Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli
membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif (otitis media serosa, otitis media
sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Masing-masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut
(otitis media akut) dan otitis media supuratif kronis.1
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut telinga tengah. Penyakit
ini masih merupakan masalah kesehatan khususnya pada anak-anak. Diperkirakan
70% anak mengalami satu atau lebih episode otitis media menjelang usia 3 tahun.
Penyakit ini terjadi terutama pada anak dari baru lahir sampai umur sekitar 7
tahun, dan setelah itu insidennya mulai berkurang.2 Pada anak, makin sering anak
tersering infeksi saluran napas atas, makin besar kemungkinan terjadi OMA. 1
Kondisi ini disebabkan oleh posisi tuba Eustachius anak pada fase perkembangan
telinga tengah cenderung lebih pendek, lebar, dan terletak horizontal. Faktor lain
yang dapat meningkatkan risiko OMSA yaitu infeksi saluran napas atas, pajanan
pada asap lingkungan, polusi iritan dan bahan-bahan alergen, kurangnya waktu
pemberian ASI esklusif dan pemberian makan dalam posisi terlentang pada anak,
riwayat OMSA pada keluarga, kelainan kepala dan wajah, penurunan sistem imun,
dan aliran balik dari lambung dan esophagus.1,3
Penatalaksanaan OMA tanpa komplikasi mendapat sejumlah tantangan unik.
Pilihan terapi OMA tanpa komplikasi berupa observasi dengan menghilangkan
nyeri (menggunakan asetaminofen atau ibuprofen), dan / atau antibiotik. Di
Amerika Serikat (AS), kebanyakan anak dengan OMA secara rutin mendapat
antibiotik. Cepatnya perubahan spektrum patogen menyebabkan sulitnya
pemilihan terapi yang paling sesuai. Berkembangnya pengetahuan baru tentang
patogenesis OMA, perubahan pola resistensi, dan penggunaan vaksin baru
memunculkan tantangan yang lebih lanjut pada penatalaksanaan efektif pada
OMA.7 Food and Drug Administration (FDA) menyetujui penggunaan vaksin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga Tengah
: Membran timpani
Batas depan
: Tuba eustachius
Batas Bawah
Batas dalam
kanalis
window),tingkap
fasialis,tingkap
bundar
(round
lonjong
window)
(oval
dan
promontorium.
Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki
panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,
dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus
terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka
dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran
timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah
kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks
cahaya ( cone of ligt).
Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :1
a) Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b) Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c) Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan
mukosum.
Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :1
a. Pars tensa
Bagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang
tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada
sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.
b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida
dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus
ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari
membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus
mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani
cabang dari nervus glossofaringeal.
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid
cabang dari arteri aurikula posterior.
Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal,
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau
vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani
mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior,
dan posterior.
Kavum timpani terdiri dari :1,5,6
a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus
(anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)
b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot
stapedius (muskulus stapedius).
c. Saraf korda timpani.
d. Saraf pleksus timpanikus.
3.
Processus mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke
kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding
lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada
daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.
4.
Tuba eustachius.1,5
individual dapat berlanjut menderita episode akut pada masa dewasa. Kadangkadang, orang dewasa dengan infeksi saluran pernafasan akut tapi tanpa riwayat
sakit pada telinga dapat menderita OMA.2 Otitis Media pada dewasa jarang
terjadi. Hanya sedikit informasi dan publikasi tentang manajemen infeksi telinga
tengah pada dewasa.8
2.4 Etiologi
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan penyebab utama dari otitis
media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius terganggu, sehingga
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga sehingga terjadi
peradangan. Hal-hal yang menyebabkan sumbatan pada muara tuba antara lain,
infeksi saluran pernafasan, alergi, perubahan tekanan udara tiba-tiba, tumor, dan
pemasangan tampon yang menyumbat muara tuba.1
Infeksi Saluran Pernapasan Atas juga merupakan salah satu faktor
penyebab yang paling sering. Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan
virus. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%),
Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus.1,2,4
Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan adalah Mycoplasma
pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia tracomatis. Broides et al
menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah H.influenza 48%,
S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus grup A 4,3% pada pasien
usia dibawah 5 tahun pada tahun 1995-2006 di Negev, Israil. Sedangkan Titisari
menemukan bakteri penyebab OMA pada pasien yang berobat di RSCM dan
RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan Agustus 2004 Februari 2005 yaitu
S.aureus 78,3%, S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%.
Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA,
dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMA. Virus yang
sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa
disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus,
adenovirus, enterovirus, dan koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu
sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri
atau kombinasi dengan bakteri lain.2
Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar,
dan letaknya agak horisontal. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA,
makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA).1,2
2.5 Patofisiologi
Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya
penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan
terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya
tekanan negatif di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga
supurasi. Pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya
OMA. 1,2
Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. morfologi tuba
eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal; 2. sistem kekebalan
tubuh masih dalam perkembangan; 3. adenoid pada anak relatif lebih besar
dibanding orang dewasa dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke
telinga tengah.24 Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan
terjadinya penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung
dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun.2
2.6 Stadium1,2,4
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium,
bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba
Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi,
stadium perforasi dan stadium resolusi.
stadium
supurasi
dapat
ditangani
dengan
melakukan
miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada
membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang
telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali.
5. Stadium Resolusi
Keadaan
ini
merupakan
stadium
akhir
OMA
yang
diawali
Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ketujuh. FKUI. 2014; hal
57-62.
2. Munilson,Jacky. Yan Edward, Yolazenia. Penatalaksanaan Otitis Media Akut.
Diunduh dari respository.unand.ac.id pada 6 Oktober 2015.
3. Mamonto ND, Porotuo J, Waworuntu O. Pola Bakteri Aerob pada Pasien
dengan Diagnosis Otitis Media Supuratif Akut di Poliklinik THT-KL RSUP.
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3, Nomor
1, Januari-April 2015.
4. Amriza TR. Otitis Media Akut Stadium Perforasi. Presentasi Kasus. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2014.
5. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap
Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan.
Medan : FK USU. 2005.
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid.
Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.
7. Epidemiology of acute otitis media. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2732519
8. Donaldson,
Jhon.
2014.
Acute
otitid
media
diakses
pada
http://emedicine.medscape.com/article/859316-overview#aw2aab6b2b4aa. 6
Oktober 2015.
9.