Вы находитесь на странице: 1из 25

AFASIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan yaitu, bicara spontan, komprehensi,
menamai, repetisi ( mengulang), membaca dan menulis.
Bahasa merupakan instrument dasar bagi komunikasi pada manusia dan merupakan
dasar dan tulang punggung bagi kemampuan kognitif. Bila terdapat defisit pada sistem
berbahasa, penilaian faktor kognitif seperti memori verbal. Interpretasi pepatah dan berhitung
lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan. Kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa sangat penting. Bila terdapat gangguan hal ini akan mengakibatkan
hambatan yang berarti bagi pasien.
Gangguan berbahasa tidak mudah di deteksi dengan pemeriksaan yang tergesa-gesa.
Pemeriksaan perlu meningkatkan pengetahuan menganai pola gangguan berbahasa.
B. Rumusan masalah
-

Apa definisi dari Afasia ?

Sebutkan etiologi dari Afasia!

Bagaimana masnifestasi klinis dari Afasia ?

Bagaimana penatalaksanaan untuk Afasia ?

Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk Afasia!

Bagaimana WOC untuk Afasia !

C. Tujuan
Dapat mengetahui definisi dari Afasia
dapat mengetahui Etiologi dari Afasia
dapat mengetahui manifestasi klinis dari Afasia
Dapat mengetahui Pemeriksaan penunjang untuk Afasia
dapat mengetahui WOC untuk Afasia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Afasia merupakan gangguan berbahasa. Dalam hal ini pasien menunjukkan gangguan
dalam memproduksi dan / atau memahami bahasa. Defek dasar pada afasia ialah pada
pemrosesan bahasa tingkat integratif yang lebih tinggi. Gangguan artikulasi dan praksis mungkin
ada sebagai gejala yang menyertai.
Afasia adalah gangguan berbahasa akibat gangguan serebrovaskuler hemisfer dominan, trauma
kepala, atau proses penyakit. Terdapat beberapa tipe afasia, biasanya digolongkan sesuai lokasi
lesi. Semua penderita afasia memperlihatkan keterbatasan dalam pemahaman, membaca,
ekspresi verbal, dan menulis dalam derajat berbeda-beda.
B. Etiologi
Afasia biasanya berarti hilangnya kemampuan berbahasa setelah kerusakan otak. Kata
afasia perkembangan (sering disebut sebagai disfasia) digunakan bila anak mempunyai
keterlambatan spesifik dalam memperoleh kemampuan berbahasa. Dalam hal ini, perkembangan
kemampuan berbahasa yang tidak sebanding dengan perkembangan kognitif umumnya.
Strok, tumor di otak, cedera otak, demensi dan penyakit lainnya dapat mengakibatkan gangguan
berbahasa.

C. Manifestasi Klinis
Gejala dan Gambaran klinik Afasia
1.Afasia global.
Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat. Koadaan ini ditandai oleh tidak
adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang
diucapkan secara stereotip (itu-itu saja, berulang), misalnya : "iiya, iiya, iiya", atau: "baaah,
baaaah, baaaaah" atau: "amaaang, amaaang, amaaang". Komprehensi menghilang atau sangat
terbatas, misalnya hanya mengenal namanya saja atau satu atau dua patah kata. Repetisi

(mengulangi) juga sama berat gangguannya seperti bicara spontan. Membaca dan menulis juga
terganggu berat.
Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua
daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri
serebri media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah

buruk. Afasia global hampir

selalu disertai hemiparese atau hemiplegia yang menyebabkan invaliditas khronis yang parah.
2.Afasia Broca.
Bentuk afasia ini sering kita lihat di klinik dan ditandai oleh bicara yang tidak lancar, dan
disartria, serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pasien sering atau paling banyak
mengucapkan kata-benda dan kata-kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata-bahasa
(tanpa

grammar).

Contoh:

"Saya....sembuh....rumah....kontrol....ya..kon..trol."

"Periksa...lagi...makan... banyak.."
Mengulang (repetisi) dan membaca kuat-kuat sama terganggunya seperti berbicara
spontan. Pemahaman auditif dan pemahaman membaca tampaknya tidak terganggu, namun
pemahaman kalimat dengan tatabahasa yang kompleks sering terganggu (misalnya memahami
kalimat: "Seandainya anda berupaya untuk tidak gagal, bagaimana rencana anda untuk maksud
ini").
Ciri klinik afasia Broca:

bicara tidak lancar

tampak sulit memulai bicara

kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat)

pengulangan (repetisi) buruk

kemampuan menamai buruk

Kesalahan parafasia

Pemahaman

lumayan

(namun

mengalami

kesulitan

memahami

kalimat

yang sintaktis kompleks)

Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks

Irama kalimat dan irama bicara terganggu


Menamai (naming) dapat menunjukkan jawaban yang parafasik. Lesi yang

menyebabkan afasia Broca mencakup daerah Brodmann 44 dan sekitarnya. Lesi yang
mengakibatkan afasia Broca biasanya melibatkan operkulum frontal (area Brodmann 45 dan 44)
dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks motorik bawah dan massa alba
paraventrikular tengah). Selain itu, ada pasien dengan lesi dikorteks peri-rolandik, terutama
daerah Brodmann 4; ada pula yang terganggu di daerah peri-rolandik dengan kerusakan massa
alba yang ekstensif.
Ada pakar yang menyatakan bahwa bila kerusakan terjadi hanya di area Broca di
korteks, tanpa melibatkan jaringan di sekitarnya, maka tidak akan terjadi afasia.
Penderita afasia Broca sering mengalami perubahan emosional. seperti frustasi dan
depresi. Apakah hal ini disebabkan oleh gangguan berbahasanya atau merupakan gejala yang
menyertai lesi di lobus frontal kiri belum dapat dipastikan.
Pemulihan terhadap berbahasa (prognosis) umumnya lebih baik daripada afasia
global. Karena pemahaman relatif baik, pasien dapat lebih baik beradaptasi dengan keadaannya.
3.Afasia Wernicke.
Pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. Di klinik, pasien afasia Wernicke
ditandai oleh ketidakmampuan memahami bahasa lisan, dan bila ia menjawab iapun tidak
mampu mengetahui apakah jawabannya salah. la tidak mampu memahami kata yahg
diucapkannya, dan tidak mampu mengetahui kata yang diucapkannya, apakah benar atau salah.
Maka terjadilah kalimat yang isinya kosong, berisi parafasia, dan neologisme. Misalnya
menjawab pertanyaan: Bagaimana keadaan ibu sekarang ? Pasien mungkin menjawab: "Anal
saya lalu sana sakit tanding tak berabir".
Pengulangan (repetisi) terganggu berat. Menamai (naming) umumnya parafasik.
Membaca dan menulis juga terganggu berat.

Gambaran klinik afasia Wernicke:

Keluaran afasik yang lancar

Panjang kalimat normal

Artikulasi baik

Prosodi baik

Anomia (tidak dapat menamai)

Parafasia fonemik dan semantik

Komprehensi auditif dan membaca buruk

Repetisi terganggu

Menulis lancar tapi isinya "kosong"


Penderita afasia jenis Wernicke ada yang menderita hemiparese, ada pula yang tidak.

Penderita yang tanpa hemiparese, karena kelainannya hanya atau terutama pada berbahasa, yaitu
bicara yang kacau disertai banyak parafasia, dan neologisme, bisa-bisa disangka menderita
psikosis.
Lesi yang menyebabkan afasia jenis Wernicke terletak di daerah bahasa bagian
posterior. Semakin berat defek dalam komprehensi auditif, semakin besar kemungkinan lesi
mencakup bagian posterior dari girus temporal superior. Bila pemahaman kata tunggal
terpelihara, namun kata kompleks terganggu, lesi cenderung mengenai daerah lobus parietal,
ketimbang lobus temporal superior. Afasia jenis Wernicke dapat juga dijumpai pada lesi
subkortikal yang merusak isthmus temporal memblokir signal aferen inferior ke korteks
temporal.
Penderita dengan defisit komprehensi yang berat, pronosis penyembuhannya buruk,
walaupun diberikan terapi bicara yang intensif. Afasia konduksi. Ini merupakan gangguan
berbahasa yang lancar (fluent) yang ditandai oleh gangguan yang berat pada repetisi, kesulitan

dalam membaca kuat-kuat (namun pemahaman dalam membaca baik), gangguan dalam menulis,
parafasia yang jelas, namun umumnya pemahaman bahasa lisan terpelihara. Anomianya berat.
Terputusnya hubungan antara area Wernicke dan Broca diduga menyebabkan
manifestasi klinik kelainan ini. Terlibatnya girus supramarginal diimplikasikan pada beberapa
pasien. Sering lesi ada di massa alba subkortikal - dalam di korteks parietal inferior, dan
mengenai fasikulus arkuatus yang menghubungkan korteks temporal dan frontal.
4.Afasia transkortikal.
Afasia transkortikal ditandai oleh repetisi bahasa lisan yang baik (terpelihara), namun
fungsi bahasa lainnya terganggu. Ada pasien yang mengalami kesulitan dalam memproduksi
bahasa, namun komprehensinya lumayan.
Ada pula pasien yang produksi bahasanya lancar, namun komprehensinya buruk.
Pasien dengan afasia motorik transkortikal mampu mengulang (repetisi), memahami dan
membaca, namun dalam bicara -spontan terbatas, seperti pasien dengan afasia Broca.
Sebaliknya, pasien dengan afasia sensorik transkortikal dapat mengulang (repetisi) dengan baik,
namun tidak memahami apa yang didengarnya atau yang diulanginya. Bicara spontannya dan
menamai lancar, tetapi parafasik seperti afasia jenis Wernicke. Sesekali ada pasien yang
menderita kombinasi dari afasia transkortikal motorik dan sensorik. Pasien ini mampu
mengulangi kalimat yang panjang, juga dalam bahasa asing, dengan tepat. Mudah mencetuskan
repetisi pada pasien ini, dan mereka cenderung menjadi ekholalia (mengulang apa yang
didengarnya).
Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal:

Keluaran (output) lancar (fluent)

Pemahaman buruk

Repetisi baik

Ekholalia

Komprehensi auditif dan membaca terganggu

Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai

Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan.

Gambaran klinik afasia motorik transkortikal:

Keluaran tidak lancar (non fluent)

Pemahaman (komprehensi) baik

Repetisi baik

Inisiasi ot/fpunerlambat

Ungkapan-ungkapan singkat

Parafasia semantik

Ekholalia

Gambaran klinik afasia transkortikal campuran:

Tidak lancar (nonfluent)

Komprehensi buruk

Repetisi baik

Ekholalia mencolok

Afasia transkortikal disebabkan oleh lesi yang luas, berupa infark berbentuk bulan
sabit, di dalam zona perbatasan antara pembuluh darah serebral mayor (misalnya di lobus frontal
antara daerah arteri serebri anterior dan media). Afasia transkortikal motorik terlihat pada lesi di
perbatasan anterior yang menyerupai huruf C terbalik (gambar 9-1). Lesi ini tidak mengenai atau
tidak melibatkan korteks temporal superior dan frontal inferior (area 22 dan 44 dan lingkungan

sekitar) dan korteks peri sylvian parietal. Korteks peri sylvian yang utuh ini dibutuhkan untuk
kemampuan mengulang yang baik.
Penyebab yang paling sering dari afasia transkortikal ialah:

Anoksia

sekunder

terhadap

sirkulasi

darah

yang

menurun,

seperti

yang

dijumpai pada henti-jantung (cardiac arrest).

Oklusi atau stenosis berat arteri karotis.

Anoksia oleh keracunan karbon monoksida.

Demensia.

5.Afasia anomik.
Ada pasien afasia yang defek berbahasanya berupa kesulitan dalam menemukan kata dan
tidak mampu menamai benda yang dihadapkan kepadanya. Keadaan ini disebut sebagai afasia
anomik, nominal atau amnestik. Berbicara spontan biasanya lancar dan kaya dengan gramatika,
namun sering tertegun mencari kata dan terdapat parafasia mengenai nama objek.
Gambaran klinik alasia anomik:

Keluaran lancar

Komprehensi baik

Repetisi baik

Gangguan (defisit) dalam menemukan kata.


Banyak tempat lesi di hemisfer dominan yang dapat menyebabkan afasia anomik,

dengan demikian nilai lokalisasi jenis afasia ini terbatas. Anomia dapat demikian ringannya
sehingga hampir tidak terdeteksi pada percakapan biasa atau dapat pula demikian beratnya
sehingga keluaran spontan tidak lancar dan isinya kosong. Prognosis untuk penyembuhan

bergantung kepada beratnya defek inisial. Karena output bahasa relatif terpelihara dan
komprehensi lumayan utuh, pasien demikian dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik daripada
jenis afasia lain yang lebih berat.
Afasia dapat juga terjadi oleh lesi subkortikal, bukan oleh lesi kortikal saja. Lesi di
talamus, putamen-kaudatus, atau di kapsula interna, misalnya oleh perdarahan atau infark, dapat
menyebabkan afasia anomik. Mekanisme terjadinya afasia dalam hal ini belum jelas, mungkin
antara lain oleh berubahnya input ke serta fungsi korteks di sekitarnya.
Beberapa bentuk afasia mayor
Bentuk

Ekspres
i

Komprehen

Afasia
Ekspresi

Tak

si verbal
Relatif

(Broca)

lancar

terpelihara

Reseptif

Lancar

Terganggu

Repetisi

Menamai

Terganggu

Tergangg

Terganggu

Tak

Terganggu

Terganggu

Lancar

Frontal
posterior

Terganggu

u
Tergangg
u

Posterior

Relatif

Terganggu

Lancar

Tergangg

Terpelihar

Tergangg

terpelihara

Temporal Superior
(Area

Tergangg

Wernicke)
Fronto temporal

Bervariasi

u
Tergangg

Fasikulus

Relatif

Inferior

Terganggu

u
terpelihara

Nominal

Tergangg

Lesi

Tergangg

lancar
Konduksi

Tergangg

Menulis

si membaca
Bervariasi

(Wermicke)
Global

Komprehen

u
Bervariasi

Bervariasi

arkualtus,

girus

supramarginal
Girus
angular,
temporal superior

Transkortik

Tak

Relatif

Terpelihar

Tergangg

Bervariasi

Terganggu

posterior
Peri

al motor
Transkortik

lancar
Lancar

terpelihara
Terganggu

a
Terpelihar

u
Tergangg

Terganggu

Terganggu

anterior
PerisylvianPosteri

al sensorik

sylvian

or

D. Penatalaksanaan Medis
DASAR-DASAR REHABIL1TASI
Bina wicara (speech therapy) pada afasia didasarkan pada :
1. Dimulai seawal mungkin. Segera diberikan bila keadaan umum pasien sudah
memungkinkan pada fase akut penyakitnya.

2. Dikatakan

bahwa

bina

wicara

yang

diberikan

pada

bulan

pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang paling baik.


3. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat).
4. Program terapi yang dibuat oieh terapis sangat individual dan tergantung dari latar
belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien.
5. Program terapi berlandaskan pada penurnbuhan motivasi pasien untuk mau belajar (relearning) bahasanya yang hilang. Memberikan stimulasi supaya pasien metnberikan
tanggapan verbal. Stimuli dapat berupa verbal, tulisan atau pun taktil. Materi yang teiah
dikuasai pasien perlu diulang-ulang(repetisi).
6. Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi kelompok dengan pasien
afasi yang lain.
7. Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kelancaran berbicara. Seseorang disebut berbicara , lancar bila bicara
spontannya lancar, tanpa tertegun-tegun untuk mencari Kata yang diinginkan. Kelancaran
berbicara verbal merupakan refleksi dari efisiensi menemukan kata. Bila kemampuan ini
diperiksa secara khusus ilnpat dideteksi masalah berbahasa yang ringan pada lesi otak yang
ringan iiImii pada demensia dini. Defek yang ringan dapat dideteksi melalui tes kelancaraan,
menemukan kata yaitu jumlah kata tertentu yang dapat diproduksi selama jangka waktu yang
terbatas. Misalnya menyebutkan sebanyak-banyaknya nama jenis hewan selama jangka waktu
satu menit, untuk menyebutkan kata-kata yang mulai dengan huruf tertentu, misalnya huruf S
atau huruf B dalam satu menit.
Menyebutkan nama hewan : Pasien disuruh menyebutkan sebanyak mungkin nama
hewan dalam waktu 60 detik. Kita catat jumlahnya serta kesalahan yang ada, misalnya parafasia.
Skor : Orang normal umumnya mampu menyebutkan 18 - 20 nama hewan selama 60 detik,
dengan variasi I

5 - 7.

Usia merupakan faktor yang berpengaruh secara bermakna dalam tugas ini. Orang
normal yang berusia di bawah 69 tahun akan mampu menyebutkan 20 nama hewan dengan
simpang baku 4,5.
Kemampuan ini menurun menjadi 17 (+ 2,8) pada usia 70-an, dan menjadi 15,5 (
4,8) pada usia 80-an. Bila skor kurang dari 13 pada orang normal di bawah usia 70 tahun, perlu
dicurigai adanya gangguan dalam kelancaran berbicara verbal. Skor yang dibawah 10 pada usia
dibawah 80 tahun, sugestif bagi masalah penemuan kata. Pada usia 85 tahun skor 10 mungkin
merupakan batas normal bawah.
Menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu: Kepada pasien dapat juga
diberikan tugas menyebutkan kata yang mulai dengan huruf tertentu, misalnya huruf S, A atau P.
Tidak termasuk nama orang atau nama kota. Skor: Orang normal umumnya dapat menyebutkan
sebanyak 36 - 60 kata, tergantung pada usia, inteligensi dan tingkat pendidikan. Kemampuan
yang hanya sampai 12 kata atau kurang untuk tiap huruf di atas merupakan petunjuk adanya
penurunan kelancaran berbicara verbal. Namun kita harus hati-hati monginterpretasi tes ini
pada pasien dengan tingkat pendidikan tidak melebihi tingkat Sekolah Menengah Pertama.
Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan
Kemampuan pasien yang afasia untuk memahami sering sulit dlnllal Pemeriksaan
klinis disisi-ranjang dan tes yang baku cenderung kurang cukup dan dapat memberikan hasil
yang menyesatkan. Langkah terakhir dapat digunakan untuk mengevaluasi pemahaman
(komprehensi) secara klinis, yaitu dengan cara konversasi, suruhan, pilihan (ya atau tidak), dan
menunjuk.
Konversasi. Dengan mengajak pasien bercakap-cakap dapat dinilai kemampuannya
memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa.
Suruhan. Serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (Satu langkah) sampai
pada yang sulit (banyak langkah) dapat digunakan untuk menilai kemampuan pasien memahami.
Mula-mula suruh pasien bertepuk tangan, kemudian tingkatkan kesulitannya, misalnya:
mengambil pinsil, letakkan di kotak dan taruh kotak di atas kursi (suruhan ini dapat gagal pada
pasien dengan apraksia dan gangguan motorik, walaupun pemahamannya baik; hal ini harus
diperhatikan oleh pemeriksa).

Pemeriksa dapat pula mengeluarkan beberapa benda, misalnya kunci, duit, arloji,
pulpen. Suruh pasien menunjukkan salah satu benda tersebut, misalnya arloji. Kemudian suruhan
dapat dlpermilit, misalnya: tunjukkan jendela, setelah itu arloji, kemudian pulpen. Pasien tanpa
afasia dengan tingkat inteligensi yang rata-rata mampu menunjukkan 4 atau lebih objek pada
suruhan yang beruntun. Pasien dengan Afasia mungkin hanya mampu menunjuk sampai 1 atau 2
objek saja. Jadi, pada pemeriksaan ini pemeriksa (dokter) menambah jumlah objek yang hams
ditunjuk, sampai jumlah berapa pasien selalu gagal.
Ya atau tidak.

Kepada pasien dapat juga diberikan tugas berbentuk pertanyaan

yang dijawab dengan "ya" atau "tidak". Mengingat kemungkinan salah


pertanyaan

harus

banyak,

ialah

50%, jumlah

paling sedikit 6 pertanyaan, misalnya :

"Andakah yang bernama Santoso?"


"Apakah AC dalam ruangan ini mati ?"
"Apakah ruangan ini kamar di hotel ?"
"Apakah diluar sedang hujan?"
"Apakah saat ini malam hari?"
Menunjuk. Kita mulai dengan suruhan yang mudah difahami dan kemudian
meningkat pada yang lebih sulit. Misalnya: "tunjukkan lampu", kemudian "tunjukkan gelas yang
ada disamping televisi".
Pemeriksaan sederhana ini, yang dapat dilakukan di sisi-ranjang, kurang mampu
menilai kemampuan pemahaman dengan baik sekali, namun dapat memberikan gambaran kasar
mengenai gangguan serta beratnya. Korelasi anatomis dengan komprehensi adalah kompleks.
Pemeriksaan repetisi (mengulang)
Kemampuan mengulang dinilai dengan menyuruh pasien mengulang, mula-mula
kata yang sederhana (satu patah kata), kemudian ditingkatkan menjadi banyak (satu kalimat).
Jadi, kita ucapkan kata atau angka, dan kemudian pasien disuruh mengulanginya.

Cara pemeriksaan

Pasien disuruh mengulang apa yang diucapkan oleh pemeriksa. Mula-mula sederhana kemudian
lebih sulit. Contoh:

Map

Bola

Kereta

Rumah Sakit

Sungai Barito

Lapangan Latihan

Kereta api malam

Besok aku pergi dinas

Rumah ini selalu rapi

Sukur anak itu naik kelas

Seandainya si Amat tidak kena influensa


Pemeriksa harus memperhatikan apakah pada tes repetisi ini didapatkan parafasia, salah

tatabahasa, kelupaan dan penambahan.


Orang normal umumnya mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku-kata.
Banyak pasien afasia yang mengalami kesulitan dalam mengulang (repetisi), namun
ada juga yang menunjukkan kemampuan yang baik dalam hal mengulang, dan sering lebih baik
daripada berbicara spontan.
Umumnya dapat dikatakan bahwa pasien afasia dengan gangguan kemampuan
mengulang mempunyai

kelainan patologis

yang

melibatkan daerah peri-sylvian. Bila

kemampuan mengulang terpelihara, maka daerah -sylvian bebas dari kelainan patologis.

Umumnya daerah ekstra-sylvian yang terlibat dalam kasus afasia tanpa defek
repetisi terletak di daerah perbatasan vaskuler (area water-shed).
Pemeriksaan menamai dan menemukan kata
Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsi herbahasa. Hal ini sedikitbanyak terganggu pada semua penderita afasia. Dengan demikian, semua tes yang digunakan
untuk menilai afasia mencakup penilaian terhadap kemampuan ini. Kesulitan menemukan kata
erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (menamai) dan hal ini disebut anomia.
Penilaian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama objek, bagian dari objek,
bagian tubuh, warna, dan bila perlu gambar geometrik, simbol matematik atau nama suatu
tindakan. Dalam hal ini, perlu digunakan aitem yang sering digunakan (misalnya sisir, arloji) dan
yang jarang ditemui atau digunakan (misalnya pedang). Banyak penderita afasia yang masih
mampu menamai objek yang sering ditemui atau digunakan dengan cepat dan tepat, namun
lamban dan tertegun, dengan sirkumlokusi (misalnya, melukiskan kegunaannya) atau parafasia
pada objek yang jarang dijumpainya.
Bila pasien tidak mampu atau sulit menamai, ia dapat dibantu dengan memberikan
pemula atau

dengan

menggunakan

suku

kata

kalimat

penuntun. Misalnya: pisau. Kita dapat membantu dengan suku kata pi


Atau dengan kalimat: "kita memotong daging dengan

". Yang penting kita nilai ialah

sampainya pasien pada kata yang dibutuhkan, kemampuannya (memberi nama objek). Ada pula
pasien yang mengenal objek dan mampu melukiskan kegunaannya (sirkumlokusi) namun tidak
dapat menamainya. Misalnya bila ditunjukkan kunci ia mengatakan : "Anu ... itu...untuk masuk
rumah...kita putar".
Cara pemeriksaan. Terangkan kepada pasien bahwa ia akan disuruh menyebutkan
beberapa objek juga warna dan

bagian dari

nama

objek tersebut. Kita dapat menilai dengan

memperlihatkan misalnya arloji, bolpoin, kaca mata, kemudian bagian dari arloji (jarum
menit, detik), lensa kaca mata. Objek atau gambar objek berikut dapat digunakan: Objek yang
ada di ruangan: meja, kursi, lampu, pintu, jendela. Bagian dari tubuh: mata, hidung, gigi, ibu
jari, lutut
Warna: merah, biru, hijau, kuning, kelabu.

Bagian dari objek:

jarum jam, lensa kaca mata, sol sepatu, kepala ikat pinggang, bingkai kaca

mata.
Perhatikanlah apakah pasien dapat menyebutkan nama objek dengan cepat atau lamban atau
tertegun atau menggunakan sirkumlokusi, parafasia, neologisme dan apakah ada perseverasi.
Disamping menggunakan objek, dapat pula digunakan gambar objek.
Bila pasien tidak mampu menyebutkan nama objek, dapatkah ia memilih nama objek tersebut
dari antara beberapa nama objek.
Gunakanlah sekitar 20 objek sebelum menentukan bahwa tidak didapatkan gangguan.
Area bahasa di posterior ialah area kortikal yang terutama bertugas memahami bahasa lisan. Area
ini biasa disebut area Wernicke; mengenai batasnya belum ada kesepakatan. Area bahasa bagian
frontal berfungsi untuk produksi bahasa. Area Brodmann 44 merupakan area Broca.
Penelitian dengan PET (positron emission tomography) tentang meta-bolisme glukosa pada
penderita afasia, menyokong spesialisasi regional tugas ini. Namun demikian, pada hampir
semua bentuk afasia, tidak tergantung pada jenisnya, didapat pula bukti adanya hipometabolisme
di daerah temporal kiri. Penelitian ini memberi kesan bahwa sistem bahasa sangat kompleks
secara anatomi-fisiologi, dan bukan merupakan kumpulan dari pusat-pusat kortikal dengan
tugas-tugas terbatas atau terpisah-pisah atau sendiri-sendiri.
Pemeriksaan sistem bahasa
Evaluasi sistem bahasa harus dilakukan secara sistematis. Perlu diperhatikan bagaimana pasien
berbicara spontan, komprehensi (pemahaman), repetisi (mengulang) dan menamai (naming).
Membaca dan menulis harus dinilai pula setelah evaluasi bahasa lisan. Selain itu, perlu pula
diperiksa sisi otak mana yang dominan, dengan melihat penggunaan tangan (kidal atau kandal).
Dengan melakukan penilaian yang sistematis biasanya dalam waktu yang singkat dapat
diidentifikasi adanya afasia serta jenisnya. Pasien yang afasia selalu agrafia dan sering aleksia,
dengan demikian pengetesan membaca dan menulis dapat dipersingkat. Namun demikian, pada
pasien yang tidak afasia, pemeriksaan membaca dan menulis harus dilakukan sepenuhnya,
karena aleksa atau agrafia atau keduanya dapat terjadi terpisah (tanpa afasia).
Pemeriksaan penggunaan tangan (kidal atau kandal)

Penggunaan tangan dan sisi otak yang dominan mempunyai kaitan yang erat Sebelum menilai
bahasa perlu ditentukan sisi otak mana yang dominan, dengan melihat penggunaan tangan. Mulamula tanyakan kepadn p irsion apakah ia kandal (right handed) atau kidal. Banyak orang kidal
telah illnjarkan sejak kecil untuk menulis dengan tangan kanan. Dengan ilcmikian,
mengobservasi cara menulis saja tidak cukup untuk menentukan npakah seseorang kandal atau
kidal. Suruh pasien memperagakan tangan mana yang digunakannya untuk memegang pisau,
melempar bola, dsb.
Tanyakan pula apakah ada juga kecenderungannya menggunakan tangan yang lainnya. Spektrum
penggunaan tangan bervariasi dari kandal yang kuat; kanan sedikit lebih kuat dari kiri; kiri
sedikit lebih kuat dan kanan dan kidal yang kuat. Ada individu yang kecenderungan kandal dan
kidalnya hampir sama (ambi-dextrous)
Pemeriksaan berbicara - spontan
Langkah pertama dalam menilai berbahasa ialah mendengarkan bagaimana pasien berbicara
spontan atau bercerita. Dengan mendengnrknn pasien berbicara spontan atau bercerita, kita dapat
memperoleh data yang sangat berharga mengenai kemampuan pasien berbahasa. Cara Ini tidak
kalah pentingnya dari tes-tes bahasa yang formal.
Kita dapat mengajak pasien berbicara spontan atau berceritera melalui pertanyaan berikut : Coba
ceriterakan kenapa anda sampai dirawat di rumah sakit. Coba ceritakan mengenai pekerjaan anda
serta hobi anda.
Bila mendengarkan pasien berbicara spontan atau bercerita, perhatikan:
1. Apakah

bicaranya

pelo,

cadel,

intonasi bicara terganggu).

tertegun-tegun,

disprosodik

(irama,

ritme,

Pada afasia sering ada gangguan ritme dan

irama (disprosodi).
2. Apakah
(parafasia,

ada

afasia,
neologisme),

kesalahan
dan

sintaks,

perseverasi.

salah

menggunakan

Perseverasi

sering

kata

dijumpai

pada afasia.
Parafasia. Parafasia ialah men-substitusi kata. Kita mengenai 2 jenis parafasia, yaitu parafasia
semantik (verbal) dan parafasia fonomik (literal). Parafasia semantik ialah mensubstitusi satu

kata dengan kata yang lain misalnya: "kucing" dengan "anjing".

Parafasia fonemik, ialah

mensubstitusi suatu bunyi dengan bunyi yang lain, misalnya bir dengan kir, balon dengan galon.
Afasia motorik yang berat biasanya mudah dideteksi. Pasien berbicaranya sangat terbatas atau
hampir tidak ada; mungkin ia hanya mengucapkan: "ayaa, ayaa, aaai, Hi".
Sesekali ditemukan kasus dimana pasien sangat terbatas kemampuan bicaranya, namun bila ia
marah, beremosi tinggi, keluar ucapan makian yang cara mengucapkannya cukup baik.
Afasia ialah kesulitan dalam memahami dan/atau memproduksi bahasa yang disebabkan oleh
gangguan (kelainan, penyakit) yang melibatkan hemisfer otak.
Didapatkan berbagai jenis afasia, masing-masing mempunyai pola abnormalitas yang dapat
dikenali, bila kita berbincang dengan pasien serta melakukan beberapa tes sederhana.
Pada semua pasien dengan afasia didapatkan juga gangguan membaca dan menulis
(aleksia dan agrafia)
Pada afasia semua modalitas berbahasa sedikit-banyak terganggu, yaitu bicara spontan,
mengulang (repetisi), namai (naming), pemahaman bahasa, membaca dan menulis.
Pada lesi di frontal, pasien tidak bicara atau sangat sedikit bicara, dan mengalami kesulitan atau
memerlukan banyak upaya dalam berbicara. Selain itu gramatikanya miskin (sedikit) dan
menyisipkan atau mengimbuh huruf atau bunyi yang salah, serta terdapat perseverasi. Pasien
sadar akan kekurangan atau kelemahannya. Pemahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan kurang
terganggu dibandingkan dengan kemampuan mengemukakan isi pikiran. Menulis sering tidak
mungkin atau sangat terganggu, baik motorik menulis maupun isi tulisan.
Pada lesi di temporo-parietal pasien justru bicara terlalu banyak, cara mengucapkan baik dan
irama kalimat juga baik, namun didapat gangguan berat pada, mem-formulasi dan menamai
sehingga kalimat yang diucapkan tidak mempunyai arti. Bahasa fisan dan tulisan tidak atau
kurang difahami, dan menulis secara motorik terpelihara, namun isi tulisan tak menentu. Pasien
tidak begitu sadar akan kekurangannya.
Afasia jenis yang disebutkan pertama disebut afasia Broca, atau afasia motorik atau afasia
ekspresif. Afasia jenis ke dua disebut jenis Wernicke atau sensorik atau reseptif.

Kadang dijumpai pasien dengan gangguan yang berat pada semua modalitas

bahasa.

Pasien

sama sekali tidak bicara atau hanya bicara sepatah kata atau frasa, yang selalu
diulang-ulang, dengan artikulasi (pengucapan) dan irama yang buruk dan tidak bermakna.
Hal ini disebut afasia global. Lesi biasanya melibatkan semua daerah bahasa di sekitar fisura
sylvii.
Kadang afasia ditandai oleh kesulitan menemukan nama, sedangkan modalitas lainnya relatif
utuh. Pasien mengalami kesulitan menamai sesuatu benda. Pada pasien demikian kita dengar
ungkapan seperti : "anu, itu, kau, kau tahu kan, ya anu itu". Afasia amnestik ini sering merupakan
sisa afasia yang hampir pulih, pada afasia yang tersebut terdahulu, namun dapat juga dijumpai
pada berbagai gangguan otak yang difus. Afasia amnestik mempunyai nilai lokalisasi yang kecil.
Adakalanya digunakan kata afasia campuran. Sebetulnya kata ini kurang tepat, karena di klinik
semua jenis afasia adalah campuran, hanya bidang tertentu lebih menonjol atau lebih berat.
Berbagai tes wawabcara, membaca, menulis, menggambar, ataupun melakukan tugas-tugas
tertentu bias digunakan untuk mengetahui terjadinya kerusakan otak, dan tinggal dicocokkan
dengan pemeriksaan CT-Scan pada otak. Pemeriksaan ini sangat penting untuk terapi dan
rehabilitasi,pasien

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL


Data :
Mayor
Ketidakmampuan untuk mengucapkan kata-kata tetapi dapat mengerti orang lain atau
Minor
Napas Pendek
Yang Berhubungan Dengan Iskimea Dari Lobus Temporal Atau Trontal
Kriteria Hasil
Individu akan :
1. Memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk mengekspresikan diri
2. Mengungkapkan penurunan frustsi dengan komunikasi

Intervensi
1. Identifikasi

metoda

alternatif

yang

dapat

digunakan

orang

tersebut

untuk

mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan dasar.


2. Jangan ubah ucapan, intonasi, atau jenis pesan Anda, karena pada tingkat orang dewasa
3. Anjurkan Keluarga untuk membagi perasaan-perasaan mengenai masalah-masalah dalam
berkomunikasi
4. Untuk individu dengan hambatan bahasa
a.

Berkomunikasi tanpa tergesa-gesa, cara yang halus. Sopan dan format

b.

Berbicara dengan suara pelan, sedang,. Dengarkan dengan cermat; validasikan pemahaman
mutualisme

c.

Gunaikan gerakan tubuh dan gambar-gambar

d. Pertahankan agar pesan tetap sederhana; jangan gunakan istilah medis atau teknis
e.

Jika diperlukan interpreter

Klarifikasi bahasa apa yang digunakan di rumah

Upayakan untuk menggunakan jender dan usia yang sama dengan klien

Hindari interpreter dari Negara yang berlawanan, berbeda kebangsaan

Mintalah untuk menerjemahkan dengan kata yang tepat.

KURANG PENGETAHUAN
DATA :
Mayor

Mengungkapkan kurang pengetahuan atau keterampilan-keterampilan/permintaan informasi

Mengekspresikan suatu ketidakuratan persepsi status kesehatan melakukan dengan tidak tepat
perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan

Minor

Memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan psikologi (mis, ansietas, depresi)


mengakibatkan informasi atau kurang informasi

INTERVENSI :
Beri tahu tentang penatapelaksanaan terapi/rehabilitasi
HARGA DIRI RENDAH KRONIK
Mayor
Jangka panjang atau kronik:
Pengungkapan diri yang negative
Ekspresi rasa bersalah/malu

Evaluasi diri karena tidak dapat menangani kejadian


Menjauhi rasionalisasi/menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative
mengenai diri
Ragu untuk mencoba hal-hal/situasi baru
Minor
Sering kurang berhasil dalam kerja atau kejadian hidup lainnya
Penyelesaian diri berlebihan, bergantung pada pendapat orang lain
Buruknya penampilan tubuh (Kontak mata, postur, gerakan)
Tidak asertif/pasif
Keragu-raguan
Mencari jaminan secara berlebihan
Yang berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder akibat : Kehilangan fungsi tubuh
KRITERIA HASIL
Individu akan :
1. Memodifikasi harapan diri yang berlebihan dan tidak realistis
2. Mengungkapkan penerimaan keterbatasan
3. Mengidentifikasi aspek positif dari diri
Intervensi
1. Bantu individu untuk mengurangi tahapan ansietas yang ada
2. Tingkat perasaan individu terhadap diri
a.

Penuh perhatian

b. Menghargai ruang pribadi individu

c.

Pastikan interpretasi Anda terhadap apa yang dikatakan ataudialami (Apakah ini yang anda
maksud?)
3. Tidak membiarkan individu untuk mengisolasi diri

KERUSAKAN INTERAKSI SOSIAL


DATA :
Mayor
Melaporkan ketidakmampuan untuk menetapkan dan/atau mempertahankan hubungan suportif
yang stabil
Ketidakpuasan dengan jaringan sosial
Minor
Isolasi sosial
Hubungan superficial
Menyalahi orang lain untuk masalah-masalah interpersonal
Menghindari orang lain
Kesulitan Interpersonal di tempat kerja
Orang lain melaporkan tentang pola interaksi yang bermasalah
Perasaan teng\tang tidak dimengerti
Perasaan tentang penolakan
KRITERIA HASIL
Individu akan :
1. Menyatakan masalah dengan sosialisasi
2. Mengidentifikasi perilaku baru untuk meningkatkan sosilaisasi efektif
3. Melaporkan atau bermain peran terhadap penggunaan perilaku pengganti kontstruktif

Intervensi Generik
1. Berikan individu hubungan suportif
2. Bantu untuk mengidentifikasikan bagaimana stress dapat mencetuskan masalah
3. Dukung pertahanan kesehatan
4. Bantu untuk mengidentifikasi alternative tindakan
5. Bantu dalam menganalisa pendekatan yang berfungsi paling baik
6. Bermain peran situasi bermasalah. Diskusikan perasaan-perasaan

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental: (1) membentuk buah
pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian (2) mengatur
motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Pembentukan buah pikiran
dan bahkah pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area
Wemicke pada bagian posterior girus temporalis superior merupakan hal yang paling penting
untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang mengalami afasia Wernicke atau afasia
global tak mampu memformulasikan buah pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau, bila lesinya
tak begitu parah, maka penderita masih mampu memfontiulasikan pikirannya namun tak mampu
menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan
pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak
beraturan.
Afasia Motorik Akibat Hilangnya Area Broca. Kadang-kadang, penderita mampu
menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu bervokalisasi, namun tak dapat mengatur
sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain suara ribut. Efek ini, disebut afasia
motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca, yang terletak di regio prefrontal dan
fasial premotorik korteks kira-kira 95 persen kelainannya di hemisfer. Oleh karena itu, pola
keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan
otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Ricard S, Newroanatomi klinik ed 2, Jakarta : ECG, 1996
2. Lumlantoling, S.M., Newologi klinik pemeriksaan fisik dan mental,

Jakarta : Balai penerbit fakultas kedokteran UI, 1998


3. Boeis, et all, Buku ajar penyakit THT ed.G, Jakarta : ECG, 1997
4. Carperito, Lynda J., Buku saku diagnosa keperawatan-ed-8, Jakarta : ECG, 2000

Вам также может понравиться

  • Neuromyelitis Optica
    Neuromyelitis Optica
    Документ14 страниц
    Neuromyelitis Optica
    Vina Louis Tomlinson
    Оценок пока нет
  • Head
    Head
    Документ9 страниц
    Head
    Andre Pradnyana
    Оценок пока нет
  • Pathway Myelopati
    Pathway Myelopati
    Документ1 страница
    Pathway Myelopati
    ima dwi
    Оценок пока нет
  • Tugas
    Tugas
    Документ10 страниц
    Tugas
    Anonymous kieXEbsGe
    Оценок пока нет
  • Mati Batang Otak
    Mati Batang Otak
    Документ15 страниц
    Mati Batang Otak
    desti rianata
    Оценок пока нет
  • OPTIMAL PP HIPOKALEMIA
    OPTIMAL PP HIPOKALEMIA
    Документ46 страниц
    OPTIMAL PP HIPOKALEMIA
    dusseldorf27
    100% (1)
  • Aorta Abdominal
    Aorta Abdominal
    Документ8 страниц
    Aorta Abdominal
    Budiana Bæ
    Оценок пока нет
  • PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
    PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
    Документ10 страниц
    PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
    Sri Astuti
    Оценок пока нет
  • SESAK NAFAS
    SESAK NAFAS
    Документ32 страницы
    SESAK NAFAS
    Elvin Dergong
    Оценок пока нет
  • Indikasi Rujukan Preeklampsia
    Indikasi Rujukan Preeklampsia
    Документ5 страниц
    Indikasi Rujukan Preeklampsia
    Wie SeptiaNi
    Оценок пока нет
  • Penyakit Jantung Bawaan
    Penyakit Jantung Bawaan
    Документ4 страницы
    Penyakit Jantung Bawaan
    Chiki Caca
    Оценок пока нет
  • LIMFADENOPATI
    LIMFADENOPATI
    Документ10 страниц
    LIMFADENOPATI
    eginabila
    Оценок пока нет
  • ILEUS OBSTRUKSI PENYEBAB DAN PENANGANANNYA
    ILEUS OBSTRUKSI PENYEBAB DAN PENANGANANNYA
    Документ8 страниц
    ILEUS OBSTRUKSI PENYEBAB DAN PENANGANANNYA
    NurshadrinaHendrakaramina
    Оценок пока нет
  • Makalah Pentalogy of Cantrell
    Makalah Pentalogy of Cantrell
    Документ19 страниц
    Makalah Pentalogy of Cantrell
    Ridho Frihadananta Wardhana
    Оценок пока нет
  • Tumor Laring
    Tumor Laring
    Документ37 страниц
    Tumor Laring
    Hielmy Auliya Hasyim
    Оценок пока нет
  • Leaflet Autis
    Leaflet Autis
    Документ1 страница
    Leaflet Autis
    Puteri Hutami
    Оценок пока нет
  • DEPRESI BERAT
    DEPRESI BERAT
    Документ45 страниц
    DEPRESI BERAT
    Putri Rizky Amalia
    Оценок пока нет
  • Tata Laksana Fraktur Tertutup - Komplikasi
    Tata Laksana Fraktur Tertutup - Komplikasi
    Документ3 страницы
    Tata Laksana Fraktur Tertutup - Komplikasi
    Celestia Wohingati
    Оценок пока нет
  • Tutorial Minggu 6 Haha
    Tutorial Minggu 6 Haha
    Документ6 страниц
    Tutorial Minggu 6 Haha
    Ranti
    Оценок пока нет
  • Enteritis Penjelasan Singkat Tentang Peradangan Usus
    Enteritis Penjelasan Singkat Tentang Peradangan Usus
    Документ3 страницы
    Enteritis Penjelasan Singkat Tentang Peradangan Usus
    ilma aulia zahra
    Оценок пока нет
  • PUSKESMAS KRATONAN
    PUSKESMAS KRATONAN
    Документ27 страниц
    PUSKESMAS KRATONAN
    Nely Jauharotul Latifah
    Оценок пока нет
  • Presus Ileus Ec Hernia Femoralis
    Presus Ileus Ec Hernia Femoralis
    Документ32 страницы
    Presus Ileus Ec Hernia Femoralis
    Rheza Tuszakka
    Оценок пока нет
  • Abortus Kriminal
    Abortus Kriminal
    Документ33 страницы
    Abortus Kriminal
    Pascal Adventra
    Оценок пока нет
  • PP Disentri
    PP Disentri
    Документ7 страниц
    PP Disentri
    Joyna Getruida
    Оценок пока нет
  • Endotrakeal Tube Intubasi
    Endotrakeal Tube Intubasi
    Документ4 страницы
    Endotrakeal Tube Intubasi
    Fransisko MBul
    Оценок пока нет
  • GASTROENTERITIS
    GASTROENTERITIS
    Документ20 страниц
    GASTROENTERITIS
    Lia Pertiwi
    Оценок пока нет
  • TRAUMATEK
    TRAUMATEK
    Документ4 страницы
    TRAUMATEK
    C115nikmatul aliyah
    Оценок пока нет
  • Tatalaksana Anemia
    Tatalaksana Anemia
    Документ6 страниц
    Tatalaksana Anemia
    Danisagstn
    Оценок пока нет
  • LVH-VENTRIKEL-KIRI
    LVH-VENTRIKEL-KIRI
    Документ10 страниц
    LVH-VENTRIKEL-KIRI
    Aprilleo Viedro
    Оценок пока нет
  • Refrat Emfisema Kongenital
    Refrat Emfisema Kongenital
    Документ12 страниц
    Refrat Emfisema Kongenital
    Ainil Mardiah
    Оценок пока нет
  • Cairan Infus
    Cairan Infus
    Документ11 страниц
    Cairan Infus
    R.d. Napitupulu
    Оценок пока нет
  • 3.patofisiologi Nyeri Pinggang, Manifestasi, Hubungan
    3.patofisiologi Nyeri Pinggang, Manifestasi, Hubungan
    Документ10 страниц
    3.patofisiologi Nyeri Pinggang, Manifestasi, Hubungan
    19-088 samuel
    Оценок пока нет
  • Appendicular Infiltrat
    Appendicular Infiltrat
    Документ40 страниц
    Appendicular Infiltrat
    Hans Natanael Poso
    Оценок пока нет
  • Makalah CKD F3-1
    Makalah CKD F3-1
    Документ29 страниц
    Makalah CKD F3-1
    Riski Nurul Insani
    Оценок пока нет
  • Hernia
    Hernia
    Документ55 страниц
    Hernia
    airin shabrina
    Оценок пока нет
  • Hirschsprung Morbus
    Hirschsprung Morbus
    Документ29 страниц
    Hirschsprung Morbus
    Anniza Komalasari
    Оценок пока нет
  • Hernia Diafragmatika
    Hernia Diafragmatika
    Документ10 страниц
    Hernia Diafragmatika
    giscaamilia
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Soal Latihan BSO Cair DR Arifa
    Pembahasan Soal Latihan BSO Cair DR Arifa
    Документ7 страниц
    Pembahasan Soal Latihan BSO Cair DR Arifa
    fabitaerian
    Оценок пока нет
  • TENGGELAM] DROWNING: KLASIFIKASI, PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
    TENGGELAM] DROWNING: KLASIFIKASI, PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
    Документ44 страницы
    TENGGELAM] DROWNING: KLASIFIKASI, PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA
    Hikma Prajawati
    Оценок пока нет
  • Tatalaksana Ikterus Neonatorum PDF
    Tatalaksana Ikterus Neonatorum PDF
    Документ22 страницы
    Tatalaksana Ikterus Neonatorum PDF
    Natasya Ballo
    Оценок пока нет
  • Refleks Tendon/ Refleks Periosteum: 1. Jenis Refleks A. Refleks Pengecapan
    Refleks Tendon/ Refleks Periosteum: 1. Jenis Refleks A. Refleks Pengecapan
    Документ7 страниц
    Refleks Tendon/ Refleks Periosteum: 1. Jenis Refleks A. Refleks Pengecapan
    Xavier Regan
    Оценок пока нет
  • Hipokalemia Dengan Tetraparesis
    Hipokalemia Dengan Tetraparesis
    Документ13 страниц
    Hipokalemia Dengan Tetraparesis
    Ahmad Azroei Yusup
    Оценок пока нет
  • Bronkiolitis Anak
    Bronkiolitis Anak
    Документ29 страниц
    Bronkiolitis Anak
    ancillaagrayn
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Fraktur Intertrochanter Os Femur Sinistra
    Laporan Kasus Fraktur Intertrochanter Os Femur Sinistra
    Документ34 страницы
    Laporan Kasus Fraktur Intertrochanter Os Femur Sinistra
    ImamAmriadiAS
    Оценок пока нет
  • Sap
    Sap
    Документ7 страниц
    Sap
    Lalu Iqbal Sabilillah
    Оценок пока нет
  • Pessarium Hamsia Hamkina C014181044
    Pessarium Hamsia Hamkina C014181044
    Документ29 страниц
    Pessarium Hamsia Hamkina C014181044
    kina
    Оценок пока нет
  • GDS1 Pc3 PATOFISIOLOGI IKTERUS
    GDS1 Pc3 PATOFISIOLOGI IKTERUS
    Документ2 страницы
    GDS1 Pc3 PATOFISIOLOGI IKTERUS
    Rasyid Ridha
    Оценок пока нет
  • Auskultasi
    Auskultasi
    Документ7 страниц
    Auskultasi
    connie
    Оценок пока нет
  • Terapi Cairan - Rumatan
    Terapi Cairan - Rumatan
    Документ10 страниц
    Terapi Cairan - Rumatan
    Wisnu Agung Wiyangga
    Оценок пока нет
  • PACEMAKER BAB 1
    PACEMAKER BAB 1
    Документ21 страница
    PACEMAKER BAB 1
    Sarni
    Оценок пока нет
  • Anatomi Fisiologi Kulit
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Документ32 страницы
    Anatomi Fisiologi Kulit
    Vhickthizar Assegaf
    Оценок пока нет
  • Head Injury
    Head Injury
    Документ29 страниц
    Head Injury
    ajeng rahmadaniyanti
    Оценок пока нет
  • FRKTUR TULANG
    FRKTUR TULANG
    Документ58 страниц
    FRKTUR TULANG
    justitiaintan
    Оценок пока нет
  • Tumor Supraglotis
    Tumor Supraglotis
    Документ29 страниц
    Tumor Supraglotis
    dayu
    Оценок пока нет
  • ATLS
    ATLS
    Документ24 страницы
    ATLS
    stevany
    Оценок пока нет
  • Mamae Aberans
    Mamae Aberans
    Документ6 страниц
    Mamae Aberans
    janty
    Оценок пока нет
  • Askep Afasia
    Askep Afasia
    Документ17 страниц
    Askep Afasia
    Tomi Rinaldi
    Оценок пока нет
  • AFASIA
    AFASIA
    Документ28 страниц
    AFASIA
    acid_scavous
    Оценок пока нет
  • AFASIA
    AFASIA
    Документ26 страниц
    AFASIA
    Hening Tri Utami
    Оценок пока нет
  • Afasia
    Afasia
    Документ18 страниц
    Afasia
    shintasissy
    Оценок пока нет
  • ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL
    ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL
    Документ46 страниц
    ANESTESI LOKAL DAN REGIONAL
    milla.megawati2gmail.com
    Оценок пока нет
  • Ambliopia
    Ambliopia
    Документ21 страница
    Ambliopia
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Lembar Penegsahan
    Lembar Penegsahan
    Документ1 страница
    Lembar Penegsahan
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    milla.megawati2gmail.com
    Оценок пока нет
  • DM Usu
    DM Usu
    Документ20 страниц
    DM Usu
    Sofia Pranacipta
    Оценок пока нет
  • DSUSILA
    DSUSILA
    Документ37 страниц
    DSUSILA
    Vanny Ocktaria
    Оценок пока нет
  • Mekong Invaginasi
    Mekong Invaginasi
    Документ16 страниц
    Mekong Invaginasi
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Ambliopia (Henry)
    Penyuluhan Ambliopia (Henry)
    Документ16 страниц
    Penyuluhan Ambliopia (Henry)
    NicoMichael
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ2 страницы
    Daftar Isi
    milla.megawati2gmail.com
    Оценок пока нет
  • Identifikasi Mayat
    Identifikasi Mayat
    Документ41 страница
    Identifikasi Mayat
    budisu
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Jenis-Jenis Tenggelam
    Jenis-Jenis Tenggelam
    Документ3 страницы
    Jenis-Jenis Tenggelam
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Pengukuran
    Pengukuran
    Документ4 страницы
    Pengukuran
    ima_nekonayagi
    Оценок пока нет
  • PERADILAN PIDANA
    PERADILAN PIDANA
    Документ44 страницы
    PERADILAN PIDANA
    Naj'mu Shokhirru Bersabar
    Оценок пока нет
  • Kematian Wajar Mendadak (S)
    Kematian Wajar Mendadak (S)
    Документ31 страница
    Kematian Wajar Mendadak (S)
    Rudy Amoyee
    Оценок пока нет
  • Pengumpulanpengolahan
    Pengumpulanpengolahan
    Документ14 страниц
    Pengumpulanpengolahan
    ima_nekonayagi
    Оценок пока нет
  • DATA ANTE MORTEM DAN FORMULIRNYA
    DATA ANTE MORTEM DAN FORMULIRNYA
    Документ19 страниц
    DATA ANTE MORTEM DAN FORMULIRNYA
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Sudden Death N
    Sudden Death N
    Документ11 страниц
    Sudden Death N
    Fadhli Abd Essential
    Оценок пока нет
  • Jenis-Jenis Tenggelam
    Jenis-Jenis Tenggelam
    Документ3 страницы
    Jenis-Jenis Tenggelam
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • DSUSILA
    DSUSILA
    Документ37 страниц
    DSUSILA
    Vanny Ocktaria
    Оценок пока нет
  • Populasi Dan Sampel
    Populasi Dan Sampel
    Документ21 страница
    Populasi Dan Sampel
    Lisra Tetep Lisra
    Оценок пока нет
  • OTOLOGI KULIAH MENERANGKAN ANATOMI DAN PATOLOGI TELINGA
    OTOLOGI KULIAH MENERANGKAN ANATOMI DAN PATOLOGI TELINGA
    Документ128 страниц
    OTOLOGI KULIAH MENERANGKAN ANATOMI DAN PATOLOGI TELINGA
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Kasus DHF
    Kasus DHF
    Документ1 страница
    Kasus DHF
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • HI B PENYAKIT
    HI B PENYAKIT
    Документ17 страниц
    HI B PENYAKIT
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Kulit Dan Kelamin
    Kulit Dan Kelamin
    Документ15 страниц
    Kulit Dan Kelamin
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Документ16 страниц
    MAKALAH
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Case Demam Tifoid
    Case Demam Tifoid
    Документ22 страницы
    Case Demam Tifoid
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Follow Up Pasien
    Follow Up Pasien
    Документ13 страниц
    Follow Up Pasien
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет