Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 Pasal 28 Bagian H, ayat (1) telah menegaskan bahwa setiap orang berhak
memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3)
dinyatakan
negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan keseatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat
diperlukan dala m mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada
hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang
seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif
tersebut, harus dapat diupayakan masuknya upaya kesehatan sebagai asas
pokok program pembangunan nasional.
Dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
10 ayat (2) menyebutkan, bangunan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)paling sedikit terdiri atas ruang: . d. ruang operasi; . . Dalam
Bagian Ketiga tentang Bangunan, pasal 9 butir (b) menyebutkan bahwa
Persyaratan

teknis bangunan Rumah

Sakit, sesuai dengan

fungsi,

kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan


dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,
dan orang usia lanjut.
Dalam rangka mendukung Undang-Undang No. 44 tersebut, maka
harus disusun persyaratan teknis fasilitas ruang operasi rumah sakit yang
memenuhi standar pelayanan,

keamanan, keselamatan, kemudahan dan

kenyamanan.Sehingga Ruang Operasi yang merupakan tempat

untuk

melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang


membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya dapat dilaksanakan
dengan sebenar-benarnya sesuai persyaratan teknis dalam pedoman ini.
B. Ruang lingkup
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
a. Penghitungan Tenaga Perawat
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan standar tenaga
keperawatan dari kementrian kesehatan tahun 2005 adalah :
Komponen penghitungan :

1) Jumlah kamar operasi

: 6 kamar

2) Jumlah dan jenis operasi rata/ hari

: 12 pasien

3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari


kerja
4) Tugas perawat di kamar operasi : asisten operator, instrumentator,
perawat sirkulasi
5) Ketergantungan pasien

a) Operasi besar

: 5 jam/ 1 operasi

b) Operasi sedang

: 2 jam/ 1 operasi

c) Operasi kecil

: 1 jam/ 1 operasi

( jumlah jam perawatan/ hari x jml operasi )xjml perawat dalam tim
jam kerja efektif/ hari
kebutuhan tenaga di :
a. Kamar operasi
Rata-rata jumlah operasi 12 operasi/ hari, dengan rincian sebagai berikut :

Operasi besar

:4

Operasi sedang

:6

Operasi kecil

:2

Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan sebagai berikut :


[(4x5)+(6x2)+(2x1)] x 3
7 jam
102 = 14 orang
7
b. Ruang penerimaan dan RR
Ketergantungan pasien di penerimaan

: 15 menit

Ketergantungan pasien di RR

: 1 jam

Perhitungan tenaga perawat :


(12x15 mnt) + (12 x1 jam)
7 jam

3 jam + 12 jam
7 jam

= 2 orang

Kualifikasi perawat di ruang RR adalah perawat anesthesi

Kualifikasi tenaga perawat di ruang penerimaan pasien adalah perawat


umum.

Kebutuhan tenaga perawat anesthesi adalah sebanyak kamar operasi yang


tersedia : 6 orang

Jadi kebutuhan total tenaga perawat di kamar operasi elektif adalah:


14 + 2 + 6 = 22 orang
Kebutuhan tersebut harus ditambah dengan faktor koreksi :
a.

Libur/ cuti

Jumlah hari minggu/ tahun

: 52

Cuti tahunan

: 12

Hari besar

: 14

Jumlah hari kerja

: 286

(52 +12 + 14) x 28


286
= 8 orang
b.

Tenaga non keperawatan 15% dari total kebutuhan


Tenaga ini untuk mengerjakan tugas non keperawatan:
0,15 x (28 + 8) = 6 orang

tenaga administrasi : 1

kebersihan

pekarya kesehatan (POS)

depo farmasi

:2
:2

:1

Kebutuhan tenaga untuk operasional IBS


1.

Perawat

: 24 orang

2.

Perawat anesthesi

: 9 orang

3.

Tenaga non keperawatan

: 6 orang

B. Distribusi Ketenagaan
Stafing SDM keperawatan di kamar operasi berdasarkan pertimbangan :
1. Jumlah kamar operasi
2. SDM yang tersedia
3. Kompetensi perawat
Adapun kualifikasi kompetensi yang diharapkan dalam stafing ini berdasarkan tugas
yang harus dilaksanakan di setiap bagian di ruang/ kamar operasi :

1. Kepala ruang
a. Diutamakan Ners. Memiliki pengalaman di kamar bedah minimal 5
tahun.
b. Pendidikan D 4 medikal bedah/ D3 Keperawatan, dengan pengalaman
kerja di kamar bedah 10 tahun
c. Sudah dapat pelatihan/ sertifikat kamar bedah dan basic life support
(BLS)
d. Mempunyai kemampuan memimpin
e. Memiliki sertifikat manajemen keperawatan
f. Sehat jasmani dan rohani
g. PDLT baik
2.

PJ kamar operasi/Asisten
a. Ners memiliki pengalaman 5 tahun menjadi perawat scrub/ instrument
di kamar bedah
b. D4/D3 keperawatan memiliki pengalaman 5 tahun menjadi perawat
scrub di kamar bedah
c. Sudah dapat pelatihan kamar operasi dasar/ lanjut/ khusus dan BLS

3. Perawat sirkuler / Omloop


a. Ners. Memiliki sertifikat kamar bedah dasar/lanjutan/ khusus,
pengalaman bekerja di kamar operasi minimal 3 tahun
b. D4/D3 keperawatan Memiliki sertifikat kamar bedah dasar/lanjutan/
khusus, pengalaman bekerja di kamar operasi minimal 5 tahun
c. Memdalam kemampuan kepemimpinan dalam tim
d. Mampu melakukan supervise, memberikan saran dan bimbingan.
4.

Nurse scrub. :
a. Ners. Memiliki sertifikat kamar bedah dan BLS dengan pengalaman di
kamar bedah minimal 6 bulan.
b. Pendidikan D 4 medikal bedah/ D3 Keperawatan, memiliki sertifikat
kamar bedah, dengan pengalaman kerja di kamar bedah 1 tahun
c. Sudah dapat pelatihan kamar operasi dan BLS
d. Mempunyai kemampuan memimpin

5. Petugas Penemimaan pasien


a. Diutamakan perawat anesthesi
b. Sikap yang ramah

c. Mampu melakukan tindakan dasar


6. Petugas RR
a. Diutamakan perawat anestesi.
b. D3 keperawatan dengan pelatihan/ Training dan pendidikan yang
diperlukan meliputi :
1) tehnik penangann airway : posisioning, chin lift, jaw trust, sucsioning
dan pemasangan artifisial airway. : hemodinamik monitor, kondisi
2)
3)
4)
5)
6)

neurovaskular, dan fungsi ginjal.


pengkajian sistem sirkulasi
kondisi neurologi : LOC,
kerja obat anesthesi
mengenali komplikasi anesthesi
interpretasi ECG dan oksimetri

C. Prosedur Rekrutmen dan Seleksi

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar Pasilitas
a. Ruang Pendaftaran.
1) Ruang ini digunakan

untuk

menyelenggarakan

kegiatan

administrasi,
khususnya pelayanan bedah.
2) Ruang ini berada pada bagian depan Ruang Operasi Rumah Sakit
dengan

dilengkapi

loket,

meja

kerja,

lemari

berkas/arsip,telepon/interkom.
3) Pasien bedah dan Pengantar (Keluarga atau Perawat) datang ke
ruang pendaftaran.

4) Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di


Loket pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah
Sakit melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanganan
surat pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya
pengantar menunggu di ruang tunggu.
5) Kegiatan administrasi meliputi :
a) Pendataan pasien bedah.
b) Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien
bedah.
c) Rincian biaya pembedahan.
b. Ruang tunggu Pengantar.
Ruang di mana keluarga atau pengantar pasien menunggu. Di
ruang ini perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah yang sesuai
aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan, sebaiknya disediakan
pesawat televise dan ruangan dilengkapi sistem pengkondisian udara.
Rumah Sakit
c. Ruang Transfer (Transfer Room).
1) Pasien bedah dibaringkan di stretcher khusus ruang operasi.
Untuk pasien bedah yang datang menggunakan stretcher dari
ruang lain, pasien tersebut dipindahkan ke stretcher khusus
Ruang Operasi Rumah Sakit.
2) Pasien melepaskan semua perhiasan dan diserahkan kepada
keluarga pasien.
3) Selanjutnya Pasien dibawa ke ruang persiapan (preperation room)
d. Ruang Tunggu Pasien (Holding Room).
Ruang tunggu pasien dimaksudkan untuk tempat menunggu
pasien sebelum dilakukan pekerjaan persiapan (preparation) oleh
petugas Ruang Operasi Rumah Sakit dan menunggu sebelum masuk ke
kompleks ruang operasi Apabila luas area Ruang Operasi Rumah Sakit
RS tidak memungkinkan kegiatan pada ruangan ini dapat di
laksanakan di Ruang Transfer.
e. Ruang Persiapan Pasien.
1) Ruang yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah
sebelum memasuki ruang operasi.
2) Di ruang persiapan, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit
membersihkan tubuh pasien bedah, dan mencukur bagian tubuh
yang perlu dicukur.

3) Petugas Ruang Operasi Rumah Sakit mengganti pakaian pasien


bedah dengan pakaian khusus pasien Ruang Operasi Rumah
Sakit.
4) Selanjutnya pasien bedah dibawa ke ruang induksi atau langsung
ke ruang operasi.
f. Ruang Induksi.
Di ruang induksi, petugas Ruang Operasi Rumah Sakit
mengukur tekanan darah pasien bedah, memasang infus, memberikan
kesempatan pada pasien untuk beristirahat/ menenangkan diri, dan
memberikan penjelasan pada pasien bedah mengenai tindakan yang
akan dilaksanakan. Anastesi dapat dilakukan pada ruangan ini. Apabila
luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit RS tidak memungkinkan,
kegiatan anastesi dapat di laksanakan di Ruang Operasi.
g. Ruang Penyiapan Peralatan/Instrumen Bedah.
Peralatan/Instrumen dan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk pembedahan dipersiapkan pada ruang ini.
h. Ruang Operasi.
1) Ruang operasi digunakan sebagai ruang untuk melakukan
tindakan operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus
cukup

untuk memungkinkan petugas

bergerak sekeliling

peralatan operasi/bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan


faktor keselamatan yang tinggi.
2) Di ruang operasi, pasien dipindahkan dari stretcher khusus Ruang
Operasi Rumah Sakit ke meja operasi/bedah.
3) Di ruang ini pasien operasi dilakukan pembiusan (anestesi).
4) Setelah pasien operasi tidak sadar, selanjutnya proses operasi
dimulai oleh Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik lainnya.
i. Ruang Pemulihan.
Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan ruang
operasi dan diawasi oleh perawat. Pasien operasi yang ditempatkan di
ruang pemulihan secara terus menerus dipantau karena pembiusan
normal atau ringan. Daerah ini memerlukan perawatan berkualitas
tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status : jantung,
pernapasan dan physiologis, selanjutnya melakukan tindakan dengan
memberikan pertolongan yang tepat.
Setiap tempat tidur pasien pasca operasi dilengkapi dengan
masing masing satu outlet Oksigen, suction, Compressed Air, kotak

kontak listrik, dan peralatan monitor. Kereta darurat (emergency cart)


secara terpusat disediakan dan dilengkapi dengan defibrillator, airway,
obat-obatan darurat, dan persediaan lainnya. Komunikasi ruang PACU
(;Post Anaesthetic Care Unit) langsung ke ruang dokter bedah dan
perawat bedah dengan interkom. Tombol panggil darurat ditempatkan
diseluruh ruangan Ruang Operasi Rumah Sakit.
j. Ruang Resusitasi Bayi/ Neonatus.
Ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan bayi baru
lahir melalui operasi caesar, untuk dilakukan tindakan resusitasi
terhadap bayi. Pada ruangan ini dilengkapi dengan tempat tidur bayi
dan inkubator perawatan bayi. Pada tiap incubator harus dilengkapi
dengan 1 (satu) outlet oksigen dan vacuum. Di ruang ini bayi hanya
tinggal sementara dan akan dipindahkan ke ruang bayi bersama ibunya
setelah bayi tersebut stabil ke ruang perawatan. Ruangan ini terletak di
dekat ruang operasi.
k. Ruang ganti pakaian (Loker).
Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan
petugas medic mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang
operasi. Pada loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci
yang dipegang oleh masing-masing petugas dan disediakan juga
lemari/tempat menyimpan pakaian ganti dokter dan perawat yang sdh
disteril. Loker dipisah antara pria dan wanita.Loker juga dilengkapi
dengan toilet.
l. Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :
a. Ruang kerja.
b. Ruang istirahat/kamar jaga.
Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan
dan furnitur. Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa. Ruang
Dokter perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
m. Scrub Station.
1) Scrub station, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli bedah dan
petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan di
dalam ruang operasi.

2) Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci


tangannya di scrub station. Scrub station sebaiknya berada
disamping atau di depan ruang operasi.
a) Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus
dipenuhi, antara lain : Terdapat kran siku atau kran
b)
c)
d)
e)

dengkul, minimal untuk 2 (dua) orang.


Aliran air pada setiap kran cukup.
Dilengkapi dengan ultra violet (UV), water sterilizer.
Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan.
Dilengkapi sikat kuku.

Gambar I.D.18 Scrub station untuk 2 orang.


n. Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal).
1) Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien
khususnya yang berupa cairan. Spoolhoek terdiri dari :
a) Sloop sink (lihat gambar
b) Service Sink (lihat gambar
2) Peralatan/Instrumen/Material kotor dikeluarkan dari ruang
operasi ke ruang kotor (disposal, spoel Hoek).
3) Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri
dan CSSD (Central Sterilized Support Departement)untuk
dibersihkan dan disterilkan.
4) Ruang Laundri dan CSSD diluar Ruang Operasi Rumah Sakit.

Slop Sink

Service Sink

o. Ruang Linen.
Ruang linen berfungsi menyimpan linen, antara lain duk operasi
dan pakaian bedah petugas/dokter pada Ruang Operasi Rumah Sakit.
p. Ruang Penyimpanan Perlengkapan Bedah
Ruang tempat penyimpanan instrumen yang telah disterilkan.
Instrumen berada dalam Tromol tertutup dan disimpan di dalam lemari
instrumen. Bahan-bahan lain seperti kasa steril dan kapas yang telah
disterilkan juga dapat disimpan di ruangan ini.
Persediaan harus disusun rapih pada rak-rak yang titik
terendahnya tidak lebih dari 8 inci (20 cm) dari lantai dan titik
tertingginya tidak kurang dari 18 inci (45 cm) dari langit-langit.
Persediaan rutin diperiksa tanggal kadaluarsanya dan di bungkus
secara terpadu.
Ruang Penyimpanan peralatan anastesi, peralatan implant
orthopedic, dan perlengkapan emergensi diletakkan pada ruang yang
berbeda dengan ruang penyimpanan perlengkapan bedah.
q. Ruang Penyimpanan Peralatan Kebersihan (Janitor).
Ruang untuk menyimpan peralatan kebersihan dan ruang
tempat menempatkan barang-barang kotor di dalam kontainer tertutup
yang berasal dari ruang-ruang di dalam bangunan (sarana) Ruang
Operasi Rumah Sakit untuk selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan di luar bangunan Ruang Operasi Rumah Sakit.

Gambar I.D.22 Janitor

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Ruang Persiapan
Ruang Pemulihan
Ruang Cuci
Kamar Operasi 1
Kamar Operasi 2
Anestesi
Instrumen Dasar
Resusitasi dan Gawat darurat

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Penjadwalan Operasi
Residen/Dokter Spesialis/Kepala Ruang
Pengisian format permintaan pemakaian
kamar operasi bedah secara lengkap
(Format RM.......)

Residen/Dokter Spesialis/Kepala Ruang


Penyerahan format RM.............Ke IBS

Note

(Format RM.......)

VIP

Kelas dirawat

Non VIP
Jam 12.00 WIB

Setelah

Sebelum

PJ. RU + PP
Diterima

Tersedia

Kamar Operasi ? rawat


ke

(Jumlah operasi, Jumlah OK, Daftar telepon,


dokter bedah, Daftar standar waktu operasi)
Tidak Tersedia

PJ. RU + PP
Protap
penjadwalan

Diterima Untuk besaknya


(Jumlah operasi, Jumlah OK, Daftar telepon,
dokter bedah, Daftar standar waktu operasi)

B. Penerimaan dan Penyerahan Pasien

Note 1 : Penyerahan dilakukan minimal 1 hari sebelum hari pelaksanaan operasi

Protap serah terima


Pasien dari rawat inap,
rawat jalan

Petugas IBS
Menerima pasien dengan rencan tindakan
Mencocokan identitas dengan daftar rencana
operasi
Mengisi daftar periksa kelengkapan persiapan
tindakan
(Daftar periksa)

Lengkap?

Perawat IBS
Menginformasikan keruang rawat inap untuk :
Melengkapi persyaratat pembedahan atau
membatalkan operasi sesuai prosedur
(Telepon)

Perawat IBS
Membuat dan memasang identitas pasien
menggunakan gelang
Mengantar pasien ke ruang induksi atau
ker uang operasi pada waktunya

Persiapan Lengkap

(Berkas RM, Gelang identitas, brancard)

Protap
pembedahan

Protap pengelolaan pasien di


kamar pulih

Protap
penundaan/
pembatalan
operasi

Alih rawat ke

ICU

Petugas kamar pulih


Menghubungi ICU
Mengkompirmasikan kondisi
pasien
Mempersiapan pasien dan
kelengkapan sesuai cek list
Memindahkan pasien dari
brancard roda kuning ke
brancard roda merah
Mengantar pasien ke ICU

(Status pasien, Cek list,


Material milik pasien)

Petugas kamar pulih, IRNA/RS


lain
Memindahkan pasien dari
brancard roda kuning ke
brancard roda merah
Memindahkan pasien dari
brancard roda merah ke
brancard / kursi roda IRNA
Menyerahkan kelengkapan
kepada petugas IRNA sesuai
cek list
Menandatangani lembaran
cek list
(Status pasien, Cek list,
Material milik pasien)

C. Persiapan Operasi

Petugas kamar pulih Keluarga


pasien
Menginformasikan kondisi
pasien
Menyerahkan pasien pasien
beserta kelengkapannya.
Menandatangani cek list
(Cek list, Barang milik
pasien, Pengantar Lab PA)

(Telepon, Cek list, Status


pasian)

(Telepon, Cek list, Status pasien)

Petugas kamar pulih, Petugas


ICU
Melaksanakan serah terima
pasien beserta
kelengkapannya.
Menandatangani lembaran
cek list

Petugas kamar pulih


Menghubungi Ruang Rawat
Inap/RS lain untuk
mengambil pasien
Menginformasikan keadaan
pasien dan pasilitas yang
dibutuhkan
Mempersiapkan pasien dan
kelengkapan sesuai cek list.

ODC

Petugas IBS Petugas Kamar


Pulih
Memindahkan pasien dari
brancard roda kuning ke
brancard roda merah atau ke
kursi roda.
Mengantar pasien sampai
lobi bersama keluarga
(Blancard, kursi roda)

Prosedur Sebelum Operasi


a) Petugas masuk ke kamar operasi (OK) harus :
1) Mengganti baju dengan baju khusus dikamar ganti pakaian.
2) Memakai alas kaki khusus dalam OK.
3) Memakai tutup kepala dan rambut tertutup semua.
4) Memakai masker.
b) Pasien
1) Diagnosa penyakit pasien yang benar dan tepat dilakukan oleh dokter
yang merawat ( yang ahli dalam bidangnya),kemudian dilaporkan
kedokter OK untuk mempersiapkan dan mengatur jadual operasi.
2) Keadaan umum (vital sign) pasien diusahakan dalam keadaan
seoptimal mungkin
3) Pasien/ keluarga telah menandatangani persetujuan operasi(inform
concent).
4) Untuk pasien yang akan dioperasi dan supaya direncanakan operasi
harus sudah dilaporkan ke kamar operasi (OK) 1 (satu) hari sebelum
operasi (H- 1)sebelum jam 13.00.
c) Prosedur tentang Ruangan dan Alat-alat.
1) Ruangan selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai.
2) Alat yang akan dibutuhkan diatur atau disiapkan sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan, sudah dalam keadaan steril.
d) Prosedur Pencatatan
1) Data pasien dicatat dalam buku register kamar OK termasuk Nama
pasien, Dokter yang merawat pasien.
2) Petugas anestesi mencatat tindakan dan medikasi yang dilakukan
selama operasi .
3) Operator/asisten operator mencatat laporan operasi di RM 10 tindakan
yang dilakukan operator maupun anestesi dan petugas memindahkan
ke buku register OK.
4) Kalau ada permeriksaan Pathologi Anatomi (PA) harus mengisi
formulir untuk permintaan Pathologi Anatomi (PA).
5) Setiap awal bulan petugas administrasi OK membuat laporan kegiatan,
6) Operator menandatangani formulir permintaan permeriksaan Pathologi
Anatomi (PA).
7) Petugas kamar operasi (OK) setiap hari membuat laporan kegiatan
yang akan diserahkan kepala seksi medis/ perawatan.
8) Petugas kamar operasi (OK) membuat laporan inventaris.
e) Prosedur Penanganan pasien yang meninggal selama Operasi.
1) Dokter operator menjelaskan kepada keluarga sehingga dapat
dimengerti dengan jelas.
2) Jenazah disemayamkan sementara 2 jam di ruangan khusus diwilayah
OK.

3) Perawat OK memberitahukan ke petugas kamar jenazah bahwa ada


pasien meningggal di kamar OK.
4) Jenazah dibawa ke kamar jenazah oleh petugas OK ditimbang - terimakan dengan
D.
a.
1)
2)
3)
4)

petugas jenazah.
Kerjasama Antar Disiplin
Pre Operasi
Persiapan prosedur pasien di ruang perawatan pra operasi
Mencukur/ membersihkan daerah yang akan dioperasi malam hari.
Persiapan pasien 4-6 jam.
Lavamen dan lain-lain.
5) Pasien diberitahu untuk dibawa ke kamar operasi (OK).
6) Pakaian pasien diganti di kamar persiapan operasi dengan
pakaian khusus kamar operasi (OK) dan kepala dibungkus.
7) Pasien diperiksa Vital sign : tensi, suhu, nadi dan ditulis
dicatatan perawatan.
8) Pasien yang akan dioperasi dimasukkan setelah pencatatan
selesai.
9) Membukukan data-data pasien di buku register.
b. Durante Operasi
1) Semua petugas yang akan melakukan operasi mencuci tangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Memakai jas yang steril menurut cara yang berlaku.
3) Memakai sarung tangan sesuai dengan ukuran.
4) Asisten instrumen menyiapkan alat - alat yang dibutuhkan
sesuai dengan kebutuhan operasi diatas meja instrumen yang
sebelumnya dialas dengan 2 lapis kain steril.
5) Asisten operasi mengadakan desinfeksi didaerah operasi
menurut ketentuan yang berlaku.
6) Asisten operasi menutup tubuh pasien dengan doek steril yang
berlubang pada daerah yang akan dioperasi.
7) Petugas melakukan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
memonitor keadaan pasien kemudian melaporkan ke Operator
bahwa operasi dapat dimulai.
8) Operator dan asisten operator melakukan operasi.
9) Petugas yang lain yang tidak ikut serta dalam operasi siap
ditempat untuk keperluan mendadak.
c. Post Operasi
1) Operator/asisten operator setelah selesai operasi membuka
doek penutup pasien.
2) Asisten instrument operator mengumpulkan kembali yang
dipakai dan menghitung apakah sudah cukup jumlahnya dan
dimasukkan kembali ke loyang untuk di cuci.

3) Pasien dibersihkan oleh petugas OK dan dipasangi pakaian.


4) Dipindahkan ke ruang pulih sadar, diawasi pelaksana anestesi
dan petugas pulih sadar, sampai keadaan pasien membaik.
5) Petugas kamar operasi (OK) lainnya membersihkan meja
operasi dan alat lain yang dipakai misal: Suction, Oksigen dll.
6) Setelah keadaan umum pasien baik, pasien dipindahkan
keruang perawatan dengan brankar bedah, bersama status
pasien.
7) Petugas kamar operasi (OK) mencatat kedalam buku register.
E. Pelayanan Anestesi
Pelayanan anestesia peri-operatif merupakan pelayanan anestesia yang
mengevaluasi, memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pasca anestesia
serta terapi intensif dan pengelolaan

nyeri berdasarkan

keilmuan

yang

multidisiplin
a. Pra Anestesi
1) Konsultasi dan pemeriksaan oleh dokter spesialis anestesiologi
harus dilakukan sebelum tindakan anestesia untuk memastikan
bahwa pasien berada dalam kondisi yang layak untuk prosedur
anestesi.
2) Dokter spesialis anestesiologi bertanggung jawab untuk menilai
dan menentukan status medis pasien pra-anestesia berdasarkan
prosedur sebagai berikut :
a) Anamnesis dan pemeriksaan pasien.
b) Meminta dan/atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan
dan konsultasi yang diperlukan untuk melakukan
anestesia.
c) Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesia
yang akan dilakukan.
d) Memastikan bahwa

pasien

telah

mengerti

dan

menandatangani persetujuan tindakan.


e) Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat
anestesia dan obat-obat yang akan dipergunakan.
3) Pemeriksaan penunjang pra-anestesia dilakukan sesuai Standar
Profesi dan Standar Prosedur Operasional.
4) Tersedianya oksigen dan gas medik yang memenuhi syarat dan
aman.Pelayanan pra-anestesia ini dilakukan pada semua pasien
yang akan menjalankan tindakan anestesia. Pada keadaan yang
tidak biasa, misalnya gawat darurat yang ekstrim, langkahlangkah pelayanan praanestesia sebagaimana diuraikan di atas,

dapat diabaikan dan alasannya harus didokumentasikan di


dalam rekam medis pasien.
b. Durante Anestesi
1) Dokter spesialis anestesiologi dan tim pengelola harus tetap
berada di kamar operasi selama tindakan anestesia umum dan
regional serta prosedur yang memerlukan tindakan sedasi.
2) Selama pemberian anestesia harus dilakukan pemantauan dan
evaluasi secara kontinual terhadap oksigenasi, ventilasi,
sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan, serta didokumentasikan
pada catatan anestesia.
3) Pengakhiran anestesia

harus

memperhatikan

oksigenasi,

ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan dalam keadaan


stabil.
c. Pasca Anestesi
1) Setiap pasien pasca tindakan anestesia harus dipindahkan ke
ruang

pulih

(Unit

Rawat

Pasca-anestesia/PACU)

atau

ekuivalennya kecuali atas perintah khusus dokter spesialis


anestesiologi atau dokter yang bertanggung jawab terhadap
pasien tersebut, pasien juga dapat dipindahkan langsung ke unit
perawatan kritis (ICU/HCU).
2) Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi
persyaratan yang berlaku.
3) Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi
beberapa di antaranya memerlukan perawatan di unit perawatan
kritis (ICU/HCU).
4) Pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi oleh
dokter spesialis anestesiologi atau anggota tim pengelola
anestesia. Selama pemindahan, pasien harus dipantau/dinilai
secara kontinual dan diberikan bantuan sesuai dengan kondisi
pasien.
5) Setelah tiba di ruang pulih dilakukan serah terima pasien
kepada perawat ruang pulih dan disertai laporan kondisi pasien.
6) Kondisi pasien di ruang pulih harus dinilai secara kontinual.
7) Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran
pasien dari ruang pulih.
F. Laporan Operasi dan Anestesi

BAB V
LOGISTIK
A. Instrumen
Pengelolaan alat/ instrumen yang digunakan di kamar operasi akan dikelola
secara sentral oleh CSSD, pengelolaan instrumen yang dilakukan di kamar
operasi oleh tenaga perawat adalah dekontaminasi, pencucian alat. Persedian
instrumen di kamar operasi berdasarkan rata-rata jumlah dan jenis operasi
dikalikan 3, dengan alasan sebagai berikut :

1 set di pakai

1 set diserilkan

1 set cadangan

Berdasarkan hasil kajian kebutuhan instrumen operasi di IBS RSUD Sumedang adalah
No
Jenis set instrumen
1
Bedah umum
a. HIL
b. Appendiktomi
c. Sectio Alta
d. Open prostatektomi
e. Struma / lobektomi
f. Neprolithotomi
g. Laparatomi
h. Haemoridektomi
i. Exterpasi
j. Colostomi
k. Cholecistektomi
2
Obgin
a. Sectiocaesaria
b. Hysterektomi
c. Myiomektomi
d. Kistektomi
e. KET
f. MOW
g. Curetase
3
THT
a. Tonsilektomi
b. Sinus
4
Orthopedi

Jumlah rata

Kebutuhan total

2
2
1
2
2
2
2
1
4
1
1

6
6
3
6
6
6
6
3
12
3
3

3
2
1
1
1
3
2

9
6
3
3
3
9
6

2
1

6
3

a. ORIF
b. Pengangkatan ORIF
c. OREF
d. Pengangkatan OREF
e. K-NAIL
Bedah mulut

1
1
1
1
1

3
3
3
3
3

B. Alat tenun
Kebutuhan alat tenun di kamar operasi merupakan kebutuhan yang
harus ada dan harus dikelola dengan baik, karena alat tenun bagian dari
kebutuhan setiap operasi yangmempunyai standar jumlah, ukuran, dari
setiap jenis alat tenun
Perencanaan alat tenun dilakukan oleh instalasi laundri bersama
dengan tim keperawatan instalasi bedah sentral, sedangkan tanggung jawab
inventaris alat tenun oleh instalasi laundry.
Kebutuhan alat tenun dengan 7 kamar operasi(dengan kamar cito0
dan jumlah rata-rata operasi 14 operasi/ hari, maka diperlukan alat tenun
bersih dan steril sebagai berikut:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jumlah 1x
operasi

Jenis alat tenun


Topi pegawai
Baju pegawai
Perlak
Baju pasien
Apron plastik
Jas operasi
Duk bolong besar
Duk bolong sedang
Duk sedang
Duk besar
Sarung meja mayo
Handuk tangan/ lap
tangan

Bersih
5
5
1
1
2

Steril

5
2
5
4
1
1
5

Kebutuhan harian
(Jumlah operasi rata2/ kamar
X jumlah kebutuhan 1 kali
operasi
Bersih
Steril
70
70
14
14
28
70
28
70
56
14
14
70

Kebutuhan total
(3 x kebutuhan
harian kamar
operasi)

C. Alat penunjang
No Jenis Barang
1
Kontainer besar tertutup u/ alat tenun

Kebutuhan
7

Yang ada
-

Kekurangan

210
210
42
42
84
210
84
210
168
42
42
210

2
3
4
5
6
7

kotor
Kontainer sedang u/ dekontaminasi alat
Sandal
Loker pegawai
Peluit un pelaksanaan time out
Kaca mata operator/ tim operasi
Penghangat darah

7
25

7
15
2
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Rumah Sakit menetapkan IBS sebagai koordinator pelayanan pembedahan,
sesuai dengan Struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral. Pengorganisasian
IBS selengkapnya diatur dalam Pedoman Organisasi Instalasi Bedah Sentral.
B. Tindakan pembedahan di IBS dilaksanakan kejasama antara dokter bedah dan
dokter anestesi. Dokter bedah dan anestesi bekerja sesuai hak dan
kuwajibannya sesuai dengan kebijakan direktur tentang hak dan kuwajiban
dokter bedah dan anestesi.(Uraian Tugas SMF).
C. Pelayanan Anestesi di Instalasi bedah Sentral dikakukan oleh Dr Anestesi dan
Penata Anestesi sesuai kebutuhan
D. IBS melaksanakan Program Dalin . Program Infeksi Nokomial di Instalasi
Bedah Sentral dipantau oleh Komite Dalin RS dan dilaksanakan oleh staf IBS
sesuai SPO Dalin dan SPO IBS.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan di kamar operasi

a. IBS melakukan upaya penilaian kemampuan dan hasil pelayanan


secara rinci dijabarkan dalam sebuah laporan tahunan IBS.
b. Hasil penilaian pelayanan IBS yang berupa laporan tahunan IBS
disampaikan kepada direktur dalam rangka rekomendasi tindak
lanjut.
B. Data pasien dan tindakan anestesi tercatat dalam dokumen rekam medis
dengan lengkap, jelas dan benar. Proses pencatatan dokumen diatur secara
rinci di SPO tentang pencatatan rekam medis anestesi.
C. Kelengkapan dokumen anestesi dievaluasi secara rutin tiap tahun dengan
bekerja sama dengan bagian rekam medis, dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan anestesi di kamar operasi.
Indicator mutu pelayanan kamar medah berdasarkan Peraturan Bupati sumedang no 80
tahun 2009 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit umum daerah kabupaten
Sumedang adalah :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

INDIKATOR
Waktu tunggu operasi elektif
Waktu tunggu operasi
Kejadian meninggal di meja operasi
Kejadian operasi salah sisi
Kejadian operasi salah orang
Kejadian salah tindakan operasi
Kejadian tertinggal benda asing/ alat pada tubuh
pasien setelah operasi
Kejadian komplikasi anesthesia karena
overdosis, reaksi anesthesia dan salah
penempatan endotrakheal tube
Pasien jatuh dari tempat tidur/ meja operasi
Kejadian pembatalan operasi elektif
Kepatuhan terhada SOP kamar operasi

BAB IX
PENUTUP

STANDAR
< 2 hari
< 7 hari
1%
0%
0%
0%
0%
<6%
0%
100 %

Вам также может понравиться