Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWATAN PADA

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI WANITA


KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat,
keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu, kehamilan
ektopik terganggu merupakan peristiwa peristiwa yang dapat dihadapi oleh setiap
dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu itu,
hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa produksi dengan
gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu
dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.

1.2

TUJUAN

1.2.1

Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mengerti dan memahami teori-teori yang dapat dalam proses
belajar sehingga dapat diterapkan.

1.2.2

Tujuan Khusus
-

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dan mengidentifikasi data pada


klien dengan kehamilan ektopik terganggu..

- Mahasiswa dapat membuat diagnose keperawatan berdasarkan data yang diperoleh


dari ibu hamil.
- Mahasiswa dapat membuat rencana asuhan keperawatan
- Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang telah direncanakan

Kehamilan Ektopik Terganggu

BAB II
KONSEP DASAR ENDOMETRIOSIS

II.A. KONSEP PENYAKIT


1.

Definisi
- Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
-

berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium cavum uteri


Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami
abortus rupture pada dinding tuba.

2.

Epidemiologi
Kehamilan ektopik terganggu masih sulit diketahui, karena biasanya penderita
tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru memberikan
gejala bila kehamilan tersebut terganggu. Sehingga insidens kehamilan ektopik
yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara kuantitatif mortalitas akibat
KET berhasil ditekan, persentase insidens dan prevalensi KET cenderung
meningkat dalam dua dekade ini. Dengan berkembangnya alat diagnostik canggih,
semakin banyak kehamilan ektopik yang terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula
insidens dan prevalensinya. Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan
persentase kehamilan ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan
angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan
mungkin juga progestagen dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga
meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi
di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap
peningkatan frekuensi kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik lebih sering di
temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit putih. Perbedaan ini
diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak ditemukan pada golongan
wanita kulit hitam. Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan
gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di
Negara sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi
rendah daripada di Negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-

Kehamilan Ektopik Terganggu

ekonomi tinggi. Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64


hingga 1 dari 241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi oleh faktor sosial, mungkin
karena pada golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena
kemungkinan berobat kurang.
Usia merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan ektopik.
Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik berumur 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Menurut Linardakis (1998) 40% dari kehamilan ektopik
terjadi antara umur 20-29 tahun.
Ras/Suku Menurut Philip Kotler, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk
bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam
menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan. Kehamilan
ektopik lebih sering di temukan pada wanita kulit hitam dari pada wanita kulit
putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis lebih banyak
ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.
Riwayat Penyakit Terdahulu yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik
adalah infeksi, tumor yang mengganggu keutuhan saluran telur, dan keadaan
infertile.
Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah
kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien pernah
mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk
terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%.
Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan ektopik.
Pada kasus-kasus kegagalan kontrasepsi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) , rasio
kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan intrauterin adalah lebih besar
daripada wanita wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian
kehamilan ektopik pada akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi

Kehamilan Ektopik Terganggu

dibandingkan dengan pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik


per 1000 akseptor AKDR setiap tahun.
Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden yang
tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi menjadi
akseptor, yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya yang biasa.
Pada pemakai pil mini 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah ektopik, akan
tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor pil kombinasi.
Riwayat operasi tuba karena adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik
prosedur sterilisasi yang gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba
semakin umum sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden
kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas
reseptor andrenergik dalam tuba.
3.

Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik dapat diketahui dan dapat juga tidak, atau bahkan
belum diketahui. Beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik, meliputi faktor
uterus, tuba, dan ovum.
a.

Faktor uterus
Tumor rahim yang menekan tuba mengakibatkan pejalanan telur

terhambat
Uterus hipoplastis menyebabkan lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk

dan hal ini sering disertai gangguan fungsi sili endosalping.


b. Faktor tuba
Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalping
Tub sempit, panjang, dan berkeluk-keluk sehingga perjalanan telur

terganggu
Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba sehingga perjalanan sel telur

tidak dapat normal (terganggu)


Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna dapat menyebabkan

lumen tuba menyempit sehingga mengganggu perjalanan telur


Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi

dalam tuba
Lumen kembar dan sempit

Kehamilan Ektopik Terganggu

c. Faktor Ovum
Migrasi eksterna dari ovum, yaitu perjalanan ovum dari ovarium kanan ke
tuba kiri atau sebaliknya sehingga dpat memperpanjang perjalanan telur

yang sudah dibuahi ke uterus


Perlekatan membran granulosa
Rapid cell division
Migrasi internal ovum

4. Manifestasi klinis
Trias gejala & tanda dari kehamilan ektopi kadalah :
-

Riwayat keterlambatan haid


Diikuti perdarahan abnormal (60%-80%)
Nyeri abdominal/ pelvis (95%)
Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6-8
minggu saat timbulnya gejala tersebut. Gejala lain yang muncul biasanya sama
seperti gejala pada kehamilan muda seperti mual,rasa penuh pada payudara, lemah,
nyeri bahu.

Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvis tenderness

,pembesaran uterus, dan massa adneksa (saiffudin,2002 et al)


5.

Patofisiologi
Beberapa hal dibawah ini ada hubungannya dengan terjadinya kehamilan
ektopik
a. Pengaruh faktor mekanik
Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain:
riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi nonginekologis

seperti

apendektomi,

pajanan

terhadap

diethylstilbestrol,

salpingitis isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen


tuba yang menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Hal-hal tersebut secara umum menyebabkan perlengketan intra- maupun
ekstraluminal pada tuba, sehingga menghambat perjalanan zigot menuju
kavum uteri. Faktor mekanik lain adalah pernah menderita kehamilan ektopik,
pernah mengalami operasi pada saluran telur seperti rekanalisasi atau
tubektomi parsial, induksi abortus berulang, tumor yang mengganggu
keutuhan saluran telur.

Kehamilan Ektopik Terganggu

b. Pengaruh faktor fungsional


Faktor fungsional yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan
faktor hormonal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban,
sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri.
Gangguan motilitas tuba dapat disebabkan oleh perobahan keseimbangan
kadar estrogen dan progesteron serum. Dalam hal ini terjadi perubahan jumlah
dan afinitas reseptor adrenergik yang terdapat dalam utrus dan otot polos dari
saluran telur. Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi pada akseptor
kontrasepsi oral yang mengandung hanya progestagen saja, setelah memakai
estrogen dosis tinggi pascaovulasi untuk mencegah kehamilan. Merokok pada
waktu terjadi konsepsi dilaporkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik
yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor
adrenergik dalam tuba.
c. Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena
kontrasepsi sendiri mengurangi insidensi kehamilan. Akan tetapi dikalangan
para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi
kegagalan pada teknik sterilisasi. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini
dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR
yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan
ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan
ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR,
besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.
d. Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya
meningkatkan implantasi pada tuba.
e. Pengaruh proses bayi tabung
Beberapa kejadian kehamilan ektopik dilaporkan terjadi pada proses
kehamilan yang terjadi dengan bantuan teknik-teknik reproduksi (assisted
reproduction).Kehamilan tuba dilaporkan terjadi pada GIFT (gamete
intrafallopian transfer),IVF (in vitro fertilization), ovum transfer, dan induksi
ovulasi. Induksi ovulasi dengan human pituitary hormone dan hCG dapat

Kehamilan Ektopik Terganggu

menyebabkan kehamilan ektopik bila pada waktu ovulasi terjadi peningkatan


pengeluaran estrogen urin melebihi 200 mg sehari.
6. Klasifikasi
Kehamilanektopikdapatdibedakanberdasarkantempatterjadinyaimplantasi, yaitu:
a. Kehamilan tuba, yaitu kehamilan ektopik yang terjadi pada setiap bagian dari
tuba fallopi. Persentase terjadinya kehamilan ektopik yang berlokasi di tuba
adalah sangat besar yang mencapai 95%. Implantasi bisa terjadi pada ampulla
(55%), isthmus (25%), fimbrial (17%), atau pun pada interstisial (2%) dari
tuba. Karena kemampuan perkembangan tuba fallopi yang terbatas, sebagian
besar akan pecah (ruptura) pada umur kehamilan 35-40 hari.
b. Kehamilan ovarial, merupakan bentuk yang jarang (0,5%) dari seluruh
kehamilan ektopik dimana terjadinya implantasi adalah di ovarium.
c. Kehamilan servikal, merupakan bentuk kehamilan ektopik yang jarang sekali
terjadi, dimana implantasi terjadi di dalam selaput lender serviks.
d. Kehamilan abdominal, terjadi karena implantasi terjadi pada rongga abdomen
yang kejadiannya kurang dari 0,1% dari

seluruh kehamilan ektopik.

Kehamilan abdominal ada 2 macam, yaitu:


Primer, dimana implantasi dari awal memang terjadi pada rongga

abdomen.
Sekunder, yaitu implantasi awalnya terjadi ditempat yang lain (tuba,
ovarium, dll) lalu berpindah ke dalam rongga abdomen karena terlepas

dari tempat asalnya.


e. Kehamilan heterotopik, adalah kehamilan ektopik yang terjadi bersamaan
dengan kehamilan intrauterine (kehamilan normal). Kehamilan ini sifatnya
sangat langka yang terjadi satu dalam 17.000-30.000 kehamilan ektopik.
Kehamilan ini bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
Kehamilan kombinasi (Combined Ectopik Pregnancy) yaitu kehamilan

yang berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrautrin normal.


Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu
kehamilan intrauterine yang terjadi setelah terjadi kehamilan ektopik yang

mati/ruptur.
f. Kehamilan tubouteina, merupakan kehamilan yang awalnya implantasi di
bagian tuba pars interstitialis, kemudian mengalami ekstensi secara perlahan
kedalam kavum uteri.

Kehamilan Ektopik Terganggu

g. Kehamilan tuboabdominal, yaitu awalnya mengalami implantasi di sekitar


bagian fimbriae tuba, kemudian secara perlahan mengalami ekstensi ke kavum
peritoneal.
h. Kehamilan tuboovarial, terjadi bila kantung janin sebagian melekat pada tuba
dan sebagian pada jaringan ovarium.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan mencakup pengangkatan kehamilan ektopik secara bedah, karena
kondisi telah mengancam jiwa. Apabila pembedahan dilakukan lebih dini, hampir
sebagian besar pasien dapat pulih dengan cepat; jika terjadi ruptur tuba, maka
mortalitasnya meningkat. Jenis pembedahan ditentukan oleh ukuran dan keluasan
kerusakan lokal pada tuba; pembedahan berkisar dari konservatif sampai yang
lebih ekstensif. Pembedahan konservatif dapat mencakup milking kehamilan
ektopik dari tuba. Reseksi tuba falopii yang sakit dengan anastomosis ujung ke
ujung dapat efektif. Beberapa ahli bedah mencoba untuk menyelamatkan tuba
dengan salpingostomi, yang mencakup membuka dan mengevakuasi tuba dan
mengontrol pendarahan. Pembedahan ekstensif mencakup pengangkatan tuba saja
(salpingektomi) atau dengan ovariumnya (salpingooofarektomi). Bergantung pada
jumlah darah yang hilang, terapi komponen darah dan pengobatan untuk syok
sebelum dan selama pengobatan.
Methotrexate, suatu preparat kemoterapeutik, digunakan setelah pembedahan untuk
mengatahui setiap jaringan yang tertinggal, seperti yang ditandai dengan
peningkatan kadar beta-HCG yang menetap. Pemeriksaan beta- HCG diulang 2
minggu setelah pembedahan untuk memastikan kadarnya telah menurun.
Pilihan lainnya adalah penggunaan methotrexate tanpa pembedahan. Karena obat
ini menghentikan kemajuan kehamilan, obat ini akan menghentikan kehamilan
dini, pada tuba yang belum ruptur. Efek samping termasuk stomatitis dan diare,
supresi sumsum tulang, kerusakan fungsi hati, dermatitis, dan pleuritis. Dosis
didasarkan pada kadar beta-HCG pasien. Faktor citrovorum (leukovorin) telah
digunakan untuk mengurangi efek toksik methotrexate. Enzim hepar juga dipantau
dengan pemeriksaan ultrasoound yang sering dan dengan mengkaji kadar serum
HCG.

Kehamilan Ektopik Terganggu

8. Pencegahan
Pencegahan adalah usaha usaha yang dilakukan sebelum sakit (prepatogenesis),
antaralain :
Perbaikan dan peningkatan status gizi karena keadaan gizi buruk dan keadaan
kesehatan yang rendah menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi
pada alat genitalia sehingga berisiko tinggi untuk menderita kehamilan

ektopik.
Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan ektopik
seperti merokok terutama pada waktu terjadi konsepsi, menghindari hubungan
seksual multi partner (seks bebas) atau tidak berhubungan selain dengan

pasangannya.
Memberikan dan menggalakkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

seperti penyuluhan
Penggunaan kontrasepsi yang efektif.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Keperawatan
1. Menstruasi terakhir
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran persalinan
(TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT).Untuk

Kehamilan Ektopik Terganggu

10

menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan rumus Naegle, yaitu hari


ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun disesuaikan
2. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina
3. Nyeri abdomen : kejang, tumpul
4. Jenis kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
saat kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual janin
5. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
Kondisi kronis seperti DM, hipertensi, dan penyakit ginjal yang berefek buruk
pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan
trauma pada persalinan sebelumnya
c. Pola fungsi kesehatan (Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual)
a) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan
dan kemampuan dalam merawat diri.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Perubahan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola
makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual /
muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Mengkaji pola BAK dan BAB px

Kehamilan Ektopik Terganggu

11

d) Pola aktifitas dan latihan


Pasien terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik, tetapi px mampu
untuk duduk, berpindah, berdiri dan berjalan.
e) Pola istirahat
Px mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak, pikiran kacau, terus gelisah.
f)

Pola kognitf dan perseptual (sensoris)


Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan
peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit, px
mampu memberikan penjelasan tentang keadaan yang dialaminya.

g) Pola persepsi dan konsep diri


Pola emosional px sedikit terganggu karena pikiran kacau dan sulit tidur.
h) Peran dan tanggung jawab
Keluarga ikut berperan aktif dalam menjaga kesehatan fisik pasien.
i) Pola reproduksi dan sexual
Mengkaji perilaku dan pola seksual pada px
j) Pola penanggulangan stress
Stres timbul akibat pasien tidak efektif dalam mengatasi

masalah penyakitnya,

px merasakan pikirannya kacau. Keluarga px cukup perhatian selama pasien


dirawat di rumah sakit.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas
dan takut, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu, dimana px dan keluarga

12

Kehamilan Ektopik Terganggu

percaya bahwa masalah px murni masalah medis dan menyerahkan seluruh


pengobatan pada petugas kesehatan.

2. Diagnosa
a. Nyeri

akut

berhubungan

dengan

agen

cedera

iologis

ditandai

dengan

mengungkapkan nyeri secara verbal


b. PK perdarahan
c. Duka cita berhubungan dengan kehilangan obyek penting bagian dan proses tubuh
ditandai dengan membuat makna kehilangan, distress psikologi

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa
Nyeri

hasil
akut Setelah dilakukan

berhubungan
dengan
cedera

Tujuan dan kriteria

asuhan keperawatan

agen jam diharapkan tingkat


iologis nyeri klien berkurang,

ditandai dengan nyeri terkontrol dengan


mengungkapka

kriteria hasil:

n nyeri secara NOC label : pain


verbal

control
Dengan kriteria hasil:
-Nyeri berkurang (4)
-Penggunaan analgesik
yang
direkomendasikan (4)
-Nyeri terkontrol (4)
NOC label: Pain level

Intervensi

Evaluasi

NIC label : Pain

S:

Management

Klien mengatakan

1. Kaji nyeri secara

nyeri

komprehensif
2. Observasi reaksi

atau terkontrol

nonverbal dari
ketidak nyamanan.
3. Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
4. Kontrol faktor
lingkungan yang

Dengan kriteria hasil:


-Durasi nyeri berkurang

mempengaruhi nyeri

(4)
-Tidak merintih dan

pencahayaan,

seperti suhu ruangan,

berkurang

O:
Pasien

tidak

meringis,

tidak

merintih,

tidak

terdapat
ketegangan
diwajah,
penggunaan
analgesic
tepat

yang

Kehamilan Ektopik Terganggu


menangis(4)
-Ketegangan di wajah

kebisingan
5. Ajarkan teknik non

klien berkurang(4)

farmakologis untuk

13

mengatasi
NIC label: Analgesic
Administration
1. Periksa riwayat
alergi terhadap obat
2. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
3. Tentukan pilihan
analgesik, rute
pemberian, dan dosis
optimal
4. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
1. Monitor
keadaan S :

PK perdarahan
Setelah

dilakukan

umum pasien
keperawatan 2. Monitor tanda vital
3. Monitor
jumlah
selama......x24
jam
perdarahan
pada
pasien
dapat
pasien
meminimalkan
4. Anjurkan
untuk
perdarahan
dengan
meningkatkan
kriteria hasil :
asupan nutrisi klien
tindakan

1. Tidak
perdarahan,

terjadi
tanda

vital normal, tidak


anemis

yg bergizi
5. Kolaborasi

untuk

pemeberian

terapi

intravena

dan

tranfusi darah
6. Kolaborasi kontrol

Pasien mengatakan
badannya

tidak

merasa lemas
O:
Pasien
segar

nampak
dan

kulit

pasien tidak pucat

Kehamilan Ektopik Terganggu


Hb,

HMT,

Retic,

status Fe
dilakukan NIC : Active Listening
1. Menetapkan tujuan
berhubungan
asuhan keperawatan
dari interaksi
dengan
x24 jam diharapkan
2. Menunjukkan sikap
kehilangan
duka cita klien dapat
tertarik dengan klien
obyek penting teratasi dengan kriteria 3. Gunakan pertanyaan
Duka

cita Setelah

bagian

dan hasil :
yang mendorong
NOC
:
Grief
proses
tubuh
klien menyatakan
Resolution
ditandai dengan
perasaannya
1. Klien mampu
4. Mendengarkan pesan
membuat
menyatakan perasaan
yang belum
makna
kehilangan
tersampaikan tetapi
kehilangan,
2. Klien mau berdiskusi
akan disampaikan
distress
tentang perasaan
psikologi

yang dialami
3. Klien menyatakan
penerimaan terhadap
kehilangan
4. Klien melaporkan
kemampuan seksual
normal

14

S:
Pasien mengatakan
dapat

menerima

kehilangan

yang

terjadi

pada

kandungannya
O:
Pasien

tidak

tampak

sedih,

dapat

beraktivitas

seperti biasa

Kehamilan Ektopik Terganggu

15

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium cavum uteri. Kehamilan
ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan
yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di Negara sedang berkembang dan pada
masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah. Kehamilan ektopik dipengaruhi
oleh kondisi tuba, uterus, dan ovum. Manifestasi klinisnya berupa nyeri abdominal,
keterlambatan

haid,

dan

perdarahan

abnormal.

Penatalaksanaanya

berupa

pembedahan, medikasi metrotrexate dan pembedahan, dan hanya terapi metrotrexate.


2. Saran
Diharapkan agar mahasiswa khusunya mahasiswa program studi ilmu keperawatan
lebih mempelajari lebih dalam tentang kehamilan ektopik terganggu agar nantinya
mampu menerapkan serta mengaplikan ilmu yang telah didapatkan pada keluarga
serta masyarakat.

Kehamilan Ektopik Terganggu

16

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Rospidan. 2009. Karakteristik Ibu Penderita Kehamilan Ektopik Terganggu.


Diakses

melalui

alamat:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14667/1/09E00840.pdf pada tanggal 4 Maret


2014
Price Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. (1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
RospidaBangun. 2009. KarakteristikIbuPenderitaKehamilanEktopikTerganggu(KET)
RumahSakitUmumPusat

Haji

Adam

Malik

MedanTahun

di

2003-2008

(diaksesmelaluihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14667/1/09e00840.pdfpadata
nggal 4 maret 2014)
Smeltzer C. Suzanne, Bare G.Brenda.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Вам также может понравиться