Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum kematian
di dunia. Perkiraan terdahulu menempatkan diare sebagai penyebab kematian
lima teratas di dunia yang sering terjadi pada anak-anak. Gastroenteritis
disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus, parasit, toksin, dan obat.
Penyebab utama yang paling umum adalah virus dan bakteri. Virus dan
bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan dan air yang telah
terkontaminasi. Dalam 50% kasus diare, tidak ditemukan penyebab yang
spesifik. Virus menjadi penyebab kasus kematian denna persentasi yang
signifikan pada semua umur.1
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena
gastroenteritis adalah karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang
tidak memenuhi sehingga memungkinkan penyebaran agen penginfeksi, dan/
atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan penurunan sistem
kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.1
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita
membunuh 5 sampai 8 juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama
kematian bayi dan anak dibawah umur. Setidaknya 50% kasis gastroenteritis
yang penyebarannya melalui makanan disebabkan karena infeksi norovirus.
Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus.1

BAB II
GASTROENTERITIS
A. Definisi Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali
disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah
kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari
dan banyaknya lebih dari 200 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Diare yang
dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang
melebihi 4 kali) dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau
lendir.2
Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro, gastric flu, atau stomach
flu, akan tetapi tidak ada hubungannya dengan influenza. Keluhan yang biasa
dilaporkan pada penderita gastroenteritis bervariasi dari sakit ringan di perut
selama satu atau dua hari sampai menderita muntah dan diare selama beberapa
hari atau lebih lama. Gastroenteritis adalah infolamasi pada lapisan membran
gastrointestinal disebabkan oleh beberapa varian enteropatogen yang luas,
yaitu bakteri, virus, dan parasit. Manifestasi klinik tergantung pada respon
penderita terhadap infeksi yaitu infeksi asimptomatik, diare, diare dengan
darah, diare kronik, dan manifestasi ekstrainternal dari infeksi.1,2
Anatomi fisiologi dari saluran gastrointestinal berjalan dari mulut
melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di
mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior
terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan
melewatinya.2
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga
peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml.
2

Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,


korpus dan pilorus. Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang
total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian
yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian
bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu
katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus
besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini
terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi
kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas
kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana
fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada
kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan
rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml
air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas
absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui,
misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan
terjadi diare. Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh
jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.2,3
Traktus gastrointestinal jika terinfeksi akan melakukan mekanisme
pengeluaran cairan yang banyak ke dalam lumen dan gerakan motilitas yang
meningkat untuk membersihkan lumen usus dari patogen. Hal ini
menyebabkan terjadinya diare, karena banyak cairan ekstrasel yang keluar
maka pasien memerlukan terapi cairan dan elektrolit sebagai terapi suportif,
juga terapi antimikroba, dan terapi nonspesifik lain.3

B. Etiologi Gastroenterisis
Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:1,2,3
1. Makanan dan Minuman

Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut


kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan
makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang
bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis, banyak
serat atau dapat juga karena kekurangan zat putih telur.

Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak)


yang dapat menimbulkan alergi.

Keracunan makanan

2. Infeksi atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering
ditemukan:

Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter,


Aeromonas.

Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus,


Astovirus.

Beberapa

cacing

antara

lain:

Ascaris,

Trichurius,

Oxyuris,

Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba histolytica, Giardia


lamblia, Tricomonas hominis.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus berlangsung selama satu
sampai dua hari. Sementara itu, gastroenteritis yang disebabkan oleh
bakteri berlangsung dalam periode yang lebih lama.
3. Jamur (Candida albicans)
4. Infeksi

diluar

saluran

pencernaan

yang

dapat

menyebabkan

Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media


Akut

radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher tonsil),

Bronchopeneumonia (radang paru).


5. Perubahan udara

Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak


dibagian perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh
karena cairan tubuh yang terkuras habis.
6.

Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan,
dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu
kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin
yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi.
Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air
seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Akibat Yang Dapat Terjadi:
Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh,
diare dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan,
sedang atau berat. Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya
cairan tubuh (Hipovolemik), kadar Natrium menurun (Hiponatremia),
dan kadar gula dalam tubuh turun (Hipoglikemik), sebagai akibatnya
tubuh akan bertambah lemas dan

tidak bertenaga yang dilanjutkan

dengan penurunan kesadaran, bahkan dapat sampai kematian. Kondisi


seperti ini akan semakin cepat apabila diare disertai dengan muntahmuntah, yang artinya pengeluaran cairan tidak disertai dengan
masukkan cairan sama sekali.
Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan
perdarahan. Kuman mengeluarkan racun diaregenik yang menyebabkan
hipersekresi (peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi
encer, terkadang mengandung darah dan lendir.
Faktor Infeksi Gastroenteritis Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan
yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat
5

diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat


menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%)
sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus,
coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit itu adalah Aeromonas hidrophilia, Bacillus
cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium
perfringens,

E, coli, Plesiomonas, Shigelloides, Salmonella spp,

Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, dan Versinia enterocolitica.


Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah
balantidium

coli,

Capillaria

philippinensis,

cryptosporidium,

Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Isospora billi, Fasiolapsis


buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercoralis, dan Trichuris
trichuria.
Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan
besar, ialah bakteri non invasive dan bakteri invasive, yang termauk
dalam golongan bakteri non invasive adalah : Vibrio cholera, E. coli
pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasif
adalah Salmonella spp, Shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli
hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive
dan non invasif terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP
(cyclic

adenosine

monophospate),

cGMP

(cyclic

guaniosin

monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.


c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

C. Patologi
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara
fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang
terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang
tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi
orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (Clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor
penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor
penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan
lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas
juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
di usus serta daya lekat kuman. 4
Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi
diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :4,5
1.

Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)


Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh
bakteri tersebut. Bakteri kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung,
didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, namun bila
jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam usus 12
jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak
sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan
usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri
dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane
bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub
unit B melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan
dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin
7

Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di


bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili,
tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya
rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume
cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi
dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas
atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya
untuk menyerap cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada
batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5
liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui
kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.4,5
2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi,
dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan
darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E.
Coli (EIEC), S. paratyphi B, S. typhimurium, S. enteriditis, S.choleraesuis,
Shigela, yersinia, dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus
besar (E. histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan
zat makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis
belum jelas, mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan
merusak sel epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu
absorpsi air, dan elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan
menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu
terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi
yang akhirnya memperlama diare.
8

D. Epidemiologi
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan
diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua
golongan umur dan 1,6 2,2 episode diare setiap tahunnya untukgolongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun
1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan
5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat
1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang
meninggal karena dehidrasi.6
E. Gejala
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri
perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik
harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus,
lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi
serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas

dingin

dan

kadang

sianosis,

kekurangan

kalium

dapat

menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul


anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit
berupa nekrosis tubular akut. Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut
dibagi menjadi dua golongan pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama
terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir
kental dan kadang-kadang darah.7,8
F. Diagnosa Klinik
Diagnostik klinik berdasarkan buku Tafsiran Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Klinik8,9
9

1.

Pemeriksaan Laboratorium
Sampel

: Feses

Makroskopis

: Warna merah, hitam, sisa makanan

Mikroskopis

: Adanya eritrosit, leukosit, parasit

Pemeriksaan terhadap pencernaan


Biakan kuman dapat diikut sertakan uji kepekaan terhadap ragam
antibiotik.
Pemeriksan DNA cara PCR masih belum digunakan secara luas
2.

Pemeriksaan Darah
Perlu diperiksa adanya dehidrasi dan gangguan elektrolit, apakah
kadar NaCl dan K darah menurun.

Diagnostik Klinik 9
1.

Pemeriksaan Feses
Kultur feses tidak diperlukan (no-cost-effective) kecuali jika ada
kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.
a. kultur feses rutin biasanya hanya mengidentifikasi species
Campylobacter, Shigella, Salmonella, Aeromonas, dan Yersinia
bila terdapat darah atau leukosit dalam feses merupakan indikasi
kuat diare inflamasi. Fecal leukosit hadir pada 80 90% semua
pasien dengan infeksi Shigella, Salmonella, C. jejuni, invasive
E.coli, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus, dan
Aeromonas

atau

P.

shigelloides

tapi

jarang

ada

pada

Campylobacter dan Yersinia. Tapi pada umumnya E.coli dan


E.histolytica punya minimal fecal leukosit (leukosit dalam feses
yang sedikit).
b. Test untuk patogen lain, seperti spesies vibrio, enterohemorrhagic
E.coli 0157:H7, dan bakteri memproduksi shigatoxin lain
membutuhkan media spesial misal agar MacConkey, agar sorbitol
untuk E.coli 0157:H7.
2.

Tes Laboratorium Rutin


10

a. Test dapat berguna sebagai indikator beratnya penyakit, terutama


pada asien yang bayi dan lanjut usia.
b. Hitung leukosit biasanya meningkat pada infeksi Salmonella tapi
normal atau rendah dengan sedikit kenaikkan pada infeksi
Shigella. Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.
3.

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)


a. Immunofluorescent antibodi dan enzim immunoassay terseidia
untuk organisme Giardia dan Cryptosporidium assay toxin C
difficile dapat dilakukan jika diare yang disebabkan oleh antibiotik.
b. Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) tersedia
dalam kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive pada dewasa.
c. Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan sensitifitas 90%

G. Terapi Pengobatan
Lintas diare : (1) cairan (2) seng (3) nutrisi (4) edukasi
1. Tanpa dehidrasi10
a. Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan
5-10 ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1
tahun sebanyak 50-100ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200ml, dan
umur diatas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga
sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan
b. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus, diare frekuen dan profun)
2. Dehidrasi ringan-sedang10
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
b. Rehidresi parentral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan

11

dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi di evaluasi secara


berkala.
Berat badan 3-10 kg : 200 ml/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg : 175 ml/kgBB/hari
Berat badan >15 kg : 135 ml/kgBB/hari
Pasien dipantau di puskesmas/RS selama proses rehidrasi sambil

c.
d.
e.
f.

memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orang tua


3. Dehidrasi berat10
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat asetat 100
ml/kgBB dengan cara pemberian :
i. Umur kurang dari 12 bulan 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama
dilanjutkan 70ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
ii. Umur diatas 12 bulan 30ml/kgBB dalam setengah jam pertama
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
iii. Masukkan cairan peroral dib erikan bila pasien sudah mau dan
dapat minum dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.
4. Seng
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya
dehidrasi pada anak. SengZink elemental diberikan selama 10-14 hari
meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis:
- Umur dibawah 6 bulan: 10 mg per hari
- Unur diatas 6 bulan: 20 mg per hari
5.

Medikamentosa
a.Tidak boleh diberikan obat anti diare
b.

Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora normal usus sehingga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian
antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai
dengan data sensitivitas setempat, bila tidak memungkinkan dapat

12

mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu


kotrimoksazol.
c.Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan
untuk amuba vegetative.
4. Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah,
makan atau minum sedikit, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari. Orang tua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit
yang benar. Langkah promotif/preventif: (1) ASI tetap diberikan, (2)
kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan, (3) kebersihan
lingkungan, buang air besar dijamban, (4) imunisasi campak, (5)
memberikan makanan penyapihan yang benar, (6) penyediaan air minum
yang bersih, (7) selalu memasak makanan.

BAB III
KESIMPULAN
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai
13

peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab


umum kematian di dunia. Perkiraan terdahulu menempatkan diare sebagai
penyebab kematian lima teratas di dunia yang sering terjadi pada anak-anak.
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena gastroenteritis
adalah karena penggunan air yang tidak bersih dan sanitasi buruk. Penanganan
yang tepat dapat mempercepat penyembuhan yaitu dengan pemberian cairan,
seng, nutrisi, edukasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta
2. Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6.
EGC. Jakarta.
14

3. Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
4. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
6. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
7. Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
8. Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
9. Martindale, Dave, Et al.200.Brithis Pharmacopeia 2007.Copyright System
Simulation Ltd. 1994 2006.
10. Diare Akut oleh IDAI. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009

15

Вам также может понравиться