Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
: Laporan Pendahuluan
A. Pengertian
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen
dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
B. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis
Tanda klinis septik syok sangat bervariasi diantara pasien. Pasien yang
diketahui infeksinya dan pasien yang sangat disupresi kekebalannya sehingga
berada pada risiko terhadap syok harus dipantau tanda vitalnya secara rutin dan
diawasi. Pada keadaan tertentu, perawat harus menyadari tanda-tanda :
1. Demam
2. Takikardia (>90 denyut/menit)
3. Takipnea (>20 kali/menit)
4. Adanya kekurangan perfusi organ atau disfungsi dalam bentuk
a. Perubahan status mental
b. Hipoksemia bila diukur dengan gas darah arteri
c. Peningkatan kadar laktat
d. Haluaran urine (<30ml/jam)
5. PaCO2 < 32 mmHg
6. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3
Meskipun proses syok septik mungkin sangat cepat, khususnya bila
dikaitkan dengan organisme gram-negatif, pemberian antibiotik intravena yang
dini, penggantian cairan, vasopresor, dan oksigen adalah komponen esensial
dalam penatalaksanaan pasien ini.
Pada pasien lansia, septik syok mungkin dimanifestasikan sebagai tanpa
ketidaknormalan atau tanda klinik yang membingungkan. Septik syok dapat
diperkirakan pada lansia yang menunjukkan konfusi yang tidak dapat
dijelaskan, takipnea atau hipotensi (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).
Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan
dengan syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin <
0.5 cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).
C. Penyebab
Invasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk
menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan
ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan yang disebut
syok septik. Beberapa organisme dapat mendatangkan respons yang lebih kuat
daripada yang lain. Pada pasien rawat inap, organisme gram negatif (mis.
Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, dan spesies Serratia, Pseudomonas
aeruginosa, spesies Proteus, Neisseria meningitidis, Bacteroides fragilis)
sering dikaitkan dengan syok septik dari pada organisme gram positif (misa. S.
Aureus, Streptococcus pneumoniae).
Organisme
yang
menyerang
aliran
darah
selain
endotoksin
D. Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab yang paling umum dari syok septik adalah
bakteri gram-negatif. Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram
3
positif dan virus juga dapat menyebabkan syok septik. Ketika mikroorganisme
menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan respon imun. Respons
imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler,
yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler, dan vasodilatasi adalah
dua efek tersebut.
Bakteri
gram
negatif
menyebabkan
infeksi
sistemik
yang
relatif,
sedangkan
peningkatan
permeabilitas
kapiler
E. Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan spesimen urin, darah, sputum. Pantau kadar darah (kadar
antibiotik, BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin, jumlah sel darah putih,
Rontgen.
Gambaran Hasil laboratorium :
WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature
Hiperglikemia > 120 mg/dl
Peningkatan Plasma C-reaktif protein
Peningkatan plasma procalcitonin.
Serum laktat > 1 mMol/L
Creatinin > 0,5 mg/dl
INR > 1,5
APTT > 60
Trombosit < 100.000/mm3
Total bilirubin > 4 mg/dl
Biakan darah, urine, sputum hasil positif.
Pertahanan primer/sekunder
tidak adekuat
Infeksi masif oleh mikroorganisme : bakteri gram negatif/ bakteri gram positif/ virus
Pelepasan Endotoksin
Risiko Infeksi
Dilatasi arteriol/venula
Vasodilatasi kapiler
Hipertermik
Tekanan darah
Permeabilitas kapiler
Venous return
Sistem Urinaria
Tidak lagi membentuk urin
Stoke volume
Kehilangan volume
intravaskular melalui kapiler
Risiko Hipovolemia
Perfusi jaringan
Curah jantung
Penurunan Saturasi O2
Hipoksia jaringan
Sistem Gastrointestinal :
mual, muntah, diare
Sesak napas
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan
resusitasi yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara
intensif dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat.
Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation; c) oksigenasi, terapi
cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Pemantauan dengan
kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral
(CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi
urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat
disfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi
maupun perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat
keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan
curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan
menyebabkan daya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia.
Oksigenasi
bertujuan
mengatasi
hipoksia
dengan
upaya
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak,
cairan, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi
insufisiensi adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan
keadaan tersebut. Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali
selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan
mortalitas dibanding kontrol.
(Chen dan Pohan, 2007).
H. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan
2. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
3.
4.
5.
6.
7.
I. Pengkajian
1. Data Fokus Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas Klien
Meliputi nama, No. RM, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, alamat rumah, sumber biaya, tanggal
masuk RS, diagnosa medis.
Identitas penanggungjawab
Meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pendidikan, dan
alamat.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
tindakan
selanjutnya.
Biasanya
sebelumnya
perubahan
hubungan,
masalah
keuangan,
10
J. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum dan kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu,
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS.
Airway
1.
2.
3.
4.
Breathing
1. Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
2. Kaji saturasi oksigen
3. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
4. Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5. Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6. Periksa foto thorak
Circulation
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
Monitoring tekanan darah, tekanan darah
Periksa waktu pengisian kapiler
Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
Berikan cairan koloid gelofusin atau haemaccel
Pasang kateter
Lakukan pemeriksaan darah lengkap
Siapkan untuk pemeriksaan kultur
Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang
dari 36oc
10. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
11. Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
11
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan
fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
Penurunan fungsi ginjal
Penurunan fungsi jantung
Hyposia
Asidosis
Gangguan pembekuan
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) tanda cardinal oedema
pulmonal.
Pemeriksaan fisik :
1) Sistem penglihatan : kaji posisi mata, kelopak mata, pergerakan bola mata,
konjungtiva, kornea, sklera, pupil, adanya penurunan lapang pandang,
penglihatan kabur, tanda-tanda radang, pemakaian alat bantu lihat dan
keluhan lain.
2) Sistem pendengaran : kaji kesimetrisan, serumen, tanda radang, cairan
telinga, fungsi pendengaran, pemakaian alat bantu, hasil test garpu tala.
3) Sistem wicara : kaji kesulitan atau gangguan bicara.
4) Sistem pernafasan : kaji jalan nafas, RR biasanya meningkat, irama,
kedalaman, suara nafas, batuk, penggunaan otot dan alat bantu nafas.
5) Sistem kardiovaskuler : kaji sirkulasi perifer (nadi (biasanya takikardia),
distensi vena jugularis, temperatur kulit biasanya dingin atau hipertemik,
warna kulit biasanya pucat, CRT, flebitis, varises, edema), sirkulasi jantung
12
bangun tidur
Gangguan penglihatan
DO :
GDA tidak normal
PH arteri tidak normal
Ketidaknormalan
Etiologi
Infeksi masif oleh
mikroorganisme : bakteri gram
negatif/ bakteri gram positif/
virus
Problem
Gangguan
Pertukaran Gas
Pelepasan Endotoksin
Dilatasi arteriol/venula
Vasodilatasi kapiler
kedalaman pernapasan
Warna kulit tidak
13
normal
Gelisah
Takikardia
Napas cuping hidung
2.
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Perifer
Perubahan tekanan
darah pada ekstremitas
Edema
Pelepasan Endotoksin
Dilatasi arteriol/venula
Vasodilatasi kapiler
Permeabilitas kapiler meningkat
Perpindahan eksudat plasma ke
intertisial
Oedema Ruang kapiler Alveoli
Penurunan Difusi O2
Gangguan Pertukaran Gas
Penurunan Saturasi O2
Hipoksia jaringan
Ketidakefektifan Perfusi
14
Jaringan Perifer
3.
DS : DO :
- Pengisian kapiler
lambat
pucat pada bagian
yang terkena.
Penurunan/tak ada
Pelepasan Endotoksin
Dilatasi arteriol/venula
Risiko
Hipovolemia
Kehilangan volume
intravaskular melalui kapiler
Risiko hipovolemia
4.
DS :DO :
Gangguan frekuensi
Risiko Penurunan
Curah Jantung
Pelepasan Endotoksin
edema, keletihan,
kenaikan BB.
Gangguan afterload :
kulit dingin dan
Dilatasi arteriol/venula
Tekanan darah turun
berkeringat, denyut
15
perifer menurun,
5.
bunyi crackle
Perilaku/emosi :
ansietas, gelisah
Faktor Risiko :
- Penyakit kronis
- Penekanan sistem imun
- Ketidakadekuatan
imunitas dapatan
- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan
kulit, trauma jaringan,
gangguan peristaltik)
- Pertahanan lapis kedua
tidak memadai
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Pengetahuan yang kurang
untuk menghindari
pajanan patogen
- Prosedur Invasif
- Malnutrisi
- Imonusupresi
- Kerusakan jaringan
- Trauma
Risiko Infeksi
gas
berhubungan
16
penurunan
curah
jantung
dengan
17
ang
gua
n
pert
uka
ran
gas
ber
hub
ung
an
UJ
UA
13.
I
NTERV
ENSI
14.
(
NO
C)
ASIONA
L
NIC)
18
den
gan
per
uba
han
me
mbr
an
kap
ileralve
olar
;
keti
dak
sei
mb
ang
an
perf
usiven
tilas
i.
a
n
ti
n2.
d
a3.
k
a
n
k4.
e
p
e
r
a5.
w
a
t
a
n
s
6.
el
a
m
40.
4. Untuk mengetahui elektrolit sebagai
indikator keadaan status cairan
Pantau saturasi O2 dengan oksimeter 5. Hipoksemia sistemik dapat
ditunjukkan pertama kali oleh
nadi
gelisah dan peka rangsang kemudian
Pantau hasil gas darah (misalnya,
oleeh penurunan mental progesif
kadar PaO2 yang rendah, dan PaCO2
6. Mempertahankan pernafasan yang
yang
tinggi
menunjukkan
adekuat
pernapasan)
Pantau kadar elektrolit
19
a
- Auskultasi suara nafas, tandai
...
area penurunan atau hilangnya
7. pemantauan terus menerus terhadap
.x
ventilasi dan adanya bunyi
status hemodinamik, respirasi, dan
2
tambahan
tanda-tanda vital lain akan
4
- Pantau status pernapasan dan
menjamin early detection bisa
ja
oksigenasi sesuai dengan
dilaksanakan dengan baik sehingga
m
kebutuhan
dapat mecegah pasien jatuh kepada
st7. Pengaturan hemodinamik (NIC)
kondisi lebih parah.
at
- Auskultasi bunyi jantung
us
- Pantau dan dokumentasikan
p
frekuensi, irama, dan denyut
er
jantung
n
- Pantau adanya edema perifer,
a
distensi vena jungularis, dan 8. Untuk meningkatkan ekspansi dada
maksimal sehingga mudah bernafas,
p
bunyi jantung S3 dan S4
yang meningkatkan kenyamanan
as
- Pantau fungsi alat pacu jantung,
fisiologi/psikoologi
a
jika sesuai
9. Pemberian oksigen bisa mengurangi
n 8. Ajarkan pada klien teknik
distres respirasi dan sianosis
:
bernapas dan relaksasi
p
er
10. Sebagai bahan evaluasi setelah
tu
melakukan intervensi
k
53.
ar 9. Jelaskan pada klien alasan
54.
a
20
n
pemberian oksigen dan tindakan 55.
56.
g
lainnya
11. Sebagai bahan evaluasi setelah
as
melakukan intervensi
ti
d
olaboratif
a 10. Konsultasikan dengan dokter
k
tentang pentingnya pemeriksaan
a
gas darah arteri (GDA) dan
k
penggunaan alat bantu yang
a
dianjurkan sesuai dengan adanya
n
perubahan kondisi pasien
te11. Laporkan perubahan pada data
rg pengkajian terkait (misalnya
sensorium pasien, suara napas, pola
a
napas, analisis gas darah arteri,
n
sputum, dan efek obat)
g
g
u
rit
er
ia
h
as
21
il
:
- TTV dalam batas normal
- GDA dalam batas normal
(PaO2. PaCO2, PH arteri,
dan saturasi O2)
- Menunjukkan ventilasi
yang adekuat
- Oksigenasi adekuat
- Tidak gelisah, sianosis,
somnolen
- Frekuensi, irama, bunyi
pernapasan normal.
21.
etid
akef
ekti
fan
perf
usi
jari
nga
n
22
peri
fer
ber
hub
ung
an
den
gan
peu
run
an
kon
sent
rasi
he
mo
glo
bin
dala
m
dara
h;
hip
ovo
lem
k
u
4.
k
a
n
ti
5.
n
d
a
k
a
n
k
e
p
e
r
a
w
a
t
a
n
s
darah.
5. Merileksasikan otot-otot polos
vaskuler.
Amati warna kilit, kelmbaban, suhu
dan CRT
66.
67.
Kolaborasi
pemberian
obat
vasodilator
23
ia;
gan
ggu
an
pert
uka
ran;
per
uba
han
ke
ma
mp
uan
he
mo
glo
bin
unt
uk
me
ngi
kat
oksi
gen.
el
a
m
a
..
..
.
x
2
4
ja
m
p
e
rf
u
si
ja
ri
n
g
a
n
24
a
d
e
k
u
a
t.
Membran
merah muda
Conjunctiva
anemis
Akral hangat
TTV
dalam
ri
t
e
ri
a
H
a
si
l:
mukosa
tidak
batas
25
normal.
Tidak ada edema
70.
3.
isik
o
hip
ovo
lem
ia
ber
hub
ung
an
den
gan
keh
ilan
gan
vol
um
e
cair
26
an.
72.
e
p
er
a
w
at
a
n
se
la
m
a
1
x
2
4
ja
m
Ti
d
a
k
te
rj
a
27
di
sy
o
k
hi
p
o
v
ol
e
m
ik
rit
er
ia
h
as
il:
K
li
e
n
ta
28
m
p
a
k
te
n
a
n
g
84.
4.
1. Pantau TTV
isik
o
Pen
uru
nan
cura
h
jant
ung
b.d
keti
dak
et
el
a
h
di
b
er
ik2. Catat keberadaan,kualitas denyutan
a
sentraldan perifer
n
as
u
29
sei
mb
ang
an
cair
an
me
mp
eng
aru
hi
sirk
ulas
i,
kerj
a
mio
kar
dial
dan
taha
nan
vas
kul
er
h
a
n
k
e
p
er
a
w
at3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi
nafas
a
n
di
h
ar
a
p
k
a
n
kl
ie
n
m
a
4.
5.
6.
7.
30
sist
emi
k,
gan
ggu
an
frek
uen
si,
ira
ma,
kon
duk
si
jant
ung
(ket
ida
k
sei
mb
ang
an
elek
troli
u
b
er
p
ar
ti
si4.
p
as
i
d
al
a
m
a
kt
iv
it
as5.
y
a
n
g 6.
m
e
118.
Berikan lingkungan tenang dan
nyaman,kurangi aktivitas/keributan
lingkungan .
31
t).
n
ur
u 7. batasi jumlah pengunjung dan
n
lamanya tinggal.
k
a
n
T
D
/b
e 8. Pertahankan pembatasan aktivitas
seperti istirahat ditempat
b
tidur/kursi;jadwal periode istirahat
a
tanpa gangguan;bantu pasien
n
melakukan perawatan diri sesuai
k
er kebutuhan.
ja
ja
nt9. Pantau respon terhadap obat untuk
mengontrol tekanan darah
u
n124.
g
d
e
n
32
g
a
n
K
H
:
Tan
da Vital dalam rentang
normal (Tekanan darah,
Nadi, respirasi)
Ira
ma dan frekuensi
jantung stabil dalam
rentang normal
Dap
at mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
Tid
ak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
33
asites
Tid
ak ada penurunan
kesadaran
AG
D dalam batas normal
Tid
ak ada distensi vena
leher
War
na kulit normal
isik
o
Infe
ksi
ber
hub
34
ung
an
den
gan
pert
aha
nan
pri
mer
atau
sek
und
er
tida
k
ade
kua
t,
kuli
t
yan
g
rusa
k
c.
k
u
k
a
n
ti
n
d.
d
a
k
e.
a
n
k
e
p
er
a
w
f.
at
a
n
se
la
m
a
Pengendalian infeksi :
136.
Ajarkan pasien teknik
mencuci tangan yang benar
137.
Ajarkan kepada
pengunjung untuk mencuci tangan
sewaktu masuk dan keluar ruang
pasien.
Pertahankan teknik aseptif
Berikan terapi
antibiotik:...........................
35
p
as
ie
n
ti
d
a
k
m
e
n
g
al
a
m
i
in
fe
ks
i
d
e
36
n
g
a
n
kr
it
er
ia
h
as
il:
Factor resiko infeksi
akan hilang,
dibuktikan oleh
penyembuhan luka.
146.
147.
37
148.
DAFTAR
PUSTAKA
149.
150.
151.
Sole, et al (2006). Introduction to critical care nursing. 4th Ed. St. Louis:
Elsevier.
152.
153.
38