Вы находитесь на странице: 1из 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri-sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Di Amerika, dilaporkan 25.000 orang bunuh
diri setiap tahun (Willson dan Kneils, 1998) dan merupakan penyebab
kematian kesebelas. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) faktor penyebab
bunuh diri adalah perceraian,pengangguran dan isolasi sosial. Menurut
Tishlers 1981 (dikutip Leahey dan Wright, 1987) melalui penelitiannya.
Motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri yaitu, 51% masalah
dengan orang tua, 30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah
dan 16% masalah dengan saudara ( Keliat, Budi Anna, 1991 )
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana yang spesifik/percobaan bunuh diri/rencana yang
spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat yang tinggi dalam merawat klien dengan tingkah
laku bunuh diri, agar klien tidak melakukan tindakan bunuh diri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Membantu memenuhi kebutuhan klien secara utuh baik bio-psikososial-spiritual.

2. Tujuan khusus
o Membina hubungan saling percaya dengan klien.
o Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara utuh.
1

o Meningkatkan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan


keperawatan sehingga meninggalkan kepuasan kerja.
o Perawat dapat berfikir secara logis, ilmiah, sistematis dan
terorganisasi.
o Sarana/wahana desiminasi iptek keperawatan.
o Dapat menuangkan ide, gagasan, pemikiran yang akurat yang dapat
diterima oleh akal sehat.
o Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.

BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi / Pengertian
2

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri hidup. Bunuh diri mungkin merupakan koping terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Keliat, Budi
Anna,1991).
Rentang Respon Bunuh Diri (Beck, dkk., 1984)

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Harapan

Putus Harapan

1 Yakin

5 Tidak percaya

2 Percaya

6 Putus asa

3 Inspirasi

7 Apatis

4 Tetap hati

8 Gagal dan kehilangan


9 Ragu-ragu
10 Sedih
11 Depresi
12 Bunuh diri

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma


sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon
maladaptif

merupakan

respon

yang

dilakukan

individu

dalam

menyelesaikan masalah, yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan
budaya setempat.
Respon maladaftif
13 Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah, karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang biasa
bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang dapat membantu.
14 Kehilangan, ragu-ragu

Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realitas akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan, individu
akan merasa gagal, kecewa, rendah diri, yang semua dapat berakhir
dengan bunuh diri.
15 Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat
individu keluar dari keadaan depresi berat.
16 Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan koping terakhir
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Etiologi
Banyak penyebab tentang penyebab/alasan seseorang melakukan percobaan
bunuh diri adalah:
1. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri-sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
C. Faktor Predisposisi / Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1987), faktor predisposisi bunuh diri adalah:
1. Diagnostik > 96% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.

2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan
yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk prilaku destruktif.
5. Faktor biokimia
Data

menunjukkan,

bahwa

secara

serotogenik,

apiatergik

dan

dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku


destruktif diri.

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:


1. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri-sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
D. Pathopsikologi
Seseorang yang mengalami perubahan konsep diri seperti harga diri
rendah, perubahan citra tubuh, kerancunan identitas dan peran
mengakibatkan seseorang itu akan malu karena tidak sesuai dengan
harapannya sehingga orang tersebut akan menarik diri dari lingkungan,
tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya. Menarik diri mengakibatkan
seseorang malas merawat dirinya sendiri sehingga akan menimbulkan
gangguan fungsi tubuh. Seseorang yang mengalami gangguan interaksi
sosial, dimana orang tersebut tidak memiliki teman untuk bertukar
perasaan, akan mengalami gangguan alam perasaan seperti depresi karena
kesedihan, keputusasaan dan masalah yang dialaminya tidak dapat
diungkapkan. Seseorang yang depresi akan mengalami gangguan pola tidur
karena selalu memikirkan masalah yang dihadapinya. Kesendirian yang
dialami oleh orang yang mengalami depresi juga akan menimbulkan suatu
halusinasi baik dengar maupun penglihatan sebagai respon dalam
menghadapi masalahnya. Jika koping individu tidak kuat dan halusinasi
yang dialaminya tidak dapat dikontrol orang tersebut akan mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan bahkan akan melakukan percobaan
bunuh diri karena halusinasinya telah mengendalikannya. Seseorang yang
terus berusaha melakukan percobaan bunuh diri akan menganggu seseorang
dalam pemenuhan kebutuhan sendiri seperti makan, minum, beraktifitas,
eliminasi, istirahat-tidur.
E. Gejala / Tanda
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut
telah membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut.
17 Petunjuk Gejala

Keputusasaan

Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga

Alam perasaan : depresi

Agitasi dan gelisah

Insomnia yang menetap

Penurunan berat badan

Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial

18 Penyakit Psikiatrik
-

Upaya bunuh diri sebelumnya

Kelainan afektif

Alkoholisme dan penyalahgunaan obat

Kelainan tindakan dan depresi pada remaja

Dimensia dini / status kekacauan mental pada lansia

Kombinasi dari kondisi di atas.

19

Riwayat Psikososial
-

Baru berpisah, bercerai/kehilangan

Hidup sendiri

Tidak bekerja, perubahan/kehilangan pekerjaan yang baru dialami

Stres kehidupan multipel (pindah, kehilangan)

20 Faktor-faktor kepribadian

F.

Impulsif, agresif, rasa bermusuhan

Kekuatan kognitif dan negatif

Keputusasaan

Harga diri rendah

Batasan/gangguan kepribadian antisosial.

Penatalaksanaan
Tujuan utama Askep adalah melindungi klien sampai ia dapat
melindungi diri sendiri. Melalui intervensi yang aktif dan efektif
diharapkan klien dapat mengembangkan alternatif pemecahan masalah
bunuh diri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan harus mengacu pada
etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan
tercapai. Menurut Stuart dan Sundeen (1987), mengidentifikasi intervensi
utama pada klien tingkah laku bunuh diri sebagai berikut:
1. Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi,
perlu dilakukan pengawasan selama 24 jam.
2.

Meningkatkan harga diri


Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu
klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian
pada hal yang positif.
3. Menguatkan koping yang konstruktif/sehat
Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan
pujian/penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang
destruktif perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru.
4. Menggali perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaannya. Bersama mencari
faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
5. Menggerakkan dukungan sosial
Biasanya

klien

yang

mempunyai

kecenderungan

bunuh

diri,

tidak/kurang dukungan sosial untuk itu perawat mempunyai peran


menggerakkan sistem sosial klien yaitu keluarga, teman terdekat, atau
lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(SP)

Masalah

: Prilaku Percobaan Bunuh Diri

Pertemuan

: Hari Pertama

A. Proses Keperawatan
1.

Kondisi

: Klien datang ke RSJ diantar oleh keluarga, karena sering


mengamuk, gelisah dan sulit tidur, omongan klien
ngelantur, pernah melakukan percobaan bunuh diri.

2.

Diagnosa : Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

sehari-hari

berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri.


3.

TUK

: 1. Membina hubungan saling percaya


2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Orientasi
a. Selamat pagi, nama saya Kadek Sukma, Panggil saya Kadek, nama
Ibu siapa? Lebih senang saya panggil apa? Saya dan teman-teman
saya akan merawat Bu Leli.
b. Evaluasi/validasi
Ada apa sewaktu di rumah sampai Bu Leli dibawa ke sini?
c. Kontrak
-

Topik

: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang halhal yang menyebabkan Bu Leli ingin bunuh diri.

Tempat

: Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau


di ruang tamu?

10

Waktu

: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit.

2. Kerja
-

Apa yang Bu Leli rasakan saat ini?

Apakah ada sesuatu yang membuat Bu Leli merasa sedih dan


kecewa?

Apakah sering Bu Leli mengalami kesedihan dan kekecewaan?

Apa yang menyebabkan Bu Leli merasa sedih dan kecewa?

Jadi yang menyebabkan Bu Leli merasa sedih dan kecewa adalah ...

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Bu Leli setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi obyektif
Coba sebutkan hal-hal yang menyebabkan Ibu merasa sedih dan
kecewa.
c. Rencana tindak lanjut
Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba Bu Leli ingat lagi,
penyebab Bu Leli ingin bunuh diri yang belum kita bicarakan.
d. Kontrak
-

Topik

: Pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan


bagaimana perasaan Bu Leli saat ingin melakukan
percobaan bunuh diri.

Tempat

: Bu Leli mau kita bicara dimana? Bagaimana kalau


di ruang tamu saja?

Waktu

: Besok sekitar pukul 10.00 saya dan teman-teman


akan datang lagi ya Bu Leli.

11

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(SP)

Masalah

: Prilaku Percobaan Bunuh Diri

Pertemuan

: Hari Kedua

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi

: Klien dapat menyebutkan penyebab rasa sedih dan


kecewa pada dirinya.

2. Diagnosa

: Gangguan

pemenuhan

kebutuhan

sehari-hari

berhubungan dengan prilaku percobaan bunuh diri.


3. TUK

: 3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala serta


akibat dari prilaku bunuh diri.
4. Klien mampu mencegah prilaku percobaan bunuh diri.

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Bu Leli
b. Evaluasi/validasi
-

Bagaimana perasaan Bu Leli saat ini?

Apakah masih ada penyebab lain untuk mendorong Bu Leli


melakukan prilaku percobaan bunuh diri.

c. Kontrak
-

Topik

: Baiklah

kita

akan

membicarakan

bagaimana

perasaan Bu Leli saat ingin melakukan prilaku


percobaan bunuh diri.
12

Tempat

: Mau dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu.

Waktu

: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.

2. Kerja
-

Bagaimana perasaan Bu Leli saat ingin melakukan percobaan bunuh


diri ?

Apa yang membuat Bu Leli ingin melakukan percobaan bunuh diri?

Apa yang biasanya Bu Leli lakukan bila ingin mencoba untuk bunuh
diri?

Apakah Bu Leli pernah mencoba untuk bunuh diri sebelumnya?

Nah. Bagaimana perasaan Bu Leli setelah mencoba bunuh diri?

Apakah Bu Leli merasakan masalah yang ibu hadapi selesai?

Betul ibu jadi sakit dan masalahnya tidak selesai.

Bagaimana Bu Leli, maukah belajar cara mengatasi masalah yang


benar dan sehat.

Baiklah waktu kita sudah habis.

3. Terminasi
d. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Bu Leli setelah kita bercakap-cakap?
e. Evaluasi obyektif
-

Apa saja yang tadi kita bicarakan.

Benar, perasaan saat ingin melakukan percobaan bunuh diri, lalu


apa lagi.

Akibat Bu Leli melakukan percobaan bunuh diri apa saja? Ya


betul.

f.

13

Rencana tindak lanjut


Baiklah, sudah banyak yang telah kita bicarakan, nanti coba diingatingat lagi perasaan Bu Leli saat ingin mencoba untuk bunuh diri
serta akibat yang terjadi. Kalau di RS Jiwa keinginan untuk bunuh
diri muncul lagi langsung beritahu perawat.
g. Kontrak
-

Topik

: Baiklah waktu kita sudah habis, nanti siang kita


berbicara lagi.

Tempat

: Bagaimana kalau disini lagi?

Waktu

: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00.

14

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(SP)

Masalah

: Halusinasi

Pertemuan

: Hari Ketiga

A Proses Keperawatan
1. Kondisi

: Klien dapat menyebutkan salah satu penyebab klien


bunuh diri.

2. Diagnosa

: Prilaku percobaan bunuh diri berhubungan dengan


gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar.

3. TUK

: 1. Klien dapat mengenal halusinasinya.


2. Klien dapat mengendalikan halusinasinya.

C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Bu Leli
b. Evaluasi/validasi
-

Bagaimana perasaan Bu Leli saat ini?

Apakah kemarin malam bisa tidur? Apa yang menyebabkan Bu


Leli tidak bisa tidur? Apakah ibu mendengar suara-suara aneh?

Bagaimana perasaan Bu Leli saat mendengar suara-suara aneh


itu?

c.

15

Kontrak
-

Topik

: Baiklah kita akan membicarakan tentang halusinasi


Bu Leli dan bagaimana cara mengendalikannya.

Tempat

: Mau dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu.

Waktu

: Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit.

2. Kerja
-

Bagaimana perasaan Bu Leli saat halusinasi timbul?

Apa yang biasa Ibu lakukan bila halusinasi timbul?

Nah,

sekarang

kita

akan

membicarakan

cara-cara

untuk

mengendalikan halusinasi ibu, salah satu cara yaitu dengan


mengalihkan perhatian misalnya berkomunikasi dengan teman atau
perawat.
-

Jadi kalau halusinasi timbul lagi Bu Leli bisa memanggil perawat.

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana Bu Leli apakah Ibu mau mencoba apa yang saya ajarkan
tadi?
b. Evaluasi obyektif
Coba apa yang saya ajarkan tadi bila halusinasi timbul?
c. Rencana tindak lanjut
-

Nah Bu Leli mulai sekarang Ibu harus berusaha menerapkan cara


yang saya ajarkan untuk mengendalikan halusinasi.

Bu Leli jangan khawatir saya dan teman-teman akan bersedia


membantu Ibu.

d.

16

Kontrak
-

Topik

: Nah waktu kita sudah habis, nanti siang kita akan


belajar cara lain.

Tempat

: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00.

Waktu

: Mau dimana? Disini lagi, baik, sampai nanti.

17

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LS
DENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI
DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROP BALI BANGLI
TGL 23 30 NOVEMBER 2004

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 23 November 2004 pukul
14.00 wita, menggunakan teknik anamnesa yaitu autoanamnesa ( Klien )
dan heteroanamnesa yaitu observasi, pemeriksaan fisik serta catatan medis
di Ruang Sahadewa BPK RSJ Provinsi Bali di Bangli.
A. Identitas Klien

Penanggung

Nama

: LS

NP

Umur

: 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Laki-laki

Pendidikan

: SMA

Suku/bangsa

: Bali/Indonesia

Bali/Indonesia

Agama

: Hindu

Hindu

Status

: Janda

Alamat

: Br. Tegal, Ds Sembung, Kec. Mengwi

Hubungan dengan keluarga :

Sepupu

B. Alasan Masuk

18

Klien dibawa ke RSJ diantar oleh sepupunya, karena sering mengamuk,


gelisah dan sulit tidur dan omongan klien ngelantur, pernah melakukan
percobaan bunuh diri, klien dibawa masuk pada tgl 28 11- 2003.
C. Faktor Predisposisi
Klien sudah pernah masuk RSJ 5 kali dari tahun 1998, terakhir kali
klien masuk pada tanggal 24 Februari 2003 dan keluar tanggal 28 Maret
2003, klien kembali masuk RSJ pada tanggal 28 November 2003
dengan kasus yang sama yaitu sering ngomong ngelantur, gelisah,
ngamuk dan sulit tidur. Klien mengatakan dia sudah sakit-sakitan
semenjak tamat SMA. Jika kumat klien mengatakan dirinya sering
keluyuran,

bingung,

gelisah

dan

berbicara

ngawur.

Keluarga

mengatakan klien pernah dibawa ke dukun untuk mengobati sakitnya,


tetapi dukun tersebut juga telah menghamili klien, akhirnya dukun
tersebut

menikah

dengan

klien

dan

mempunyai

seorang

anak

perempuan. Dalam perkawinannya klien mengatakan dirinya sering


dipukul oleh suaminya, kemudian akhirnya klien diceraikan oleh
suaminya. Saat itu klien mengatakan sangat sedih dan kecewa sehingga
klien mencoba bunuh diri dengan minum rinso. Setelah minum rinso
klien mengatakan kesemutan pada seluruh tubuhnya dan dibawa ke
dokter dan juga ke dukun, tetapi pengobatan tidak berhasil. Di rumah
klien tidak teratur minum obat, karena kurangnya perhatian dari
keluarga

D. Fisik
TD = 110/70 mmHg

19

= 84x/mnt

= 37 0 C

TB

R = 20x/mnt

= 168 cm

BB = 70 kg

E. Psikososial
1. Genogram

30

Keterangan :
= laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Tinggal serumah
= Cerai
= Klien
= Orang terdekat
Penjelasan : Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, klien
berumur 30 tahun. Klien adalah seorang janda yang
memiliki satu anak, setelah cerai anak klien dibawa
oleh suaminya.Setelah cerai Klien tinggal bersama
ayahnya, dalam keluarga tidak ada yang mengalami
20

gangguan jiwa. Ayahnya merupakan orang yang


terdekat bagi klien.
2.

21

Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan dirinya jelek, tidak cantik dan tidak menyukai
tubuhnya karena gemuk.
b. Identitas
Klien menyadari dirinya sebagai seorang perempuan, klien
mengatakan menyukai nama yang diberikan karena mengandung
arti dapat menyembuhkan dirinya sendiri.
c. Peran
Dulu klien berperan sebagai ibu rumah tangga dan merawat
anak, klien merasa senang berperan sebagai ibu rumah tangga.
Tetapi sekarang klien merasa sepi tidak bisa melihat anaknya
dan karena kesemutan klien merasa lesu dan lemas serta malas
melakukan pekerjaan.Klien merasa kecewa tidak lagi bisa
menjadi ibu rumah tangga.
d. Ideal diri
Klien mengatakan tidak mempunyai cita-cita, klien hanya ingin
menjadi petani dan dapat bekerja keras. Saat ini klien berharap
cepat sembuh dari penyakitnya.
e. Harga diri
Klien mengatakan dirinya sudah tidak bisa melakukan apa-apa
dan tidak berguna klien mengatakan dirinya tidak cantik dan
tidak sepadan dengan suaminya.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri.
3.

22

Hubungan sosial
a. Orang terdekat bagi klien adalah ayahnya, saat diceraikan,
ayahnya yang mengajak klien.
b. Klien

mengatakan

tidak

pernah

mengikuti

kegiatan

di

masyarakat.
c. Hambatan

dalam

berhubungan

dengan

orang

lain,

klien

mengatakan tidak mempunyai teman dan kurang bergaul dengan


masyarakat, klien mengatakan lebih senang sendiri dan malas
untuk mencari teman.
Masalah keperawatan: kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Hindu, klien mengatakan tidak tahu menahu
mengenai penyakitnya, klien bingung apakah

penyakitnya

karena medis atau non medis.


b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan di rumah kadang-kadang beribadah di
sanggahnya.

F. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi : rambut acak-acakan, baju tidak
diganti-ganti, kuku klien panjang dan kotor, klien jarang mandi.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
2.

23

Pembicaraan
Klien berbicara lancar dengan perawat dan mau menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat.
3. Aktivitas motorik
Klien gelisah, klien terus mondar-mandir.
Masalah keperawatan : Risiko tinggi terhadap cidera.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan diri sudah putus asa akan pengobatan yang tidak
membuat klien sembuh, klien merasa bersalah atas prilakunya
kepada temannya yang melarang berhubungan dengan suaminya,
klien mengatakan dirinya takut karena terus diancam-ancam oleh
suara temannya itu sehingga klien ingin bunuh diri.
Masalah keperawatan : Gangguan alam perasaan : depresi
5. Afek
Saat pengkajian emosi klien labil yaitu emosinya cepat berubahubah. Klien terus meminta racun untuk bunuh diri kemudian
meminta senjata tajam.
Masalah keperawatan : Prilaku percobaan bunuh diri.
6. Interaksi selama wawancara
Saat pengkajian klien kooperatif, kontak mata dengan perawat ada.
7. Persepsi
Saat pengkajian klien mengatakan dirinya mendengar suara
temannya yang terus mengancam klien, sehingga klien ketakutan,
karena diancam untuk dibunuh, dan klien juga mengatakan
mendengar suara Bu Megawati ingin memutuskan simpul saraf
otaknya. Halusinasinya timbul saat klien bengong.

24

Masalah keperawatan : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


pendengaran.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien sesuai, menjawab apa yang ditanya.
9. Isi pikir
Klien tidak mengalami waham, phobia, obsesi dll.
10. Tingkat kesadaran
Saat pengkajian orientasi waktu, tempat, orang baik.
11. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi di masa yang lalu dan
kejadian yang terjadi saat ini.
12. Tingkat konsentrasi
Klien berkonsentrasi saat diajak bicara dan mampu menjawab saat
diberi soal hitungan.
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti memilih
waktu untuk mandi.
14. Daya tilik diri
Klien sadar bahwa dirinya sakit dan klien ingin bisa cepat sembuh
dan pulang.
G. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien makan 3x sehari sesuai program di rumah sakit, klien dapat
menghabiskan satu porsi makanan yang disediakan, klien makan
dengan tangan, sebelum makan klien tidak mencuci tangan, setelah
makan klien mau mencuci tangan.

25

2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, dan BAK + 4x sehari dan setelahnya klien
sudah membersihkannya.
3. Mandi
Klien jarang mandi, klien mandi tidak menggunakan sabun, klien
tidak pernah sikat gigi dan keramas, kebersihan klien kurang.
4. Berpakaian
Pakaian klien kurang rapi, klien jarang mengganti baju.
5. Istirahat dan tidur
Klien sering berbaring di tempat tidur, tetapi tidak bisa tidur lelap/
nyenyak, klien tidak pernah merapikan tempat tidur.
6. Penggunaan obat
Klien teratur minum obat dengan diawasi oleh perawat, klien minum
dua jenis obat (Promactil dan TXP/ Trihexyphenidyl) 2 x 1 sehari.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien di rumah sakit hanya dipantau oleh perawat dan dokter.
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mengatakan dulu dirinya sering membantu pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, saat ini klien hanya menyendiri dan
bengong.
9. Aktivitas di luar rumah
Klien jarang keluar dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri dan gangguan pola tidur.
H. Mekanisme Koping
Klien jika ada masalah sering diam dan menyendiri.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif.

26

I. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Klien mengatakan lebih suka menyendiri dan jarang bergaul dengan
teman-temannya dan masyarakat di lingkungan rumahnya.
Masalah keperawatan : Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
J. Pengetahuan
Klien mengatakan dirinya sudah tamat SMA. Klien sedikit mengetahui
tentang gangguan yang dialami.
K. Aspek Medik
1. Diagnosa Medis : Skizofrenia Hebefrenik
2. Therapi

: Promactil 100 mg 2 x 1 tablet.


Trihexyphenidyl 2 mg 2 x 1 tablet.

Rumusan Masalah :
1. Gangguan konsep diri.
2. Prilaku percobaan bunuh diri
3. Kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
4. Defisit perawatan diri.
5. Risiko tinggi terhadap cidera.
6. Gangguan alam perasaan : depresi.
7. Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
8. Gangguan pola tidur.
9. Koping individu tidak efektif.
Pohon Masalah :
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari .(E)

Prilaku percobaan bunuh diri .(CP)


27

Risiko tinggi terjadi cedera.


Perubahan persepsi sensori : (C)
halusinasi dengar.
Gangguan
pola tidur

Gangguan alam perasaan : depresi


Kerusakan interaksi sosial : menarik diri

Defisit
perawatan diri

Gangguan konsep diri


Koping individu tidak efektif

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Prioritas diagnosa :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan
prilaku percobaan bunuh diri.
2. Prilaku percobaan bunuh diri berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi dengar.

28

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LS


DENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI
DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROPINSI BALI DI BANGLI
TANGGAL 23 30 NOVEMBER 2004
No. Hari/Tgl./
Jam

Diagnosa

Tujuan
Kriteria Evaluasi

Rencana Tindakan

Rasional

Keperawatan
1

2
Rabu, 24
November
2004

Gangguan pemenuhan TUM :


kebutuhan hidup
Klien dapat
sehari-hari
memenuhi
berhubungan dengan kebutuhan hidup
prilaku percobaan
sehari-hari.

28

29

bunuh diri ditandai


dengan penampilan
kurang rapi, klien
jarang mandi, klien
meminta rinso untuk
bunuh diri, klien
mengatakan kurang
tidur.

TUK 1 :
1.1 Klien mau berjabat 1.1.1 Bina hubungan
Rasa percaya akan
Klien dapat
tangan, menyebutkan
saling percaya
meningkatkan
membina hubungan
nama, menjawab
dengan
interaksi terapeutik
saling percaya.
salam.
menggunakan prinsipantara perawat
hubungan terapeutik.dengan klien.
- Sapa klien dengan
ramah.
- Perkenalkan diri
dengan sopan.
- Tanyakan nama
pasien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan.

6
- Tunjukkan sikap
empati dan penuh
perhatian terhadap
klien.
- Terima klien apa
adanya.

31

TUK : 2
Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya.

2.1 Klien dapat


mengungkapkan
perasaan yang
dirasakannya.

29

2.1.1 Menciptakan

Dapat membantu
lingkungan yang
mengurangi
hangat dan
permasalahan yang
bersahabat.
dialami.
2.1.2 Dorong dan beri
kesempatan klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
2.1.3 Ajak klien
membicarakan halhal nyata yang ada di
lingkungan.

TUK : 3
3.1 Klien dapat mengenal 3.1.1
Klien dapat
bagaimana tanda dan
mengidentifikasi
gejala serta akibat
tanda dan gejala
dari prilaku bunuh
serta akibat dari
diri.
prilaku bunuh diri.

33

Dorong klien untuk


mengungkapkan
perasaannya tentang
penyebab klien mau
bunuh diri.

6
3.1.2 Diskusikan bersama
klien bagaimana
tanda dan gejala
serta akibat dari
bunuh diri.
3.1.3 Identifikasi bersama
klien mengenai
kemampuan yang
dimiliki.
3.1.4 Berikan penghargaan

30

positif terhadap
kemampuan yang
dimiliki.
3.1.5 Lakukan evaluasi
dengan cara
menanyakan kembali
pada klien tentang
tanda dan gejala
serta akibat dari
bunuh diri.

35

4
TUK : 4

5
4.1 Klien tidak

6
4.1.1 Identifikasi bersama

Klien mampu

melakukan prilaku

tindakan yang

mencegah prilaku

percobaan bunuh diri.

dilakukan bila

percobaan bunuh

keinginan untuk

diri.

bunuh diri muncul.


4.1.2 Arahkan klien untuk
melakukan tindakan
yang positif jika
keinginan bunuh diri
muncul.
4.1.3 Dorong klien untuk

31

menggunakan
tindakan yang efektif
untuk mencegah
percobaan bunuh
diri.
TUK 5 :

5.1 Keluarga mau

5.1.1 Bina hubungan

Klien dapat

mendukung klien

saling percaya

dukungan

dapat pemenuhan

dengan keluarga.

37

4
keluarga untuk
mencegah prilaku
percobaan bunuh
diri.

kebutuhan hidup
5.1.2
sehari-hari dan
mencegah prilaku
percobaan bunuh diri.

Kaji pengetahuan
keluarga mengenai
prilaku percobaan
bunuh diri dan
tindakan yang
dilakukan untuk
merawat klien.
5.1.3 Beri penghargaan
untuk tindakan yang
positif bagi keluarga.
5.1.4 Diskusikan dengan
keluarga tanda,
gejala, serta akibat
prilaku percobaan
bunuh diri dan cara
merawat klien di
rumah.

32

TUK : 6
6.1 Klien dapat
6.1.1 Diskusikan dengan
Klien dapat
menggunakan obat
klien dan keluarga
menggunakan obat
dengan teratur sesuai
tentang obat untuk
untuk mencegah
dengan program.
mengendalikan
prilaku bunuh diri.
halusinasi.

39

6.1.2 Bantu klien untuk


pastikan klien minum
obat sesuai dengan
program dokter.
6.1.3 Observasi tanda dan
gejala terkait efek
dan efek samping
obat.

33

Prilaku percobaan

TUM :

bunuh diri

Klien tidak

berhubungan dengan melakukan percobaan


halusinasi dengar.

bunuh diri.
TUK : 1

1.1 Klien mampu

Klien dapat mengenal

mengenal

halusinasinya.

halusinasinya yaitu

1.1.1 Adakan kontak

Dengan mengenal

sering dan singkat. halusinasinya klien


1.1.2 Observasi prilaku

dapat menghindari

isi, waktu, frekuensi

verbal dan non

prilaku yang

timbulnya halusinasi.

verbal yang

diakibatkan oleh

berhubungan denganhalusinasi.
halusinasinya.

41

1.1.3 Terima halusinasi


sebagai hal yang
nyata bagi klien dan
tidak nyata bagi
perawat.
1.1.4 Identifikasi bersama
klien tentang waktu
munculnya
halusinasi, isi
halusinasi dan
frekuensi timbulnya

34

halusinasi.
1.1.5 Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan ketika
halusinasi muncul.
1.1.6 Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaannya saat
terjadi halusinasi.

43

TUK : 2
Klien dapat
mengendalikan
halusinasinya.

2.1 Klien mampu


mengendalikan
halusinasinya.

35

45

II.1.1 Identifikasi bersama Dengan


klien tindakan yang mengendalikan
biasa dilakukan bila halusinasi, klien
suara-suara tersebut dapat mengontrol
ada.
tindakannya untuk
II.1.2 Beri penguatan dan bunuh diri.
pujian terhadap
tindakan klien yang
positif.
II.1.3 Bersama klien
merencanakan
kegiatan untuk
mencegah terjadinya
halusinasi.
II.1.4 Diskusikan cara
mencegah timbulnya
halusinasi dan
mengendalikan
halusinasi. Contoh:
bicara dengan orang
lain, mengatakan
pada suara saya tidak
mau dengar.

II.1.5 Dorong klien untuk


memilih cara yang
akan digunakannya
dalam menghadapi
halusinasi.
II.1.6 Beri penguatan dan
pujian terhadap
pemilihan pilihan
klien yang benar.
II.1.7 Dorong klien untuk
melakukan tindakan
sesuai dengan cara
yang telah dipilih
dalam menghadapi
halusinasinya.
II.1.8 Diskusikan dengan
klien hasil upaya
yang telah dilakukan.
II.1.9 Beri penguatan atas
upaya yang berhasil
dan beri jalan keluar
atas upaya yang
belum berhasil.

36

47

TUK : 3
Klien mendapat
dukungan keluarga untuk mengendalikan
halusinasinya.

Keluarga memberi
dukungan.
Klien dapat
mengendalikan
halusinasinya.

37

49

3.1.1 Bina hubungan


Dengan memberi
saling percaya
dukungan, klien
dengan keluarga.
akan memiliki
3.1.2 Kaji pengetahuan motivasi untuk
keluarga tentang
menengendalikan
halusinasi, dan
halusinasinya.
tindakan yang
dilakukan dalam
merawat klien.
3.1.3 Beri penguatan dan
pujian terhadap
tindakan yang
positif.
3.1.4 Diskusikan dengan
keluarga tentang
halusinasi, tanda dan
cara merawat klien
di rumah.
3.1.5 Anjurkan keluarga
mendemonstrasikan
cara merawat klien
di rumah.
3.1.6 Beri penguatan dan
pujian terhadap
tindakan yang tepat.

4
TUK : 4
4.1
Klien dapat
menggunakan obat 4.2
untuk mengendalikan
halusinasinya.

Klien dapat minum 4.1.1 Bantu klien untuk Membantu untuk


obat dengan teratur.
pastikan bahwa klienmengendalikan
Klien dapat
minum obat sesuai halusinasinya.
mengendalikan
program dokter.
halusinasinya.
4.1.2 Observasi tanda dan
gejala terkait efek
dan efek samping
obat.

51

IMPLEMENTASI PADA KLIEN LS DENGAN

38

PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUANG


SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALI BANGLI
TANGGAL 23-30 NOVEMBER 2004
Hari/Tgl. Dx Kep
Implementasi
Respon Klien
Paraf
1
2
3
4
5
Selasa
Dx 1 1. Membina hubungan DS : Klien memperkenalkan
23-11-04
saling percaya.
identitasnya pada
perawat.
DO : - Klien mau berkenalan.
- Klien mau
berjabat tangan.
Rabu
24-11-04

Dx 1 2. Mendorong klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.

DS : Klien mengatakan
dirinya dibenci dan
putus asa dengan
pengobatan yang
dilaksanakan dan ingin
mati.
DO : Klien tampak bingung.

Rabu
24-11-04

Dx 1 3. Membantu klien
mengenal tandagejala serta akibat
dari prilaku bunuh
diri.

DS : Klien mengatakan
dirinya terus diancam
oleh halusinasinya dan
klien merasa putus asa,
tidak sembuh dan
mencoba bunuh diri.
DO : Klien mau menjawab
pertanyaan yang
diberikan.

1
Rabu
24-11-04

2
3
4
Dx 1 Mengarahkan klien untukDS : Klien mengatakan
melakukan tindakan39yang
dirinya ingin minta

positif untuk mencegah


maaf lewat surat.
keinginan bunuh diri
DO : Klien menulis surat dan
isinya minta maaf
kepada teman-temannya
yang mengancam.
Rabu
24-11-04

Dx 1 Membantu klien minum DS : obat sesuai dengan


DO : Obat telah diminum
program dokter.
oleh klien secara teratur
sesuai dosis yang
diberikan.

Rabu
24-11-04

Dx 2 Membantu klien
DS : Klien mengatakan
mengidentifikasi tentang
timbulnya halusinasi
waktu munculnya
disaat bengong, isinya
halusinasi, isi halusinasi
tentang suara temannya
dan frekwensi timbulnya
yang mengancam klien
halusinasi.
dan timbulnya sewaktuwaktu.
DO : Klien tampak bengong,
klien mau
mengungkapkan waktu,
isi dan frekwensi
timbulnya halusinasi.

Kamis
25-11-04

Dx 2 Membantu klien untuk DS : Klien mengatakan tidak


mengendalikan
lagi mendengar suara.
halusinasinya.
DO : Klien tampak tenang,
tapi masih bengong dan
menyendiri.
2
3
4
Dx 2 Membantu klien untuk DS : minum obat sesuai
DO : Obat telah diminum
40
dengan program dokter.
oleh klien secara teratur
sesuai dengan dosis
yang diberikan.

1
Kamis
25-11-04

Jumat
26-11-04

Dx 1 Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya.

DS : Klien mengatakan tidak


ingin bunuh diri lagi,
klien menyadari
kemarin penyakitnya
kambuh lagi.
DO : Klien mau
mengungkapkan
perasaannya, klien mau
mandi dan bisa tidur.

Sabtu
27-11-04

Dx 1 Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya.

DS : - Klien mengatakan
ingin menggambar.
- Klien mengatakan
dirinya ingin cepat
sembuh.
DO : Klien menggambar
sebuah pemandangan.

Senin
29-11-04

Dx 2 Membantu klien
mengungkapkan
persannya.

DS : Klien mengatakan
kembali mendengar
suara yang ramai saat
bengong, klien
mengatakan takut.
DO : Klien mau
mengungkapkan
perasaannya, klien mau
berkomunikasi dengan
perawat saat
halusinasinya
4
muncul, klien tampak
cemas.
Klien mau melakukan
cara yang diberikan
perawat untuk
mengendalikan
halusinasinya.

3
41

Dx 2 Mendiskusikan dengan DS : Klien mengatakan


klien tentang cara
dirinya akan mencoba
mengendalikan
cara yang diajarkan
halusinasi yaitu bicara
oleh perawat.
dengan orang lain,
DO : Klien terlihat bicara
menutup telinga dan
tetapi hanya sedikit.
mengatakan pada suara
saya tidak mau
mendengar.
Selasa
30-11-04

Dx 2 Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya.

DS : Klien mengatakan tidak


bisa tidur, masih
mendengar suara-suara,
mengatakan malas
berbicara, klien
mengatakan takut dan
cemas karena dicaricari oleh seseorang
dalam halusinasinya.
DO : Klien mau
mengungkapkan
perasaannya, klien
terlihat cemas,
bengong.

Dx 2 Membantu klien minum DS : obat sesuai dengan


DO : Obat telah diminum
program dokter.
oleh klien secara teratur
sesuai dosis yang
diberikan.
42

EVALUASI KEPERAWATAN PADA KLIEN LS


DENGAN PERCOBAAN BUNUH DIRI DI RUANG
SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALI BANGLI
TANGGAL 23 30 NOVEMBER 2004
No
1

Hari/Tgl.
2
Selasa
23-11-04

Rabu
24-11-04

Diagnosa
Evaluasi
Paraf
Keperawatan
3
4
5
Dx 1
S : Klien memperkenalkan identitasnya
kepada perawat.
O : - Klien mau berkenalan.
- Klien mau berjabat tangan.
A : Tuk 1 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.
Dx 1 dan Dx 2 S : - Klien mengatakan dirinya
dibenci dan putus asa dengan
pengobatan yang dilaksanakan
dan ingin mati.
- Klien mengatakan dirinya terus
diancam oleh halusinasinya dan
klien merasa putus asa, tidak
sembuh dan mencoba bunuh diri.
- Klien mengatakan dirinya ingin
minta maaf lewat surat.
- Klien mengatakan timbulnya
halusinasi disaat bengong, isinya
tentang suara temannya yang
mengancam klien dan timbulnya
sewaktu-waktu.
O : - Klien tampak bingung, klien mau
menjawab pertanyaan yang
diberikan, klien menulis surat
dan isinya minta maaf kepada
temannya yang mengancam
dirinya.

43

4
- Obat telah diminum klien secara
teratur sesuai dosis yang
diberikan.
- Klien tampak bengong, klien
mau mengungkapkan waktu, isi
dan frekwensi timbulnya
halusinasi.
A : - Tuk 2, Tuk 3, Tuk 4, Tuk 6
tercapai, Tuk 5 belum tercapai.
- Tuk 1 dari Dx 2 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.

Kamis
25-11-04

Dx 2

S : - Klien mengatakan tidak lagi


mendengar suara.
O : - Klien tampak tenang, tapi masih
bengong dan menyendiri.
- Obat telah diminum oleh klien
secara teratur sesuai dengan
dosis yang diberikan.
A : Tuk 2, Tuk 4 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.

Jumat,
26-11-04

Dx 1

S : Klien mengatakan tidak ingin bunuh


diri lagi, klien menyadari kemarin
penyakitnya kambuh lagi.
O : Klien mau mengungkapkan
perasaannya, klien mau mandi dan
bisa tidur.
A : Tuk 2 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.

3
Dx 1

4
S : - Klien mengatakan mau

2
Sabtu

44

27-11-04

menggambar.
- Klien mengatakan dirinya ingin
cepat sembuh.
O : Klien menggambar sebuah
pemandangan.
A : Tuk 2 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.

Senin,
29-11-04

Dx 2

S : Klien mengatakan kembali


mendengar suara yang ramai saat
bengong, klien mengatakan takut.
O : - Klien mau mengungkapkan
perasaannya, klien mau
melakukan cara yang diberikan
perawat untuk mengendalikan
halusinasinya.
- Klien terlihat bicara tapi hanya
sedikit.
A : Tuk 1, Tuk 2 tercapai.
P : Lanjutan rencana perawatan.

Selasa,
30-11-04

Dx 2

S : Klien mengatakan tidak bisa tidur,


masih mendengar suara-suara dan
dicari-cari oleh seseorang.
O : - Klien mau mengungkapkan
perasaannya, klien terlihat
cemas, bengong.
- Obat telah diminum oleh klien
secara teratur sesuai dengan
dosis yang diberikan.
A : Tuk 1,2,3,4,6 pada Dx I tercapai,
Tuk 1,2,4 pd Dx 2 tercapai masalah
belum teratasi.
P : Lanjutan rencana perawatan.

45

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkah laku bunuh diri merupakan kedaruratan yang memerlukan
tindakan pencegahan yang segera. Pasien yang pernah mengatakan ingin
bunuh diri perlu diwaspadai dan harus mendapatkan pengawasan yang
ketat dari petugas. Mulai intervensi yang aktif, intensif dan efektif yaitu
dengan:
1. Melindungi dan mencegah klien melukai dirinya.
2. Meningkatkan harga diri klien.
3. Menguatkan koping yang konstruktif atau sehat.
4. Menggali

perasaan

dan

mencari

faktor-faktor

predisposisi

dan

presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.


5. Menggerakkan dukungan sosial, yaitu dukungan dari keluarga, teman
dekat atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol
prilaku klien.
Diharapkan klien akan merubah koping yang maladaptif (bunuh diri)
menjadi koping yang adaptif (pemecahan masalah).

B. Saran
1. Perawat, keluarga, dan orang di sekitar klien harus mewaspadai sedini
mungkin tanda-tanda dan gejala prilaku pasien yang mengarah pada
percobaan bunuh diri.
2. Perawat memperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung klien
untuk melakukan percobaan bunuh diri.
46

3. Dukungan

orang-orang

terdekat

klien

sangat

dibutuhkan

untuk

meningkatkan harga diri klien dan memotivasi klien untuk menguatkan


koping yang konstruktif dan sehat.

47

SUMBER PUSTAKA
Stuart, Sundeen, 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta
Keliat, Budi Anna, 1998, Proses Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta
Keliat, Budi Anna, 1991, Tingkah Laku Bunuh Diri, Arcan, Jakarta

48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LS


DENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI
DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROV. BALI BANGLI
TGL. 23 30 NOVEMBER 2004

Oleh :
Kelompok A II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

I Made Sukma Wijaya


I Nyoman Pariastra
Ni Putu Tatik Sumarni
G.P. Eka Prapta Cintia
Ni Kadek Sri Sadia Asih
Ni Made Mas Sri Ulati
Gst. Ngurah Astina

POLTEKKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN

SEMESTER V
2004
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Dalam
Asuhan Keperawatan ini kami mengambil topik mengenai prilaku percobaan
bunuh diri yang akhir-akhir ini semakin banyak terjadi baik dikalangan remaja,
dewasa, lansia, bahkan dapat terjadi pada anak-anak.Sebagai penulis kami
menyadari bahwa apa yang kami tulis dalam Asuhan Keperawatan ini tidaklah
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk

mengisi

kekurangan-kekurangan

dalam

karya

tulis

ini

untuk

penyempurnaan karya tulis ini.


Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing akademik dan
pembimbing praktek yang selama ini telah membimbing kami dan juga kepada
Kepala Ruangan dan tenaga keperawatan yang telah mendorong dan membantu
kami dalam penyusunan Asuhan Keperawatan Pada Klien LS dengan Prilaku
Percobaan Bunuh Diri Di Ruang Sahadewa BPK RSJ Provinsi Bali Bangli.
Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi institusi maupun
mahasiswa yang membutuhkannya.

Desember 2004
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 1
C. Metode ............................................................................................. 2
D. Sistematika penulisan ..................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR ..................................................................................... 3
A. Definisi/pengertian ......................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................ 4
C. Faktor Predisposisi/ Presipitasi ..................................................... 5
D. Pathopsikologi ................................................................................. 6
E. Gejala/ Tanda .................................................................................. 7
F. Penatalaksanaan .............................................................................. 8
G. Strategi Pelaksanaan ...................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 18
A. Pengkajian ....................................................................................... 18
B. Diagnosa .......................................................................................... 27
C. Perencanaan ..................................................................................... 28
D. Pelaksanaan ..................................................................................... 39
E. Evaluasi ............................................................................................ 43
BAB IV PENUTUP ................................................................................................46
A. Kesimpulan
B. Saran

SUMBER PUSTAKA ............................................................................................. 48


LEMBAR PERSETUJUAN :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LS


DENGAN PRILAKU PERCOBAAN BUNUH DIRI
DI RUANG SAHADEWA BPK RSJ PROVINSI BALI
DI BANGLI TANGGAL 23 -30 NOVEMBER 2004
Oleh :
Kelompok A II
1. I Made Sukma Wijaya
2. I Nyoman Pariastra
3. Ni Putu Tatik Sumarni
4. G.P. Eka Prapta Cintia
5. Ni Kadek Sadia Asih
6. Ni Made Mas Sri Ulati
7. Gst. Ngurah Astina
TELAH DIKOREKSI DAN DISETUJUI OLEH PEMBIMBING PADA :
HARI

TANGGAL

BULAN

TAHUN

PEMBIMBING PRAKTEK

PEMBIMBING AKADEMIK

)
NIP :

)
NIP :

Вам также может понравиться