Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SKENARIO 3 DENTOMAKSILOFASIAL I
Oleh
Kelompok Tutorial V :
Ketua
: Kalvin Juniawan
(NIM : 141610101077)
Scrabber
(NIM : 141610101070)
: Fadinda Aisa W
(NIM : 141610101055)
(NIM : 141610101045)
(NIM : 141610101047)
Yunita Fatma C
(NIM : 141610101048)
Aulia Maghfira
(NIM : 141610101049)
Meirsa Sawitri H
(NIM : 141610101050)
Septiana Putrining
(NIM : 141610101052)
Kholisa
(NIM : 141610101054)
(NIM : 141610101072)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Penyakit Infeksi
Jaringan Periodontal. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok V pada skenario ketiga.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. drg. Mei Syafriadi, M.DSc., Ph.D selaku tutor yang telah membimbing
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
tulang
penyanggah gigi. Kerusakan ini disebabkan oleh desakan dari karang gigi yang terus
tumbuh ke arah ujung akar gigi, akibatnya perlekatan ligament periodontal dengan
gigi menjadi rusak. Kerusakan yang terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian
tulang penyanggah gigi. Meskipun tulang penyanggah gigi sudah menurun
ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya terbentuk kantong yang
mengelilingi gigi, disebut sebagai periodontal pocket. Kantong ini akan menjadi
tempat menumpuknya sisa makanan dan menjadi tempat yang nyaman bagi kumankuman untuk hidup. Tanda tanda periodontitis awal seperti tanda-tanda gingivitis,
ditambah keadaan gusi yang kemerahan dan bengkak serta terdorong menjauhi gigi.
Sedangkan periodontal pocket yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa
nyaman bila melakukan gerakan menghisap.
Di dunia, jumlah penderita penyakit pada jaringan periodontal ini sebanyak
50 % dari jumlah populasi orang dewasa.Di Indonesia sendiri, penyakit mulut ini
menempati peringkat ke-2 setelahkaries gigi. Kurangnya kepedulian masyarakat
akan kebersihan rongga mulut merupakan pemicu awal penyakit ini.
1.2 Skenario
Seorang perempuan berusia 34 tahun dating pertama kali ke RSGM UNEJ atas
saran saudaranya untuk merawatkan gusinya. Pasien mengeluh gusi sering
bengkak, terjadi perdarahan dari gusi ketika menggosok gigi, dan ada celah pada
gigi depan rahang atas dan rahang bawah. Gigi depan kanan bawahnya copot
sendiri 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan oral hygiene buruk
dan deposit plaque banyak terakumulasi di kedua rahang. Kalkulus sangat
banyak ditemukan pada permukaan lingual insisif mandibula dan sublingual di
semua kuadran. Resesi gingiva dan attachment loss ditemukan pada semua gigi
insisif maksila dan mandibular. Bleeding on Probing pada sulkus gingiva semua
gigi. Pus keluar dari sulkus gingiva gigi 41. Margin dan attached gingiva
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal adalah penyakit inflamatori pada jaringan pendukung
gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik tertentu atau kelompok
mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya
(Nield 2003).
Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembangannya dan
apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Namun studi
epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah dengan
pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang gigi.
(repository usu, 2011)
Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan dengan tanda
klinis gingiva berwarna merah, membengkak
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 STEP 1
1. Furcation Involvement
Attachment loss pada daerah furkasi gigi berakar ganda.
2. Probing Depth
Jarak dari margin gingiva ke sulkus gingiva. Normalnya 2 mm.
3. Halitosis
Bau nafas yang tidak sedap hasil fermentasi anaerobic partikel makanan oleh
bakteri Gram negatif yang menghasilkan belerang atsiri
4. Bleeding on Probing
Cara untuk mendeteksi gingivitis atau periodontitis menggunakan alat
panjang ditandai dengan keluarnya darah.
5. Bone Loss
Proses destruktif yang merupakan akibat resorpsi yang predominan dari
formasi.
6. Resesi gingiva
Posisi margin gingiva yang menurun
7. Pus
Kumpulan cairan pada jaringan yang berisi sel-sel yang telah mati.
8. Ekstensif
Ekstensif mempunyai arti meluas
9. Attachment loos
Hilangnya perlekatan pada ligament periodontal
3.2 STEP 2
1. Halitosis pada scenario apakah sama dengan halitosis pada karies?
2. Bagaimana patologi (mekanisme) infeksi jaringan periodontal?
3. Bagaimana keterkaitan gigi goyang dengan diabetes mellitus?
4. Bagaimana etiologi jaringan periodontal?
imun
dan
yang
buruk, iatrogenik
dentistry, sisa
11. Gigi berjejal merupakan keadaan dimana letak gigi berdesak-desakan dalam
rongga mulut karna rahang yang kecil sehingga tidak cukup menampung
gigi, atau sebaliknya ukuran gigi yang terlalu besar sehingga posisi gigi
Faktor
Utama:
menjadi
berdesakan atau berjejal.Respon
Kondisi
dimanaLokal
gigi : Saliva,
berdesakan
Pertahanan
CGF,
Barrier Eksterna ( epitel gingiva)
Plak
merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya gingivitis pada anak-anak.
Bakteri
Sisa makanan yang tersangkut pada gigi yang berjejal mengakibatkan
sulitnya saliva membersihkan sisa makan tersebut. Apabila penyikatan gigi
Patogen
Respon Seluler
Gingivitis
Endotoksin ( E.Hialuronidase
+LPS)
Junctional epitelium rusak
Attachment Loss
Tidak Sembuh
Sembuh
Resesi Gingiva
Bone Loss
3.4 STEP 4 MAPPING
Periodontitis
Klinis
-Halitosis
-Gigi goyang
-Probing Depth
-Pus
BOP
Furcation
Involvement
Mikroskopis
-Dilatasi PD
-Infiltrasi sel radang
-Resorpsi Tulang
Radiologis
-Resorpsi Tulang
-Furcation
Involvement
3.5 STEP 5
Learning Object
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Hubungan antara factor local penyebab infeksi jaringan periodontal
dengan respon pertahanan local yang dilakukan oleh tubuh yang
menghasilkan kondisi normal/non pathogen
2. Hubungan antara factor presdiposisi infeksi jaringan periodontal dengan
respon pertahanan local yang dilakukan oleh tubuh yang menghasilkan
kondisi pathogen
3. Mekanisme/pathogenesis infeksi jaringan periodontal dengan pertahanan
seluler yang dilakukan tubuh secara klinis, mikroskopis, maupun
radiologis yang menghasilkan kondisi akhir berupa gingivitis
mekanis dan bakteri secara terus menerus. Oleh karena itu saliva,
permukaan epitel, dan tahap awal dari respon inflamasi membuat gingiva
resisten terhadap segala jenis iritan tersebut. Di sini akan dijelaskan
mengenai pertahanan local dari jaringan periodontal yang meliputi
deskuamasi epitel, keratinisasi, gingival crevicular fluid (GCF), Leukosit
pada Daerah Dentogingival, dan Saliva. Selanjutnya ada pula Respon
Seluler dan Humoral dari tubuh yang juga berperan dalam system
pertahanan Jaringan Peridontal.
1. RESPON LOKAL JARINGAN PERIODONTAL
a. Deskumasi Epitel dan Keratinisasi
Secara terus menerus pada epitel berlangsung proses pembaharuan
epitel, yang dimulai dari daerah basal menuju ke permukaan luar. Proses
ini diikuti oleh deskuamasi epitel yang paling superfisial. Di samping itu,
dengan proses keratinisasi terjadi pembentukan lapisan keratin atau
parakeratin pada lapisan superfisial dari epitel gingiva. Deskuamasi epitel
dalam rangka pembaharuan sel dan pembentukan keratin tersebut
merupakan mekanisme pertahanan gingiva yang paling sederhana.
b. Gingival Crevicular Fluid
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi
komposisi dari cairan krevikular gingival ini, fungsi dari cairan sulkuler
dan cairan crevicular gingival ini telah diketahui sejak abad ke 19 namun
komposisi dan kemungkinan peranannya dalam mekanisme pertahanan
rongga mulut baru diawali oleh penelitian dari Waerhaug,Brill,dan Krasse
pada tahun 1950.
Berikut adalah komposisi dari Cairan Krevikular Gingiva yang
dicantumkan pada buku Carranzas Clinical Periodontology edisi ke-9 :
dapat
menghambat
perlekatan
spesies
1. Sel Mast
2. Netrofil (Polimorfonuklear Leukosit)
3. Makrofag
4. Limfosit
5. Sel plasma
Respon Umum Sel Inflamasi
Apabila terjadi serangan bakteri, sel-sel inflamasi akan merespon
serangan tersebut dengan jalan migrasi khemotaksis dan berkumpul pada
daerah tertentu dimana sel-sel tersebut akan memfagositosa bakteri dan
komponen bacterial atau menyingkirkan jaringan yang telah rusak.
Sebagian sel-sel tersebut seperti limfosit T dan B membelah diri dan
bertambah jumlahnya dengan jalan blastogenesis. Sel-sel lain melepas
produk vasoaktif, sedangkan sel-sel lain menghasilkan substansi seperti
sel-sel plasma dan makrofag yang menyebabkan atau membantu lisis sel
sel pejamu yang lainnya atau destruksi tulang alveolar.
Respon dari Sel Mast
Sel mast akan mengalami degranulasi akibat reaksi hipersensitif tipe
anafilaksis,
yaitu
bilamana
antigen
bereaksi
dengan
antibody
(SRS-A),
heparin,
eosinofil
chemotactic
factor
of
yang
dapat
membunuh,
mencerna
dan
menetralisir
lainnya
yang
merupakan
aktivator
memulai
sekuens
bisa
menyebabkan
kerusakan
jaringan
dengan
jalan
disamping
menstimulasi
aktivitas
fungsional
makrofag,
memodulasi fungsi sel NK, dan menginduksi proliferasi sel NK. Sitokin
ini disekresi oleh sel-T dan sel NK, dan meningkat jumlahnya pada
peridontitis.
c. Sitokin IL-4
Dulunya disebut BCGF-1 karena mengaktifkan sel-B, dan kemungkinan
mencakup MIF . IL-4 ini berperan dalam aktivasi, proliferasi, dan
diferensiasi sel-B; pertumbuhan sel-T; fungsi makrofag; pertumbuhan sel
mast; dan intesa IgE. Interleukin ini disekresikan sel-T>, dan jumlahnya
pada periodonsium meningkat pada periodonsium meningkat menjadi
periodontitis.
d. Sitokin IL-6
Menstimulasi sel plasma memproduksi imunoglobulin,dan bersama-sama
dengan IL-1 mrngaktifkan produksi sel-T>. Diduga IL-6 berperan dalam
resopsi tulang. IL-6 disekresi oleh sel-T>, makrofag, monosit, fibroblas,
dan sel-sel endotel. Level IL-6 meningkat pada sisi gingiva yang
terinflamasi, lebih tinggi pada periodontitis dibandingkan dengan pada
gingivitis, dan lebih tinggi pada cairan sulkular pasien periodontitis
refraktori.
e. Sitokin IL-8
Interleukin ini khemotaksis bagi netrofil dan meningkatkan adhesi
netrofil ke sel-sel endotel. Disamping itu, IL-8 secara selektif
menstimulasi aktivitas meraloproteinase matriks dari netrofil, sehingga
turut berperan dalam penghancuran kolagen pada lesi periodontitis.
Jumlahnya meningkat pada lesi periodontitis, dan levelnya dalam cairan
sulkular adalah lebih tinggi pada penderita periodontitis dibandingkan
dengan individu dengan periodonsium sehat. IL-8 disekresi oleh monosit
sebagai respon terhadap LOS, dan tumor necrosis factor alpha (TNF-).
f. Sitokinin IL-10
Interleukin ini menghambat kemampuan pengenal antigen dari monosit.
IL-10 yang disekresi oleh sel-T> akan ditekan oleh sel-T>,IFN yang
diproduksi oleh sel NK dengan diinduksi oleh IL-2.
g. Internefron (IFN)
Terdiri atas IFN-) IFN-, dan IFN- adalah glikoprotein yang
diproduksi oleh lekosit, fibroblas, dan limfosit T. IFN menimbulkan
aktivitas antivirus, meningkatkan aktifitas makrofag, aktivitas dari sel-T
dan sel NK. IFN- berperan dalam resorpsi tulang dengan menghambat
proliferasi dan diferensiasi progenitor osteoklas.
h. Tumor Necrosis Faktor (TNF)
TNF atau tumor necrosis factor yang terdiri atas TNF- dan TNFmenyebabkan nekrosis tumor tertentu. TNF- diproduksi oleh makrofag
setelah distimulasi oleh bakteri gram-negatif, termasuk lipopolisakarida
(LPS). TNF- yang dulu dikenal dengan nama lymphotoxin (LT)
diproduksi oleh sel-T. TNF- dan TNF- berperan dalam aktivasi
osteoklas dan menstimulasinya untuk menyebabkan resorpsi tulang.
TNF- juga membantu lekosit untuk mengadhesi ke sel-sel endotel dan
meningkatkan kemampuan fagositosis dan khemotaksisnya. Perubahan
tersebut, bersama-sama dengan efeknya terhadap makrofag menujurus ke
angiogenesis yang diinduksi makrofag, diduga berperan dalam perubahan
vascular yang terlihat pada penyakit periodontal.
i. Prostaglandin E2 (PGE2)
PGE2 adalah eikosanoid vasoaktif yang diproduksi monosit dan
fibroblast. Prostaglandi E2 menginduksi resorpsi tulang dan sekresi
metalloproteinase matriks. Level PGE2 adalah mengikat pada jaringan
maupun cairan sulkular pada keadaan periodonsium yang terinflamasi.
stain
sehingga
permukaan gigi lebih kasar. Tetapi stain pada perokok bukan satu-satunya
penyebab retensi plak. Fakta yang sebenarnya terjadi adalah, perokok
biasanya tidak membersihkan gigi sebaik mereka yang tidak merokok.
Efek yang paling jelas dari merokok adalah perubahan warna pada gigi
dan keratinisasi epitel mulut, dan adanya bercak putih di mukosa pipi,
bibir bagian dalam atau palatum. Keratinisasi epitel gingiva pada perokok
menyamarkan inflamasi gingival dan mengurangi perdarahan gingiva.
Dari beberapa penelitian, diketahui bahwa merokok dapat
meningkatkan akumulasi plak dan penyakit periodontal akibat kebersihan
mulut yang jelek. Kebiasaan mengunyah tembakau dapat menyebabkan
kerusakan jaringan gingiva. Tembakau akan menginitasi tepi gingiva secara
mekanis, dan bahan-bahan kimia dan tembakau juga menimbulkan iritas
kimiawi pada jaringan periodontal.
3. Iatrogenik
Faktor iatrogenik merupakan iritasi yang ditimbulkan karena pekerjaan
dokter gigi yang tidak hati-hati dan adekuat sewaktu melakukan perawatan
pada gigi dan jaringan sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan
Nutrisi
Ada dua kesimpulan dari hasil-hasil penelitian mengenai efek nutrisi
terhadap jaringan periodonsium, yaitu ada defisiensi nutrisi tertentu yang
menyebabkan perubahan pada jaringan periodonsium, perubahan mana
dikategorikan sebagai manifestasi penyakit nutrisi pada periodonsium,
dan tidak ada defisiensi nutrisi yang sendirian saja dapat menimbulkan
gingivitis atau pembentukan saku periodontal. Namun demikian, ada
defisiensi nutrisi yang mempengaruhi kondisi periodonsium, sehingga
memperparah efek dari iritan local dan tekanan oklusal yang berlebihan
2. Diabetes Mellitus
Sintesa dan sekresi sitokin akibat infeksi yang berasal dari
periodontitis dapat memperhebatsintesa dan sekresi sitokin yang berasal
dari interaksi AGE dengan RAGE, dan sebaliknya. Halini menunjukkan
bahwa hubungan periodontitis dengan DM berlangsung dalam dua arah.
Dengan demikian penyakit periodontal yang berupa inflamasi kronis
dapat memperparah status penderita diabetes melitus ke arah komplikasi
yang lebih berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komplikasi
diabates pada diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2 lebih parah pada
Gambar : Gambaran mikroskopis pembesaran gingiva pada pasien yang sedang hamil menunjukkan
menggambarkan gingivitis (H &E). Dalam semua kasus, gigi akan ke sisi kiri gambar.
Pembesaran rendah dari gingiva (A) menunjukkan hiperplasi epitel sulcular dan epitel
junctional dengan sel inflamasi pekat menyusup dalam jaringan ikat yang berdekatan.
Perbesaran Medium antar muka jaringan epitel-ikat (B) menunjukkan banyak sel-sel
inflamasi intra epithelial bersama dengan edema interseluler. Jaringan ikat berisi vasodilatasi
kapiler( hiperemia), dan ada infiltrasi banyak sel radang. Pembesaran tinggi (C)
menunjukkan neutrofil dan limfosit kecil transit epitel sulcular.
Gambar 1 : Permukaan gingiva halus dan licin. Terdapat tumpukan plak pada
interproksimal gigi. Terjadinya perubahan warna dari coral pink menjadi kemerahan.
Gambar 2: gingiva mengalami resesi.
dan peningkatan aliran darah. Perubahan inisial inflamatori ini terjadi pada
respon terhadap akitivasi microbial leukosit dan stimulasi selanjutnya dari sel
endotel. Secara klinis, respon inisial dari ginggiva terhadap plak bakteri tidak
jelas terlihat. Secara mikroskopis, gejala inflamasi akut dapat terlihat pada
jaringan ikat dibawah epitel junction. Perubahan morfologi pembuluh darah
(pelebaran kapiler kecil/venula) dan zona adheren dari neutrofil ke dinding
pembuluh yang terjadi selama satu minggu dan terkadang dua hari setelah
plak terakumulasi. Leukosit, terutama sel PMN, meninggalkan kapiler
bemigrasi berlanjut ke dinding pembuluh (diapedesis, emigrasi). Terlihat
peningkatan jumlah sel PMN tersebut di jaringan ikat, epitel junction, dan
sulcus ginggiva. Terbentuk pula protein ekstravaskular. Akan tetapi
penemuan ini tidak berhubungan dengan gejala kerusakan jaringan yang
tampak pada pemeriksaan mikroskopis. Sel PMN tidak membentuk infiltrasi
dan keberadaannya tidak berdasarkan karena adanya perubahan patologi.
Perubahan kecil dapat dideteksi pada epitel junction dan jaringan ikat
perivaskuler pada tahap awal. Contohnya, pada jaringan perivaskuler, matriks
jaringan ikat berubah dan terdapat cairan eksudat dan adanya kerusakan
fibrin. Kemudian limfosit dengan segera mengakumulasi peningkatan dari
migrasi leukosit dan terakumulasi dalam sulcus ginggiva yang berhubungan
dengan peningkatan aliran dari cairan ginggiva ke dalam sulcus. Peranan dan
peningkatan respon host juga menentukan pemulihan lesi inisial secara cepat,
dengan perbaikan jaringan dalam kondisi normal, atau berkembang menjadi
inflamasi kronik.
terutama proliferasi kapiler dan peningkatan formasi loop kapiler antara rete
pegs atau ridges. Perdarahan pada pemeriksaan mungkin juga terjadi. Aliran
cairan gingiva dan jumlah dari leukosit yang bertransmigrasi mencapai
jumlah maksimum antara 6 sampai 12 hari setelah onset dari gingivitis klinik.
Pemeriksaan mikroskopik gusi memperlihatkan infiltrasi leukosit pada
jaringan ikat dibawah epithelial junction terdiri dari limfosit utama ( 75%
dengan sel T mayor ), tetapi juga membuat beberapa migrasi neutrofil, seperti
makrofag, sel plasma, dan mast sel. Semua perubahan terlihat dalam lesi
inisial berlanjut ke intensitas dengan early lesion. Epithelium junction
menjadi infiltrasi padat dengan neutrofil, seperti sulkus ginggiva, dan
epithelium junction mulai menunjukkan perkembangan rete pegs atau ridges.
Terdapat peningkatan jumlah destruksi kolagen; 70% kolagen dihancurkan
disekitar infiltrasi selular. Kelompok serat utama mengakibatkan kolagen
terlihat berbentuk sirkuler dan kumpulan-kumpulan serat dentoginggiva.
Perubahan pada ciri morfologi pembuluh darah juga dapat dilihat. PMN`s
yang telah meninggalkan pembuluh darah karena respon terhadap stimuli
kemotaktik dari komponen plak yang berjalan ke epithelium, menyebrangi
lamina basalis,dan ditemukan pada epithelium dan muncul di daerah poket..
PMNs menarik bakteri dan terjadi fagositosis. PMN`s mengeluarkan lisosom
berhubungan dengan ingesti bakteri. Fibroblast menunjukkan perubahan
sitotoksik dengan penurunan kapasitas produksi kolagen.
Tahap III: lesi nyata
Tahap III Gingivitis ( The Estbilished Lesion) Established lesion
karakteristiknya berupa predominan sel plasma dan limfosit B dan
kemungkinan berhubungan dengan pembentukan batas poket gingival kecil
dengan poket epithelial. Sel B yang ditemukan dalam established lesion
predominan oleh imunoglobin G1 (IgG1) dan G3 (IgG3). Pada gingivitis
kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah permulaan akumulasi
plak, pembuluh darah menjadi engorged dan padat, vena kembali dirusak,
dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah anoxemia ginggiva local,
yang ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gusi yang merah.
Ekstravasasi dari sel darah merah kedalam jaringan ikat dan terganggunya
haemoglobin dalam komponen pigmen dapat juga memperdalam warna
kekronisan inflamasi ginggiva. Established lesion dapat dijelaskan secara
klinis selayaknya inflamasi ginggiva pada umumnya. Secara histology, reaksi
inflamasi kronik dapat diobservasi. Beberapa penelitian menunjukkan
inflamasi gingival kronik. Ciri kunci yang membedakan established lesion
adalah peningkatan jumlah sel plasma. Sel plasma menyerbu jaringan ikat
tidak hanya dibawah epithelial junction, tetapi juga jauh di dalam jaringan
ikat, sekitar pembuluh darah, dan antara kelompok-kelompok serat kolagen.
Epithelial junction menyingkap ruangan interselular diisi dengan debris
granular sel, termasuk lisosom diperoleh dari neutrofil, limfosit, dan monosit
yang terganggu. Lisosom mengandung asam hidrolase yang dapat
menghancurkan komponen jaringan. Epithelial junction berkembang menjadi
rete pegs atau ridges yang menonjol dalam jaringan ikat, dan lamina basalis
dihancurkan pada beberapa area. Pada jaringan ikat, serat kolagen
dihancurkan disekitar perembesan dari plasma sel yang intact dan terganggu.
Predominan dari sel plasma menjadi karakteristik utama dari established
lesion. Bagaimanapun, beberapa penelitian dari eksperimen gingivitis pada
manusia telah gagal mendemonstrasikan predominansi sel plasma dalam
mempengaruhi jaringan ikat, termasuk satu penelitian dalam durasi 6 bulan.
Peningkatan dari proporsi sel plasma diperjelas dengan gingivitis yang tahan
lama, tetapi waktu untuk perkembangan established lesion mungkin melebihi
6 bulan. Stage ini terlihat adanya hubungan terbalik antara jumlah kelompok
kolagen intact dan jumlah sel-sel inflamasi. Aktivitas kolagenolitik
ditingkatkan dalam jaringan gusi yang mengalami inflamasi melalui enzim
kolagenase. Kolagenase secara normal berada pada jaringan gusi dan
dihasilkan melalui beberapa bakteri oral dan PMN`s. Penelitian menunjukkan
bahwa inflamasi ginggiva kronik mengalami peningkatan level asam dan
alkaline fosfat, -glukuronidase, -glukosidase, -galaktosidase, esterase,
aminopeptida, sitokrom oksidase, elastase, laktat dehidrogenase, dan aril
sulfatase, semuanya dihasilkan dari bakteri dan penghancuran jaringan.
Tingkat mukopolisakarida netral diturunkan, agaknya merupakan hasil dari
dengan peningkatan jumlah dan fungsi osteoklast. Hal ini berakibat derajat
kerusakan tulang tidak dapat diimbangi oleh proses remodeling oleh osteoblast.
BAB IV
KESIMPULAN
Penyakit jaringan periodontal merupakan penyakit yang menyerang jaringan
penyangga gigi yaitu gingival, tulang alveolar, sementum, dan ligamen periodontal.
Penyakit ini ditandai dengan gingivitis (peradangan pada gingiva) apabila terdapat
faktor pendukung seperti dental plak yang terakumulasi terus menerus akan
mengakibatkan terjadinya periodontitis. Terdapat berbagai etiologi dari penyakit
jaringan periodontal ini, namun kebanyakan diinduksi oleh bakteri plak, selain itu
sistemik, trauma, hematologi dapat mempenagruhi jaringan periodontal yang sehat.
Untuk mendeteksi infeksi penyakit periodontal diperlukan pemahaman dari
gambaran klinik, mikroskopis, dan radiografisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK, Lichtman AH. Basic immunology 2nd Edition. Philadelphia: Saunders,
2004.
Carranza,
Fermin.
2002. Clinical
Periodontology.
Edisi
kesembilan.
Philadelphia:WB
Saunders
Mahmud.
2011.
Penyakit
Periodontal
Atrerosklerosis.
Fakultas
Kedokteran
dan
Ggi
Hubungannya
Universitas
dengan
Hasanudin,
Makasar.
J.D. Manson dan B.M. eley).1993.Buku Ajar Periodonti edisi 2.
Jakarta:HIPOKRATE
Rateitschak, K.H, Rateitschak. E.M, Wolf, H.F., Hassell, T.M., 1985. Color Atlas of
Periodontology. Georg Thieme Verlag Sturrgart. New York
Suproyo, H., 2007, Bahan Ajar Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Wolf. H.F. dan E.M. Rateitchak. Color Atlas of Periodontology. 1985. New York.
Georg Thiem Verlag Stutgard