Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Ahmad Musa Simbolon
030.08.012
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 25 FEBRUARI 20 APRIL 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka
panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif.
Sasaran utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
kehidupan yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup yang sehat. Menurut H. Bloom, tingkat derajat kesehatan manusia dipengaruhi
oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku, genetik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal
ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Oleh
karena itu perlu adanya perhatian yang serius dalam menangani masalah-masalah kesehatan
khususnya kesehatan lingkungan.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan meningkatnya jumlah
kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah
dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum, dan sarana pembuangan limbah.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja
merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas.
Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit
penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di
wilayah kerja Puskesmas Mungkid periode Januari-desember 2012 adalah 69%, sedangkan
target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang adalah 75%. Sehingga angka pencapaian
penduduk yang memanfaatkan jamban masih kurang, yaitu sebesar 92%.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Desa Ambartawang khususnya
Dusun Kalangan masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya perilaku buang air besar bukan dijamban yang sehat.
Menurut data keluarga hasil Survei Mawas Diri (SMD) kepemilikan jamban di Dusun
Kalangan, dimana jumlah KK yang berhasil di survey ada 107, yang memiliki jamban
memenuhi syarat sebanyak 40 KK (37%), Ada Jamban tidak memenuhi syarat 21 KK (20 %),
yang tidak memiliki jamban sebanyak 46 KK (43%).
.
1.4.2 Bagi Profesi
Hasil
laporan
ini
dapat
dijadikan
data
awal
untuk
merencanakan
Desa
Ambartawang,
dapat
bertambah
mengenai
pentingnya
memanfaatkan jamban keluarga agar tercipta lingkungan yang sehat sesuai dengan
syarat kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Landasan Teori
II.1.1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang tidak berisiko atau
berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Usaha kesehatan lingkungan
adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia
untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.
Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat. Dengan paradigma ini,
maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif, dibanding
upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu
promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan
program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.
kejadian penyakit dengan mengacu pada buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi
untuk Puskesmas dan Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di
Puskesmas.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.
b.
Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien atau
keluarganya
dengan
petugas,
petugas
klinik
sanitasi
melakukan
kunjungan
lanjut ini dapat dilakukan secara insidentil dan berkala. Kegiatan tindak lanjut
diarahkan untuk :
Mengetahui realisasi atau kesesuaian antara rencana tindak lanjut penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan
Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor dalam perbaikan /
penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan lingkungan
b. Pencatatan dan Pelaporan
Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian
diolah dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan lapangan
serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat dibuat bahan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya
dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan format laporan yang ada.
c. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait.
Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya
memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk
mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan di tingkat desa,
perencanaan tingkat kecamatan dan perencanaan tingkat kabupaten/kota. Petugas
sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan
tersebut kepada sektor terkait.
II.1.4. Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung)
yang
dilengkapi
dengan
unit
penampungan
kotoran
dan
air
untuk
membersihkannya.
2.
Tidak
mencemari
tanah
permukaan
a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
8
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.
3.
4.
5.
6.
7.
10
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan
tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya.
Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 3 meter saja. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.
2.
3.
selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari cubluk sehingga tidak tercium di
ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru
masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya (pit).
Penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Kakus ini yang
terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
II.2
II.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman
orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap
hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung
tindakan seseorang.
12
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs. Sidi
Gazalba) Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
1. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.
II.2.2. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
berisi tentang
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
II.2.3. Perilaku
Definisi Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
13
pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu :
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat
given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
1. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
II.3. Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Salaman I,
Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah
sistern terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut :
LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan
INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine
PROSES
P1
P2
P3
OUTPUT
OUTCOME
IMPACT
Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut,
berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.
II.3.1. Kerangka Pikir Perencanaan Masalah
a. Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan
indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan
yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir
membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
b. Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan
fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.
c. Memilih Penyebab yang Paling Mungkin
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
d. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab
yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada
alternatif pemecahan masalah.
e. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon
Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
f. Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
g. Monitoring dan evaluasi
15
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah
yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu
sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
16
INPUT
MAN
MONEY
METHOD
E
MATERIAL
MACHINE
MASALA
MASALA
H
H
P1
P3
P2
PROSES
LINGKUNGA
N
Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2.
Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3.
4.
Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.
BAB III
ANALISIS MASALAH
III. 1 Analisis Masalah
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
Kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat di wilayah Puskesmas Kalangan,
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan data pencapaian SPM kegiatan di Puskesmas Mungkid, khususnya
program cakupan program kesehatan lingkungan Periode Januari Desember 2012 didapatkan
cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Cakupan Penduduk yang memanfaatkan Jamban Puskesmas Mungkid
Periode Januari Desember 2012
Indikator
Target (%)
Sasaran
(1tahun)
Cakupan
Hasil
Pencapaian
Persen (%)
(%)
Kegiatan
Penduduk
yang
75
516
356
69%
92%
memanfaatkan
jamban
Dari table 1 dapat dilihat bahwa cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di
Puskesmas Mungkid belum memenuhi standar Dinkes Kabupaten Magelang yaitu : 69 % dari
target yang ditetapkan yaitu 75%. Sehingga secara cakupan menjadi bermasalah di tingkat
puskesmas.
Sedangkan Berdasarkan hasil survey melalui SMD didapatkan persentase keluarga
yang tidak memiliki jamban, memiliki jamban tapi tidak memenuhi syarat serta memiliki
jamban dan memenuhi syarat. Presentase tersebut dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Penggunaan jamban keluarga di Dusun Kalangan, Desa Ambartawang.
18
JAMBAN
JUMLAH
PERSENTASE (%)
a. Tidak ada
46
43 %
21
20 %
40
37 %
107
100 %
syarat
c. Ada dan memenuhi syarat
TOTAL
BAB IV
KERANGKA PENELITIAN
19
LINGKUNGAN
PROSES
INPUT
MAN
Petugas Kesehatan Lingkungan
MONEY
Dana Puskesmas
METHOD
Pengamatan dan pendataan
P1
P2
P3
MATERIAL
Alat transport
MACHINE
CAKUPAN PEMANFAATAN
JAMBAN SEHAT
20
Pemanfaatan
Jamban Sehat
Perencanaan sosialisasi dan
pelaksannaan sosialisasi
BAB V
METODE PENELITIAN
V.1. Jenis data yang diambil
21
1.
Data primer, diperoleh dari daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun
sebelumnya sesuai tujuan survey yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut
ditujukan kepada responden yaitu penduduk yang memanfaatkan jamban dan yang
tidak memanfaatkan jamban yang bertempat tinggal di dusun Kalangan desa
Ambartawang.
2.
Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas
Mungkid dan laporan bulanan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Mungkid.
22
BAB VI
VI.1 DATA UMUM DUSUN KALANGAN
VI.1.1 Letak wilayah
Dusun Kalangan terletak di wilayah Desa Ambartawang, Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah.
23
Dusun
Jiwa
KK
Ambartawang
514
139
Panjangan atas
466
130
Gergunung
547
153
Srikuwe utara
712
207
Srikuwe selatan
563
159
Panjangan bawah
529
144
Kalangan
462
135
3.793
1.067
Jumlah
Dusun
Jumlah Posyandu
24
Ambartawang
Panjangan atas
Gergunung
Srikuwe utara
Srikuwe selatan
Panjangan bawah
Kalangan
Jumlah
ketersediaan jamban serta jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Menurut data keluarga
hasil Survei Mawas Diri (SMD) kepemilikan jamban di Dusun Kalangan, dimana jumlah KK
yang berhasil di survey ada 107, dan yang memiliki jamban memenuhi syarat sebanyak 40
KK (37%), Ada Jamban tidak memenuhi syarat 21 KK (20 %), yang tidak memiliki jamban
sebanyak 46 KK (43%).
Data pada laporan ini diperoleh dari data primer yang berasal hasil wawancara dan
pengisian kuisioner responden penduduk Dusun Kalangan Desa Ambartawang serta data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan Puskesmas Mungkid. Pengambilan data
primer dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2013. Jumlah sasaran survei ini adalah
20 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Kalangan yang terbagi 10 KK yang memiliki jamban yang
tidak memenuhi syarat dan 10 KK tidak memliki jamban.
25
Pertanyaan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0 0 1 0 1 1
1 1 0 0 0 1
1 1 0 0 0 1
1 0 0 1 0 1
di
sungai/kolam/dapat
mencemari lingkungan
dan
menimbulkan
penyakit?
membangun
jamban sehat
4 Apakah anda tahu 0 1 0 1
berapa
jarak
ideal
26
0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
0 1 0 1
1 1 1 1 1 1
0 1 0 1
1 1 1 1 0 1
1 1 0 1 0 1
7 6 4 5 3 8
itu
perlu
penyuluhan bagaimana
membangun
jamban
Total
Jenis
Pertanyaan
pertanyaan
Jawaban
Jumlah
Persen
(%)
Kepemilikan
jamban
27
jamban?
a. Ada, tidak memenuhi syarat
b. Tidak ada
2
Prilaku
Buang
Alasan
a. Jamban keluarga
b. Sungai
c. Kolam
Tingkat
Berapakah
perkiraan
B.50
A.6
A.30
B.10
B.50
C.4
C.20
A.4
A.20
B.16
B.80
ekonomi
pendapatan
B.10
4.
A.50
besar
A.10
Pendidikan
A. 9
A. 45
B. 10
B. 50
C. 1
C. 5
A.14
A. 70
B. 4
B. 20
C. 2
C. 10
D. 0
D. 0
E.0
E.0
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Lainnya..
28
Kepemilikan Jamban
Jumlah responden yang tidak memiliki jamban adalah 50%
Apakah di rumah anda terdapat Jumlah
jamban
Ada, tapi tidak memenuhi
10
syarat
Tidak
10
Persen (%)
50
50
Jumlah
6
10
4
Persen (%)
30
50
20
Alasan Responden
Jumlah Respon sebagian besar mengatakan karena faktor ekonomi adalah 80 %
Alasan responden
Praktis
Ekonomi
Jumlah
4
16
Persen (%)
20
80
29
Responden sebagian besar berpendapatan (per bulan) Rp.500.000,- - Rp. 1 juta yaitu
sejumlah 50%.
Pendidikan terakhir
Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SD, yaitu sebesar 70%.
Pendidikan terakhir
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Lainnya
Jumlah
14
4
2
0
0
Persen (%)
70
20
10
0
0
BAB VII
PEMBAHASAN
VII.1 Analisa Penyebab Masalah
Tabel. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Rendahnya Jumlah Jamban Sehat Ditinjau
dari Faktor Input
INPUT
MAN
KELEBIHAN
ada
petugas
KEKURANGAN
Bidan desa
Terdapatnya
dan
pendataan jamban).
Pengamatan
dana Jadwal penyuluhan secara mengenai
Penyuluhan
pada
posyandu.
30
MATERIAL
MACHINE
Posyandu
Balai Desa
Alat transport
Blanko keusioner
Buku pendataaan
KELEBIHAN
Adanya target penduduk
KEKURANGAN
-Tidak adanya perencanaan sosialisasi
sehat.
ke target.
-Tidak adanya jadwal penyuluhan
P2
(Penggerak,
secara rutin.
-Tidak adanya penyuluhan tentang
jamban sehat.
Pelaksanaan)
P3
(Penilaian,
Pengawasan
jamban sehat.
Pengendalian)
Lingkungan
masyarakat
untuk
pentingnya
jamban
sehat.
Prilaku BAB tidak di jamban
Kondisi lingkungan tanah
yang
dan
kesadaran
masyarakat
mengenai
31
di
jamban
yang
tidak
32
FISHBONE
INPUT
Money.
Machine
Tidak
tersedianya
pamflet,
brosur
dan
tentang
poster
sanitasi.
Jadwal penyuluhan secara rutin mengenai
jamban yang memenuhi syarat kesehatan
tidak ada
P3
Evaluasi dari kegiatan yang
dilakukan (penyuluhan) masih
kurang.
Lingkungan
P1
pengetahuan
dan
P2
kesadaran
Rendahnya
Cakupan
masyarakat yang
memanfaatkan
jamban sehat di
Dusun kalangan
(63% dari target
dinkes: 75%)
Prose
s
32
BAB VIII
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
33
No
Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan
Masalah
- Pembentukan dan
pembinaan kader.
kesehatan lingkungan.
Kurangnya tingkat
pengetahuan mengenai
jamban sehat dan dampak
yang akan timbul apabila
BAB di sungai.
Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk buang air
besar di jamban.
untuk
-Penyuluhan tentang
jamban sehat.
-Memberikan saran ke
kepala desa, supaya
jamban sehat masuk
dalam anggaran
(APBDes-PNPM
mandiri).
34
dan
Pemasangan pamflet,
brosur dan poster
penyuluhan tentang
jamban yang memenuhi
syarat sanitasi
poster
memenuhi
syarat
sanitasi
7
VIII.2.
Penentuan
Prioritas
Penyuluhan tentang
pembangunan jamban
sehat.
Pemecahan
Masalah
Dengan
Kriteria
Matriks
M x I xV / C
a. Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program :
(banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka
semakin efektif
35
Efisiensi Program
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c) diberi
nilai 1-5. Bila cost-nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1. Berikut ini proses penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks :
Tabel 13. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
No
Hasil
Nilai Kriteria
Penyelesaian masalah
Akhir
(M.I.V)/C
Urutan
III
62.5
9.6
II
IV
penyebab masalah rendahnya Jumlah Jamban di Dusun Kalangan. Lalu diambil tiga alternatif
pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai kriteria matriks untuk ditindak
lanjuti, yaitu sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang jamban sehat.
2. Arisan jamban di dusun tersebut.dan Memberikan saran ke kepala desa, supaya
jamban sehat masuk dalam anggaran (APBDes-PNPM mandiri).
3. Pembentukan dan pembinaan kader.
4. Pemasangan leaflet, brosur dan poster penyuluhan tentang jamban sehat.
5. Arisan jamban di dusun tersebut.
37
Kegiatan
Penyuluhan
tentang
Jamban
sehat.
Tujuan
Meningkatkan
pengetahuan
Mayarakat
mengenai
syarat-syarat
jamban sehat
Waktu
Lokasi
Pendanaan
Sasaran
Pelaksanaan
Metode
Mayarakat
Dusun
Kalangan
Desa
Kebonrejo
yang tidak
memiliki
jamban
sehat
Petugas
kesehatan
lingkungan
& kader
Penyuluhan
secara
langsung,
diskusi,
tanya jawab
.
Kepala
Desa
beserta
LKMD,
BPD.
Koordinator Diskusi
kesling
,
kepala desa.
Tolak Ukur
Proses
Terlaksananya
penyuluhan
tentang jamban
sehat
Tolak Ukur
Hasil
Peningkatan
pengetahuan
masyrakat
tentang
jamban sehat.
Terlaksananya
rapat
perencanaan
anggaran
Adanya
perencanaan
anggaran
dana untuk
pembuatan
jamban
umum.
-Masyarakat
mengetahui
cara
membangun
jamban sehat
yang
sederhana
II
Rapat
dengan Desa
Untuk
1 x setahun
menentukan
anggaran
jamban sehat
dengan
perencanaan
anggaran.
Balai
desa
Desa
58
III
Pembentukan
dan
Pembinaan
kader .
Membentuk
kader yang
berperan
dalam
kesehatan
lingkungan
1 x setahun
Balai
desa ,
rumah
warga
Dana
operasional
Puskesmas
Orang
yang
dipilih
menjadi
kader
Koordinator
kesehatan
lingkungan.
Penunjukan
IV
Pemasangan
leaflet,
brosur dan
poster
penyuluhan
tentang
jamban sehat
-untuk
penyebaran
informasi
secara
menyeluruh
1
x Posyandu Dana
pemasangan
operasional
puskesmas
-Seluruh
warga
Dusun
Petugas
kesehatan
lingkungan
Pemasangan Dilakukannya
poster
pemasangan
informasi
leaflet
dan
poster.
Arisan
Jamban
Membangun
1 x sebulan
Jamban
sendiri
dan
umum
Kepala
dusun
Pengundian
arisan
perbulan
Dusun
kalangan
Terlaksannya
rapat
pembentukan
kader di bagian
kesehatan
lingkungan.
Terbentuknya
kader
dibagian
Kesehatan
lingkungan.
Sudah
ada
pemasangan
leaflet
dan
poster
Direncanakannya Terlaksanya
arisan jamban
arisan jamban
59
BAB IX
GANTT CHART
Kegiatan
Penyuluhan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Agt
Sept
Okt
Nov
Des
tentang Jamban
sehat.
Rapat dengan
Desa
Pembentukan
dan Pembinaan
kader .
Pemasangan
pamflet, brosur
dan
poster
penyuluhan
tentang jamban
yang memenuhi
syarat sanitasi
Arisan Jamban
58
BAB X
KESIMPULAN DAN SARAN
X.1. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis kemungkinan penyebab masalah rendahnya
Jumlah Jamban sehat di Dusun Kalangan Desa Ambartawang periode JanuariDesember 2012 dengan menggunakan metode pendekatan masalah dan juga
melakukan konfirmasi ke bagian Program Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan
penyebab masalah yang paling mungkin, antara lain hanya terdapat 1 kader kesehatan
lingkungan
penyuluhan mengenai jamban sehat, terbatasnya dana untuk membangun jamban dan
septik tank sendiri ataupun umum di dusun tersebut, sehingga
kurangnya
X.2. Saran
1. Bagi Masyarakat Dusun Kalangan
Hendaknya bergotong royong dalam kegiatan pembangunan jamban
sehat sehingga biaya dapat lebih minimal. Selain itu disarankan mengadakan
arisan warga untuk pembangunan jamban sehat pribadi ataupun umum.
2. Bagi Puskesmas Mungkid
a.
Meningkatkan kerjasama dengan dokter muda, meningkatkan
pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan pendataan dan
61
penyuluhan
b.
untuk
meningkatkan
cakupan
penduduk
yang
menggalakan
program
jambanisasi.
Diharapkan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Nyar. Definisi Jamban Sehat dan Tujuh Syarat Membuat Jamban Seha. Available at:
http://puskesmaskelay.blogspot.com/2011/03/definisi-jamban-sehat-dantujuhsyarat.html. Accessed on, Maret 25 2013.
2. Program
Pelayanan
Kesehatan
Lingkungan.
2010.
Available
at:
62
Sehat.
2010.
Available
from:
63
52