Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Noor, SpKK
Etiologi
Faktor Pencetus
Gejala Klinis
Predileksi
Eflourosensi
Tanda khas
Psoariasis Vulgaris
Idiopatik diduga
genetik ; bersifat
kronik eksaserbasi
Reaksi obat
Infeksi saluran nafas
Udara dingin
Bedah
Infeksi virus
Stres psikis
Trauma (fenomena
kobner)
Gangguan metabolik
Asimptomatik
gangguan kosmetik.
Pada fase akut
kadang terasa panas
seperti terbakar dan
gatal ringan.
Kulit kepala,
perbatasan kulit
kepala dengan muka,
ekstrimitas bagian
ekstensor (terutama
siku dan lutut),
daerah lumbosakral.
Dapat menyerang
kuku pitting nail.
Plak eritem, berbatas
tegas
Skuama kasar,
berlapis-lapis,
berwarna seperti
mika.
Fenomena tetesan
lilin
Fenomena auspitz
Fenomena kobner
Pitiriasis Rosea
Idiopatik diduga
infeksi virus
Infeksi virus, bakteri,
fungal, mikoplasma
Gigitan serangga
Trauma (fenomena
kobner)
Autoimun
Psychogenik
Dermatitis Seboroik
Idiopatik diduga
Infeksi Pityrosporum
Ovale
Infeksi Candida dan
Staphylococcus
Produksi minyak
berlebih oleh
glandula sebasea
Stress emosional
Epidermal proliferasi
Gejala konstitusi
tidak ada hanya
gatal ringan
Rambut rontok
Gatal ringan
Kulit kepala
Muka ( alis, lipatan
nasolabial, dahi,
dagu, pipi)
Daerah fleksor
(aksila, infra mamae,
umbilikus,
intergluteal, lipat
paha)
Eritema skuama
berminyak dan agak
kuning, batas tidak
jelas.
Herald patch
makula
eritematosa ditutupi
oleh skuama halus
berbentuk oval dan
anular, soliter.
Herald patch
Lesi kecil mengikuti
lipatan kulit
Christmas tree
Collarette scaling
Skuama kuning
berminyak dan bau
tengik
Cradle cap bayi
2. Kortikosteroid oral dan parenteral psoariasis eksfoliatif, psoriasis arthritis dan psoariasis
pustulosa. Psoariasis vulgaris kontraindikasi pemberian kortikosteroid karena dapat
menyebabkan rebound phenomen sehingga menimbulkan psoariasis pustulosa generalisata.
1. Tahapan penatalaksanaan diagnosa pasti Uretritis Gonore adalah :
a.
(1.2,3)
2. Tes Thomson
Untuk mengetahui sejauh mana infeksi berlangsung
Syarat :
-
Hasil :
I
II
Makna
Jernih
Jernih
Infeksi (-)
Keruh
Jernih
Uretritis anterior
Keruh
Keruh
Uretritis anterior
Dan posterior
Jernih
Keruh
Tidak mungkin
(3)
gonore,
maka
harus
dikomunikasikan
agar
tidak
c.
d.
(3)
Cefotaxime 1 gr i.m +
Doksisiklin/Tetrasiklin/Eritromisin
e.
Amoksisilin 3 gr + probenesid 1 gr
+
Pustaka
1. Edward,W.Hook. Gonococcal Infection in The Adult. Dalam: Sexually
Transmitted Diseases. Third Edition. McGraw Hill. 1999. Hal; 451463
2. Barakbah,Jusuf et all. Gonore. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan Terapi.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo;
Surabaya. 1994; Hal :93-97
3. Fahmi, Daili Saiful; Gonore. Dalam: Penyakit Menular Seksual. Balai
Penerbit FKUI; Jakarta. 1997.
4. Barakbah, Jusuf et all. Gonore. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan Terapi.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo;
Surabaya. 1994; Hal : 93-87
5. Harahap,Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates; Jakarta; 2000. Hal : 9496
Resisten obat
-
(1,2,3)
b.
Tetrasiklin
Streptomisin
Spiramisin
(3,4)
- Adanya penderita gonore dengan status pasangan suami-istri yang datang periksa
tidak keduanya sehingga salah seorang tidak diketahui menderita gonore dan tidak
diterapi
- Penderita gonore yang diterapi namun selama terapi tetap berhubungan seksual
diluar suami istri
Pustaka
1.Edward,W.Hook. Gonococcal Infection in The Adult. Dalam: Sexually
Transmitted Diseases. Third Edition. McGraw Hill. 1999. Hal; 451463
2.Barakbah,Jusuf et all. Gonore. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan Terapi.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo;
Surabaya. 1994; Hal :93-97
3.Fahmi, Daili Saiful et all. Gonore. Dalam: Penyakit Menular Seksual. Balai
Penerbit FKUI; Jakarta. 1997.
4.Harahap,Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates; Jakarta; 2000. Hal : 94-96
a.
(2)
b.
c.
(3,4)
(1,2,4,5)
1. Antivirus
-
Valacyclovir
Famciclovir
Acetaminophen
(3,4)
- Dewasa : 500-650 mg/kali, per oral, diberikan per 4-6 jam saat
demam
- Anak
b. Ibuprofen
(3,4)
- Dewasa : 200-400 mg/kali, per oral, diberikan per 4-6 jam saat
demam
- Anak
: 4-10 mg/ kali, per oral, diberikan per 4-6 jam saat
demam
d.
Terapi topikal
-
(2,5)
Pustaka
1. Wolff, Klaus; Johnson Richard Allen; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. Eighth Edition. 2005. McGraw Hill. Hal : 816-820
2. Arnold,Harry L. Andrews Disease of Skin Clinical Dermatology.Eighth
Edition.1990. W.B.Saunders company. Hal : 451-452
3. Harahap,Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates; Jakarta; 2000. Hal : 9496
4. Mulyano. Varicela. Dalam : Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 1. Meidian Mulya Jaya. Jakarta. 1986.
5. N.Mehta,Parang. Varicella. September 2005. http://www.emedicine.com
Penyakit kulit atau kelainan kulit yang harus ditangani secara cepat dan tepat
agar tidak terjadi akibat fatal, karena penderita juga diikuti dengan keadaan umum yang
kurang baik.
b.
c.
d.
Terapi kortikosteroid
(2,3,4)
(2)
(1,2)
1) Prednison 40-80 mg/hari i.v dan bila keadaan membaik (lesi lama
bertambah baik dan tidak ada penambahan lesi baru) segera
diberikan kortikosteroid tappering of.
2) Jika pemakaian kortikosteroid lebih dari 2 minggu, untuk mencegah
supresi kelenjar adrenal dan suprarenal perlu disertai :
- Pemberian ACTH
- KCl 2 x 500 mg/hari
e. Diberikan antibiotika untuk infeksi sekunder dengan : (2,3)
f.
(3)
(4)
Pustaka
1. Wolff, Klaus; Johnson Richard Allen; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. Eighth Edition. 2005. McGraw Hill. Hal : 158-162
2. Harahap,Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates; Jakarta; 2000. Hal : 28
3. Mulyano. Eritrodema. Dalam : Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 1. Meidian Mulya Jaya. Jakarta. 1986. Hal :89-90
4. Agusni,Indropo et all. Eritroderma. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan
Terapi. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo;
Surabaya. 1994; Hal :163-166
6. Jenis terapi Psoriasis Vulgaris
Penyebab dari Psoriasis vulgaris belum diketahui sehingga belum ada obat
pilihannya.
a.
Terapi topikal
(3,4,5)
a. Preparat ter :
Menurut asalnya, preparat ter terbagi 3, yaitu
1.
Fosil (icthyol)
2.
3.
Terapi Sistemik
- Antimitosis
(1,2,4)
Tiap
minggu
diperiksa
(Hb,Leukosit,
Differential
Count,Trombosit,Urin lengkap)
Tiap bulan periksa fungsi ginjal dan hepar
- Levodopa : dosis antara 2 x 250 mg 3 x 500 mg
- DDS (diamino difenil sulfon) : 2 x 100 mg sehari
- Etretinat (agison, tigason) : pada bulan pertama diberikan 1
mg/KgBB, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan
menjadi 1,5 mg/KgBB
- Siklosporin : 6 mg/KgBB sehari
c.
Terapi PUVA (Psoralen per oral dan sinar UVA) dengan penyinaran untuk
menghambat mitosis
(5,6)
Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
No
Impetigo Bulosa
(1,2,3,4,5,6)
Impetigo Krustosa
1.
Etiologi
Stapylococcus
2.
Lesi
Streptococcus
hemolitikusgroup A
Predileksi
>>
muka
(sekitar
lubang
hidung & mulut), lengan, leher
dan ekstrimitas
Pustaka
1 . Arnold,Harry L. Andrews Disease of Skin Clinical Dermatology.Eighth
Edition.1990. W.B.Saunders company.Hal : 257
2. Wolff, Klaus; Johnson Richard Allen; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis
of Clinical Dermatology. Eighth Edition. 2005. McGraw Hill. Hal :
587-588
3. Suyoso,Junarso et all. Impetigo. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan
Terapi. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter
Soetomo; Surabaya. 1994; Hal : 51-53
4. Mulyano. Psoriasis Vulgaris. Dalam : Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi 1. Meidian Mulya Jaya. Jakarta. 1986. Hal :2528
5. Harahap,Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Hipocrates; Jakarta; 2000.
6. E.Burdick,Annes; Impetigo. Maret 2005. http://www.emedicine.com
(2,4)
(2,3,4)
Papulo sirniner
satu lingkaran
-
Corona veneris
7.
d.
e.
(2,4)
2.
(2,4)
b.
c.
d.
e.
Pustaka
1. Edward,W.Hook. Gonococcal Infection in The Adult. Dalam: Sexually
Transmitted Diseases. Third Edition. McGraw Hill. 1999. Hal; 451463
2. O.Hutapea,Namyo. Sifilis. Dalam: Penyakit Menular Seksual. Balai Penerbit
FKUI; Jakarta. 1997.
3. Barakbah,Jusuf et all. Sifilis. Dalam : Pedoman Diagnostis Dan Terapi.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dokter Soetomo;
Surabaya. 1994; Hal : 107-111
2.
Pitiriasis Versikolor
Etiologi
Predileksi
Pitiriasis Alba
Malassezia
furfur Belum diketahui,
(Pityrosporum orbiculare) pada Streptococcus
stratum korneum epidermis
diduga
3.
Predisposisi
Impetigo
Dermatitis non spesipik
kadar
Gatal ringan
Besar bervariasi, batas tegas
Tidak gatal
4.
Keluhan
5.
UKK/Lesi
6.
Prognosis
Lesi
bulat,
oval/plakat
bentuk
tidak
jelas
&
umumnya menetap
Baik(menghindari predisposisi),
hanya
bercak Sembuh spontan
hipopigmentasinya agak lama beberapa bulan
menghilang
beberapa tahun
setelah
sampai
Pustaka
1.Arnold,Harry L. Andrews Disease of Skin Clinical Dermatology.Eighth
Edition.1990. W.B.Saunders company. Hal 230,347-349.
2.Wolff, Klaus; Johnson Richard Allen; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. Eighth Edition. 2005. McGraw Hill. Hal :352-353.
3.Suherman,Kasansengari Urip.Pitiriasis Versikolor. Dalam : Pedoman
Diagnostis Dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD
Dokter Soetomo; Surabaya. 1994; Hal : 3
4. Mulyano. Pitiriasis Versikolor. Dalam : Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi 1. Meidian Mulya Jaya. Jakarta. 1986. Hal :7-8
5. Anonim; Pytiriasis Versicolor; . http://www.dermNet.com
6. Kerhavarz,Reza. Pythiriasis Alba. Juni 2005. http://www.emedicine.com
(4,6)
a. Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh dengan ditetesi
minyak mineral atau KOH dan dikerok
b. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum ditusukan pada terowongan dibagian yang gelap dan digerakkan
tangensial
c. Kuretase terowongan (kuret dermal)
Kuretasi
dilakukan
secara
superficial
mengikuti
sumbu
panjang
Uji Tetrasiklin
Dioleskan pada daerah yang dicurigai ada terowongan, dibersihkan dan
diperiksa lampu wood tetrasiklin menunjukkan fluoresensi
3.
(4,5,6)
Jika ada teman/keluarga yang menderita lesi yang sama atau tidak
ada keluhan namun merupakan seseorang yang sering kontak
dengan penderita diharapkan segera dibawa berobat juga
Pustaka
1.Arnold,Harry L. Andrews Disease of Skin Clinical Dermatology.Eighth
Edition.1990. W.B.Saunders company. Hal 523-526
2.Wolff, Klaus; Johnson Richard Allen; Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. Eighth Edition. 2005. McGraw Hill. Hal : 858859
3.
Pseudohifa
Spora
Blatospora
5.
1.
- Apakah pernah terdapat atau terjadi kelainan kulit di daerah tangan (hand
dermatitis) ?
2.
3.
permukaan kulit
Meredakan gejala kekeringan dan melepaskan skuama
Peeling agent untuk kerusakan kulit yang disebabkan sinar matahari (sun-damaged skin)
1.
Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis Alba
Vitiligo
1.
2.
Etiologi
Predileksi
Malassezia
furfur
(Pityrosporum
orbiculare)
pada
stratum
korneum
epidermis
Belum
diketahui,
diduga
Streptococcus
Ketiak,
lipat
paha,
(50%lengan, tungkai atas, Muka
60%)
>>
leher,
muka,
kulit
disekitar mulut,
kepala berambut
dahi, pipi.
Ekstrimitas
badan
3.
Predisposi
si
Genetik
Endogen
imum
Eksogen
kelembaban
keringat.
Ekstensor
tulang,
terutama
di
atas
jari,
& periorifisial
sekitar
mata,
mulut, hidung,
tibialis anterior,
pergelangan
tangan bagian
fleksor
Otoimun,
neurochemical,
self destruction
Defisiensi Impetigo
(produk
Dermatitis non metabolik)
:
Suhu, spesipik
udara &
Kehamilan,
pil
KB,
kadar kortisol plasma
tinggi
Gatal ringan
Tidak gatal
Pada
awal
gejala bisa ada
gatal,
pada
akhirnya tidak
ada.
4.
Keluhan
5.
Simetris,
makula
putih
dengan batas
jelas,
besar
bervariasi,
:
Lesi
bulat, distribusi
fokal,
oval/plakat
bentuk
tidak segmental,
jelas
&
UKK/Lesi
umumnya
menetap
generalisats
Tergantung
distribusi
6.
Prognosis
Sembuh
spontan
setelah
Baik(menghindari
predisposisi),
hanya beberapa bulan
sampai
bercak
beberapa
hipopigmentasinya
tahun
agak lama menghilang
dapat
berlangsung
berbulan-bulan
sementara.
3. Gejala klinis variola
Inkubasinya 2-3 minggu, terdapat 4 stadium :
parestesi
yang
bersifat
c. Stadium vesikulo-pustulosa
Dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel-vesikel yang kemudian
menjadi pustul-pustul dan pada saat ini suhu tubuh meningkat lagi.
Pada kelainan tersebut timbul umbilikasi.
d. Stadium resolusi
Stadium ini berlangsung dalam 2 minggu, timbul krusta-krusta dan
suhu tubuh mulai turun. Kemudian krusta-krusta terlepas dan
meninggalkan sikatrik-sikatrik yang atropi. Kadang-kadang dapat
timbul perdarahan yang disebabkan depresi hemopoitik dan disebut
sebagai black variola yang sering fatal. Mortalitas variola bervariasi
di antara 1-50%.
4. Upaya untuk mencegah terjadinya neuralgia pasca herpetika
Jawab :
Neuralgia pasca herpetika adalah ras nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan lebih dari satu bulan setelah
c. Infus larutan 50 CC prokain 1% dalam NACl 500 cc dengan kecepatan 4060 tetes permenit.
d. Suntikan alkohol pada ganglion Gasseri
5. Akibat yang muncul pada bayi jika ibunya terkena Varicella pada trimester
ke-III masa kehamilan
Jawab :
Pada
bayi
tersebut
akan
timbul
neonatal
varicella
(setelah
10
hari
dilahirkan ). Hal ini terjadi karena adanya transmisi virus dari ibu ke bayi pada
masa akhir kehamilan. Gejala klinis yang muncul adalah demam tinggi,
vesikel hemoragik yang berkepanjangan disertai dengan infeksi pada oragan
dalam yang lain (misalnya pneumonia. Mortalitasnya 31%. Tingkat keparahan
munculnya
lesi
tergantung
pada
banyaknya
antibodi
maternal
yang
X 100%
tunggal
Jenis obat
Dosis
6 bulan
Klofazimin
50 mg/hari
Ofloksasin
Minoksiklin
400 mg/hari
100 mg /hari
diikuti dengan
18 bulan
Klofazimin dengan
50 mg/hari
Ofloksasin atau
400 mg/hari
Minoksiklin
100 mg/hari
c. Penderita yang tidak dapat makan DDS jika terjadi efek samping yang
berat pada penderita PB dan MB, obat ini harus segera dihentikan. Tidak
ada regimen pengganti untuk tipe MB, sedangkan tipe PB dapat dipakai
sebagai pengganti DDS dengan cara :
Rifampisin
Dewasa
Klofazimin
50
mg/hari
Anak-anak 10-14 450 mg/bulan, diawasi
tahun
300 mg/bulan
diawasi
50
selang sehari
150 mg/bulan
diawasi
kehamilan dan menyusui, bagi ibu dan bayinya, sehingga tidak perlu
mengubah dosis. Obat yang dipakai dapat melalui air susu ibu dalam
jumlah kecil, tetapi tidak ada laporan efek samping obat pada bayinya
kecuali pewarnaan kulit ekibat klofazimin. Obat dosis tunggal bagi bercak
tunggal ditunggu pemakaian sampai bayinya lahir.
d. Pengobatan kusta pada penderita yang menderita tuberkulosis (TB)
saat yang sama
Bila pada saat yang sama penderita kusta juga menderita TB aktif,
pengobatan harus ditujukan pada kedua penyakit. Beri obat anti-TB yang
memadai, sebagai tambahan terhadap MDT, rifampisis biasa diberikan
pada kedua penyakit ini dan harus diberikan sesuai dosis untuk TB.
4. Reaksi kusta
Reaksi kusta terbagi menjadi 2 yaitu reaksi ringan dan reaksi berat :
a. Reaksi ringan
Non medikamentosa : istirahat, imobilisasi, berobat jalan
Non medikamentosa
-
Aspirin
Masih merupakan obat terbaik dan urah untuk mengatasi nyeri dan
sebagai antieadang. Dosis yang dianjurkan antara 600 1200 mg
diberikan tiap 4 jam, 4 sampai 6 kali sehari.
-
klorokuin
kombinasi
aspirin
dan
kloroluin
dikatakan
lebih
baik
khasiatnya
antimon
Talidomid :
berangsur-angsur
diturunkan
sapai
50
mg/hari.
Tidak
Dosis steroid
menghambar
enzim
polimerase
RNA
yang
berikatan
secara
ireversibel. Dosis tunggal 600 mg/hari (arau 5-15 mg/kg berat badan). Efek
samping : hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, dan erupsi obat.
d. klofasimin
Bekerja dengan cara mengganggu metabolisme redikal oksigen. Disamping
itu obat ini juga mempunyai efek anti inflamasi sehingga berguna untuk
pengobatan reaksi kusta.
Dosis untuk kusta : 50 mg/hari atau 100 mg tiap tiga kali seminggu dan untuk
anak-anak 1 mg/kg BB/hari. Selain itu dosis bulanan 300 mg juga diberikan
setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe 1 dan tipe 2. efek samping :
gangguan gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, enoreksia, vomitus), hanya
terjadi pada dosis tinggi.
e. Ofloksasin
Dosis optimal harian : 400 mg. Efek samping : mual, diare, gangguan saluran
cerna, gangguan susunan saraf pusat dalam bentuk insomnia, nyeri kepala,
dizzines, nervousness dan halusinasi. Hato-hati penggunaan pada anak-anak,
remaja, wanita hamil dan menyusui harus secara hati-hati.
f.
Minoksiklin
Pruritus.
Morfologi dan distribusi yang khas:
- likenifikasi fleksural pada orang dewasa,
- gambaran dermatitis di pipi dan ekstensor pada bayi.
Dermatitis kronis atau kronis kambuhan.
4.
Riwayat atopi pribadi atau keluarga : Asma, rinitis alergika, dermatitis atopik.
Tanda Minor :
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tes kulit tipe cepat yang reaktif (tipe 1) (terutama alergi multipel).
Onset pada usia muda (sebelum usia 5 tahun).
Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik.
Katarak subkapsular anterior (terutama bilateral).
Xerosis (kulit tak terinflamasi, kasar, bersisik).
Iktiosis, hiperlinear Palmaris, keratosis pilaris.
Pitiriasis alba.
Kepucatan fasial atau eritem.
Warna hitam sekitar orbita (alergic shiner).
Lipatan infraorbital Dennie-Morgan (terutama lipatan ganda)
Peningkatan kadar IgE.
Keratokonus.
Kecenderungan infeksi kulit yang berulang (khususnya Staphylococcus aureus, dan
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Pemeriksaan fisik (inspeksi dan palpasi) yang dapat ditemukan pada dermatitis atopik
Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel berkeratin tanpa inti gepeng yang
sitoplasmanya dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen, yaitu
keratin2.
b. Stratum lucidum
Terdiri atas selapis sel sel eosinofilik sangat gepeng2.
c. Stratum granulosum
Lapisan ini tersusun oleh 3 sampai 5 lapis sel poligonal gepeng dengan
sitoplasma
yang
berisi
granula
basofilik
kasar
disebut
granula
keratohialin2.
Sel penyusun yang lain adalah granula berlamel, yaitu sebuah struktur
lonjong atau mirip batang kecil (0,1-0,3 m) yang mengandung cakramcakram berlamen yang dibentuk oleh lapis ganda lipid. Granula-granula ini
mengeluarkan materi yang berfungsi sebagai sawar terhadap masuknya
materi asing2.
d. Stratum spinosum (stratum Malphigi)/pickle cell layer (lapisan akanta)
lapisan ini terdiri atas sel-sel kuboid, poligonal, atau agak gepeng dengan
ini di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas
filamen. Kumpulan filamen ini tampak pada mikroskop cahaya yang
disebut tonofibril. Filamen ini berfungsi mempertahankan kohesi antar sel
dalam melawan akibat abrasi2.
e. Stratum basale/germinativum
Lapisan ini terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang
terletak di atas lamina basalis pada batas epidermisdermis dan
memisahkan dermis dari epidermis2.
Lapisan ini juga mengandung 3 jenis sel yang tidak begitu banyak yaitu melanosit, sel
Langerhans, dan sel Merkel2.
1. Melanosit
Sel ini terdapat di bawah atau diantara sel-sel stratum basale dan dalam folikel
rambut. Sel ini berfungsi membentuk pigmen warna pada kulit dan rambut dan
melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning1.
2. Sel Langerhans
Sel ini banyak ditemukan pada stratum spinosum. sel Langerhans merupakan
makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah dan
menyajikan antigen kepada limfosit T. Sehingga sel ini berperan dalam reaksi
3.
2.
3.
retikulin2.
Lapisan subkutis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar dengan sel-sel lemak di dalamnya 1.
B. DEFINISI ALERGI
Pada tahun 1906, Von Pirquet mengusulkan nama alergi yang artinya reaksi yang
berlainan. Pada waktu ini peningkatan daya tahan tubuh disebut kekebalan atau imunitas,
sedangkan peningkatan kepekaan tubuh disebut hipersensitivitas. Istilah alergi dan
hipersensitivitas dianggap sebagai sinonim dan keduanya menunjukkan kondisi badan
yang berubah setelah kontak dengan antigen, sehingga antigen atau antigen yang mirip
dengannya dapat menimbulkan reaksi patologis dalam badan. Coombs dan Gell membagi
reaksi alergi menjadi 4 tipe menurut kecepatannya dan mekanisme imun yang terjadi,
yaitu tipe I, II, III, dan IV3.
1.Sifilis
2. Herpes genital simpleks
Untuk pasien penderita alergi dan dokter pemeriksa, diagnosis penyakit alergi dengan
skin prick test punya banyak keuntungan. Tes ini relatif mudah dan nyaman untuk pasien
serta tidak mahal. Untuk dokter hasil pemeriksaan bisa didapatkan hanya dalam waktu 20
menit sehingga penjelasan bisa diberikan kepada pasien seketika itu juga.
Efek samping dan resiko sangat jarang, dapat berupa reaksi alergi yang memberat dan
benjolan pada kulit yang tidak segera hilang. Pemberian oral antihistamin bisa diberikan jika
terjadi reaksi yang tidak diinginkan tersebut.
Skin prick test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya Ig E spesifik yang terikat pada sel
mastosit kulit. Terikatnya Ig E pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan
mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, akibatnya timbul kemerahan/flare dan bentol/wheal pada kulit tersebut. Skin
prick test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh karena alergen inhalan, makanan
atau bisa serangga agar di kemudian hari bisa dihindari dan juga untuk menetukan dasar
pemberian imunoterapi.
Indikasi skin prick test:
1. Rhinitis alergi: bila gejala tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa sehingga
diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis alergen agar dikemudian hari alergen
tersebut bisa dihindari.
2. Asma: asma yang persisten pada penderita yang terpapar alergen (perenial).
3. Kecurigaan alergi terhadap makanan: dapat diketahui makanan yang
menimbulkan reaksi alergi sehingga bisa dihindari.
4. Kecurigaan alergi terhadap sengatan serangga.
Persiapan skin prick test:
Sebagai dokter pemeriksa kita perlu menanyakan riwayat perjalanan penyakit pasien,
gejala dan tanda yang ada yang membuat pemeriksa bisa memperkirakan jenis alergen.
Apakah alergi ini terkait secara genetik dan bisa membedakan apakah justru merupakan
penyakit non alergi, misalnya infeksi atau kelainan anatomis atau penyakti lain yang
gambarannya menyerupai alergi.
A. Persiapan prick test:
1. Persiapan bahan/material ekstrak alergen:
- Gunakan material yang belum kadaluwarsa.
- Gunakan ekstrak alergen yang terstandarisasi.
2. Persiapan penderita
- Menghentikan pengobatan antihistamin 5-7 hari sebelum tes.
- Menghentikan pengobatan jenis antihistamin generasi baru paling tidak 2-6
-
3. Persiapan pemeriksa:
- Teknik dan keterampilan pemeriksa perlu dipersiapkan agar tidak terjadi
interpretasi yang salah akibat teknik dan pengertian yang kurang difahami oleh
pemeriksa.
perdarahan.
- Tindakan ini mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit.
- Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan menilai bentol yang timbul.
5. Mekanisme reaksi pada skin prick test
Di bawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan
granula-granula yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang
berikatan dengan Ig E. Ketika lengan Ig E ini mengenali alergen (misalnya house dust
mite) maka sel mast terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat,
maka timbullah reaksi alergi karena histamin berupa bentol dan kemerahan.
6. Kesalahan yang sering terjadi pada skin prick test
1. Test dilakukan pada jarak yang sangat berdekatan (< 2 cm)
2. Terjadi perdarahan, yang memungkinkan terjadi false positive.
3. Teknik cukitan yang kurang benar sehingga penetrasi ekstrak ke kulit kurang,
memunginkan terjadinya false negative.
4. Menguap dan memudarnya larutan alergen selama tes.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi skin test:
- Area tubuh tempat dilakukannya tes
- Umur
- Jenis kelamin
- Ras
- Irama sirkadian
- Musim
- Penyakti yang diderita
- Obat-obatan yang dikonsumsi
8. Interpretasi prick test
Sumber:
Henny Kartikawati. Skin prick test pada diagnosis penyakit alergi. Bagian ilmu tht fk
undip rs dr.kariadi semarang. 2007. Available from: http://www.google.co.id indikasi,
persiapan dan interpretasi tes cukit (diakses tanggal 17 Nopember 2008)
PIODERMA
1. Pioderma primer : terjadi langsung invasi kuman pada kulit yang normal. Gambaran
klinisnya tertentu dan dengan pengkulturan ditemukan kuman hanya 1 macam.
2. Pioderma sekunder : terjadi setelah ada lesi kulit sebelumnya (infeksi sekunder).
Gambaran klinisnya tak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Penyakit kulit
disertai
pioderma
sekunder
disebut
impetigenisata,
contohnya:
dermatitis
1. Sistemik :
- penisilin G prokain & semisintetiknya :
penisilin G prokain,
ampisilin 4x500 mg sejam sblm makan,
amoksisilin 4x500 mg,
gol.penisilin resisten penisilinase (ex : oksasilin, kloksasilin 3x250 mg,
-
dikloksasilin, flukloksasilin)
linkomisin 3x500 mg/hari & klindamisin 4x150 mg/hari, pd infeksi berat 4x300-
450 mg/hari
- eritromisin 4x500mg/hari
- sefalosporin, contoh : sefadroksil 2x500 mg/hari
2. Topikal : basitrasin, neomisin, kompres terbuka (permanganas kalikus 1/5000,
rivanol, yodium povidon 7,5% yg dilarutkan 10 kali
IK Krustosa
IK bulosa = impetigo
tillbury fox
Definisi
pada epidermis)
Etiologi
Staph. Aureus
Insidensi
Anak-anak
Predileks
Klinis
Vesikelbula
tidak mudah pecah
(dinding relatif lebih
tebal)
Bula hipopion berisi
cairan keruh dibagian
(invasi leukosit
(eritema)
mengendap.
Vesikel/bula
dipecahkan + salep
antibiotik/antiseptik (bila
Folikulitis
Superfisialis
Definisi
Profunda
hingga ke subkutan
(sycosis barbae)
Etiologi
Staph.aureus
Staph.aureus
Insidensi
pada anak-anak
Predileks
i
Klinis
Terapi
(subkutan)
Papul/pustula yang eritematosa,
biasanya multipel
infiltrat di subkutan.
Definisi
Furunkel &
Hidradenitis
Paronikia
karbunkel
supurativa
piogenik
Infeksi bakteri
Peradangan
& sekitarnya
kelenjar apokrin
sekitar
jaringan kuku
oleh piokokkus
Etiologi
Staph. Aureus
S. aureus
Strep, staph,
(terbanyak) & S.
&
hemolitikus grup A
pseudomonas
aeroginosa
Insidensi
Predileksi
Dewasa muda
Kuku
dan perineum
bokong
Klinis
Furunkel = abses
Nodus eritem
Didahului
dengan tanda
trauma,
radang lunak
jaringan
abses pecah
sekitar kuku
fistel
membengkak
Karbunkel = abses
dengan > 1 mata bisul
dengan dinding
jaringan subkutis.
trauma
terbentuk
/mikrotrauma, ex:
abses
Nodus eritematosa
banyak keringat,
subungual.
bentuk kerucut,
pakai deodorant,
ditengahnya terdapat
rambut ketiak
pustul melunak
digunting
Keluhan : nyeri
Menahun : abses,
fistel, sinus yg
multipel, leukositosis
Sedikit: antibiotik
Antibiotik sistemik,
Kompres
topikal. Banyak:
abses insisi,
dengan
antibiotik sistemik.
Cari faktor predisposisi
lar.antiseptik
& beri
antibiotik
sistemik.
Abses
subungual
ekstraksi kuku
Erisipelas
Definisi
Selulitis
Peradangan supuratif
jar.subkutan (radang
akut)
Etiologi
Insidensi
Predileksi
inferior, wajah
Lesi eritema-infiltrat
Klinis
(demam, menggigil)
Makula eritem warna merah cerah,
batas tegas, tepi meninggi dengan
Phlegmon (paling
Ektima
berbahaya)
Definisi
supurasi
Etiologi
Pembagian
& klinis
sistemik
Sumber:
Djuanda Suria, Sri Adi S. Pioderma. Dalam : Adhi Djuanda, Ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Ke Tiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2004 ; 1315.
Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2004.
Sumber :
Handoko RP. Penyakit Parasit Hewani. Dalam : Adhi Djuanda, Ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi Ke Tiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2004 ; 1315.
dalam
Parasitologi
Lesi
Tuberkuloid
(TT)
Borderline
Indeterminate
tuberkulo
(I)
id (BT)
Tipe
- makula
- makula dibatasi
infiltrat (batas
- makula/plak
Makula
dibatasi infiltrat
- infiltrat saja
jelas)
- bagian tengah lesi
regresi/central
healing
Jumlah
Satu
atau
beberapa
Distribusi
Terlokalisasi
Satu dengan
lesi satelit
Satu
atau
beberapa
Asimetris
Bervariasi
Kering dan
Dapat
dan
asimetris
Permukaan
Kering,
halus,
skuama,
skuama
agak
tepi
tidak
berkilap
meninggi,
sejelas
dapat
tipe TT
menyerupai
psoriasis
atau
tinea
sirsinata
Penebalan
Sedikit
Hilang
Hilang,
Agak
saraf
perifer
Sensibilitas
tidak
terganggu
seberat
tipe TT
Lesi
Lepromatosa
(LL)
Tipe
Makula,
difus, papul,
nodus, batas
tidak tegas
Banyak,
borderlin
a (BL)
e (BB)
- makula/plak
(batas tidak jelas)
- lesi bentuk
tampak seperti
punched-out
- papul dan nodus
kubah, lesi
punchedout
distribusi
masih
luas, hampir
kulit sehat
tidak
Mid-
lepromatos
- makula
- plak, beberapa
infiltrat
Jumlah
Borderline
ada
Beberapa,
kulit sehat
masih ada
ada
kulit sehat
Distribusi
Simetris
Cenderung
Asimetris
simetris
Permukaan
Halus
berkilap
dan
Halus
berkilap
dan
Sedikit
berkilap,
beberapa
lesi kering
Penebalan
Tidak
Sedikit
Berkurang
saraf
perifer
Sensibilitas
terganggu
berkurang
(pada
stadium dini)
I. Regimen MDT - PB
Dapson
Dewasa
100 mg/hr
Rifampisin
600
mg/bulan,diawasi
Anak-anak (10-14
50 mg/hr
th)*
450
mg/bulan,diawasi
*) Sesuaikan dosis bagi anak-anak yang lebih kecil dari 10 tahun. Misalnya,
Dapson 25 mg/hr dan rifampisin 300 mg/bulan (diawasi).
Dapson
Dewasa
100
mg/hr
Rifampisin
600
Klofazimin
50 mg/hr
Dan
mg/bulan,diaw
300
asi
mg/bulan,diaw
asi
Anak-
50
450
50
mg
selang
anak
mg/hr
(10-
mg/bulan,diaw
asi
mg/bulan,diaw
14
asi
th)*
*) Sesuaikan dosis bagi anak-anak yang lebih kecil dari 10 tahun. Misalnya,
Dapson 25 mg/hr dan rifampisin 300 mg/bulan (diawasi). Klofazimin 50 mg 2 x
seminggu dan klofazimin 100 mg/bulan, diawasi.
III. Regimen MDT-PB lesi tunggal (dosis tunggal dan dimakan bersamaan)
Rifampisin
Ofloksasin
Minosiklin
Dewasa
600 mg
400 mg
100 mg
Anak-anak
300 mg
200 mg
50 mg
5-14
tahun*
*) Tidak direkomendasikan pada wanita hamil atau anak-anak lebih kecil dari 5
tahun.
Organ
Reaksi ringan
Reaksi berat
yang
disera
ng
Kulit
Lesi
yang
telah
ada
menjadi
eritematosa.
Timbul
lesi
baru
yang
kadang-
kadang
disertai
Kulit
Lesi
yang
Membesar,
nyeri,
fungsi terganggu.
Berlangsung
lebih
dari 6 minggu
telah
ada
kulit
yang
dan
menjadi
saraf
disertai
bersam
saraf.
a-sama
lebih
Lesi
eritematosa
ulserasi
tangan/kaki.
Saraf
membesar,
nyeri,
dan
fungsinya
terganggu.
Berlangsung sampai
6
minggu
atau
lebih.
Organ
yang
disera
ng
Reaksi ringan
Reaksi berat
Kulit
Nodus
sedikit,
dapat
berulserasi
Demam
ringan,
malaise.
Saraf
tidak
Membesar,
nyeri,
fungsi terganggu.
terganggu.
Mata
merah
sekitar
limbus
Testis
Lunak,
nyeri,
dan
membesar
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber:
Dali Amirudin, Zainal Hakim, Emil Darwis. Diagnosis Penyakit Kusta. Dalam :
KUSTA, editor Sjamsoe, Daili, Emmy S, dkk. Surabaya
URTIKARIA
Etiologi:
1. Obat
Imunologik tipe I dan II: Golongan penisilin, sulfonamid, analgesik, pencahar,
hormon, dan diuretik.
Nonimunologik: kodein, opium, dan zat kontras.
2. Makanan
Urtikaria bersifat akut, contoh makanan: telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat,
arbei, babi, keju, bawang, dan semangka; bahan yang dicampurkan seperti asam
nitrat, asam benzoat, ragi, salisilat, dan penisilin.
3. Gigitan/sengatan serangga
Klasifikasi Urtikaria
1. Urtikaria akut: serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama
4 minggu tetapi timbul setiap hari. Sering terjadi pada usia muda dan penyebabnya
lebih mudah diketahui.
2. Urtikaria kronis: serangan lebih dari 6 minggu. Sering terjadi pada wanita usia
pertengahan dan penyebabnya sulit ditemukan.
Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya:
PENGOBATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Sumber:
Aisah S. Urtikaria. Dalam : Adhi Djuanda, Ed. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ke Tiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2004 ; 131-5.
Psoariasis Vulgaris
Parapsoariasis
Defini Penyakit kulit bersifat kronik dan Penyakit kulit yang umumya tanpa
si
residif ditandai adanya eritema keluhan, kelainan kulit terutama
berbatas tegas dengan skuama yang terdiri atas eritema dan skuama,
kasar, berlapis-lapis dan transparan.
berkembangnya
perlahan-lahan,
perjalanannya umumnya kronik
Etiolo
gi
Fakto
r
Pen
cetu
s
Patofi
siol
ogi
Faktor
imunologik:
Pembentukan
epidermis
lebih cepat (3-4 hari,
normal 27 hari)
Predil
eksi
Gejal
a
Klin
is
Gatal ringan
Tanda
khas
Fenomena auspitz
Fenomena kobner
Hiperkeratosis,
akantosis, -Parapsoariasis gutata sedikit
papilamatosis
dan infiltrat limfohistiositik, hiperplasia
vasodilatasi
di epidermal ringan, sedikit spongiosis
subepidermal, abses Munro setempat
variegate
(kumpulan
leukosit
di -Prapsoariasis
parakeratosis setempat, infiltrat mirip
stratum spinosum
pita di dermis
Pitiriasis
Rosea
Dermatitis Seboroik
Eritroderma
Defini
si
Penyakit
kulit
swasirna
yang
belum
diketahui
sebabnya,
dengan lesi
eritem dan
skuama
halus
tersusun
mengikuti
lapisan
tubuh
Peradangan
pada Kelainan kulit ditandai
kulit
yang dengan
eritema
biasanya mengenai menyeluruh dengan atau
daerah
sebore skuama
akibat
keatifan
kelenjar sebasea
yang berlebihan
Etiolo
gi
Idiopatik
diduga
Idiopatik
Infeksi
infeksi
virus
Fakto
r
Pen
cetu
s
Infeksi virus,
bakteri,
fungal,
mikoplasm
a
Gigitan
serangga
Respon
isomorfik
Autoimun
Psikogenik
Pityrosporum
Ovale
dalam
Patofi
siol
ogi
Belum
diketahui
Predil
eksi
Badan,
lengan atas
proksimal
dan paha
atas
seperti
pakaian
renang
wanita
jaman
dulu.
Kulit kepala
Gejala
konstitusi
tidak ada
hanya
gatal
Eritem,
skuama Eritem menyeluruh
terkelupas
berminyak, agak Skuama
kekuningan, batas terutama daerah lipatan
kurang
tegas. kulit
Bentuk
berat
Gejal
a
Klin
is
80% tubuh
ringan
Skuama
halus
Tanda
khas
disertai
dengan
eksudasi,
krusta
tebal,
berbau
Rambut rontok
Pada anakanak
urtika,
vesikel,
papul
Gatal ringan
Herald patch
Skuama
kuning
berminyak dan bau
tengik
Lesi
kecil
mengikuti
lipatan
kulit
Christmas
tree
Collarette
scaling
Terapi Simtomatik: gatal Hindari faktor predisposisi
Kortikosteroid sistemik:
Topikal:
1. Alergi obat
sedatif.
Topikal: bedak asam - shampo selenium sulfida
prednison 30-40
(selsun) 1% atau 1,8%,
salisilat -1%
mg/hari
diamkan 5-15 menit 22. Perluasan
3xseminggu
penyakit
- skuama dan krusta
prednison 40-60
emolien krim urea 10%
mg/hari
- preparat ter, likor
3. Sindrom Sezary
karbonas detergen 2-5%
prednison 30
- resorsin 1-3%
mg/hari,
- sulfur presipitatum 4sitostatika:
20%
klorambusil 2-6
- kortikosteroid: krim
mg/hari
hidrokortison 1%. Kasus
berat: betametason
Diet tinggi protein
valerat
Emolien: salep lanolin
- krim ketokonazol 2% jika
10% mengurangi
terdapat P.ovale pada
radiasi
sediaan
Sumber:
Vickers C.H.F, MD. Eczematous Disease. Dalam : Dermatology, First Edition. Hal
466-474. Sanfrancisco. U.S.A. 1990.
LUPUS ERITEMATOSUS
SLE
CDLE
Biasanya akut dan berbahaya, bahkan dapat Bersifat kronik dan tidak berbahaya.
fatal.
Bersifat
menyerang
multisistemik
jaringan
konektif
vaskular.
Wanita lebih banyak daripada Wanita lebih banyak daripada pria, usia
pria,
umumnya
mukosa
lebih
menjadi SLE
sering, Lesi mukosa oral dan lingual jarang
imunologik
laboratorik sering
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1. Gejala konstitusional : rasa lelah, berat badan menurun, kadang demam tanpa
menggigil selama berbulan-bulan tanpa ada gejala lain.
2. Kelainan dikulit dan mukosa
a. Kulit : a) lesi seperti kupu-kupu di area malar dan nasal dengan sedikit edem,
eritem, sisik, telangiektasis dan atrofi, b) erupsi makulo papular, polimorfi,
eritematosa bulosa di pipi, c) fotosensitivitas di daerah yang tidak tertutup
pakaian, d) lesi papular dan urtikarial kecoklat-coklatan, e) kadang terdapat lesi
CDLE atau nodus-nodus subkutan yang menetap, f) vaskulitis sangat menonjol, g)
alopesia dan penipisan rambut, h) sikatrisasi dengan atrofi progresif dan
hiperpigmentasi, i) ulkus tungkai.
b. Mukosa : mukosa mulut, mata, dan vagina timbul stomatitis, keratokonjunctivitis,
dan kolpitis dengan petekie, erosi bahkan ulserasi.
3. Kelainan di alat dalam
Yang tersering adalah lupus nefritis. Tanpa nefritis atau nefrosis pun seringkali ada
proteinuria. Timbul pleuritis, perikarditis dan efusi peritonium. Kadang ditemukan
hepatosplenomegali dan kolitis ulseratif.
4. Kelainan di sendi, tulang, otot, kelenjar getah bening dan sistem saraf
Artritis biasanya tanpa deformitas, bersifat episodik dan migratorik, nekrosis caput
femur, dan atrofi muskulo-skeletal dengan mialgia. Lemfadenitis regional atau
generalisata. Neuritis perifer, ensefalitis, konvulsi, dan psikosis dapat terjadi.
PENGOBATAN
Pengobatan mencakup banyak segi yaitu konseling, terapi multi-obat dan
tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan yaitu menghindari trauma fisik, sinar matahari, lingkungan
yang sangat dingin dan stres emosional. Pada kasus SLE yang berat penderita
harus dirawat. Kortikosteroid sistemik merupakan indikasi, bila penderita sakit
kritis
misalnya
terdapat
krisis
lupus
nefritis,
pleuritis,
perikarditis,
atau
2.
berbahaya. Kelainan ini menyebabkan bercak di kulit yang eritemosa dan atrofik
tanpa ulserasi. Kelainan biasanya berlokasi simetrik di muka (terutama hidung,
pipi), telinga atau leher. Lesi terdiri atas bercak-bercak (makula eritem atau
bercak meninggi), berbatas tegas dengan sumbatan keratin pada folikel-folikel
rambut (follicular plugs). Bila lesi-lesi di atas hidung dan pipi berkonfluensi, dapat
berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly erythema).
Sumber:
Djuanda S. Penyakit jaringan konektif dalam Ilmu Penyakit Kulit Kelamin. Jakarta :
FK UI, 2002.
Carter MA. Lupus eritematosus sistemik dalam Patofisiologi: konsep klinis dan
proses-proses penyakit. Volume 2. Jakarta: EGC, 2005.
______. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Surabaya: Airlangga University Press,
2007.
ZOONOSIS
Zoonosis berarti penyakit pada hewan yang ditularkan kepada manusia. Yang
termasuk ke dalam zoonosis ini antara lain skabies, pedikulosis, creeping
disease dan lain-lain, sehingga istilah zoonosis ini kurang tepat karena ketiga
penyakit tersebut bukan penyakit pada hewan sehingga istilah penyakit
parasit hewani lebih tepat.
1. Skabies
dermal.
Kuretase
superfisial
mengikuti
sumbu
panjang
Pengobatan skabies :
Aplikasi terapi secara tepat
Mencuci pakaian, seprei, dengan deterjen dengan air panas, pakaian
disetrika.
g. Obat-obatan skabies :
Permetrin 5% dioleskan selama 10 jam, lalu dicuci bersih. Bisa diulang 1
minggu kemudian.
Lindane 1% : dioleskan selama 8 jam.
Sulfur 6% : dioleskan 3 x malam, 1 x sehari.
Kromatin krim : dioleskan 5 x sehari.
Invermectin : sediaan oral 200 g/kgBB dosis tunggal.
h. Kriteria pemilihan obat
2. Leishmaniasis
Ada berbagai bentuk Cutaneus Leishmaniasis :
1. Old world Leishmaniasis
Acute Leishmaniasis
Ada 2 tipe :
dan
nodul
iceberg
seperti
gunung
es.
Lesi
yang
berkembang
menjadi
nodul
yang
mengalami
ulserasi.
Lesi
DERMATITIS BAKTERIAL
Impetigo bulosa
Impetigo krustosa
da
Klinis
Etiologi
Lepuh2,cairan kekuningan
Menyerang epidermis.
hipopion*
berlapis
Staph. Aureus
Strep. hemoliticus
Insidensi
Predileks
mulut
UKK
Terapi
salep antibiotik
*)
mengandung pus.
1.
b.
Infeksi P.ovale
c.
d.
Obat-obatan
Beberapa obat dilaporkan memberikan gambaran dermatitis seboroik seperti arsen,
metildopa, cimetidine, dan neuroleptik.
e.
abnormalitas neurotransmitter
c. Faktor Fisik :
- aliran darah kulit dan suhu kulit kemungkinan berpengaruh dalam distribusi dermatitis
seboroik
- kelembaban tubuh yang rendah dan temperatur dingin pada ruangan yang panas akan
memperburuk keadaan.
- kelelahan
- stress emosional
d. Proliferasi epidermal yang meningkat
e. Gangguan nutrisi
Defisiensi mineral seng pada pasien akrodeermatitis enteropatik sering diikuti dengan
dermatitis seboroik pada wajah. Pada bayi, defisiensi biotin (baik karena defisiensi biotin
primer maupun sekunder akibat defisiensi holokarboksilase) dan metabolisme abnormal
asam lemak esensial diduga dapat mejadi fatofisiologi dermatitis seboroik.
Sumber : 1. Freedberg, Irwin M.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine (Two Vol.
Set) 6th edition, 2003
2. Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Candidiasis intertriginosa
Dapat
tampak Ditemukan :
spora/blastokinidia, tidak
- Hifa yaitu double
ada hifa
counture
(dua
garis lurus sejajar
dan transparan)
dikotomi
(bercabang dua)
dan bersepta.
-
Sumber : Barakbah Jusuf, Pohan Saut Sahat, Sukanto Hari et al. Atlas Penyakit Kulit &
Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2007
Candidiasis Intertriginosa
Fluorosensi
negatif
karena infeksi jamur pada
kulit tidak berfluorosensi
kecuali tinea versicolor
yang
berfluorosensi
kekuningan.
Fluorosensi negatif :
Karena
spesies
Trichopyton (seperti jnis
Black
dot)
kecuali
Trichopyton schonleinii
memberi
warna
fluorosensi hijau tua atau
memang bukan karena
tinea kapitis
Pada Tinea Corporis:
Fluorosensi
negatif
karena infeksi jamur pada
kulit tidak berfluorosensi
kecuali tinea versicolor
yang
berfluorosensi
kekuningan.
Sumber : 1. Barakbah Jusuf, Pohan Saut Sahat, Sukanto Hari et al. Atlas Penyakit Kulit &
Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2007
3. Freedberg, Irwin M.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine (Two Vol. Set)
6th edition, 2003
Pada kasus ini, terdapat UKK erosi, ekskoriasi dan fisura sehingga memudahkan
proses penyerapan obat topikal. Dermatitis kontak alergika juga merupakan
dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid, sehingga penggunaan
Hidrokortison yang merupakan kortikosteroid potensi lemah cukup untuk
mengatasi penyakit ini. Selain itu, Hidrokortison memiliki efek anti mitotik yang
lemah, sehingga cocok bagi pasien ini yang memerlukan regenerasi epidermis
yang cepat.
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
meliputi berat lahir rendah untuk masa kehamilan, defek pada mata,
encephalomyelitis, hipoplastic ekstremitas, jaringan parut/sikatrik pada kulit,
micrognatia, dan pneumonitis.
Varicella kongenital terjadi pada 25% neonatus yang ibunya mendapat
varicella 1 sampai 16 hari sebelum melahirkan. Ruam muncul dalam 10 hari
setelah lahir. Hal ini terjadi karena adanya transmisi virus secara vertikal dari ibu
ke bayi pada masa akhir kehamilan. Gejala klinis yang muncul adalah demam
tinggi, vesikel hemoragik yang berkepanjangan disertai dengan infeksi pada
organ dalam yang lain (misalnya pneumonia). Kematian tidak pernah dilaporkan
pada neonatus yang ruamnya dimulai dalam 4 hari pertama kehidupan.
Sedangkan kasus fatal untuk neonatus dengan ruam yang berkembang antara 510 hari kehidupan adalah 20%. Biasanya infeksi varisela kongenital bersifat
subklinis dan dapat diikuti oleh terjadinya Herpes zoster pada masa kanakkanak.
Referensi
Arnold, Harry Lorren. Andrwes Disease of the Skin. 8th edition. Philadelphia :
Saunders Company, 1990.
Moschella SL, Hurley HJ. Dermatology. 3rd edition. 1992.
3. Pencetus Psoriasis
a. Stres psikis
b. Infeksi fokal
Berhubungan dengan Psoriasis gutata, umumnya disebabkan oleh
Straptococcus.
c. Trauma (fenomena Koebner)
d. Endokrin
Puncak insiden pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu
kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus
memburuk.
e. Gangguan metabolik
Misalnya pada hipokalsemia, dialisis.
f. Alkohol
g. Merokok
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah menjadi putih pada
goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
Referensi
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Drug of choice untuk infeksi genital non spesifik (NSGI)
Azithromycin 1 gram oral dosis tunggal
Referensi :
. Drug for Sexually Transmitted Diseases. Treat Guidel Med Lett, 2004;
2.67 (http://www.uptodate.com)
Tuberkuloid (TT)
Borderline
Tuberkuloid (BT)
Indeterminate (I)
Lesi
Bentuk
Makula saja
Makula
Makula
dibatasi
infiltrat
Jumlah
Satu,
dibatasi
Hanya makula
infiltrat
Infiltrat saja
beberapa
dengan satelit
Distribusi
Asimetris
Masih asimetris
Variasi
Permukaan
Kering bersisik
Kering bersisik
Batas
Jelas
Jelas
Dapat
jelas
atau
Jelas
Jelas
BTA
Lesi kulit
Negatif
Tes Lepromin
Positif lemah
Lepromatosa (LL)
Lepromatosa
Mid borderline
(BB)
(BL)
Lesi
Bentuk
Makula,
infiltrat, Makula,
papul
(kubah),
punched-
out
Jumlah
Tak
terhitung, Sukar
Distribusi
dihitung, Dapat
ada
dihitung,
sehat
sehat
Simetris
Hampir simetris
Asimetris
Permukaan
Halus berkilat
Halus berkilat
Agak
kasar
agak
berkilat
Batas
Tak jelas
Agak jelas
Anestesia
Agak jelas
lebih jelas
jelas
BTA
Lesi kulit
Banyak
(ada Banyak
Agak banyak
Negatif
globus)
Sekret hidung
Banyak
globus)
Tes Lepromin
Negatif
Negatif
Biasanya negatif
Dapson (DDS)
Bersifat bakteriostatik dapat menghambat enzim dihidrofolat sintetase.
Dosis : 50-100 mg/hari untuk dewasa dan 2 mg/kgBB untuk anak. Efek samping :
erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenia, insomnia, neuropatia, nekrolisis
epidermal toksik, hepatitis dan methemoglobinemia.
Rifampisin
Bekerja
menghambat
enzim
polimerase
RNA
yang
berikatan
secara
ireversibel. Dosis tunggal 600 mg/hari (atau 5-15 mg/kg berat badan). Efek
samping : hepatotoksik, nefrotoksik, gejala gastrointestinal, dan erupsi obat.
Klofazimin (lamprene)
Bekerja dengan cara mengganggu metabolisme radikal oksigen. Disamping
itu obat ini juga mempunyai efek anti inflamasi sehingga berguna untuk
pengobatan reaksi kusta.
Dosis untuk kusta : 50 mg/hari atau 100 mg tiap tiga kali seminggu dan untuk
anak-anak 1 mg/kg BB/hari. Selain itu dosis bulanan 300 mg juga diberikan
setiap bulan untuk mengurangi reaksi tipe 1 dan tipe 2. efek samping :
gangguan gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, enoreksia, vomitus), hanya
terjadi pada dosis tinggi.
Ofloksasin
Dosis optimal harian : 400 mg. Efek samping : mual, diare, gangguan saluran
cerna, gangguan susunan saraf pusat dalam bentuk insomnia, nyeri kepala,
dizzines, nervousness dan halusinasi. Hati-hati penggunaan pada anak-anak,
remaja, wanita hamil dan menyusui, karena menyebabkan artropati.
Minoksiklin
Cara kerja sebagai bakterisidal. Dosis 100 mg/hari. Efek samping : pewarnaan
gigi bayi dan anak-anak, kadang-kadang mengenai kulit, dan membran mukosa,
berbagai simptom saluran cerna dan susunan saraf pusat, termasuk dizziness
dan unsteadiness. Oleh sebab itu dianjurkan untuk anak-anak atau selama
kehamilan.
Klaritromisin
Cara kerja sebagai bakterisidal. Dosis 500 mg/hari. Efek samping : nause,
vomitus, dan diare.
Release from control (RFC) : bakterioskopis negatif dan klinis tidak ada
keaktivan baru.
Pada tipe MB RFC dilakukan setelah pemeriksaan klinis dan bakteriologis tiap
tahun selama 5 tahun dan tidak didapatkan lesi baru serta hasil pemeriksaan
bakteriologisnya juga (-)
Pada tipe PB RFC dilakukan setelah pemeriksaan klinis dan bakteriologis tiap
tahun selama 2 tahun dan tidak didapatkan lesi baru serta hasil pemeriksaan
bakteriologisnya juga (-)
Indeks bakteri
Kepadatan basil tahan asam (BTA) tanpa membedakan solid dan non solid pada
suatu sediaan .
Intepretasi :
+1 bila 1-10 BTA dalam 100 LP
+2 bila 1-10 BTA dalam 10 LP
+3 bila 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 bila 11-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
X 100%
Referensi :
Djuanda A. Ilmu penyakit Kulit Kelamin. FKUI Jakarta, 2002
Siklus hidup Sarcoptes scabiei
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm/hari dan sambil meletakkan
telurnya 2-4 butir/hari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang
dibuahi ini dapat hidup 1 bulan lamanya. Telur akan menetas dalam 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk (jantan dan betina), dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.
Predileksi Skabies
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya adalah
lipatan kulit pada orang dewasa, yaitu pada sela-sela jari tangan, telapak tangan,
pergelangan tangan sebelah dalam, siku, ketiak, perut, bokong, daerah mammae
dan genitalis eksterna. Pada bayi, karena kulitnya masih tipis, maka seluruh
badan dapat terserang
Terapi Sabies
1.
2.
3.
4.
5.
Dioles dari leher ke bawah, pada seluruh tubuh mulai dari leher sampai
keujung kedua kaki sejak sore setelah mandi dan jangan kena air (mandi)
8-12 jam.
Barang yang kontak dicuci dengan air panas
Permetrin 5 %. Pengolesan selama 10 jam; pengulangan 1 minggu
kemudian bila mikroskopik/morfologi masih ada. Tidak boleh pada bayi <
2 bulan, hamil & menyusui.
Lindane 1 %. Dioles selama 8 jam. Memiliki efek toksik, tidak boleh pd
gangguan neurologik, bayi/anak kecil, hamil & menyusui.
Sulfur 6 % : dioles 3 x malam, 1 x 24 jam. Aman utk bayi, anak, ibu hamil
& menyusui. Namun tidak dapat membunuh telur.
Kromation krim : oles 5 x 1.
Invermectin : per oral, 200 ugr/ kgBB, dosis tunggal