Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap kelompok, group atau organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu
factor yang penting. Kepemimpinan yang ada akan mempengaruhi kelompok di dalam
mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi Cara seseorang
memimpin dapat membawa kelompok atau organisasi tersebut ke arah keberhasilan atau
ketidakberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan, para perawat diatur dan dipimpin oleh kepala ruangan.
Kepala ruangan tersebut akan menjalankan peransebagai seorang manajer sekaligus
menjalankan peran sebagai seorang pemimpin, mengatur dan mengarahkan para perawat
bertugas.
Pada kenyataannya meskipun sudah diatur dan diarahkan, sering terjadi konflik baik
diantara para perawat dan kepala ruangan sebagai pimpinan. Dalam menjalankan fungsi
manajerial, pimpinan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga melalui
staff/perawat pelaksana. Dilain pihak, pimpinan keperawatan harus mampu membawa
dirinya (mengelola) untuk menjalin hubungan yang efektif dan terapeutik dengan pimpinan
dan tim kesehatan lainnya serta mampu mempengaruhi orang lain agar mau bertindak
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
Hubungan yang efektif dan serasi dapat dilakukan oleh pimpinan apabila pimpinan
mempunyai ketrampilan berkomunikasi yang efektif. Selain itu perawat perlu mempelajari
dan menguasai ilmu manajemen dan kepemimpinan agar dapat mengantisispasi dan
menangani masalah yang akan muncul dalam berorganisasi. Atas dasar latar belakang di atas
maka kami merasa perlu membuat makalah ini untuk meningkatkan pemahaman
tentang kepemimpinan (leadership) dalam keperawatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang muncul yaitu diantaranya :
1.

Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan ?

2.

Apa sajakah gaya kepemimpinan ?

3.

Apa sajakah peran dan fungsi pemimpin, dalam mencapai visi dan misi organisasi ?

4.

Apa sajakah fungsi kepemimpinan dalam keperawatan?

5.

Apa sajakah karakteristik pemimpin?

6.

Apakah perbedaan peran manajer dan peran leader?

7.

Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan situasional dalam keperawatan?

8.

Bagaimana implikasi kepemimpinan dalam keperawatan ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1.

Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan

2.

Untuk mengetahui Apa sajakah gaya kepemimpinan

3.

Untuk mengetahui Apa sajakah peran dan fungsi pemimpin, dalam mencapai visi dan
misi organisasi

4.

Untuk mengetahui Apa sajakah fungsi kepemimpinan dalam keperawatan

5.

Untuk mengetahui Apa sajakah karakteristik pemimpin

6.

Untuk mengetahui Apakah perbedaan peran manajer dan peran leader

7.

Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan situasional dalam


keperawatan

8.

Untuk mengetahui Bagaimana implikasi kepemimpinan dalam keperawatan

D. Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga makalah ini bisa membantu
mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang kepemimpinan dalam keperawatan dan
menambah wawasan pengetahuan mahasiswa tentang salah satunyabagaimana fungsi dari
kepemimpinan dalam keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kepemimpinan
Menurut Sulvian dan Decker (1989), bahwa kepemimpinan merupakan penggunaan
keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau
kelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
(Stogdill). Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Suarli berpendapat bahwa kepemimpinan pada dasarnya bersifat subyektif, dalam arti
sempit tidak dapat diukur secara secara objektif, dan dalam arti yang sangat luas tidak
didapat dari atau diajarkan disekolah. Kepemimpinan dalah kemampuan memberi inspirasi
kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai satu
tujuan umum. Kemampuan memimpin diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari.
Sejalan dengan Suarli, LAN RI dalam Suarli mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam menggerakkan, membimbing,
mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan
seoramng pimpinan perawat dalam mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan sehimgga tujuan keperawatan tercapai.

B. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku yang ditampilkan sebagai pimpinan
ketika mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karena perilaku yang diperlihatkan
4

oleh bawahan pada dasarnya adalah respon bawahan terhadap gaya kepemimpinan yang
dilakukan pada mereka.
Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda beda yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek yaitu :
1. Aspek perilaku
a. Kepemimpinan positif
Kepemimpinan positif mempunyai pandangan bahwa orang pada hakekatnya bersedia
melakukan pekerjaan dengan baik bila diberi kesempatan dan dorongan yang cukup.
Oleh karena itu, pimpinan harus memberi motifasi, memperhatikan, dan menyediakan
sarana serta memperhatikan beban kerja yang ada.
b. Kepemimpinan negatif
Mempunyai pandangan bahwa orang harus dipaksa untuk bekerja, sehingga pimpinan
memotifasi dengan menciptakan rasa takut, sering memberikan hukuman dan sanksi.
2. Aspek kekuasaan dan wewenang
a. Otoriter (Otokratik)
Gaya kepemimpinan otokratik merupakan gaya pemimpin utama yang
berorientasi pada tugas dengan menggunakan jabatan dan kekuatan pribadi untuk
menjadi tujuan. (gillies, 1994). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini
biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh
kegiatannya

dan

memerintah

seluruh

anggotanya

untuk

mematuhi

dan

melaksanakannya (Departemen Kesehatan RI, 1990). Pada umumnya pemimpin


bertipe otokratik dalam memberikan motivasi kepada bawahannya menggunakan
sanjungan, kesalahan dan penghargaan (Gillies, 1994).
Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan
hukuman.

Meskipun

memungkinkan

demikian,

pengambilan

ada

juga

beberapa

manfaatnya

antaranya

keputusan dengan cepat serta memungkinkan

pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten. Gaya kepemimpinan ini memiliki


ciri-ciri antara lain :
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, pembuatan atau kegiatan para bawahan

dilakukan secara ketat


Prakarya harus selalu berasal dari pimpinan

Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau

pendapat.
Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik daripada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahannya tanpa syarat
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman.
Kasar dalam bersikap
Taggungjawab keberhasilan organisasi hanyak dipikul oleh pimpinan

b. Partisipasif
Merupakan gabungan dari otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
,menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan
tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik serta
mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya. Keputusan akhir yang
diambil bergantung pada kelompok. Gaya kepemimpina ini lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang
diambil tidak bersifat sepihak.
c. Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis biasanya melibatkan kelompok dalam
pengambilan keputusan dan memberikan tanggungjawab pada para karyawannya
(La Monica, 1986). Pemimpin dengan tipe ini akan menghargai karakteristik dan
kemampuan yang ada pada karyawannya serta menggunakan kekuatan pribadi
dan jabatannya untuk menarik ide-ide para karyawannya (Gillies, 1994).
Peningkatan motivasi biasanya dilakukan melalui upaya merangsang kelompok
untuk membuat tujuan sendiri, mengembangkannya dalam bentuk rencana dan
mengontrol sendiri, mengembangkannya dalam membentuk rencana dan
mengontrol sendiri semua implementasi yang mereka lakukan (Kadarman dan
Udaya, 1994). Prinsipnya pemimpin ini melibatkan kelompok dalam pengambilan
keputusan dan memberikan tanggungjawab pada karyawannya (La Monica, 1986)
Gaya kepemimpinan memiliki ciri-ciri :
Wewenang partisipasi tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagaian wewenang kepada bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal balik
6

Pengawasan dilakukan secara wajar


Prakarsa dapat datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan
Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada

instruktif
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-

masing
Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersukap dan bertindak
Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, saling menghargai
Tanggung jawab keberhasilan organisasai ditanggung bersama-sama

d. Bebas Tindak (Laisez-Faire)


Gaya pemimpin dalam kepemimpinan ini adalah pemimpin yang
melepaskan tanggungjawabnya, meninggalka karyawan tanpa arah, supervisi dan
koordinasi yang jelas serta memaksa karyawan untuk membuat perencanaan,
mengimplementasikannya dan menilainya menurut apa yang mereka rasakan tepat
tanpa adanya suatu standar yang jelas. Dalam kondisi tertentu pemimpin hanya
berfungsi sebagai fasilitator (Kadarman dan Udaya, 1994)
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin
menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri :
Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijakan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi bila diperlukan oleh bawahan
Hampir tidak ada pengawasan untuk tingkah laku bawahan
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
Peranan pemimpin sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

Dari ketiga gaya kepemimpinan tersebuttidak dapat dikatakan mana yang paling
baik untuk dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer, da mana yang terjelek untuk
ditinggalkan oleh pimpinan. Implementasi gaya kepemimpinan lebih didasarkan pada
situasi serta kondisi serta kemampuan seluruh anggota dalam organisasi.
Dalam kondisi ketika karyawan mempunyai kemampuan yang memadai maka
kepemimpinan Laizes-faire merupakan pilihan yang tepat. Namun dalam kondisi kritis
dan darurat, tipe otokratis merupakan gaya yang tepat untuk dilaksanakan. Oleh karena
itu, keindahan tipe kepemimpinan terjadi ketika seseorang pimpinan mampu memilih tipe
mana dan dalam situasi bagaimana tipe-tipe tersebut harus diterapkan (La Monica, 1986).
Kebalikannya, seorang pimpinan akan dikatakan belum berhasil jika ia selalu
menggunakan tipe kepemimpinan demokratis, walaupun situasi, kondisi dan kemampuan
karyawannya telah menunjukkan penurunan gairah kerja yang cukup signifikan.
Pemilihan tipe kepemimpinan terbaik untuk sebuah situasi yang ada sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain kesulitan komunikasi dalam kelompok, latar belakang
pendidikan dan pengalaman, dan kebutuhan akan kebebasan, informasi, dan prestasi
(Tanneunbaum dan Schmit, 1973).
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang.
Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang
mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi
oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara
mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah :
1. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum
memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila
anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu
dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi overcommunicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan
pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus
menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
8

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi
juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses
perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang
tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi
suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi
yang baik dengan mereka.
3. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya
dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara
detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama
dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik
teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan
anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk
lebih melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan
saran saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
4. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan
tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf
kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas
mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya
sendiri.
C. Peran Dan Fungsi Pemimpin, Dalam Pencapaian Visi Dan Misi Organisasi
Dilihat dari sudut orientasi maka fungsi dan tugas pimpinan terbagi dalam orientasi
hubungan antara manusia (HAM).
Fungsi dan tugas pimpinan adalah :
1. Orientasi tugas
a. Merencanakan dan mengorganisir kegiatan
b. menyediakan informasi yang diperlukan oleh atasan maupun staf
c. membuatan pengawasan, member pengarahan dan bimbingan
d. bertanggung jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan orang lain
e. mendukung kerja sama dan partisipasi staf
f. mengevaliasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf
2. Orientasi HAM
a. Memberi dorongan dengan sikap bersahabat
b. Mengungkapkan perasaan yang dialami
9

c. Mendamaikan atau mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan


konflik
d. Memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya
e. Menentukan aturan main
Kemudian berdasarkan orientasi dan tugas pemimpin tersebut, aktifitas kepemimpinan
dapat digolongkan dalam 4 aspek, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Memberikan pengarahan
Melakukan supervisi
Melakukan koordinasi
Memberikan motivasi

D. Fungsi Kepemimpinan Dalam Keperawatan


Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem manajemen
keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen keperawatan mencakup: pengumpulan
data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep
kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh dan bimbingan, yang
ditunjukan kepada semua staf keperawatan, untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan,
sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan
keperawatan secara efektif dan efisien, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga keduanya dapat saling menopang (Imanuddin, 2009)
Fungsi dari kepemimpinan dalam manajemen pada umumnya diartikan hanya
berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas.
apabila posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu ruang,
maka diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas (Sriyanti, 2003).
Manajer atau kepala kepala ruangan adalah indeks yang paling kritis dalam
Pelaksanaan

fungsi

manajemen

kepemimpinan.

Tujuan

dari

pelaksanaan

fungsi

kepemimpinan yaitu untuk memberikan kemudahan, memfasilitasi dan mendorong semua


perawat agar dapat menaikan kinerjanya secara optimal. Manajemen berperan melakukan
fungsi-fungsi antara lain: merumuskan visi dan misi organisasi, merencanakan dan
mengadakan sarana dan peralatan kerja, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas diunit
organisasi, serta mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas disemua unit
10

organisasi. Dengan demikian, peran dan dukungan dari manajemen turut mempengaruhi
kinerja yang dilakukan oleh setiap personil dalam organisasi (Simanjuntak, 2005).
Kepala ruangan dianggap berhasil menjalankan fungsi kepemimpinanya, apabila
berdasarkan upayanya, dalam memperlihatkan gaya memimpin kepada perawat pelaksana
,dapat menghasilkan keluaran secara efektif melalui pengaturan kinerja orang lain (Adnyana,
2008). Pelaksanaan pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh adanya gaya kepemimpinan
kepala ruangan dan sikap kepala ruangan kepada perawat sebagai pelaksana dari pelayanan
keperawatan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada kepuasan pasien dan kinerja dari
perawat pelaksana. Adanya pengaruh tersebut didasarkan pada gaya kepemimpinan seorang
kepala ruangan dalam pengambilan keputusan, yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana,
dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah sakit (Adnyana 2008). Kepala ruangan
dapat melakukan gaya kepemimpinan tertentu sesuai dengan kondisi, tugas yang akan
dilakukan, memotivasi dan berkomunikasi dengan perawat pelaksana (Suharsi, 2003).
Kepala ruangan sebagai pemimpin diantara perawat pelaksana, harus memiiki
kemampuan lebih dari perawat pelaksana. Kemampuan keterampilan kepala ruangan dalam
pengambilan keputusan dibutuhkan oleh perawat, baik pada saat terjadi konflik internal
dengan situasi keadaan yang dihadapi organisasi dalam pelayanan keperawatan (Simanjutak,
2005). Dalam organisasi Rumah Sakit, kepala ruangan adalah pimpinan yang langsung
membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas perawat diruang rawat, ini merupakan
suatu proses dalam manajemen Rumah Sakit. Unsur proses manajemen ini sangat
berpengaruh terhadap output atau keluaran Rumah Sakit.
E. Karakteristik Pemimpin
Didasarkan pada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang berlajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar
melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang
baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Pelayanan Orientasi
Pelayanan pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan
prinsip melayani berdasarkan kareer sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan,
pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa enegri yang positif
Setiap orang mempunyai energi yang semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan ornag lain. Untuk itu
11

dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh
karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif.
4. Percaya kepada orang lain
Seornag pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka
mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,
kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
5. Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip
kemanusiaan dan keseimbangan diri antar kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
6. Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata tantangan serign diinterpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kkehidupan
adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam
diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
7. Synergy
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka
selalu mengatasi kelemahannya snediri dan lainnya. Sinergi adalh kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International
Dictionary, Synergy adalah satu kelompok, yang mana memberi hasil lebih effectif dari
pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersynergi dengan setiap
orang, atasan, staff, teman sekerja.
8. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan
yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan
diri terdiri dari beberapa komponeb yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi;
(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada
orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6)
merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
(8) pemahaman baru; dan (9) kembali menajdi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah

mudah, karena beberapa kendala

dalam bentuk kebiasaan buruk. misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2)
12

kebanggan dan penolakan; dan (3) ambisis pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus menerus. Latihan dan pengalaman sangat
penting untuk medapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan.
F. Perbedaan Peran Manajer Dan Peran Leader
Pada masa lampau tidak ada perbedaan antara istilah management dengan
Leadership. Keduanya diartikan sinonim (Trofino, 1993). Manager dibayangkan sebagai
leader.Menurut sejarah, masa kepemimpinan muncul pada abad 18. Banyak teori tentang
pengertian kepemimpinan (leadership) yang diuarakan oleh para pakar sejak beberapa abad
dan banyak pula yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan
proses mempengaruhi orang baik individu, kelompok maupun masyarakat. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut
(followers). Peran pemimpin dan kepemimpinannya sering rancu dengan peran manajer.
Pemimpin yang baik adalah membantu atau menolong orang lain untuk berubah serta
menemukan inovasi untuk menghadapi tantangan.. Kepemimpinan merupakan inti dari
manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin yang
efektif. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang memiliki jati
diri sebagai pemimpin.
Manajer direfleksikan melalui hirarkhi yang kuat dimana kekuasan dan kewenangan
ditentukan suatu posisi yang disandangnya dalam suatu organisasi. Kerancuan ini disebabkan
kurangnya kejelasan peran dan fungsi dari keduanya. Pengertian manajemen dan leadership
secara konsep terpisah dan kini menjadi lebih jelas, mendefinisikan kepemimpinan lebih
sulit, tetapi bila diteliti perbedaan antara manager dan leader dikatakan bahwa manajer
mengarah kepada kekuatan legimitasi dan kontrol sedangkan leadership concern terhadap
pemberdayaan empowerment (Sofarrely & Brown,1998). Peran manager menjalankan
organisasi sementara itu peran leader melakukan perubahan (Posner&Kouzes, 1998). Benis
(1990) menyatakan bahwa leader adalah orang yang mengerjakan sesuatu yang benar do the
right thing sedangkan manager adalah orang yang mengerjakan sesuatu dengan cara yang
benar do thing right dan point dari keduanya didasarkan atas perbedaan nilai (values).
Bertolak dari pemikiran tersebut definisi dari leadershp menjadi berubah tanpa batas
(Lancaster 1999). Contoh: bila anda percaya bahwa leadership adalah sifat bawaan sejak
13

lahir, atau kontras dengan pendapat menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan
dipikirkan, maka anda akan menjadi tenang untuk mendefinisikan dan menghubungkanya
dengan pengembangan aspek-aspek tentang kemimpinan.

Sofarelli & Brown (1998)

mengidentifikasi perbedaan peran antara manager dan leader dalam matrik dibawah ini:

MANAGER

LEADER

Menciptakan stabilitas

Bersikap proaktif

Melakukan kontrol

Memiliki integritas

Menyelesaikan tugas

Pendekatan dan kuat dengan prinsip.

Berpegang pada kewenangan sesuai dengan Mendorong perubahan dan menghadapi


posisinya
Merencanakan,

tantangan status quo


mengorganisir

dan Menginspirasi pengikut

melakukan kontrol terhadap sumber daya


Menetukan kebijakan dan prosedure
Memiliki visi ( visioner)

Leaders memiliki pengikut


Mengikuti peraturan/hirarkhi
Bersedia mengambil resiko
Leaders memiliki prinsip dan bekerja secara ethis
Mengutamakan
dari yang
pada besar
staff dan Menghargai
nilai-nilaivisioner)
Leadersorganisasi
memiliki visi
kuat ( kepemimpinan
Leaders mampu mengkomunikasikan visinya
Mengembangkan hubungan baik
Leaders memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas
Berkomunikasi
secara
efektif
Leaders berhasil melakukan perubahan
dan piawai
dalam
pengambilan

G.

keputusan
Tidak menggunakan kekuatan berdasarkan
Leaders menghargai orang dan memfasilitasi pengembangan orang lain
posisi jabatan atau kewenangannya
Leaders memiliki pengikut
Leaders memiliki prinsip dan bekerja Memberdayakan
secara ethis
orang lain
Leaders memiliki visi yang besar dan kuat ( kepemimpinan visioner)
Leaders mampu mengkomunikasikan visinya
Indi

kator-Indikator Kepemimpinan
Menurut Sofarelli & Brown (1998) mengidentifikasi indikator indikator
kepemimpinan antara lain:

14

H. Kepemimpinan Situasional Dalam Keperawatan Dan Pembahasannya


Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard menyatakan kepemimpinan situasional dapat
diterapkan dalam berbagai jenis organisasi seperti usaha, industri, pemerintahan, militer,
pendidikan bahkan keluarga. Konsep kepemimpinan situasional dapat diterapkan dalam
situasi apapun, dimana terjadi orang-orang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain.
Konsep dasar kepemimpinan situasional tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, faktor kunci dalam penerapannya terletak pada kemampuan penilaian
tingkat kematangan pengikut. Dalam kepemimpinan situasional tersirat adanya ide bahwa
seorang pemimpin seyogyanya membantu bawahan untuk menumbuhkan kematangan sejauh
yang dapat dan mau dilakukan. David.C. McClelland melalui suatu peneliliannya,
menemukan bahwa pertama, orang -orang yang memiliki motivasi tinggi, memiliki
karakteristik tertentu yang sama yaitu termasuk memiliki kemampuan untuk menyusun
tujuan tinggi tetapi masih terjangkau, lebih menekankan prestasi pribadi dari pada imbalan
atas keberhasilan dan keinginan untuk memperoleh feedback atas tugas yang sudah
dilakukan. Kedua dalam hubungannya dengan pendidikan dan atau pengalaman dikatakan
tidak ada perbedaan konseptual dari keduanya, orang dapat memperoleh kematangan melalui
tugas tertentu melalui pengalaman atau pendidikan atau kombinasi keduanya. Ketiga
pendidikan dan atau pengalaman mempengaruhi kemampuan dan motivasi berprestasi dan
selanjutnya akan mempengaruhi kemauan Membahas konsep kematangan dalam
hubungannya dengan kemampuan dan kemauan harus dilihat sebagai konsep dalam dua
dimensi. yaitu:
a. Kematangan pekerjaan diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan

15

pekerjaan tinggi dalam bidangnya, memiliki pengetahuan, kemampuan dan pengalaman


untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan tanpa arahan dari orang lain.
b. Kematangan psikologis berhubungan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan
sesuatu. Hal ini terkait dengan rasa yakin atau keikatan. Orang yang sangat matang
secara psikologis memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan keyakinan terhadap
diri sendiri serta merasa mampu mengerjakan pekerjaannya. Pada umumnya orang-orang
ini sangat menyenangi pekerjaannya dan menganggap pengawasan yang ketat atau
arahan/dorongan tidak perlu dilakukan terhadap dirinya karena telah yakin dengan
tugas/pekerjaannya.
Kadar kematangan pengikut tidak sama, dalam hal ini dapat dipilah Kepemimpinan
situasional didasarkan atas hubungan antara: (1) kadar bimbingan dan arahan disebut sebagai
perilaku tugas yang diberikan pemimpin. Prilaku tugas adalah kadar sejauh mana seorang
pemimpin menyediakan arahan kepada para pengikutnya, dengan cara memberitahukan
kepada staf apa, kapan dan bagaimana melakukannya, dalam hal ini pemimpin harus
menyusun tujuan dan menetapkan peranan mereka. (2) kadar dukungan sosioemosional
disebut dengan perilaku hubungan yang disediakan pemimpin; perilaku hubungan adalah
kadar sejauhmana pemimpin melakukan hubungan dua arah dengan para pengikutnya,
menyediakan dukungan, dorongan dan sambaran-sambaran psikologis seperti pujian yang
bermakna yang memudahkan perilaku. Terkait dengan itu, pemimpin seyogyanya aktif
menyimak dan mendukung upaya pengikutnya dalam pelaksanaan pekerjaan. dan (3) level
kesiapan (kematangan) yang ditunjukkan oleh pengikut (bawahan) dalam pelaksanaan tugas,
fungsi dan tujuan tertentu. Untuk menentukan dan menerapkan gaya kepemimpinan yang
sesuai dapat dipilah kontinum kematangan kedalam empat level: kematangan rendah (M1),
rendah kesedang (M2), sedang ketinggi (M3) dan tinggi (M4).

Konsep ini dikembangkan

bagi orang-orang yang sedang melakukan proses kepemimpinan dan menjelaskan hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level kematangan pengikut. Gaya
kepemimpinan disesuaikan bagi masing-masing level kematangan yang terkait dengan
perilaku tugas dan perilaku hubungan. Untuk menentukan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan terhadap orang lain dalam situasi tertentu, maka harus diperhatikan beberapa hal:
a. Mengidentifikasi bidang-bidang aktifitas yang berbeda-beda dalam organisasi..
16

b. Mengidentifikasi dan menetukan level kematangan orang atau kelompok kerja tertentu
( mendiagnosis level kematangan)
c. Memutuskan gaya kepemimpinan yang sesuai bagi orang atau kelompok yang
bersangkutan dalam masing-masing bidang pekerjaannya.
Apabila tiga hal diatas telah ditentukan, maka penyesuaian gaya kepemimpinan yang
diakukan perlu dikaitkan dengan level kematangan masing-masing individu atau kelompok.
Masing-masing gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memberitahukan (Telling) adalah gaya direktive ( G1) yang dilakukan pada level kematangan
pengikut yang rendah, yitu orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau (M1) memikul
tanggung jawab, dengan kata lain tidak kompeten atau tidak yakin melakukan sesuatu
(pekerjaan). Gaya ini menyediakan arahan yang spesifik, mendetail, apa, kapan dan
bagaimana pekerjaan dilakukan. Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi tugas dan rendah
hubungan.
b. Menjajakan (Selling) adalah gaya menjajakan (G2) dilakukan bagi pengikut dengan tingkat
kematangan rendah kesedang (M2) yaitu orang yang tidak mampu tetapi mau memikul
tanggung jawab. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah memberikan penjelasan
sehingga secara psikologis pengikut merasa memiliki andil dalam perilaku yang diinginkan.
Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan.
c. Mengikut sertakan (Participating) adalah gaya partisipatif (G3) disediakan bagi pengikut
yang mampu tetapi tidak mau memikul tanggung jawab (M3)Ketidak mauan mereka
seringkali disebabkan karena tidak yakin atau tidak merasa aman. Namun ketidak mauan
mereka bisa disebabkan oleh hal lain yaitu motivasi. Saluran komunikasi dua arah perlu
disediakan pada level kematangan ini unntuk mendukung upaya pengikut menggunakan
kemampuannya. Gaya partisipatf yang suportif tetapi tidak direktif kemungkinan
efektifitasnya akan lebih tinggi pada level kematangan ini, karena pemimpin dan pengikut
berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Gaya ini disebut sebagai perilaku
tinggi hubungan dan rendah tugas.
d. Mendelegasikan (delegating) dilakukan bagi pengikut dengan tingkat kematangan tinggi
adalah pengikut yang mampu, mau, atau yakin untuk memikul tanggung jawab (M4).
Terhadap pengikut dengan level kematangan ini. Gaya kepemimpinan yang disediakan
17

berprofil rendah (G4), pemimpin menyediakan arahan dan dukungan rendah, dimana
pengikut diidentifikasi mampu

melaksanakan sendiri pekerjaannya mulai perencanaan,

pelaksanaan pekerjaan dan menagambil keputusan hal mengapa, kapan dan dimana
dilaksanakan. Pengikut pada level ini secara psikologis matang oleh karena itu tidak
memerlukan kadar komunikasi dua arah terkait pekerjaannya. Gaya ini disebut perilaku
rendah tugas dan rendah hubungan. Namun dalam perjalanan kehidupan berbagai faktor
psikologis dapat berpengaruh dan sangat mungkin menurunkan level kematangan pengikut,
dalam hal ini pemimpin kembali menilai level kematangan yang telah dimiliki dan
penyesuaian gaya kepemimpinan relevan dengan level kematanangan saat ini perlu
dilakukan.
Secara ringkas dapat diuraikan perilaku keempat perilaku kepemimpinan sebagai
brikut:
1. Memberitahukan (G1) adalah memberikan intruksi spesifik dan menyelia pelaksanaan
pekerjaan secara seksama.
2. Menjajakan (G2) adalah menjelaskan keputusan dan memberi kesempatan pengikut
memperoleh kejelasan
3. Mengikutsertakan (G3) melakukan tukar menukar ide dan memudahkan dalam
pengambilan keputusan.
4. Mendelegasikan (G4) mencakup mendelegasikan tanggung jawab pengambilan
keputusan dan pelaksanaan pekerjaan.
Dalam konsep kepemimpinan situasional ganjaran dengan penguatan positif
(positive reinforcement) serta dukungan sosioemosional perlu diberikan kepada pengikut
pada level rendah atau kurang matang dan mencapai level kematangan yang lebih tinggi.
Apakah kepemimpinan situasional dapat diterapkan secara berhasil? Suatu studi yang
dilakukan A. Gumpert`dan Ronald.K.Hambelton (1974) terhadap enam puluh lima manajer
dalam bidang penjualan, pelayanan administrasi dan staf fungsional menyimpulkan hasil
studi mereka sbb:
1. Pertama, para manajer yang sangat efektif menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengetahuan lebih banyak dan lebih sering menerapkannya kepemimpinan situasional
dari pada manajer yang kurang efektif.
18

2. Kedua, semua manajer yang ikut serta dalam studi tersebut melaporkan bahwa
menerapkan kepemimpinan situasional meskipun tidak terlalu sering. Penemuan ini
menunjukkan bahwa pelatihan kepemimpinan situasional telah memiliki dampak
subtansial pada pekerjaan.
I. Implikasi Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan

suatu kegiatan

yangkompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai


diperlukanberbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron,
kegiatantersebut meliputi:
1.

Perencanaan dan PengorganisasianPekerjaan

dalam suatu ruangan hendaknya direncakan dan diorganisasikan. Semuakegiatan dikoordinasikan sehingga
dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengancara yang benar. Sebagai seorang kepala
2.

ruangan perlu membuat suatu perencanaankegiatan di ruangan.


Membuat
Penugasan

dan

Memberi PenghargaanSetelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada


para perawat tentangkegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas.
Dalam memberipengarahan, seorang pemimpin harus mampu membaut seseorang memahami apa
yangdiarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan
dengan benar. Untuk ini diperlukan kemampuan dalam hubungan antarmanusia dan teknik-teknik
keperawatan.
3.

Pemberian bimbinganBimbingan merupakan


unsur yang poenting dalam keperawatan. Bimbingan berartimenunjukkan cara menggunakan
berbagai metoda mengajar dan konseling. Bimbinganyang diberikan meliputi
pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akanmembantu bawahan dalam

melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikankepuasan bagi perawat dan klien.
4.
Medorong
Kerjasama
PartisipasiKerjasama

diantara

perawat perlu

ditingkatkan

dalam

dan

melaksanakan

keperawatan.Seorang pemimpin perlu mennyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan


pemimpinbukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingakatkan melalui
suasanademokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan
darimereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan
perlumengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antarmanusia yanng

19

baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalamkelompok diusahakan untuk
berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasadihargai termasuk bagi
mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiapperawat dapat berbedabeda, tergantung kemampuan mereka.
5.

Kegiatan

KoordinasiPengkoordinasian

kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalamkepemimpinan


keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiapperawat mengetahui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lainyang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaiankerja bawahan. Agar dapat melakukan
koordinasi dengan efektif,

20

DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta


Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.
Jogjakarta: Mitra Cendikia Press
Prof.DR.Dr.Azrul Azwar M.P.H. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga.
Tanggerang
Nursalam. 2014.Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

21

Вам также может понравиться