Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi dibandingkan
negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000 kelahiran hidup,
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, danSingapura 6 per 100.000 kelahiran hidup
(BPS, 2003). Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah berhasil menurunkan Angka
Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup (1992) menjadi 334/100.000 kelahiran hidup
(1997).Selanjutnya turun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008).
Meskipun telah terjadi penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi penurunan
tersebut masih sangat lambat (Wilopo, 2010). Angka Kematian Ibu di Indonesia bervariasi,
Provinsi dengan Angka Kematian Ibu terendah adalah DKI Jakarta dan tertinggi adalah
Provinsi Nusa Tenggara Barat (Profil Kesehatan 2009). Di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
ditemukan angka kematian ibu sebesar 99 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008,
tahun 2009 menjadi 130 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2010 sebesar 114 per
100.000 kelahiran hidup. Insiden AKI di Ruang VK IRD RSUD Provinsi NTB tahun 2014
adalah 5 orang, AKB 6 orang, Abortus 117 orang, dan persalinan spontan 157 orang.
Tingginya Angka Kematian ibu di Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak terlepas dari
tingginya angka kematian ibu pada beberapa Kabupaten/Kota khususnya di Pulau Lombok.
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri
langsung yaitu perdarahan 28 %, preeklampsi/eklampsi 24 %, infeksi 11%, sedangkan
penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5 % dan lainlain 11 % (WHO, 2007).
Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu telah banyak dilakukan, antara lain
melalui
peningkatan
aksessibilitas
serta
kualitas
pelayanan.
Upaya
peningkatan
Meskipun berbagai upaya tersebut telah dilakukan namun jumlah kasus kematian
yang terjadi di Pulau Lombok masih tinggi dan jauh dari target nasional yang diharapkan.
Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar
dari Angka Kematian Ibu pada tahun 1990 (450 per 100.000) menjadi 102 per 100.000 pada
tahun 2015 (Aganet al, 2010).Hal ini menunjukkan bahwa status kesehatan masyarakat di
Pulau Lombok masih perlu mendapatkan penanganan terutama masalah kesehatan ibu. Hal
ini terjadi karena intervensi yang diberikan masih bersifat parsial dan pada lokasi tertentu
saja, disamping itu juga masih banyak program intervensi yang kurang tepat sasaran (Pemda
Prov. NTB,2008).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Bagaimana konsep persalinan fisiologis?
2. Bagaimana konsep persalinan lama?
3. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus persalinan lama?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah dalam
memberikan asuhan kebidanan secara nyata serta mendapatkan pengetahuan dalam
memecahkan masalah khususnya Asuhan Kebidanan Pada Ny.I G 3P2A0 Usia
Kehamilan 38 MingguJanin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep Inpartu Kala I
Fase AktifDengan Kala I Memanjangdi RSUD PropinsiNTB.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan
inpartu kala I fase aktif memanjang
b. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada klien
dengan inpartu kala I fase aktif memanjang
c. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi masalah potensial pada klien
dengan inpartu kala I fase aktif memanjang
d. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada
klien dengan inpartu kala I fase aktif memanjang
e. Mahasiswa diharapkan mampu membuat rencana asuhan pada klien dengan inpartu
kala I fase aktif memanjang
f. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan rencana Asuhan atau tindakan pada
klien dengan inpartu kala I fase aktif memanjang
g. Mahasiswa diharapkan mampu membuat evaluasi asuhan yang telah dilakukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Persalinan
1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawiroharjo, 2008).
2. Proses Terjadinya Persalinan
3
Menurut Manuaba (2012) proses terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan
his. Ada 2 hormon yang dominan selama kehamilan yaitu:
a. Estrogen yang meningkatkan sensitifitas otot rahim, memudahkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan
rangsangan mekanis
b. Progesteron yang menurunkan sensitifitas otot rahim, menyulitkan penerimaan
rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan
rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
3. Tanda dan Gejala Inpartu
Menurut manuaba (2012) tanda persalinan adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
4.
Kontraksi yang teratur 2-3 kali dalam 10 menit lamanya 30-45 detik.
Adanya lendir bercampur darah keluar dari jalan lahir.
Penipisan dan pembukaan serviks.
5. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I servik membuka dari pembukaan 0-10 cm.
Kala I dinamakan juka kala pembukaan, kala II disebut kala pengeluaran, kala III disebut
juga kala pengeluaran urie, sedangkan kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2
jam kemudian. (Sumarah. 2009: 4-5)
a. Kala I (Pembukaan)
Pasien dikatanya dalam persalina kala I, jika sudah terjadi pembukaan servik dan
kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah
4
kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini terbagi menjadi 2 fase,
yaitu fase laten (8 jam) dimana servik membuka sampai 4 cm dan fase aktif (6 jam)
dimana servik membuka dari 4-10 cm. (Sulistyowati. 2010: 7)
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal, dalam 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat. Dari 4
cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi, pembukaan melambat kembali. Dalam 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi 10 cm. (Sulistyawati, ari. 2010)
b. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran bayi dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Diagnosa kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan lengkap dan kepala janin sudah tampak divulva denagn
diameter 5-6 cm. (Sulistyowati, 2010)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50- 100 detik
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran.
4) Dua kekuatan yaitu, his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala beyi membuka pintu berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, hidung, muka,
serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti dengan putar paksi luar yaitu penyesuaian
kepala dan punggung
6) Setelah putar paksi luar, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut:
1. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian tarik
cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan cunam keatas untuk
melahirkan bahu belakang.
2. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.isa
air ketuban.
3. Bayi lahir diikuti sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit.
(Sulistyawati. 2010: 8)
c. Kala III (Pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Lepasnya plasenta
sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
5
d.
Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi
terhadap pascapersalianan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Tingkat kesadaran pasien.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
3) Kontraksi uterus.
4) Kandung kemih
5) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc. (Sulistyawati. 2010: 9)
4)
5)
6)
7)
Presentasi Dahi
Letak Sungsang
Letak Lintang
Presentasi Ganda
b.
Disproporsi fetopelvik
3)
Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
4)
Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan forceps tengah, secsio
2)
caesarea dan cedera atau kematian janin. Periode aktif yang memanjang dapat
dibagi menjadi dua kelompok klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih
menunjukkan kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat dan
kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi serviks.
c. Fase aktif yang memanjang pada multiparas
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan
laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.
Meskipun partus lama pada multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan
primigravida, namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu,
keadaan tersebut bisa mengakibatkan malapetaka.
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran
berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang cermat, upaya menghindari
kelahiran pervaginam yang traumatik dan pertimbangan secsio caesarea merupakan
tindakan penting dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri
partus lama pada multipara :
1) Insedensinya kurang dari 1%
2)
Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
4.
Gejala Klinis
a.
Pada ibu
1)
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus, cincin retraksi patologis, edema vulva,
edema serviks, his hilang atau lemah.
2)
Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang terhambat,
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan
3)
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus.Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat
yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan
pernah berhenti.Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan
resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan
bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang
dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi
intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan
normal.
6.
Diagnosis
Menurut Suprijadi dalam buku asuhan intrapartum pada fase laten memanjang ini
memungkinkan terjadinya partus lama. Maka dari itu bidan harus bisa mengidentifikasi
keadaan ini dengan baik.
b.
a. Persalinan sesungguhnya
1) Serviks menipis dan membuka
2) Rasa nyeri dengan internal teratur
3) Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
4) Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
5) Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
6) Dengan berjalan menambah intensitas
7) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
8) Lendir darah sering tampak
9) Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
10) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
11) Ada penurunan kepala bayi
Persalinan Semu
1) Tidak ada perubahan serviks
2) Rasa nyeri tidak teratur
3) Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
4) Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
5) Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
6) Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
7) Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa
nyeri
8) Tidak ada lendir darah
9) Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
10) Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
11) Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan
7.
Penatalaksanaan
a.
Penanganan secara umum (menurut Sarwono Prawirohardjo)
1) Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda
vital dan tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya
pertimbangkan pemberian analgetik.
2) Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
3) Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
1) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak
didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu
belum dalam keadaan inpartu
2) Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin.
Lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl
mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His
adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah
dilakukan pemberian oksitosin lakukan seksio sesarea.
3) Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban
tetap utuh, selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya penularan HIV
4) Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan
akselerasi persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau
NaCl mulai dengan 8 tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai
his adekuat (maksimum 40 tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin,
serta berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr
IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam ditambah dengan gestamisin
setiap 24 jam.
5) Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
6) Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol
500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.
c. Penanganan secara khusus pada kala I fase aktif memanjang
d. Penanganan secara khusus pada kala II lama
BAB III
12
TINJAUAN KASUS
Asuhan Kebidanan Pada Ny.I G3P2A0Usia Kehamilan 38 Minggu
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep Inpartu Kala I
Fase AktifMemanjang Di Ruang VK IRD
Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB
Tanggal 25 Mei 2015
TanggaI Pengkajian/Jam
Tanggal Masuk/jam
Ruangan
KALA I
1.
A. Data Subjektif
Identitas
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. MR
ISTRI
NyI
32 tahun
Islam
Sasak/Indonesia
SMP
Ibu Rumah Tangga
Gunung Sari
560975
SUAMI
TnM
36 tahun
Islam
Sasak/Indonesia
SD
Tukang
2. Keluhan Utama
Ibu hamil 9 bulan mengatakan sakit perut menjalar ke pinggang mau melahirkan.
3.
-
13
- Pasien rujukan dari Puskesmas Gunung Sari G3 P2 A0Usia Kehamilan 38 Minggu Janin
Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep K/U ibu dan janin baik dengan inpartu Kala I fase
aktif macet.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak memiliki
riwayat
penyakit
menular
(TBC,hepatitis),
Riwayat menstruasi
: 14 tahun
: 5-6 hari
: 2-3x ganti pembalut / hari
: 28 hari
: teratur
: ada
: tidak ada
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil
Usia
Tempat
Penolon
Jenis
ke
kehami
persain
persalinan
1
2
Ini
7.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
lan
9 bln
9 bln
an
Rumah
Rumah
Riwayat penyulit
H
P
N
BB
BBL
L/
Usia
H/
M
P
Dukun
Dukun
Spontan
Spontan
2400
3000
L
L
14 thn
13 thn
M
H
g. Imunisasi TT
h. Riwayat KB yang lalu
i. Rencana KB
8.
: tidak diberikan
: suntik 3 bulan
: IUD
a.
1)
WITA
2)
3)
4)
Komposisi
: roti
Porsi : bungkus
Minum terakhir
WITA
5)
Kesulitan
b.
: tidak ada
Eliminasi
1)
2)
3)
c.
Istirahat
1)
Istirahat terakhir
WITA
2)
3)
9.
Lama : 1 jam
Kesulitan
: sering BAK
Riwayat psikososial
Status perkawinan
Lama perkawinan
: 15 tahun
: sangat senang
Dukungan keluarga
: sangat mendukung
Pengambilan keputusan
Beban kerja
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. Emosi
d. TB
e. BB
f. Lila
: baik
: compos mentis
: stabil
: 157 cm
: 61 kg
: 24,5 cm
15
g. TTV :
1) Tekanan darah
: 130/80 mmhg
2) Nadi
: 76x/menit
3) Suhu
: 36,5C
4) Pernapasan
: 22 kali/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan rambu
Kulit kepala bersih, warna rambut hitam, tidak ada ketombe, distribusi merata, tidak
ada rambut rontok, tidak ada luka/lesi.
b. Wajah
Pucat (-), oedema (-)
c. Mata
Konjungtiva pucat (-) ,sclera ikterus (-)
d. Mulut dan gigi
Bibir pucat (-) , gusi berdarah (-) , caries (-)
e. Leher
Bendungan vena jugularis (-) , pembesaran kelenjar tiroid (-) , pembesaran kelenjar
limfe (-)
f. Payudara
Simetris (+/+) , putting susu menonjol (+/+) , areola hiperpigmentasi (+/+) , luka/lesi
(-/-) , retraksi (-/-) , nyeri tekan (-/-) , massa (-/-) , pembesaran kelenjar limfe (-/-) ,
pengeluaran colostrums (-/-)
g. Abdomen
Inspeksi : luka bekas operasi (-) , linea nigra (+) , striae gravidarum (+).
Palpasi :
1)
2)
3)
4)
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
TBBJ
: 3100 gram
His
VT 9 cm, eff 95% , ketuban (+) , teraba kepala , denominator UUK kanan depan ,
penurunan kepala HI , tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai normal
Hb
: 10,8 gr/dL
10-15 gr/dL
HbSAg
: Negatif
Negatif
Golongan darah
:O
A, B, O, AB
C. Analisa
G3P2A0H1 ,UK 38 minggu , janin T/H/IU , presentasi kepala , keadaan ibu dan janin baik
dengan inpartu kala I fase aktif memanjang.
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Mei 2015 , pukul : 18.10 WITA
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik,
tetapi ibu mengalami perpanjangan waktu dalam proses persalinannya sehingga
diperlukan beberapa tindakan agar proses persalinan berjalan dengan lancer. Ibu
mengetahui keadaannya dan bayinya.
2. Memfasilitasi informed consent untuk persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada
ibu. Suami sudah menandatangani informed consent.
3. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan. Observasi
persalinan sudah dilakukan setiap 30 menit.
4. Memberikan dukungan moril kepada ibu agar tetap semangat menjalani proses
persalinan. Ibu memahami dan mengatakan akantetap semangat.
5. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga untuk tetap memberikan makan dan minum
agar ibu ada tenaga untuk mengedan. Keluarga sudah memberikan ibu makan dan
minum.
6. Melakukan kolaborasi dengan dr. Malfira. Advice :
a. Pasang infus RL di guyur
b. Berikan antibiotic Ceftriaxon 1 mg setiap 12 jam
7. Melakukan rehidrasi dengan pemasangan infuse RL diguyur. Infus sudah terpasang. Ibu
merasa lebih bertenaga setelah rehidrasi
8. Melakukan injeksi Ceftriaxon 1 mg ( 5cc ) setiap 12 jam dan menjelaskan pada ibu
manfaat obat yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi karena persalinan ibu berlangsung
lama. Injeksi Ceftriaxon 1 mg ( 5cc ) sudah dilakukan
9. Menyiapkan pertus set : 2 klem tali pusat , koher , 1 gunting episiotomy , 1 gunting tali
pusat , kassa steril , benang tali pusat , 2 pasang sarung tangan steril.
17
His
DJJ
TTV
Penngeluaran
Keluhan
Keterangan
pervaginam
25
Mei
Frek
Lama
Inten
irama
Frek
TD
3x
40
Kuat
/+
11-11-
128
130
76
36,
22
10
x/
/80
2015
18.00
detik
Blood slym
menit
WITA
Sakit
VT 9 cm, eff 95
perut
% , ketuban (+) ,
bagian
teraba
bawah,
sakit
depan , penurunan
pinggang
kepala HI , tidak
kepala,
Mei
3x
2015
18.30
35
Sedan
detik
10-11-
124x/
120
10
menit
/80
80
Blood slym
Sakit
perut
bagian
WITA
bawah,
sakit
25
Mei
2015
19.00
4x
45
detik
Kuat
11-11-
132x/
120
11
menit
/80
WITA
80
36
20
Blood slym
pinggang
Sakit
VT 10 cm, eff
perut
bagian
bawah
seperti
depan , penurunan
ingin
BAB
teraba
kepala,
KALA II
Tanggal
Pukul
Tempat
: 25 Mei 2015
: 19.10 WITA
: VK IRD RSUDP NTB
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah serta ingin mengedan
seperti BAB.
18
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. TTV
: baik
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36C
Pernapasan
: 20x/menit
4. Terdapat tanda dan gejala kala II yaitu dorongan ingin mengedan, tekanan pada anus,
perineum menonjol, serta vulva dan sfingter ani membuka.
5. Pemeriksaan dalam : tanggal 25 Mei 2015 , pukul 19.00 WITA
VT 10 cm, eff 100%, ketuban (+) , teraba kepala , denom UUK kanan depan ,
penurunan kepala HIII , tidak teraba bagian kecil janin/ tali pusat.
DJJ (+) , irama 11-11-11 , frekuensi 132x/menit.
His (+) , 4 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik, intensitas kuat.
C. Analisa
G3P2AOH1 ,UK 38 minggu, janin T/H/IU , presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin
baik dengan inpartu kala II.
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 Mei 2015 , pukul : 19.10 WITA
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.Ibu dan keluarga mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap.
2. Menganjurkan salah satu keluarga atau suami untuk membantu ibu dalam posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan ibu kecuali terlentang dalam waktu
yang lama.Keluarga mau melaksanakannya.
3. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik yakni ibu boleh meneran pada waktunya (saat
his) seperti orang BAB keras, meneran di bawah, kepala melihat ke fundus, tangan
merangkul kedua pahanya serta mengajarkan ibu untuk menarik nafas dari hidung dan
keluarkan melalui mulut.Ibu mengerti dan mau melakukannya.
4. Pada ukul 19.10 WITA melakukan amniotomi.
5. Pada saat kepala bayi terlihat dengan diameter 5-6 cm di vulva handuk dipasang diatas
perut ibu dan kain 1/3 bagian dipasang dibawah bokong ibu.
6. Membuka partus set dan memakai sarung tangan steril.
7. Menolong persalinan sesuai dengan langkah APN.
8. Pukul 19.45 WITA bayi lahir spontan dengan letak belakang kepala, jenis kelamin lakilaki, APGAR SKOR pada 1 menit pertama 7.
9. Penilaian keadaan bayi
No
1 menit
19
Nilai
5 menit
Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
pertama
Badan dan
Appearance
ekstremitas
merah
DJ
merah
DJ
<100x/menit
Menyeringi
Fleksi
1
1
>100x/menit
Menyeringi
Fleksi kuat
1
2
sedikit
Napas
Napas
Respiration
teratur
Jumlah
teratur
7
KALA III
Tanggal
: 25 Mei 2015
Pukul
: 19.46 WITA
Tempat
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan masih merasa mules pada perutnya
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran
: compos mentis
3. TTV :
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Nadi
: 82x/menit
Suhu
: 36,9C
Pernapasan
: 20x/menit
ekstremitas
Pulse
Grimace
Activity
kedua
Badan dan
1. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi kedua , kemudian
menyuntikan oksitosin 10 IU pada 1/3 paha kanan luar (aspirasi sebelum menyuntikan)
2. Mengklem tali pusat 2-3cm dari umbilicus dan tali pusat di urut kearah ibu sekita 1cm
dari klem pertama. Gunting tali pusat diantara klem, ikat tali pusat dengan benang satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikat dengan simpul mati
pada sisi lainnya.
3. Letakkan bayi diatas perut ibu untuk melakukan IMD , membungkus bayi dengan kain
kering dan berikan tutup kepala dan ibu diminta untuk memeriksa bayinya.
4. Melakukan penegangan tali terkendali dengan memindahkan klem berjarak 5-10 cm dari
vulva. Letakkan tangan kiri diatas simpisis untuk melakukan dorso cranial dan dilakukan
ketika ada his. Setelah plasenta terlihat pada vuvva, plasenta ditangkap dan memutar
searah jarum jam sampai selaput plasenta terpilin.
5. Pukul 19.50 WITA , plasenta lahir secara spontan dengan scutzle , kotiledon dan selaput
ketuban lengkap, berat plasenta 500 gram, panjang tali pusat 50 cm.
KALA IV
Tanggal
: 25 Mei 2015
Pukul
: 19.55 WITA
Tempat
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan lega telah melahirkan bayi dengan selamat.Ibu mengatakan masih merasa
mules dan lelah.
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. TTV
: baik
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmhg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,5C
Pernapasan
: 20x/menit
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yaitu , keadaan umum ibu baik
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Menganjarkan pada ibu cara merasakan kontraksi uterus yaitu uterus teraba bulat
dankeras serta mengajarkan untuk tetap mempertahankannya dengan cara masase uterus
sebanyak 15 kali searah jarum jam dan dilakukan diatas perut ibu.Ibu mengerti dan mau
melakukannya.
3. Membersihkan ibu serta membersihkan semua perlengkapan yang digunakan kemudian
melakukan pendekontaminasian alat dan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.Ibu sudah bersih dan perlengkapan telah di dekontaminasi.
4. Memasangkan ibu pembalut serta menggantikan kain yang bersih untuk ibu. Ibu sudah
dipasangkan pembalut.
5. Memantau tekanan darah , nadi, suhu, TFU , kontraksi uterus, kandung kemig serta
perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertam dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.
6. Pemantauan kala IV
Jam
Waktu
ke
Tekanan
Nadi
Suhu
darah
Tinggi
Kontraksi
Kandung
Jumlah
Fundus
uterus
Kemih
perdarahan
Baik
Kosong
10 cc
Baik
Kosong
10 cc
Baik
Kosong
10 cc
Baik
Kosong
10 cc
Baik
Kosong
30 cc
Uteri
19.55
20.10
20.25
20.40
110/80
80x/meni
36C
1 jari
mmhg
bawah
110/80
76x/meni
pusat
1 jari
mmhg
bawah
120/80
88x/meni
pusat
1 jari
mmhg
bawah
110/80
80x/meni
pusat
1 jari
mmhg
bawah
pusat
II
21.10
110/80
mmhg
74xmenit
36,5
1 jari
bawah
22
21.40
110/80
80x/meni
pusat
1 jari
mmhg
bawah
Baik
Kosong
30 cc
pusat
7. Keadaan umum baik, tekanan daran 110/80 mmhg, Nadi 80x/menit , kendung kemih
kosong, perdarahan 100 cc.
8. Pembalut diganti dengan yang baru dan ibu telah dipasangkan sabuk.
9. Menganjurkan ibu untuk minum obat amoxicillin 500 mg 3x1dan asam mefenamat 500
mg 3x1 per oral. Ibu telah makan dan minum serta meminum obat sesuai dengan anjuran.
BAB IV
PEMBAHASAN
23
1.
2.
3.
4.
5.
24
menunjukkan bahwa benar penyebab fase aktif memanjang pada kasus Ny. I adalah
kurangnya kekuatan/tenaga ibu.
6.
BAB V
25
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan kebidanan pada Ny.I G3 P2 A0 Usia Kehamilan 38 Minggu
dengan Kala I Fase Aktif Memanjang Di Ruang VK IRD Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ny. I, Penulis telah melaksanakan pengkajian
dengan baik dan lancar yang berupa data Subjektif dan Objektif.
2. Penulis dapat melakukan interprestasi data dengan menentukan diagnose kebidanan yaitu
Ny.I G3 P2 A0 Usia Kehamilan 38 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep
Inpartu Kala I Fase Aktif Memanjang
3. Dalam kasus ini penulis telah membuat rencana asuhan kebidanan pada Ny. I yaitu
dengan melakukan penatalaksanaan kasus fase aktif memanjang.
4. Dalam Kasus ini penulis telah melaksanakan Asuhan Kebidanan sesuai dengan yang telah
direncanakan yaitu dengan melakukan asuhan kebidanan pada Ny. I yang berupa
penatalaksanaan kasus fase aktif memanjang.
5. Dalam Kasus ini penulis telah melaksanakan evaluasi pada kasus Ny. I, dimana evaluasi
yang didapat yaitu Ny. I telah diberikan penatalaksanaan kasus fase aktif memanjang dan
telah dilakukan asuhan persalinan normal. Bayi Ny. I lahir dengan selamat dan telah
dilakukan pemantauan 2 jam postpartum. Hasil pemantauan 2 jam postpartum adalah
normal. Ny. I telah dipindahkan ke ruang nifas.
B. Saran
1.
Bagi ibu bersalin dan keluarga agar lebih kooperatif sehingga proses
serta dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala 1 memanjang.
Bagi mahasiswa untuk selalu belajar dalam hal mendeteksi kemungkinan
kelainan yang akan timbul selama persalinan khususnya pertolongan persalinan dengan
kala 1 memanjang.
26