Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KERACUNAN MAKANAN
Disusun oleh :
Hesti Kamtikawati
09700177
Pembimbing :
dr.Suprijati Rochadi,D.R.MS.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2015
SKENARIO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di tahun 1993, WHO melaporkan bahwa keracunan makanan menyebabkan
70% dari kasus diare. Pencemaran ini sebagian besar berasal dari industri boga dan
rumah makan. Berdasarkan hasil survei di Amerika Serikat, 20% kasus terjadi di rumah
makan, dan 3% ditemukan di industri pangan. Sementara di Eropa, sumber kontaminasi
terbesar justru berasal dari rumah, (46%), restoran/hotel (15%), jamuan makan (8%),
fasilitas kesehatan dan kantin (masing-masing 6%), dan sekolah (5%). (Arisman, 2009)
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga
pengawasan penyakit menular di Amerika Serikat, pada tahun 1994 melaporkan 14 faktor
yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Faktor-faktor tersebut adalah (1)
pendinginan yang tidak adekuat: 63%; (2) makanan terlampau cepat disajikan: 29%; (3)
kondisi tempat mempertahankan panas yang tidak baik: 27%; (4) higiene yang buruk
pada pengonsumsi makanan, atau telah terinfeksi: 26%; (5) pemanasan ulang yang tidak
adekuat: 25%; (6) alat pembersih yang tidak baik: 9%; (7) mengonsumsi makanan yang
basi: 7%; (8) kontaminasi silang: 6%; (9) memasak atau memanaskan makanan secara
tidak adekuat: 5%; (10) wajan berlapis bahan kimia berbahaya: 4%; (11) bahan mentah
tercemar: 2%; (12) penggunaan zat aditif secara berlebihan: 2%; (13) tidak sengaja
menggunakan zat aditif kimia: 1%; (14) sumber bahan makanan yang memang tidak
aman: 1%. (Arisman, 2009)
Sementara itu, keracunan makanan sendiri berarti penyakit yang terjadi setelah
menyantap makanan mengandung racun yang dapat berasal dari jamur, kerang, pestisida,
susu, bahan beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan, dan bakteri. Pada
dasarnya, racun ini mampu merusak semua organ tubuh manusia, tetapi yang paling
sering
terganggu
adalah
saluran
cerna
dan
sistem
saraf.
http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning)
(Arisman,2009
ginjal,
hingga
kematian.
(Arisman,
2009
http://emedicine.medscape.com/article/175569-overview)
Istilah keracunan makanan (food poisoning / food intoxication) sebaiknya
jangan dicampur adukkan dengan foodborne disease / illness. Meskipun keduanya
ditularkan lewat makanan, istilah terakhir ini mengacu pada semua mikroorganisme
(bakteri, virus, dan parasit) tanpa mempedulikan mampu tidaknya mikroba tersebut
menghasilkan racun. Selain itu keracunan makanan hanya berkaitan dengan makanan
yang secara alami telah mengandung racun atau telah tercemar oleh jasad renik penghasil
racun. (Arisman, 2009)
Dalam praktiknya, foodborne illness dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
foodborne
infections,
foodborne
toxicoinfections,
dan
foodborne
intoxications.
Foodborne infections terjadi bila jasad renik patogen terkonsumsi dan kemudian menetap
di dalam tubuh. Biasanya, jasad renik ini memperbanyak diri di dalam saluran cerna
sambil mengiritasi dinding saluran cerna, bahkan terkadang menginvasi jaringan. Contoh
jasad renik patogen golongan tersebut adalah Listeria, Salmonella, dan Campylobacter.
akan tetapi, tidak semua Salmonella menimbulkan infeksi, sebagian varian Salmonella
lain ternyata mampu menghasilkan racun sehingga berperan sebagai penyebab keracunan
makanan. (Arisman, 2009)
Foodborne toxicoinfections terjadi jika jasad renik yang terkonsumsi mampu
menghasilkan racun sambil bereproduksi di dalam saluran cerna. Artinya, bukan hanya
jasad renik yang membahayakan, melainkan racun yang dihasilkannya. (Arisman,2009)
Foodborne intoxications terjadi akibat mengonsumsi makanan yang telah
mengandung racun. Racun ini terlepas selama pertumbuhan bakteri (enterotoksin).
Penyakit yang dilatarbelakangi oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi (Arisman,
2009)
Perkembangbiakan bakteri dalam makanan ditentukan oleh keadaan lingkungan
serta temperatur yang cocok, selain ketersediaan zat gizi sebagai sumber makanan.
Contohnya, satu sel bakteri yang hidup dalam lingkungan yang sesuai, dalam waktu 2030 menit akan membelah diri sehingga dalam waktu 7 jam saja ( menurut perhitungan
laboratoris), jumlah bakteri tersebut akan menjadi dua juta. Faktor yang menyokong
perkembangbiakan organisme tersebut adalah temperatur, waktu, kelembaban, oksigen,
pH, dan cahaya. (Arisman, 2009)
B. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi keracunan makanan
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius
fungsi satu atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba tiba dan mengejutkan yang dapat
terjadi setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner &
Suddarth Vol.3)
Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b.
Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
c.
Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
d. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: oeso membawa, dan phagus memakan)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
e.
Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
Kardia
Fundus
Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M
sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
g.
Kolon transversum
i.
j.
k.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
l.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb)
yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan
sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
1.
Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f.
2.
Streptokkkus
Bahan Kimia
a. Jamur
b.
Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
Patofisiologi
Manifestasi
1. Gejala yang paling menonjol meliputi
a. Kelainan Visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan Saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a.
Anoreksia
b.
Nyeri kepala
c.
Rasa lemah
d. Rasa takut
e.
f.
Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i.
Komplikasi
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
Pemeriksaan penunjang
1.
BGA
2.
Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut : Ringan 40
70 %
Sedang 20 40 %
Berat <>
Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 2550%.
3.
Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering
hanya di temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ
organ lainnya.
Penatalaksanaan
1.
Tindakan Emergensi
Airway
Breathing
: Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan
tidak adekuat
Circulasi
: Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi
jaringan.
2.
Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus
dextrose 5% kec.15 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan,
hindari obat obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas
berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan
meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face
masuk atau menggunakan alat bag valve mask.
3. Identifikasi penyebab
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari
penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha usaha penyelamatan penderita yang
harus segera di lakukan.
4. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang
muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan
usus
5. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis
multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfus
Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
2.
3.
4.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan
elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik.
Pencegahan
1.
Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5
menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
2.
Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan
anak anak
3.
Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
4.
5.
6.
BAB II
ANALISIS KASUS
A.
Bawaan Makanan dapat menjadi indikator situasi keamanan pangan di Indonesia. Badan
POM (2005) melaporkan bahwa selama tahun 2004, terdapat 152 KLB keracunan
pangan, sebanyak 7295 orang mengalami keracunan makanan, 45 orang diantaranya
meninggal dunia. Badan kesehatan dunia (WHO, 1998) memperkirakan bahwa rasio
antara kejadian keracunan yang dilaporkan dengan kejadian yang terjadi sesungguhnya di
masyarakat adalah 1:10 untuk negara maju dan 1:25 untuk negara berkembang. Jika
merujuk pada asumsi WHO di atas, kemungkinan yang terjadi sesungguhnya di Indonesia
pada tahun 2004 adalah sekitar 180-ribuan orang mengalami keracunan makanan dan
seribu orang diantaranya meninggal dunia.
Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia, selain berdampak
langsung terhadap masalah kesehatan, kondisi ini juga mempengaruhi aspek-aspek sosioekonomi lainnya, seperti produktifitas kerja, aspek perdagangan, kepariwisataan dan
sebagainya. (http://www.gizi.net/makalah/Food_Safety_Dadi.pdf)
B.
rekreasi atau Saya makan telor mentah untuk menambah stamina (Arisman,
2009 ; http://www.medicinenet.com/food_poisoning/article.htm)
Anamnesis selayaknya dilakukan dengan cermat dan sistematis karena gambaran
klinis sebagian (kecil, memang) keracunan makanan bersifat patognomonik, sedangkan
pemeriksaan laboratorium pada keadaan akut tidak begitu bernilai. Kemungkinan
penyebab dapat ditelusuri melalui anamnesis yang cermat dan sistematis terhadap pasien,
dan juga anggota keluarga serta orang lain yang mungkin terpapar oleh makanan yang
sama. (http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning)
Informasi yang harus diperoleh meliputi masa inkubasi dan durasi penyakit, jenis
makanan yang disantap, tempat makan, karakteristik dan frekuensi muntah atau diare,
serta
keterkaitan
dengan
gejala
sistemik
lain.
(Arisman,
2009
http://www.medicinenet.com/food_poisoning/article.htm)
Tabel 2. Kemungkinan Penyebab Keracunan Berdasarkan Jenis Makanan
(Arisman, 2009 ; http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning)
Jenis Makanan
Kemungkinan Mikroba
Tinggi protein (unggas, mamalia, selada S. aureus
telut, dll)
Serealia (nasi goreng, makanan kering B. cereus
herbal, sayuran, daging)
Daging, kaldu, makanan kering, sayuran
C. perfringens
Daging, unggas setengah matang (juga C.jejuni
susu segar)
Daging dan babi setengah matang (juga Y.enterocolitica
olahan susu)
Daging dan sayuran mentah
Ikan (masak atau mentah)
Selada, sayuran mentah
Daging, susu, unggas, telor setengah
matang
E.coli
V.parahaemolyticus
Shigella
Salmonella
(Arisman, 2009 ;
http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning)
Onset (Masa
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1jam
Mual, muntah, rasa yang
Garam logam
tidak lazim di mulut, mulut
terasa panas
1 - 2 jam
Mual, muntah, sianosis,
Nitrit
sakit kepala, pusing, sesak
napas, gemetar, lemah,
pingsan
1 - 6 jam (rerata 02-04)
Mual, muntah, diare, nyeri Staphylococcus aureus dan
perut
enterotoksinnya
Bacillus cereus
8 - 16 jam (2-4 jam
Muntah, kram perut, diare,
Jamur berjenis Amanita
muntah)
rasa mual,
6 - 24 jam
Mual, muntah, diare, rasa
haus,
pelebaran
pupil,
pingsan, koma
Radang Tenggorokan Dan Gejala Saluran Napas
12 72 jam
Radang
tenggorokan,
Streptococcus pyogenes
demam, mual, muntah,
pengeluran
secret
dari
hidung, terkadang ruam
kulit
2 5 hari
Radang tenggorokan dan Corynebacterium diphtheria
hidung, eksudat berwarna
keabuan,
demam,
menggigil,
nyeri
tenggorokan, lemah, sulit
menelan,
pembengkakan
kelenjar getah bening leher
Gejala Saluran Cerna Bawah (Kram Perut, Diare) yang Dominan
2 36 jam (rerata 06 - 12) Kram perut, diare, diare C. perfringens; B. Cereus; S.
yang
di
sebabkan
faecalls; S. faecium
Clostridium
perfringers,
kadang-kadang rasa mual
dan muntah
12 74 jam (rerata 18 - 36 Kram perut, diare, muntah , Salmonella spp (termasuk S.
demam, menggigil, lemah arizonae), E. coli
hebat, mual, sakit kepala, enteropatogenik, dan
kadang-kadang
diare Enterobacteriacae, V.
berdarah dan berlendir, lesi parahaemolyticus, Y.
kulit yang di sebabkan enterocollitica, Aeromonas
Vibrio vulnivicius. Yersinia hydrophila, campylobacter
enterocolitica menyebabkan jejuni, V. cholera (01 dan
gejala menyerupai flu dan non-01), V. vulvinicus, V.
appendicitis akut
fluvialis
3 5 hari
Diare, demam, muntah
Virus-virus enteric
dengan nyeri perut, gejala
saluran napas
1 6 minggu
Diare
lengket
(tinja
Giardia lambia
berlemak), sakit perut, berat
badan menurun
1 beberapa minggu
Sakit perut, diare, sembelit,
Entamoeba histolytica
sakit kepala, mengantuk,
kadang tanpa gejala
3 6 bulan
Sulit tidur, tak ada nafsu Taenia saginata, Taenia
makan,
berat
badan solium
menurun,
sakit
perut,
kadang gastroentritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Geli, Paralisis)
< 1 jam
Gastroenteritis,
cemas,
Fosfat organik
penglihatan kabur, nyeri
dada, sianosis, kedutan,
kejang
Salviasi
berlebihan,
Jamur jenis Muscaria
berkeringat, gastroenteritis,
nadi tidak teratur, pupil
mengecil, bernapas seperti
orang asma
Rasa baal atau gatal, pusing,
Tetrodotoxin
pucat, perdarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, refleks hilang,
kedutan, paralisis otot
1 6 jam
Rasa baal atau gatal,
Ciguatoxin
gastroenteritis,
pusing,
mulut kering, otot nyeri,
pupil melebar, pandangan
kabur, paralisis otot
Rasa mual, muntah, rasa
Chlorinated hydrocarbon
geli seperti di garuk, pusing,
lemah, tak ada nafsu makan,
berat
badan
menurun,
binggung
2 jam 6 hari (12 36
Vertigo, pandangan kabur Clostridium Botulinum dan
jam)
> 72 jam
toksinnya
Triothocresyl phosphate
Berdasarkan onset, durasi dan gejala utama, maka jasad renik/ toksin yang
dicurigai
sebagai
penyebab
keracunan
makanan
pada
Perusahaan
adalah
C.
dengan pencegahan seperti yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
yaitu:
1. Cuci tangan bersih-bersih sebelum mengolah makanan
2. Menghindari kontak antara bahan mentah dan makanan matang, karena
makanan matang yang aman dapat menjadi tercemar lewat kontak dengan
bahan makan mentah.
3. Memasak makanan sampai matang, karena banyak bahan makanan yang
tercemar oleh organisme penyebab penyakit.
4. Makan makan yang dimasak segera. Jika makanan dingin pada suhu
ruangan maka mikroba dapat berkembang biak.
5. Menyimpanan makanan yang sudah dimasak dengan hati-hati, karena
makanan yang disiapkan lebih cepat atau sisa harus disimpan baik dalam
keadaan panas atau dingin.
BAB III
PENDEKATAN / PEMECAHAN MASALAH
henti-hentinya
memperingatkan
kepada
para
penjual
makanan
untuk
sulit dicegah. Dengan mengetahui rantai produksi pangan, mulai dari tempat pembiakan,
tempat penangkapan hingga tersaji di meja makan, tempat kontaminan menyusup cukup
mudah dianalisis. Pada tataran pengelola makanan dalam jumlah besar (misalnya, pabrik
dan jasa boga), adanya kemungkinan celah tempat kontaminan menyusup ke dalam rantai
makanan perlu dicermati untuk selanjutnya dicari pemecahannya. Pada tingkat
perorangan, resiko keracunan makanan dapat diperkecil dengan jalan menjaga makanan
agar tidak tercemar, mencegah pertumbuhan bakteri yang terlanjur mencemari makanan,
dan membasmi bakteri dalam makanan. (Arisman, 2009)
Tips sederhana mencegah keracunan makanan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
makanan mentah.
Menggunakan 2 alas pemotong: 1 untuk daging 1 untuk sayuran.
Mencuci bersih alas pemotong minimal 3 kali seminggu dengan larutan hydrogen
peroksida: gelas H2O2 3% + 7,5 liter air; atau setengah cangkir chlorin + 1 liter
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
sudah bocor.
Mengatur suhu lemari es pada 44 C, dan freezer pada -174 C.
Tidak memberikan madu kepada bayi (kemungkinan Botulisme), kecuali bila
16.
beberapa hal yang harus pemerintah lakukan berkaitan dengan masalah keracunan
makanan yaitu :
1. Perlunya upaya perlindungan konsumen makanan secara medis dan
yuridis
2. Perlunya peningkatan pengetahuan / pendidikan melalui penyuluhan
mengenai makanan, supaya masyarakat tidak membeli makanan yang
kadaluwarsa atau yang sudah rusak kemasannya.
3. Sebelum diedarkan di masyarakat atau produksi, seharusnya jenis
makanan (dalam kemasan kaleng) diuji secara laboratories oleh pabriknya
dan secara prefentif juga dilakukan oleh Direktorat POM (Pengawasan
Obat dan Makanan). Disini Direktorat POM harus secara rutin dan aktif
melakukan rasia terhadap makanan yang beredar di masyarakat terutama
yang tidak ada registernya. Pemerintah melalui media massa perlu
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri makanan
yang sudah kadaluwarsa.
4. Didirikan pos pusat pelayanan penanganan kasus keracunan yang tugasnya
memberikan informasi, yaitu pengenalan atas identifikasi kasus serta
faktor-faktor
penyebabnya,
memberikan
nasehat-nasehat
upaya
Dalam hal ini, penderita keracunan makanan dapat ditangani sesuai kondisi umum
penderita. Sedangkan pada penjual makanan dapat dilakukan penyuluhan dengan:
menghindari kontak antara bahan mentah dan makanan matang, karena makanan matang
yang aman dapat menjadi tercemar lewat kontak dengan bahan makan mentah, memasak
makanan sampai matang, karena banyak bahan makanan yang tercemar oleh organisme
penyebab penyakit, menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan hati-hati, karena
makanan yang disiapkan lebih cepat atau sisa harus disimpan baik dalam keadaan panas
atau dingin, memanaskan kembali makanan sepenuhnya, karena cara ini merupakan
perlindungan paling baik terhadap mikroba yang mungkin berkembang biak selama
penyimpanan
dan
menjaga
agar
semua
peralatan
dapur
selalu
bersih.
2.
b) Seringkali balai POM mendapat sampel dari pihak luar/kepolisian yang umumnya
tidak mengetahui bagaimana mengambil dan menangani sampel tersebut
c) Akses yang terbatas terhadap laboratorium rujukan dan kurang memadai dalam
identifikasi patogen/bahan berbahaya penyebab keracunan makanan
3.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kasus diare yang menimpa 50 karyawan di perusahaan X merupakan kasus
keracunan makanan.
SARAN
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk mencegah terjadinya kasus yang
serupa, antara lain :
1. Memperbaiki manajemen warung dengan melakukan pemilihan dan pengolahan
bahan makanan serta penyimpanan makanan jadi.
2. Tindakan pencegahan yang dilakukan berupa sanitasi yang baik, penyuluhan
kesehatan, pembinaan dan pengawasan serta pemberian sanksi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
a. Arisman, Dr. buku ajar ilmu gizi Keracunan Makanan, cetakan I, Jakarta
2009.
b. http://emedicine.medscape.com/article/175569-overview
[20
Mei 2013]
g. http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning
h. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu, 2005. Diunduh dari
http://skpt.pom.go.id/v1/berita/4fw/foodwatch2.pdf
i. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2013. Strategi
Penanggulangan KLB Keracunan Pangan. Jakarta: Badan POM RI
j. Cunha,
John,
et
all.
2013.
Food
Poisoning.
http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/article_em.htm
tersedia