Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BANGUNAN BAJA
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
BAB V
KESIMPULAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tugas perancangan struktur Baja ini merupakan tugas yang mana dalam
pengerjaannya mahasiswa diberikan problem berupa sebuah bangunan berlantai 5
(lima), dan akan dianalisa dengan metode Load and Resistant Factor Design.
Dalam pengerjaan tugas ini mahasiswa diwajibkan untuk menggunakan
aplikasi komputer yang telah lazim dipakai di lapangan, sehingga memungkinkan
nantinya dapat membiasakan diri dalam menghadapi problem yang serupa ataupun
problem yang lainnya yang berhubungan dengan perancangan struktur. Selain agar
mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang perancangan struktur
khususnya bangunan sipil, dalam hal ini juga diharapkan agar membiasakan diri
dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan
dalam mengerjakan pekerjaan yang sehubungan dengan perancangan struktur,
menggambar, perhitungan anggaran biaya, manajemen waktu, alokasi sumber
dayanya, dan pekerjaan lainnya.
1.2 Maksud dan Tujuan Tugas
Tujuan penulisan ini adalah sebagai manifestasi dari yang kita peroleh
selama kuliah sampai dengan penyusunan tugas ini.
Apapun maksud dari tugas ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk dan
bagian-bagian serta memberikan gambaran bagaimana merencanakan suatu
struktur baja dengan metode Load and Resistant Factor Design.
1.3 Pokok Masalah/Batasan Masalah
Dalam tugas ini saya melakukan perencanaan sebuah bangunan gedung
bertingkat dengan struktur baja komposit dengan tipe soal sesuai dengan yang
terlampir.
Adapun lingkup perencanaan struktur ini adalah :
1. Rancangan Layout dan tampak struktur gedung
2. Rencana dimensi element struktur, pembebanan struktur portal, dan pondasi
sesuai kriteria standar perencanaan strukturalnya.
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
LAMPIRAN
BAB II
KONSEP DESAIN ANALISIS STRUKTUR BAJA
II.1. Konsep Perencanaan Allowable Stress Design (ASD)
Qi
.R n
dari sumbu netral ke serat terluar) untuk mendapatkan tegangan. Dengan demikian,
bila diasumsikan bahwa kekuatan nominal Mn tercapai pada saat tegangan serat
terjauh merupakan tegangan leleh fy (yakni
), sehingga didapat :
atau
Dalam ASD,
menjadi tegangan elastik hitung dalam beban layanan penuh. Bila kekuatan nominal
final Mn telah didasarkan atas pencapaian suatu tegangan fcr yang lebih sedikit
daripada fy, karena misalnya saja tekukan, tegangan yang diijinkan Fb akan sama
dengan fcr / FS. Dengan demikian, kriteria keamanan dalam ASD dapat ditulis sebagai:
Harga dasar sebesar 1.67 digunakan untuk batang tarik dan balok. Harga ini
merupakan batas bawah untuk kolom dengan panjang sama dengan nol. Untuk
kolom panjang digunakan harga sebesar 1.92 dan untuk sambungan digunakan harga
sebesar 2.5 sampai 3. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa penggunaan hargaharga ini untuk persamaan
ln(R m / Q m )
( VR2 Vq2 )1/ 2
dimana VR dan VQ adalah koefisien variasi dari distribusi kurva R dan Q. Semakin besar
nilai maka kurva ln(R/Q) akan semakin bergeser menjauhi garis batas kegagalan (ke
arah kanan) artinya semakin kecil kemungkinan pencapaian kondisi batas (luas area
yang diarsir mengecil) dan semakin besar pula tingkat keamanannya.
Rn iQi
dimana :
= faktor keamanan untuk sisi kekuatan atau sering disebut faktor reduksi
kekuatan (resistance/strength reduction factor)
Rn = kuat nominal komponen struktur, diambil nilai terkecil dari beberapa skenario
kegagalan (kondisi batas) yang mungkin terjadi
= faktor keamanaan untuk sisi beban atau sering disebut faktor pengali beban
(overload factors)
Qi
Faktor
reduksi
kekuatan
( )
diadakan
untuk
memperhitungkan
reduksi ( )
0.90
dan pengaku
Komponen struktur yang memikul gaya tekan
Komponen struktur yang memikul gaya tarik uantu
Kondisi batas leleh
Kondisi batas fraktur
0.85
0.90
0.75
Sambungan Baut:
Baik yang memikul geser, tarik ataupun kombinasi geser dan
0.75
tarik
Sambungan Las
Las Tumpul Penuh
Las Sudut, Las Pengisi dan Las Tumpul Sebagian
0.90
0.75
1.4D
U =
U =
U =
U =
1.2D 1.0 E + L L
U =
dimana:
D = beban mati yang diakibatkan berat struktur permanen, termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan menetap lainnya
L = beban hidup yang ditimbulkan pengguna gedung termasuk beban kejut
La = beban hidup di atap yang ditimbulkan oleh pekerja, peralatan atau material
H = beban hujan, tidak termasuk akibat genangan air
W = beban angin
E = beban gempa
L = reduksi beban hidup, bila L < 5 kPa diambil 0.5 dan bila L > 5 kPa diambil 1.0
Nilai beban-beban yang disebutkan di atas merupakan nilai beban minimum
yang diisyaratkan pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIG
1983). Dari persamaan kombinasi-kombinasi tersebut, terlihat bahwa faktor beban
semakin besar untuk mengakomodasi semakin acak atau semakin sulitnya suatu
beban/kombinasi beban diprediksi.
Komponen struktur baja yang memikul gaya tarik (sering disebut batang
tarik), harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi :
Nu t Nn
dimana :
Nu =
kuat tarik perlu, yaitu nilai gaya tarik akibat beban terfaktor, diambil nilai
terbesar diantara berbagai kondisi pembebanan yang diperhitungkan.
Nn =
kuat tarik nominal, yaitu nilai gaya tarik pada kondisi batas yang
diperhitungkan.
Untuk komponen yang memikul gaya tarik, kondisi batas yang
diperhitungkan adalah:
1. Kelelehan penampang (yielding), yaitu leleh pada seluruh penamapang (bruto).
Nn = 0.90 Ag fy
dimana :
Nn = 0.75 Ae fu
dimana :
Ae = luas efektif penampang
fu = kekuatan (batas) tarik digunakan dalam desain
Komponen struktur baja yang memikul gaya tekan (sering disebut batang
tekan), harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :
N u c N n
dimana :
Nu =
kuat tekan perlu, yaitu nilai gaya tekan akibat beban terfaktor, diambil nilai
terbesar diantara berbagai kondisi pembebanan yang diperhitungkan.
Nn =
kuat
tekan
nominal,
yaitu
nilai
gaya
tekan
terkecil
dengan
c =
N n A g Fcr A g
fy
dimana :
a. Untuk c 0.25 maka 1.0
b. untuk 0.25 < c < 1.2 maka
1.43
1.6 0.67 c
Nnlt A g Fclt
dimana :
f cry f crz
f clt
2H
4f cry f crz H
1 1
f cry f crz 2
Besaran-besaran Ag, c, , fy, fclt, fcr, fcry, fcrz dan H adalah parameter-parameter
penampang.
II.2.5. Komponen yang memikul lentur
Komponen struktur baja yang memikul lentur direncanakan sedemikian
rupa sehingga memenuhi persamaan :
M u r M n
dimana :
Mu =
kuat lentur perlu, yaitu nilai momen lentur akibat beban terfaktor,
diambil nilai terbesar diantara berbagai kombinasi pembebanan yang
diperhitungkan.
Mn =
c =
2.
lokal pada balok yang menerima lentur terjadi di bagian pelat penampang yang
menerima tekan. Batas maksimum rasio lebar-tebal pelat badan maupun pelat
sayap akan lebih besar dibandingkan rasio untuk batang tekan.
3.
menurut panjang bentang yang tak terkekang secara lateral Lb dan menghasilkan
kurva daerah kiat lentur nominal Mn.
M n M p 1.12 S x f y
E
M n M cr C b
EI y GJ
IyIw Mp
L
L
2
dimana :
Mp = momen lentur plastis,yang menyebabkan seluruh penampang
mengalami leleh
Cb
Mr = Sx ( fy fr )
E
fy
L p 1.76 ry
X1
2
Lr f y
1 1 X 2f L
f y f r
X1
Sx
EGJA
2
2
S I
X 2 4 x w
GJ I y
dimana :
Iy
E
E
21
= Poissons ratio
J=
M uy
Nu
Nu
8 M ux
1.0
0.2 maka
t / c Nn
t / c N n 9 f M nx f M ny
Untuk
M ux
M uy
Nu
Nu
1.0
0.2 maka
t / c Nn
t / c N n f M nx f M ny
M u b M nt s M lt
dimana :
Mnt =
Mlt =
b =
Cm
N
1 u
N crb
dimana :
Nu = gaya aksial terfaktor pada kolom
Ncrb = beban kritis elastik kolom yang dihitung dengan faktor panjang tekuk, k=1
dan kelangsingan (L/r) dalam arah lenturnya.
Cm = faktor modifikasi momen akibat pengaruh distribusi momen yang tak
seragam.
s
1
N u oh
1
H L
atau :
s
1
N
N
crs
dimana :
Nu = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi dari seluruh
kolom pada satu tingkat struktur yang ditinjau.
Ncrs
= beban kritis elastik kolom yang dihitung dengan harga sebenarnya dari
faktor panjang tekuk (k) dan kelangsingan (L/r) kolom dalam arah
lenturnya.
oh
Beban tetap
L/360
Beban sementara
-
Kolom biasa
L/240
h/500
h/200
h/300
h/200
dimana : L =
h=
panjang bentang
tinggi tingkat,beban tetap adalah beban mati dan beban sementara
meliputi beban gempa atau beban angin
BAB III
METODOLOGI
III.1. Metodologi Perencanaan
Secara umum proses pengerjaan perancangan struktur ini dalam bentuk flow
chart berikut ini :
MULAI
Data-data :
Lay out bangunan
Mutu bahan struktur
Parameter tanah
Preliminary Desain
Dimensi Balok
Dimensi Kolom
Dimensi Plat
Analisa Struktur Gedung dengan ETABS V9.5.0
Kontrol balok
dan kolom
Ya
Hitung Sambungan
(Baut dan las)
Perhitungan Dimensi dan
Penulangan Pondasi
SELESAI
Tidak
2. Selanjutnya adalah mengatur terlebih dahulu grid dan disesuaikan dengan model
struktur yang akan kita modelkan. Isilah nilai-nilai tersebut dibawah ini.
Jumlah grid arah X
Jumlah grid arah Y
Spasi grid arah X
Jumlah tingkat
Tinggi tingkat
Tinggi lantai dasar
3. Mendefinisikan material, dalam hal ini kita gunakan matrial baja dan beton. Klik menu
Define Material Properties pilih STEEL klik Modify/Show Material. Kemudian
isilah data-data material baja yang akan digunakan meliputi massa jenis (Mass per
Unit Volume), berat jenis (Weight per unit volume), modulus elastisitas (Modulus Of
Elasticity), poisson rasio (Poisson Ratio), Koefisien muai bahan (Coeff of Thermal
Expansion), tegangan leleh minimum (Minimum Yield Stress,Fy), Kuat tarik Ultimat
minimum (Minimum Tensile Strength,Fu) dan biaya per unit berat (Cost per unit
weight). Setelah semua parameter telah diisi klik OK OK.
Untuk material beton pilih CONC Modify/Show Material dan isilah parameterparameter untuk material beton meliputi massa jenis (Mass per Unit Volume), berat
jenis (Weight per unit volume), modulus elastisitas (Modulus Of Elasticity), poisson
rasio (Poisson Ratio), Koefisien muai bahan (Coeff of Thermal Expansion), kuat tekan
beton (Specified Conc Comp Strength,fc), tegangan leleh tulangan lentur (Bending
Reinf. Yield Stress,fy), tengangan leleh tulangan geser (Shear Reinf. Yield Sterss,fys).
4. Mendefinisikan penampang yang akan kita gunakan pada struktur. Klik menu Define
Frame Section pilih Add SD Section untuk membuat penapang komposit (gabungan
antara baja dan beton), kemudian gambarkan model penampang pada SD designer.
5. Untuk kolom pilih Add I/Wide Flanges kemudian isi parameter penampang seperti
contoh berikut ini (Satuan dalam meter).
6. Untuk plat pilih Define Wall/Slab/Deck Section. Add New Deck kemudian isi
parameter yang sesuai dengan penampang plat yang akan digunakan.
7. Langkah selanjutnya adalah membuat gambar struktur pada grid-grid yang telah kita
buat pada langkah 1 dan 2, dengan memilih profil yang akan kita pakai pada member
yang bersangkutan sehingga struktur terbentuk secara lengkap. Seperti tampak pada
gambar berikut ini.
8. Ada beberapa kolom yang harus kita putar untuk memberikan keseimbangan antara
sumbu lemah dan sumbu kuat pada struktur. Caranya adalah pilih terlebih dahulu
kolom yang akan kita putar kemudian klik Assign Frame/Line Local Axes
kemudian isi pada Angle = 90, artinya profil tersebut diputar 900 berlawanan arah
jarum jam (aturan tangan kanan).
9. Setelah profil kolom diputar maka struktur telah selasai dibuat, dan tampak seperti
gambar berikut ini :
Untuk melihat tampilan 3D dapat dilakukan dengan klik menu View Create
OpenGL View tetapi sebelumnya pada Set Display Option beri tanda centang pada
Object Fill, Object Edge dan Extrussion maka akan tampil seperti gambar berikut ini:
Tampak 3D
Tampak Atas
10. Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan beban, kombinasi beban dan respon
spectrum gempa yang dalam kasus ini bangunan berada di wilayah gempa 2 dengan
jenis tanah sedang.
12. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis struktur. Klik Analyze Run Analysis,
pastikan tidak ada Warning!!! pada teks run-nya.
13. Carilah gaya-gaya maksimum pada tiap lantai dan masukkan dalam perhitungan
manual untuk mengecek apakah profil yang kita pilih telah memenuhi persyaratan
atau tidak.
BAB V
KESIMPULAN