah
Intervensi
tentang
penyakit,
2. Mengenal
pengobatan
pengobatan
dan
alternatif
pengobantan
4. Diskusikan
kebutuhan
perawatan
program
dan
tanpa
tentang
cemas
tentang
klien
penyakit,
prosedur operasi
Teaching : Preoperative
1.
Informasikan
klien
waktu
pelaksanaan
2.
prosedur
operasi/perawatan
Informasikan
klien
lama
pelaksanaan
waktu
prosedur
3.
operasi/perawatan
Jelaskan tujuan
prosedur
4.
operasi/perawatan
Jelaskan hal-hal
yang perlu dilakukan
setelah
5.
prosedur
operasi/perawatan
Pastikan
persetujuan
6.
Kecemasan
operasi
telah ditandatangani
Lengkapi
ceklist operasi
dilakukan Penurunan kecemasan
1. Bina
Hub.
Saling
perawatan selama 2x24 jam
percaya
cemas ps hilang atau
2. Libatkan keluarga
berkurang dg indikator:
3. Jelaskan
semua
1. Mengungkapkan
Prosedur
cara
mengatasi
4. Hargai pengetahuan ps
cemas
2. Mampu
tentang penyakitnya
5. Bantu
ps
untuk
menggunakan
mengefektifkan sumber
coping
3. Dapat tidur
support
4. Mengungkapkan
6. Berikan reinfocement
Setelah
untuk
fisik
yang
dapat
menyebabkn cemas
b)
Chart Review :
efektif
menggunakan
a)
Memberikan
informasi
yang
dibutuhkan
untuk
Perawat menanyakan :
a)
b)
c)
d)
e)
Kateterisasi.
Diagnosis keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Resiko infesi, NOC: Kontrol infeksi
dengan
faktor Selama
dilakukan
Intervensi
NIC: kontrol infeksi intra operasi
tindakan
1. gunakan
Herniatomy,
Indikator:
infus, DC
Resiko
tidak terkontaminasi
NOC: control temperature
NIC:
hipotermi
Kriteria:
intraoperatif
faktor
1. Temperature
resiko:
Berada
nyaman
diruangan yang
khusus
ruang operasi
invasif:
dengan
pakaian
pengaturan
temperature:
ruangan Aktivitas:
dingin
Resiko
operasi
NIC: surgical precousen
dengan
Aktifitas:
resiko:
Gangguan
persepsi sensori
kebutuhan
karena anestesi
2. Monitor
penggunaan
atau
kasa
yang
D.
System Pernafasan
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
a)
Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
a)
b)
c)
d)
e)
2)
b)
c)
d)
3)
Sistem Persyarafan
a)
4)
Sistem Perkemihan.
a)
b)
5)
Sistem Gastrointestinal.
a)
Mual muntah
b)
c)
6)
Sistem Integumen.
a)
b)
c)
Intervensi
NIC :
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
ventilasi
dan
cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata rata, kedalaman, irama
dada,amati
otot
supraclavicular
dan
intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
otot
( gerakan paradoksis )
7. Auskultasi suara nafas,
diagfragma
catat
area
suction
dengan
Herniatomy,
drainage.
drain
dan
Risiko
injury NOC :
NIC :
Risk Kontrol
Environment
Management
(Manajemen
berhubungan
dengan
kriteria hasil :
lingkungan)
effect anesthesia, sedasi,
1. Klien terbebas dari cedera
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
2. Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
analgesi.
pasien
untukmencegah injury/cedera
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
3. Klien mampu menjelaskan factor resiko dari
sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
lingkungan/perilaku personal
4. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah
kognitif pasien dan riwayat penyakit
injury
terdahulu pasien
3. Menghindarkan
berbahaya
lingkungan
(misalnya
yang
memindahkan
perabotan)
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman
dan bersih
6. Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
7. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
8. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
9. Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga
atau
pengunjung
adanya
volume NOC:
NIC :
1. Fluid balance
Fluid management
cairan
berhubungan
2. Hydration
1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
dengan kehilangan cairan
3. Nutritional Status : Food and Fluid Intake
2. Pertahankan catatan intake dan output
Kriteria Hasil :
intra dan post operasi
yang akurat
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
3. Monitor status hidrasi ( kelembaban
dan BB, BJ urine normal, HT normal
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
darah ortostatik ), jika diperlukan
normal
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor
6.
7.
8.
9.
makan
10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
Ketidak
efektifan NOC :
1. Respiratory status : Ventilation
kebersihan jalan nafas
2. Respiratory status : Airway patency
berhubungan
dengan
3. Aspiration Control
peningkatan skresi
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
NIC :
Airway suction
1. Pastikan
kebutuhan
oral
tracheal
suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suctioning.
3. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
cara
melakukan suksion
10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
untuk
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
cairan
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta.
Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek
Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan
Edisi 2, EGC, Jakarta
Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I,
EGC, Jakarta
Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC, Jakarta.
Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC,
Jakarta
Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC,
Jakarta
Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta.
Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada
Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang
Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC,
Jakarta
Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, UI, Jakarta.
Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.