Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
REGIO capitis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Frontalis
Orbitalis
Nasalis
Infraorbital
oralis
Mentalis
Buccalis
Zygomatical
Temporalis
10. Parietalis
11. Occipitalis
Sternocleiodomastoideus
Trigonum submentale
Trigonum Musculare
Trigonum Submandibulare
Trigonum Caroticum
Cervicalis Lateralis
1.
2.
3.
4.
Pectoralis
Praesternalis
Clavipectoale
Axillaris (ketiak)
Epigastrica
Hipochondriaca
3. Umbilica
4. Lumbal
5. Hipogastric
6. Inguinalis
Deltoidea (bahu)
Brachialis (lengan atas)
Cubitalis (siku)
Antebrachialis (lengan bawah)
Carpalis (pergelangan tangan)
Carpalis (pergelangan tangan)
Dorsum manus (punggung tangan)
Digiti (jari)
Posterior (belakang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Gluteus
Femoralis posterior (paha belakang)
Patella genus posterior (lutut belakang)
Crurallis posterior ( tungkai belakang)
Calcamea ( lutut)
Pedis ( telapak kaki)
Normal : negatif
Cara pemeriksaan :
Tangan kiri pasien menekan perut pada garis midline. Tangan
pemeriksan diletakan di sisi kiri dan kanan perut. Gerakan tangan
kiri pemeriksan dan rasakan adanya getaran atau tidak di sisi
kontralateral (tangan kanan). Jika terasa adanya getaran pada sisi
kontralateral, maka tes undulasi positif. Begitu juga dengan arah
sebaliknya.
Tes Balotemen
Tujuan : mengetahui adanya pembesaran ukuran ginjal atau tidak.
Normal : negatif
Cara pemeriksaan
Ginjal kiri & kanan
Letakan tangan kiri di pinggang belakang, paralel pada kosta ke 12
dengan ujung jaru pemeriksa menyentukh sudut kostovertebrae.
Angakt & dorong ginjal kanan kedepan. Letakaan tangan kanan di
kuadran kanan atas sebelah lateral sejajar dengan otot rektus.
Anjurkan pasien untuk inspirasi dalam. Disaat pasien inspirasi
dalam, tangan kanan pemeriksa menekan kearah dalam kuadran
kanan atas (dibawah arcus costae dan cobalah untuk merasakan
ginjal pada kedua tangan). Lalu rasakan perubahan posisi ginjal saat
ekspirasi. Jika ginjal teraba, tentukan ukurannya dan ada atau tidak
nyeri tekan (tes balotemen positif)
3. Pemeriksaan penunjang
HEMATOLOGI
Pemeriksaan blood cell count dan pemeriksaan laju endap darah
(ESR). Pemeriksaan blood cell count meliputi pemeriksaan
pemeriksaan konsentrasi hemoglobin, Periksaan Sel Darah Putih
(WBC), Platelet time, white blood cell differential count, red blood
cell count dan hitunghematokrit. Pada penyakit anemia kronik,
ditemukan penurunan kadar Hb.
HB (HEMOGLOBIN)
Penurunan
Hb
terjadi
pada
penderita
anemia,
penyakit
ginjal, pemberian
cairan
intra-vena
(misalnya
infus)
yang
berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu
seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin
(obat antiradang). Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit
paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka
bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu
jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
Trombosit ( platelet)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses
menghentikan
perdarahan
dengan
membentuk
gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi
terjadi perdarahan dan hambatan permbekuan darah. Jumlah normal
pada tubuh manusia adalah 200.000-400.000/Mel darah. Biasanya
dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (Ht)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah
merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi
persentase Ht, konsentrasi darah semakin kental. Hal ini terjadi
karena adanya perembesan (kebocoran) cairan keluar dari
pembuluh darah sementara jumlah zat padat
sehingga darah
menjadi lebih kental. Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue)
diperkuat dengan nilai HMT > 20%.
Nilai normal Ht :
Anak
: 33 -38%
Pria dewasa
: 40 48 %
Wanita dewasa : 37 43 %
Neutrofil
Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka
dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama
fase infeksi akut. Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus
infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang
usus buntu), dan Iain-Iain. Penurunan jumlah neutrofil terdapat
pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
Nilai normal : 50-70 %.
Eusinofil
Eusinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibat
dalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan
jumlahnya 12% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam
tubuh adalah 14%. Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian
alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium.
Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka
bakar.
Basofil
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1%
dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka
panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam
tubuh adalah o -1%. Peningkatan basofil terdapat pada proses
inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan
basofil
terjadi
pada
penderita
stres,
reaksi
hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
Limfosit
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan
pembentukan antibodi. Nilai normal adalah 20 35% dari seluruh
leukosit. Peningkatan limfosit terdapat pada leukemia limpositik,
infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain. Penurunan limfosit terjadi
pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal injal, dan Iain-Iain.
Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan
ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam
sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal
dalam tubuh adalah 2 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya
cacing), kanker, dan Iain-Iain. Penurunan monosit terdapat pada
leukemia limposit dan anemia aplastik.
Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu
erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit
adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari
sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran
tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung
memiliki
sel
darah
merah
lebihbanyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria
: 4,6 6,2 jt/mm3
Wanita
: 4,2 5,4 jt/mm3
MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit,
dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya
perdarahan
dalam
keiuarga.
Nilai normal :
dengan Metode Ivy 3-7 menit
dengan Metode Duke 1-3 menit
Waktu
perdarahan
memanjang
terjadi
pada
penderita
trombositopeni (rendahnya kadar trombosit hingga 50.000 mg/dl),
ketidaknormalan fungsi trombosit, ketidaknormalan pembuluh
darah, penyakit hati tingkat berat, anemia aplastik, kekurangan
faktor pembekuan darah, dan leukemia. Selain itu perpanjangan
waktu perdarahan juga dapat disebabkan oleh obat misalnya
salisilat (obat kulit untuk anti jamur), obat antikoagulan warfarin
(anti
penggumpalan
darah),
dextran,
dan
Iain-Iain.
MASA PEMBEKUAN
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan
waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor
penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah).
Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi
perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 8 menit (Metode
Lee White). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit
infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paruparu), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik
(obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada
pembengkakan). Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada
penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah,
leukemia, gagal jantung kongestif.
Pria
: < 15 mm/ 1 Jam
Wanita
: < 20 mm / 1 Jam
CRP (Chain reaction Protein)
C-Reactive Protein (CRP) merupakan suatu protein fase akut yang
dihasilkan oleh hati, yakni protein yang konsentrasinya akan
meningkat bila terjadi cedera akut, peradangan/inflamasi atau
infeksi. CRP merupakan penanda inflamasi yang sudah dikenal
secara luas dan memiliki peran penting dalam proses Aterosklerosis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan CRP (walaupun
masih dalam batas normal) merupakan prediktor yang kuat untuk
terjadinya penyakit kardiovaskular. Mendeteksi Pelvic Inflammatory
Disease (PID), apendidtis akut, dan sepsis (pada pasien kritis);
menentukan faktor risiko penyakit vaskular, terutama penyakit
jantung koroner (PJK); dan memantau kondisi post-operasi.
Saat ini telah tersedia pemeriksaan High Sensitive CRP (Hs-CRP)
yaitu pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP yang lebih sensitif
dan akurat dengan menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry
Immunoassay), dengan range pengukuran : 0.3 300 mg/L.
Berdasarkan penelitian, pemeriksaan Hs-CRP dapat mendeteksi
adanya inflamasi lebih cepat dibandingkan pemeriksaan Laju Endap
Darah (LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk
mendapatkan jumlah sampel darah yang cukup untuk pemeriksaan
LED.
ASTO
ini
dapat
bereaksi
silang
dengan
antigen
manusia
2.
cara pengenceran :
Contoh :
o 1:2 ambil 1 bagian serum + 1 bagian NaCl 0,9%
o 1:4 ambil 1 bagian serum + 3 bagian NaCl 0,9%
Penilaian
1.
Kualitatif
a.
b.
2.
Semi kuantitatif
Titer
: pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan
aglutinasi.
ANA
ANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun,
seperti SLE (penyebab tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS),
sindrom Sjrgen, sindrom CREST, rheumatoid arthritis, skleroderma,
mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis Hashimoto,
juvenile
diabetes
mellitus,
penyakit
Addison,
vitiligo,
anemia
ovarium
trombositopenik
dan
lain-lain),
purpura,
anemia
penyakit
darah
hemolitik),
(idiopatik
penyakit
kulit
Banyak
obat
prokainamid
yang
(Procan
bisa
SR),
merangsang
produksi
antihipertensi
ANA,
(hidralazin),
seperti
dilantin,
HASIL ABNORMAL
Albumin
o PENURUNAN KADAR : sirosis hati, gagal ginjal akut, luka
bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia,
gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif,
enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh
obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
o PENINGKATAN KADAR : dehidrasi, muntah yang parah, diare
berat. Pengaruh obat : heparin.
Penanda Tumor
1. AFP Alpha Fetoprotein (AFP)
Alpha Fetoprotein (AFP) merupakan yang pertama diantara
protein-protein ini yang diteliti secara luas. AFP diisolasi pada tahun
1956 dan dikaitkan dengan keganasan pada 1963. AFP
merupakan suatu plasma protein yang predominan pada fetus dan
dibuat dalam kuning telur, hati, dan traktus gastrointestinalis. Kadar
AFP yang beredar sangat rendah pada orang dewasa, kecuali pada
kehamilan , dimana didapat dari sirkulasi fetus yang menyebabkan
peningkatan yang signifikan. Selama kehamilan, kadar AFP dalam cairan
amnion lebih tinggi dari kadar normal apabila janin yang dikandung
mengalami defek neural tube. AFP merupakan cairan amnion yang dapat
masuk sirkulasi ibu. Dengan demikian kadar AFP dalam serum ibu
secara rutin dapat digunakan sebagai penyaring untuk mengetahui
defek neural tube sebelum lahir.
Jumlah AFP dalam darah yang dapat membantu wanita hamil
melihat
apakah
bayi
memiliki
masalah
seperti spina
bifida dan anencephaly. AFP tes yang dapat juga dilakukan sebagai
bagian
dari
skrining
tes
lainnya
untuk
menemukan
3. CA 19-9
Antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan
diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan
usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 75% kanker
pankreas dan 60 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan
ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti
pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar.
Peningkatan kadar CA 19-9 lebih dari 500 U/ml terjadi pada
50% pasien dengan malignansi. Interval kadar CA 19-9 pada
Sagital
Coronal
2.
Identifikasi lokasi
foto ( kemungkinan ditulis di paling atas foto MRI atau dapat
mencari tahu dengan mengidentifikasi struktur anatomi).
3. Identifikasi apakah dalam foto tersebut menggunakan zat kontras
atau tidak. Pemberian zat kontras untuk organ tertentu seperti
hepar dan jantung. Hal tersebut membuat pewarnaan jaringan pada
organ yang diberikan zat kontras terlihat lebih tajam dan
seharusnya diberikan hasil pemeriksaannya.
Contoh : Defek pada sawar darah otak setelah stroke
4. Bandingkan foto MRI yang difoto saat ini dengan foto MRI dengan
hasil yang normal. Hal tersebut dapat membantu kita untuk lebih
mudah mengenali adanya kelainan-kelainan yang tampak pada foto
MRI sehingga kita dapat memilah apa yang harus kita perhatikan
lebih utama.