Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Definisi Demensia
Istilah demensia pertama kali digunakan oleh Phillipe Pinel (1745- 1826) dalam
bukunya TREATISE ON INSANITY dengan kata Demence.
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan
beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral
symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (nondisruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Usia di atas 65 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami demensia dan
hal ini tidak bergantung pada bangsa, suku, kebudayaan dan status ekonomi.
Hasil penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa demensia terjadi sekitar 8
% pada warga di atas usia 65 tahun dan meningkat sangat pesat menjadi 25 %
pada usia di atas 80 tahun dan hampir 40 % pada usia di atas 90 tahun.
- Gangguan metabolik :
b) Gagal hepar, gagal ginjal, dialisis, gagal nafas, hipoksia, uremia kronis,
gangguan keseimbangan elektrolit kronis, hipo dan hiperkalsemia, hipo dan
hipernatremia, hiperkalemia.
- Gangguan nutrisi :
- Gangguan vaskuler
c) Stroke
d) Hipertensi
e) Arthritis Kranial
Penyakit Alzheimer
Penyakit Pick
Penyakit Parkinson
Penyakit Huntington
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal
atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda.
Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).
Klasifikasi Demensia
a. Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks
serebri substansia grisea yang berperan penting terhadap proses kognitif seperti
daya ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia
kortikal adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy Bodies,
sindroma Korsakoff, ensefalopati Wernicke, Penyakit Pick, Penyakit CreutzfeltJakob.
b. Demensia Subkortikal
a. Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak dapat diobati dan
bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit dasar yang dapat menimbulkan
demensia ini adalah penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta vaskular.
a. Demensia Pre Senilis merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan
umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan dapat disebabkan oleh
berbagai kondisi medis yang dapat mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit
degeneratif pada sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab vaskular,
gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab trauma, infeksi
dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab toksik (keracunan), anoksia).
b. Demensia Vaskular
Adalah demensia yang terjadi akibat penyakit lain selain Alzheimer dan vaskuler
yaitu :
4) Daya pikir dan daya nilai : Daya pikir lebih lambat, aliran ide dan konsentrasi
berkurang, sudut pandang yang jelek dan kurang, pikiran paranoid, delusi, dll.
b. Perubahan emosional
Emosi sering gampang terstimulasi serta tidak dapat mengontrol tawa dan
tangis.
c. Kemunduran kepribadian
1) Sering egois
1) Kardiovaskuler
2) Respirasi
Volume residu paru meningkat, kapasitas vital paru menurun, kapasitas difusi
dan pertukaran gas menurun, efektivitas batuk menurun, pada aktivitas berat
cepat lelah dan sesak, oksigenasi berkurang sehingga luka susah sembuh, susah
mengeluarkan sekret batuk.
3) Integumen (kulit)
4) Reproduksi
Pada wanita terjadi penyempitan, penurunan elastisitas dan sekresi pada dinding
vagina, sehingga menimbulkan hubungan seksual yang sakit, perdarahan, gatal,
iritasi dan lambat orgasme. Pada laki laki terjadi penurunan ukuran penis dan
testes dan respon seksual yang melambat.
5) Genito-urinaria
Kapasitas buli menurun, menurunnya sensasi untuk bak sehingga sering retensi
dan kesulitan bak. Pada laki-laki terjadi BPH, dan pada wanita terjadi relaksasi
otot perineum dan inkontinensia urine.
6) Gastrointestinal
7) Muskuloskeletal
Hilangnya densitas tulang, kekuatan dan ukuran otot, degenerasi tulang rawan
sendi, sehingga terjadi penurunan tinggi badan, kyphosis, fraktur, sakit pada
punggung, merasa hilang tenaga, flexibilitas dan ketahanan sendi menurun dan
sering sakit sendi.
8) Saraf
e. Sistem indera :
1) Psikiatrik
2) Neurologis
Apraxia dan agnosia, kejang, sakit kepala, pusing, kelemahan, sering pingsan,
gangguan tidur, disartria, disfagia.
3) Reaksi katastropi
4) Sundown syndrome
Mengantuk, konfusi, ataksia, jatuh. Sindrome ini bisa muncul saat stimulus
eksternal berkurang atau karena pengaruh obat benzodiazepine.
Komplikasi Demensia
- Ulkus Dekubitus
- Pneumonia
c. Kejang
d. Kontraktur sendi
Pemeriksaan Diagnostik
Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara
bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis
penyakit Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang
menunjukkan banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak
semrawut dan di seluruh jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid
(sejenis protein abnormal). Metode diagnostik yang digunakan untuk
mendiagnosis penyakit ini adalah pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron
emission tomography), yang merupakan pemerisaan skening otak khusus.
- Hindari situasi yang menekan kemampuan mental, gunakan alat bantu memori
bila memungkinkan
- Depresi
- Inkontinensia
- Prognosis
- Pengambilan keputusan
g. Peran keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia
bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun
lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif
dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan seharihari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Pada suatu waktu lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya
dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit
untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat lansia rileks
dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama
dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang
dekat, genggam tangan lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan.
Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur
kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri
maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan
meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan
kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian
yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu
yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang lansia dengan demensia bertanya sesuatu
yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan
yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak
menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat
yang tidak diketahui oleh lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu
dan jendela untuk menghindari lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan
keluarga yang merawat lansia dengan demensia di rumahnya. (Kusumawati,
2007, http:/www.berita iptek online.com).
Prognosis
1. Pengkajian
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
b. Data obyektif :
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan katakata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat.
2. Diagnosa keperawatan
1.
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Perubahan proses pikir b/d degenerasi neuronal
dan demensia progresif.
TUJUAN : Setelah diberi askep 324 jam diharapkan pasien mampu memelihara
fungsi kognitif yang optimal dengan kriteria :
- Menunjukkan respons yang sesuai untuk stimuli taktil, visual dan auditori.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
INTERVENSI KEPERAWATAN :
Kendalikan lingkungan.
- Singkirkan bahaya yang tampak jelas.
RATIONAL :Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi risiko cedera dan
membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
RATIONAL :
DAFTAR PUSTAKA
Setiati Siti dkk, Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, FKUI, Jakarta