Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyusun :
1.
2.
3.
4.
14/362870/FA/10026 ()
14/362873/FA/10029 ()
14/362876/FA/10032 ()
14/362879/FA/10035 ()
Kelas
:A
Golongan / Kelompok
: II / 2
Dosen Jaga
Asisten Jaga
Asisten Koreksi
PRAKTIKUM XI
merata ketika media memadat. Keuntungan metode ini antara lain: lebih homogen, tidak
membuuhkan keahlian tertentu dan dapat digunakan untuk deteksi mikroba pada
konsentrasi rendah. Kerugiannya, metode ini hanya sesuai untuk mikroba yang tahan
terhadap panas.
2. Teknik sebaran (Spread plate)
Metode ini dilakukan dengan cara menuangkan media terlebih dahulu; setelah memadat,
suspensi sampel yang akan diperiksa dimasukkan lalu diratakan dengan spreader glass.
Metode ini hanya membutuhkan sedikit sampel dan cocok untuk segala jenis mikroba,
namun perlu keahlian khusus dalam perataan sampel agar media tidak rusak.
III.
IV.
Cara Kerja
Ditimbang 1 gram sampel yang akan diperiksa, dicampur dengan 10 mL larutan pengencer
(ASA 0,05%)
Di-vortex campuran sampel dan larutan pengencer hingga homogen
Dilakukan pengenceran seri hingga 10-4, direplikasi sebanyak satu kali
Dicairkan media PDA, dituangkan ke seluruh cawan petri masing-masing sebanyak 10 mL,
dibiarkan memadat
Dipipet 0,5 mL dari masing-masing pengenceran, dituangkan pada permukaan media padat
PDA, diratakan
Dibuat kontrol media (tidak ditambahkan apapun pada media padat PDA) dan kontrol
pelarut (dituang 0,5 mL pelarut ASA pada permukaan media padat PDA, diratakan)
Diinkubasi seluruh cawan petri pada suhu 20-25C
Diamati pada hari ketiga sampai kelima, dihitung jumlah koloni yang tumbuh
V. Hasil Pengamatan
Pengamatan dilakukan setelah sampel diinkubasi selama 5 x 24 jam.
Gambar 1. Sampel uji dengan pengenceran 10-1 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni
pada seri pengenceran pertama (kiri) adalah 34 dan pada seri pengenceran kedua (kanan) adalah 10
Gambar 2. Sampel uji dengan pengenceran 10-2 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni
pada seri pengenceran pertama adalah 32 dan pada seri pengenceran kedua adalah 25
Gambar 3. Sampel uji dengan pengenceran 10-3 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni
pada seri pengenceran pertama adalah 80 dan pada seri pengenceran kedua adalah 10
Gambar 4. Sampel uji dengan pengenceran 10-4 setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam. Jumlah koloni
pada seri pengenceran pertama adalah 32 dan pada seri pengenceran kedua adalah 16
Gambar 5. Kontrol media (kanan) dan kontrol pelarut (kiri) setelah diinkubasi selama 5 x 24 jam.
Jumlah koloni pada kontrol media adalah 65 dan pada kontrol pelarut adalah 13
Data jumlah koloni dan angka kapang/khamir (AKK) dari kedua seri pengenceran,
diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah tercantum dalam tabel di bawah ini.
Seri pengenceran
I
I
I
I
II
II
II
II
Konsentrasi
10-3
10-1
10-2
10-4
10-2
10-4
10-1
10-1
Jumlah koloni
80
34
32
32
25
16
10
10
AKK (CFU/mL)
800.000
340.000
320.000
320.000
250.000
160.000
100.000
100.000
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel tersebut, sampel uji yang diperiksa
memiliki
AKK
lebih
Departemen/Kementerian
besar/kecil
Kesehatan
daripada
Republik
yang
Indonesia
ditetapkan
yaitu
104
oleh
CFU/mL,
; terakhir, diambil 1 mL campuran dalam tabung reaksi ketiga, lalu dipindahkan ke dalam
tabung keempat sehingga konsentrasinya menjadi 10-4. Prosedur ini direplikasi sebanyak
satu kali.
Berikutnya dipanaskan media PDA (Potato Dextrose Agar) yang nantinya akan
digunakan untuk menumbuhkan kapang/khamir serta untuk enumerasi kapang/khamir
tersebut dalam sampel yang akan diperiksa. PDA mengandung 20% ekstrak kentang dan 2%
dekstrosa (Harley & Prescott, 2001); merupakan sumber karbohidrat yang cukup untuk
pertumbuhan kapang/khamir. Dalam percobaan ini media PDA ditambahkan Kloramfenikol
sebanyak 100 ml/L, hal ini dimaksudkan untuk membunuh bakteri sehingga hanya fungi
yang akan tumbuh pada media. Setelah mencair, dituangkan media PDA ke dalam seluruh
cawan petri, masing-masing sebanyak 10 mL, lalu dibiarkan hingga media memadat.
Setelah media memadat, diambil 0,5 mL sampel dari masing-masing tabung reaksi,
dituangkan di permukaan media kemudian diratakan dengan spreader glass yang disterilkan
dengan membakarnya di atas bunsen sebelum dan sesudah sampel diratakan. Sebagai
pembanding, dibuat kontrol media yang hanya berisi media PDA tanpa penambahan apapun
serta kontrol pelarut dengan menambahkan 0,5 mL pelarut ASA di permukaan media.
Tujuan pembuatan kontrol ini adalah untuk mengetahui apakah koloni fungi yang tumbuh
hanya berasal dari sampel ataukah juga terdapat dalam media dan pelarutnya.
Langkah terakhir, diinkubasi seluruh cawan petri pada suhu 20-25C untuk diamati pada
hari ketiga sampai kelima setelah percobaan dilakukan. Alasan dipilih suhu 20-25C karena
kapang dan khamir tumbuh dan berkembang biak lebih optimal dalam suhu tersebut.
Sementara alasan mengapa inkubasi dilakukan selama 3-5 hari adalah pertumbuhan fungi
yang membutuhkan waktu relatif lebih lama dibandingkan dengan pertumbuhan, meskipun
dalam rentang waktu tersebut ada kemungkinan kapang dan khamir tumbuh secara tumpang
tindih sehingga menyulitkan perhitungan koloninya.
Praktikan melakukan pengamatan pada hari ke-5 inkubasi, dan hasilnya terdapat satu
sampel yang jumlah koloninya lebih dari 40, yaitu sampel dari seri pengenceran pertama
dengan konsentrasi 10-3, yang AKKnya bernilai 800.000 CFU/mL, melebihi aturan jumlah
AKK yang dipersyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI. Sampel lainnya dari seri
pengenceran pertama jumlah koloninya mendekati 40; sedangkan dari seri pengenceran
kedua jumlah koloninya lebih rendah, berkisar antara 10-25. Berdasarkan data tersebut dapat
dikatakan sampel yang diuji tidak aman untuk dikonsumsi.
Namun hasil pengujian tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi media dan pelarut yang
ternyata tidak steril, terbukti dari pertumbuhan koloni yang cukup banyak dalam medianya
sendiri sebanyak 650.000 CFU/mL dan pada pelarut sebanyak 130.000 CFU/mL.
VII. Kesimpulan
1. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diuji tercemar
kapang/khamir lebih dari ambang batas konsumsi yang telah ditetapkan oleh
Departemen/Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 104 CFU/mL.
2. Angka Kapang/Khamir (AKK) dinyatakan sebagai jumlah koloni kapang/khamir
dikalikan faktor pengenceran per bobot sampel dalam gram.
3. Metode penentuan AKK yang diaplikasikan dalam praktikum ini adalah metode spread
plate (teknik sebaran)
4. Kapsul ekstrak kulit Manggis yang diuji memiliki nilai AKK sebesar 8 x 10 5, melebihi
104 CFU/mL, sehingga kapsul tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.
(10026) ()
(10029) ()
(10032) ()
(10035) ()