Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Adanya kompleks imun pada serum dan jaringan yang terkena (glomerulus renal,
tautan dermis-epidermis, pleksus koroid)
Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan hipokomplemenemia
selama fase aktif dan adanya produk aktivasi komplemen
f. Apoptosis
Autoantibodi pada penderita lupus ditujukan pada antigen yang berada pada
permukaan sel apoptosis, oleh karena itu abnormalitas dalam pengaturan apoptosis
mempunyai peran penting dalam patogenesis SLE. Pada SLE terjadi peningkatan
apoptosis limfosis. Selain itu, terjadi pula persistensi sel apoptosis akibat defek
pembersihan. Kadar C1q yang rendah mencegah ambilan sel apoptosis oleh makrofag.
Peningkatan ekspresi gen Bcl-2 pada sel T dan protein Fas pada CD8+ mengakibatkan
peningkatan apoptosis dari limfositopenia.2
g. Faktor lingkungan
Sinar matahari dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit dan radiasi UVB mempunyai
efek apoptosis. Beberapa obat berhubungan dengan induksi SLE, kelompok obat ini
mungkin mempunyai struktur antigen tertentu dapat bersifat sebagai mediator yang
berinterferensi dengan mekanisme homeostasis populasi limfosit. Penghentian obat
tersebut berkaitan dengan menghilangnya manifestasi klinis SLE. Beberapa obat
tersebut antara lain; alfa metildopa, klorpromazin, hidralazin, isoniazid, fenitoin, dan
prokainamid.2
2. Komplikasi SLE
a. Lupus nefritis
Nefritis lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa. Lupus nefritis biasanya
asimtomatik, meskipun pada beberapa anak-anak terdapat hematuria makroskopik
atau edema yang berkaitan dengan sindrom nefrotik. Gejala awal dari lupus nefritis
dapat berupa hematuria mikroskopik, proteinuria, penurunan filtrasi glomerular dan
hipertensi. Penyakit ginjal yang nyata muncul 2 tahun setelah onset.2
Tabel1. Klasifikasi Lupus Nefritis Menurut WHO2
Kelas I
Kelas IIA
Kelas IIB
Kelas III
Kelas IV
Normal
Kelainan minimal
Kelas V
Glomerulonefritis
membranosa
Kelas VI
Sklerosis glomerular
Keterangan: MC: mikroskop cahaya, MIF: mikroskop imunofluoresensi, EM:
mikroskop elektron
Lupus Nefritis Mesangial
Bersifat asimtomatik atau hanya terdapat proteinuria atau hematuria transien ringan
dan telah disimpulkan bahwa sebagian besar prognosisnya baik walaupun dapat
berkembang menjadi bentuk yang lebih berat. Dapat ditemukan titer antiDNA yang
meningkat dan komplemen sedikit menurun.2
Glomerulitis Proliferatif Fokal
Ditandai oleh endapan granular IgG dan C3 sepanjang sisi luar membrana basalis.
Secara klinis terdapat proteinuria ringan dengan hematuria mikroskopik, sangat jarang
terjadi sindrom nefrotik dan tidak ada atau jarang terjadi gagal ginjal atau hipertensi.
Titer antiDNA meningkat dan aktivitas hemolitikkomplemen menurun atau tidak ada.
Seperti pada bentuk mesangial maka dapat terjadi perubahan bentuk yang lebih berat.
Pada tahap ini pemberian glukokortikoid memberikan hasil yang baik.2
Glomerulonefritis Proliferatif Difus
Merupakan bentuk nefropati lupus terseing dan berat yang ditandai oleh proliferasi
endokapiler dan endapan subendotel. Pemeriksaan imunofloresensi biasanya
menunjukkan deposit IgG dan komplemen (C1q, C3, C4) sepanjang didning kapiler
dan mesangium. Secara klinis merupakan glomerulopati laten yang muncul sebagai
proteinuria sedang atau berat, dengan atau tanpa sindrom nefrotik dan hampir selalu
terdapat hematuria serta gagal ginjal. Antibodi anti DNA sangat tinggi dan titer
komplemen sangat rendah atau bahkan tidak terdeteksi. Bila terdapat sindrom nefrotik
maka anti DNA atau ANA dapat saja negatif karena kehilangan IgG masif melalui
urin. Dengan pengibatan kortikosteroid maka lesi aktif dapat berkurang. Bila tidak
diobati dapat berlanjut menjadi gagal ginjal dengan hipertensi arterial.2
Glomerulonefritis Membranosa
Lesi karakterikstik pada kelainan ini adalah endapan kompleks imun sepanjang
subendotel membrana basalis, dapat terlihat endapan granular IgG dan komplemen
sepanjang membrana basalis. Secar klinis selalu terdapat proteinuria dan sindrom
nefrotik yang sering disertai hematuria. Hipertensi terdapat pada 30% kasus.2
b. Kelainan Sistem Saraf Pusat (SSP)
Kelainan SSP menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada 20-95% anak.
Selain faktor vaskulopati (yang menimbulkan dugaan pengaruh faktor autoantibodi
atau vaskulitis kompleks imun), berbagai mekanime lain dapat pula berpengaruh yaitu
perdarahan akibat hipertensi arterial. Sakit kepala merupakan keluhan yang sering
terjadi, meskipun hubungan dengan lupus masih sulit ditentukan. Kejang merupakan
gejala awal SSP pada lupus. Biasanya bersifat tonik klonik.manifestasi sentral lainnya
dapat berupa gangguan atau defisit motorik dan sindrom ekstrapiramidal yang
biasanya muncul pada masa awal penyakit.2
c. Kelainan kardiovaskular
Perikarditis terjadi pada 30% anak yang menderita SLE akut. Dapat ditandai dengan
nyeri prekordial yang dieksaserbasi oleh berbaring atau nafas dalam dan mereda
dengan bangun duduk atau condong ke depan. Kelainan ini jarang disertai oleh
kardiomegali.2,3
Miokarditis terjadi pada 15% anak dengan manifestasi klinis bervariasi dapat berupa
hipertrofi miokardium, pembesaran ventrikel kiri atau gangguan hantaran ritme.
Adanya takikardi tanpa demam menunjukkan kemungkinan miokarditis. Terapi untuk
miokarditis akut membutuhkan glukokortikoid dosis tinggi ditambah dengan agen
imunosupresi. 2,3
Vaskulitis pada SLE terjadi di pembuluh darah kecil seperti arteriol dan venul.2
d. Kelainan paru
Efusi pleura dapat muncul pada penderita SLE sebanyak 50%. Efusi yang terjadi
cukup kecil dan biasanya bilateral. Pleuritis sering ditemukan bersamaan dengan efusi
pleura. Penumonitis akut dan kronik serta perdarahn pulmonal juga sering ditemukan
pada penderita SLE. Pneumonitis akut mempunyai gejala seperti demam, batuk, nyeri
pada dada, hemoptisis dan dispnea. Pada pemeriksaan fungsi paru dapat ditemukan
adanya restriksi dan infiltrat paru pada pemeriksaan radiografi. Pada pneumonitis
kronis dapat ditemukan gejala berupa dispnea yang progresif dan infiltrat paru yang
difus pada pemeriksaan radiografi. Insiden pneumonitis kronik ini sekitar 10% pada
penderita SLE.2,3
e. Kelainan mata
Adanya vaskulitis retina ditandai dengan bercak kapas atau badan sitoid. Bercak
tersebut terletak di para-arteriolar di polus posterior retina.2
3. Pengobatan SLE
Terapi harus berdasarkan pada luas dan parahnya penyakit penderita. Penderita harus
dievaluasi secara menyeluruh, terutama untuk keterlibatan sistem ginjal. Obat-obat yang
digunakan untuk menekan peradangan.1
Tatalaksana SLE
Artritis
AINS,
hidroksiklorokuin
Jika
berlanjut
+metrotreksat
Demam
indometasin
Jika
berlanjut
Kelainan kulit
dan mukosa,
alopesia,
mudah lelah
hidroksiklorokui
n
Kelainan
profil
lipid
Diet
olahraga,
minyak ikan
Jika
berlanjut
+steroid
Proteinuria
persisten,
hipertensi,
peningkatan BUN,
kreatinin, C3 dan
C4 tetap rendah
Biopsi ginjal
Kelainan
SSP
+statin
Kelas II
Kelas II dan
IV
Steroid
Kelas V
Steroid,
siklosforin
Kelas VI
Monitoring ketat,
dialisis dan
cangkokginjal
Metilprednisolon IV
Modulasi biologi
Imunoglobulin intravena (IVIG) telah digunakan secara terbatas pada SLE dewasa namun
penggunaannya pada anak belum pernah dilaporkan. Penggunaan IVIG dapat menurunkan
kadar antibodi anti-dsDNA. Plasmafaresis merupakan pilihan lain dalam mengatasi pasien
dengan kadar kompleks imun yang beredar di sirkulasi dalam jumlah banyak dan tidak efektif
terhadap kortikosteroid atau siklofosfamid.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Schaller, JG. Lupus Eritematosus Sistemik. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed.
Jakarta: EGC. 2000. 831-34.
2. Akib, AAP, dkk. Lupus Eritematosus Sistemik. Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak.
2nd ed. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.345-72.
3. Wright B, dkk. Systemic Lupus Eritematosus. 2010. Diakses pada tanggal 22 Mei
2015. Terdapat di
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/rheumatolog
y/systemic-lupus-erythematosus/Default.htm