Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Undescended testes (UDT) atau kriptorkismus adalah kondisi tidak turunnya
testis ke dalam skrotum, diagnosis ini dilakukan dengan cara menghitung jarak
dari posisi awal testis tersebut di bawah ginjal turun ke dalam skrotum.
Undescenden testis ini sering ditemukan pada laki-laki saat baru lahir. Ada 2 efek
yang terjadi apabila terjadi undescenden testis yakni infertilitas dan kanker testis
(Zuckerman et al, 2004).
Sekitar tahun 1995, insidensi kanker testis di Denmark mencapai 10 dari
100.000 laki-laki. Insidensinya 3-6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan
dan meningkat menjadi 30% pada bayi premature. Besar insidensi UDT berbeda
pada tiap-tiap umur. UDT sangat berkaitan dengan kanker testis, namun hanya 5%
dari kasus ini yang dapat menjadi kriptorkismus ( Moller, 2000). Insidensi Bayi
baru lahir (3 6%), satu bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 0,8%).
Bayi lahir cukup bulan 3% diantaranya kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan
sekitar 33% . Pada berat badan bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi
UDT 7,7% BBL 2000-2500 (2,5%), dan BBL diatas 2500 (1,41%).
Insidensi kriptorkismus unilateral dua pertiga lebih tinggi dibanding
kriptorkismus bilateral. Bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara
spontan sekitar 70-77% biasanya pada usia 3 bulan, sehingga pada saat usia 1
tahun angka kejadian UDT turun menjadi 1% dibandingkan saat lahir 3,7%.
Setelah usia 1 tahun, testis yang letaknya abnormal jarang mengalami desensus
testis secara spontan. Insidensi sisi kiri lebih besar (kiri 52,1% vs kanan 47,9%)
(Kogan, 2002) (Purnomo, 2003).
Undescended testis dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70-77% pada
usia 3 bulan. Inggris, insidensinya meningkat lebih dari 50% pada kurun waktu
1965 1985. Indonesia, FKUI RSUPCM kurun waktu 1987 1993 terdapat 82
anak kriptorkismus. Data diperoleh dari catatan rekam medic pasien yang
berkunjung ke Poliklinik Endrokinologi Anak dan Remaja FKUSU/RS Adam
Malik Medan dalam kurun waktu Januari 2000 - Desember 2004 keluhan yang
sering muncul adalah alat kelamin laki-laki kecil sebanyak 15 kasus dan buah
zakar tidak turun 15 kasus (Elder, 2004).
Komplikasi apabila penyakit ini tidak ditangani adalah akan terjadi hernia
inguinalis, torsio testis, keganasan dan infertilitas. Muncul teori baru yakni
dengan Orchydopexy standar yang memiliki 3 tahapan pelaksanaan yakni
funikulosis, pemindahan testis ke dalam skrotum (transposisi), dan fiksasi testis
dalam skrotum (Schneck, 2000).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanda dan Gejala
Pasien dengan diagnosis UDT biasanya tidak memunculkan menifestasi
klinis seperti halnya penyakit lain, tanda yang muncul berupa tidak
dijumpainya testis dalam skrotum (Schneck, 2007).
Gambaran klinis untuk UDT berdasarkan temuan fisik dan operatif yaitu:
1. True undescended testicles yaitu testis mengalami penurunan parsial
melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi teraba
(palpable) dan tidak teraba (impalpable)
2. Ectopic testicles seperti pada Gambar 1, yaitu testis mengalami
penurunan diluar jalur yang normal (memiliki insersi gubernakulum
abnormal)
3. Retractile testicles yaitu testis berada dibawah skrotum, namun akibat
rangsangan kremaster yang berlebihan dapat kembali ke kanalis
inguinalis, disebut juga sebagai not truly undescended testicle karena
tidak ada terapi hormone atau operasi yang dibutuhkan dalam kondisi
ini.
yang
ada
epididymis
cryptorchidism ringan.
Abnormalitas aksis
memperlihatkan
intraabdominal
adanya
peningkatan
sebanding
hipotalamus-pituitary-gonadal
derajat
dengan
mungkin
kasus
bisa
menjelaskan anomali-anomali penurunan testikuler dan perkembangan germcell abnormal. Studi endokrin hewan dan manusia tidak bisa memberikan titik
terang patofisiologi maldesenden testikuler. Penyebab abnormalitas hormonal
dapat ditemukan pada tingkat-tingkat berbeda.
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu
dipertahankan sekitar 3 derajat Celsius lebih dingin dibanding dengan suhu
pada abdomen. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap temperatur badan
dan dapat berlangsung pada suhu skrotum. Mininberg, Rodger dan Bedford
mempelajari ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada
kurun satu tahun kehidupan. Epitel germinativum dalam testis tetap dalam
ukuran normal untuk 2 tahun pertama kehidupan dan didapatkan perubahan
pada umur 4 tahun dengan adanya deposit kolagen massif dengan penurunan
spermatogonia sekitar 75%, sehingga seorang dengan diagnosis kriptorkismus
Abnormalitas
testikuler
intrinsik
Abnormalitas system
Endokrin
UNDESCENDED TESTICLE
(UDT)
Gambar 2. Bagan Patofisiologi Undescented Testes Menurut Sumfest.
Gangguan
Spermatogenesis
Deposit kolagen
Spermatogonia
Tidak ada impotensi
th
e.c endokrin
(umur 4 )
Gambar 3. Bagan Patofisiologi Undescented Testes
.
Fibrosis pada
sekitar tubulus
(umur 6th)
Infertilitas
C. Anamnesis
Pada penderita undescended testes perlu dilakukan anamnesis, yang
meliputi beberapa hal berikut:
1. Tentukan apakah testis pernah teraba di skrotum
2. Tanyakan Riwayat operasi daerah inguinal
3. Riwayat prenatal, terapi
4. Hormonal pada ibu untuk reproduksi, kehamilan kembar,
prematuritas dapat menjadi faktor predisposisi
5. Riwayat keluarga, apakah diantara keluarga ada yang mempunyai
keluhan serupa undescended testes, hipospadia, infertilitas, intersex
dan pubertas prekoks.
D. Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan fisik pasien harus dalam keadaan relaksasi dan posisi
seperti cross-legged atau frog-leg. Pada pasien yang begitu gemuk dapat
dilakukan dalam posisi sitting cross-legged atau baseball catchers. tangan
pemeriksa harus dalam keadaan hangat agar menghindari tarikan testis ke atas.
UDT dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi:
1. Skrotum atas
2. Kantong inguinal superficial
3. Kanalis inguinalis
4. Abdomen
Untuk kepentingan klinis dan penatalaksanaan terapi,klasifikasi cukup
dibedakan menjadi teraba dan tidak teraba, diperlukan juga pemeriksaan
testis kontralateral.
Pemeriksaan fisik dimulai dari antero-superior iliac spine, meraba
daerah inguinal dari leteral ke medial dengan tangan yang tidak dominan.
Jika teraba testis, testis teraba dengan tangan dominan dan ditarik ke daerah
skrotum. Angka keberhasilan pemeriksaan fisik oleh pediatric urologist
mencapai 84% (Kolon, 2002).
Saat operasi
Intra abdominal
Peeping testis
Tuberkel
Skrotum atas
Ektopik
Tidak ada atau atrofi
9%
20%
42%
8%
12%
9%
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan jenis kelainan
undescended testes yang terjadi. Pada pasien dengan UDT unilateral
atau bilateral dengan satu testis teraba, tidak diperlukan pemeriksaan
lanjutan.
2. Pada UDT bilateral dengan tanpa testis yang teraba dengan
hipospadia, perlu dilakukan evaluasi kromoson dan endokrinologi.
a. Pada pasien usia 3 bulan atau kurang: pemeriksaan LF, FSH
dan testosteron untuk menentukan ada testis atau tidak
b. Pasien usia > 3 bulan: dapat dilakukan tes stimulasi hCG
kegagalan kenaikan testosteron dengan peningkatan LH/FSH
dapat didiagnosis dengan diagnose of anorchia.5,6.
3. Pemeriksaan Imajing
Pemeriksaan USG, CT dan MRI dapat mendeteksi testis di daerah
inguinal, akan tetapi testis di daerah ini juga cukup mudah untuk
dipalpasi. Akurasi USG dan CT akan menurun menjadi 0 50% pada
kasus testis intraabdomen. Sedangkan MRI dikatakan memiliki
akurasi mencapai 90%. Pemeriksaan radiologi tidak mengubah
keputusan tindakan pada setiap kasus.
Tujuan dari terapi yang dilakukan untuk mengobati undescended
testis selama tahun kedua kehidupan adalah untuk meminimalkan
dengan
dilakukannya
pembedahan.
Tindakan
operasi
diharapkan terjadi penurunan risiko yang terjadi pada testis terutama risiko
infertilitas.
G. Komplikasi
Komplikasi utama yang dapat terjadi pada undescended testis adalah
keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi testis. Di samping itu juga
terjadinya torsi testis, dan hernia inguinal (Purnomo, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Teori Baru Penatalaksanaan
1. Dasar Pertimbangan Terapi Hormonal
Turunnya testis dipengaruhi oleh aksis hipotalamus hipofise
testis. Oleh karena itu, digunakan terapi hormonal HCG dan LHRH
untuk pengobatan kriptorkismus. Di samping itu, terapi hormonal
akan meningkatkan rugocity skrotum, ukuran testis, vas deferens,
memperbaiki suplai darah, diduga meningkatkan ukuran dan
panjang vessel spermatic cord, serta menimbulkan efek kontraksi otot
polos gubernakulum untuk membantu turunnya testis. Terapi
hormonal sebaiknya diberikan pada kriptorkismus yang palpable.
Bila kriptorkismus ini diobati sebelum usia 2 tahun maka
fertilitas yang didapatkan berkisar 87%, kalau tidak diobati setelah
usia 3 tahun maka terjadi penurunan jumlah sel germinal,
spermatogonia, dan sel leydig. Jika tidak diturunkan sebelum
pubertas, menyebabkan germinal hipoplasia dan mengakibatkan
hipospermatogenesis8. Bila diturunkan sewaktu pubertas, 30%
menjadikan spermatogenesis yang akseptable. Sedangkan bila
diturunkan setelah pubertas maka hasilnya hanya 13,5%. Dari laporan
ini,
terlihat
bahwa
pengobatan
dini
sangat
penting
dalam
10
11
12
dengan anjuran WHO, yaitu 5 kali 250 g (usia < 2 tahun), 5 kali 500
g (usia 35 tahun), dan 5 kali 1000 g (usia > 5 tahun). Didapatkan
penurunan testis sebanyak 86,4% sehingga penderita yang sangat
memerlukan tindakan bedah hanya 13,6%. Tetapi, setelah di follow
up selama 2 tahun, sebagian penderita mengalami relaps dan
penurunan testis ini berkurang menjadi 70,6%.
B. Harapan
Harapan terapi adalah dapat memperkecil resiko terjadinya infertilitas
atau mempertahankan fertilitas, mencegah timbulnya degenerasi maligna,
mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis, melakukan koreksi hernia dan
keganasan dengan melakukan reposisi testis ke dalam skrotum serta secara
psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri karena tidak mempunyai
testis. Pada prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum harus diturunkan ke
tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun pembedahan. Karena
jika dibiarkan, testis tidak dapat turun sendiri setelah usia 1 tahun sedangkan
setelah usia 2 tahun terjadi kerusakan testis yang cukup bermakna, maka saat
yang tepat untuk melakukan terapi adalah pada usia 1 tahun.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Undescended Testes (UDT) atau kriptorkismus adalah kondisi tidak
turunnya testis ke dalam skrotum.
13
DAFTAR PUSTAKA
Batubara JRL. 1994. Terapi Hormonal Pada Kriptorkismus. Disampaikan pada
Simposium Sehari Tatalaksana Optimal Kriptorkismus, Jakarta, 13 Agustus,
1994.
14
from:
15
Pediatric
Data
Base. Cryptorchidism. Available
http://www.icondata.com/health/pedbase/files/cryptorc.html
from