Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Shofi Khaqul Ilmy
NIM. 140070300011007
Kelompok 4 K3LN
D. Patofisiologi
1. Marasmus
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh
selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam
sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa
jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energy. Jika kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh akan mempertahankan
diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang
tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum
ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya
edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak di hati.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda walaupun dapat
terjadi bersama-sama.
b.
Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat yang dapat terjadi
c.
d.
e.
diseluruh tubuh
Otot mengecil (hipotrofi otot)
Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare (disebabkan penyakit infeksi)
Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
f.
mudah dicabut)
Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan gambaran crazy
g.
pavement dermatosis.
Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan
h.
i.
j.
k.
F. Penegakan diagnosis
a. Klinis: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang,serta penyakit yang
pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi
vitamin)
b. Laboratorium: terutama Hb, albumin, serum ferritin.
c. Anthropometrik: BB/U, TB/U, LLA/U, BB/TB, LLA,TB
G. Pencegahan
Pencegahan Malnutrisi antara lain: mempertahankan status gizi anak seoptimal mungkin,
menurunkan resiko timbulnya penyakit infeksi dan memperbaiki diit anak malnutrisi,
meminimalkan akibat penyakit infeksi pada anak, merehabilitasi anak-anak yang menderita
KEP fase dini (malnutrisi ringan). Operasional dari kebijaksanaan pencegahan Malnutrisi
tersebut antara lain:
1) Program promosi ASI
2) Program peningkatan kualitas makanan dengan bahan-bahan lokal. Ibu hamil dan ibu
menyusui diharapkan untuk meningkatkan kebutuhan zat-zat gizinya antara lain
dengan : pemberian tablet besi, pemberian dan perbaikan makanan ibu hamil,
program peningkatan makanan keluarga, misalnya: penyuluhan tentang proses
pemasakan daging yang direbus tidak terlalu lama, sebab akan menurunkan lemak
serta vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).
3) Program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan.
4) Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi serta program oral dan internal
pada dehidrasi karena diare
5) Meningkatkan hasil produksi pertanian
6) Penyediaan makanan formula yg mengandung tinggi protein dan tinggi energi utk
7)
8)
9)
10)
11)
anak-anak yg disapih
Memperbaiki infrastruktur pemasaran
Subsidi harga bahan makanan
Pemberian makanan suplementer
Pendidikan gizi
Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan
H. Penatalaksanaan
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit:
1. Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
a. Penanganan hipoglikemi
b. Penanganan hipotermi
c. Penanganan dehidrasi
d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
e. Pengobatan infeksi
f. Pemberian makanan
g. Fasilitasi tumbuh kejar
h. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
i. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
j. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
2. Pengobatan penyakit penyerta
a. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2, dan 14 atau
sebelum keluar dari rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis:
- Umur > 1 tahun
: 200.000 SI/kali
- Umur 6-12 tahun
: 100.000 SI/kali
- Umur 0-5 bulan
: 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata, berikan:
- Tetes mata Cloramphenicol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 710 hari
- Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
- Tutup mata dengan kasa yang dibahasi larutan garam faali
b. Dermatosis
Dermatosis ditandai dengan adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
sekunder, antara lain oleh candida.
Tatalaksana:
- Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-permanganat) 1 %
c.
selama 10 menit
- Beri salep atau krim (Zn dengan minyak kartor)
- Usahakan agar daerah perineum tetap kering
- Umumnya terdapat defisiensi Seng (Zn): beri preparat Zn peroral
Parasit/cacing
Beri Mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat antihelmintik
lain
d. Diare berkelanjutan
Diobati bilahanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.berikan
formula bebas/rendah lactosa. Sering terjadi kerusakan mukosa usus dan Giardiasis
Ulangi
berikutnya,kemudian
pemberian
lanjutkan
cairan
dengann
seperti
diatas
pemberian
untuk
jam
Resomal/pengganti,
I.
lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
i.
intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi
j.
k.
diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas
l.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan MarasmikKwashiorkor adalah:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan
c.
sehat seimbang.
Dengan bantuan
perawat,
keluarga
klien
dapat
mendemonstrasikan
Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi
pemulihan,
susunan
menu
dan
pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan
contoh
jenis
sumber
makanan ekonomis sesuai status
sosial ekonomi klien
Tunjukkan cara pemberian makanan
per sonde, beri kesempatan keluarga
untuk melakukannya sendiri.
Laksanakan
pemberian
sesuai program terapi.
roborans
Rasional
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
pemulihan
klien
sehingga
dapat
meneruskan upaya terapi dietetik yang
telah diberikan selama hospitalisasi.
Meningkatkan partisipasi keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
mempertegas peran keluarga dalam
upaya pemulihan status nutrisi klien.
Roborans meningkatkan nafsu makan,
proses absorbsi dan memenuhi defisit
yang menyertai keadaan malnutrisi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Intervensi
Lakukan/observasi pemberian
cairan
per
infus/sonde/oral
sesuai program rehidrasi.
Jelaskan
kepada
keluarga
tentang upaya rehidrasi dan
partisipasi yang diharapkan dari
keluarga dalam pemeliharan
patensi pemberian infus/selang
sonde.
Kaji perkembangan keadaan
dehidarasi klien.
Hitung balance cairan.
Rasional
Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam
pelaksanaan terpi rehidrasi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Penting untuk menetapkan program rehidrasi
selanjutnya.
Meningkatkan
Rasional
pengetahuan
keluarga
tentang
khusus
untuk
pemulihan
malnutrisi
pemulihan.
pencernaan.
secara berkala.
Lakukan
stimulasi
rujukan
ke
lembaga
dan personal/sosial.
Mempertahankan
perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
kesinambungan
program
ada.
Diagno
DiagDDiagnosa
4:
Risiko
aspirasi
berhubungan
dengan
pemberian
aspirasi.
Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.
Intervensi
Rasional
risiko aspirasi.
secara berkala.
Periksa residu lambung setiap kali
Penting
sebelum
pemberian
makan-
an/minuman.
Tinggikan posisi kepala klien selama
dan sampai 1 jam setelah pemberian
makanan/minuman.
Ajarkan/demonstrasikan
per
kesempatan
keluarga
menilai
tingkat
kemampuan
tatacara
untuk
sonde,
beri
melakukan-
klien/kemampuan keluarga.
Observasi tanda-tanda aspirasi.
Menilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa 5: Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan
sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
Tujuan : Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.
Kriteria:
- Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping
hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada
Intervensi
Lakukan fisioterapi dada dan suction
sekret.
secara berkala.
Lakukan
pemberian
obat
terapi.
Observasi irama, kedalaman dan bunyi
napas.
Rasional
Fisioterapi
dada
Suction
meningkatkan
diperlukan
pelepasan
selama
fase
hipersekresi trakheobronkhial.
Mukolitik
memecahkan
ikatan
mukus;
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. E .R., Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol I, 1999. Jakarta : EGC
Betz, Ceciliy,L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC
Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume 1. Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
jumlah protein
tubuh
Energi
Marasmus
Cad. Protein otot
terpakai terus
mnerusutk
memperoleh asam
amino
Kwashiorkor
Penyusutan otot
Cairan dari
intravaskuler ke
interstitial
Penurunan BB
Edema
Gg. Pembentukan
lipoprotin dari hati
Penurunan
detoksifikasi hati
Tubuh kehilangan
energi
Otot-otot melemah
dan mengecil
Resiko Jatuh