Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Diskusi
Presentasi dan
diskusi
Bumil
Audit
Pos
Data Pasien:
Nama Wahana: PKC Duren
Sawit
Nama: Ny. S
Telp:
Terdaftar sejak:22/5/2015
6. Lain-lain:
-. setelah mendapatkan laporan kematian adalah melakukan pemeriksaan luar untuk menentukan (1) benar tidaknya orang tersebut telah
meninggal, (2) ada tidaknya luka-luka atau tanda-tanda keracunan serta (3) mencari kemungkinan kematian akibat penyakit tertentu.
Daftar Pustaka:
a.
b.
c.
Hasil Pembelajaran:
1.
2.
3.
Subjektif
Istri pasien dan pengurus rt membawa surat pengantar dari rt 005 rw 08 kel.
malaka sari untuk mebuat surat kematian a/n suaminya alm Ismail Anwar yang meninggal
senin dan 19 oktober 2015 pukul 13.30 wib dirumah dengan surat keterangan dari dokter
praktek.
Objektif
Keadaan umum: death, henti nafas, henti jantung
Kesadaran: death
Tanda vital:
Kepala/leher: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) / JVP = 5-2 cmHg,
Thoraks:
Paru
Inspeksi: Gerakan napas simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi
Jantung :
I
Abdomen:
Inspeksi
: datar, supel
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
makanan
Minum obat secara teratur sesuai petunjuk
Antibiotik dihabiskan
lanjut.
Pada prinsipnya, penanganan jenazah yang meninggal akibat hal yang wajar (akibat penyakit
atau tua) berbeda dengan yang tidak wajar (akibat bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan).
Dokter Puskesmas, sebagai petugas kesehatan pelayanan primer dalam masyarakat, bertanggung
jawab atas setiap kematian yang terjadi dalam wilayah kerjanya. Sebagai salah satu konsekuensi
dari tugas ini adalah adanya kewajiban setiap dokter Puskesmas untuk secara berkala melaporkan
kasus-kasus kematian di wilayah Puskesmasnya ke Dinas Kesehatan. Dengan demikian, setiap
dokter Puskesmas sudah selayaknya memiliki pengetahuan mengenai tata cara pemeriksaan
jenazah serta pengurusan jenazah lainnya sehubungan dengan tugasnya tersebut.
Peraturan daerah (Perda) nomor 2 tahun 1992 tentang Pemakaman Umum dalam wilayah DKI
Jakarta mengatur tentang kewajiban warga dalam penanganan jenazah yang akan dimakamkan di
DKI Jakarta (pasal 8). Dalam peraturan yang sama, pada Pasal 9 dikatakan bahwa petugas
Puskesmas setempat wajib melakukan pemeriksaan atas jenazah sehubungan dengan adanya
laporan warga mengenai adanya kematian.
Pemeriksaan jenazah seyogyanya dilakukan sendiri oleh dokter karena pada prinsipnya hanya
dokterlah yang memiliki cukup pengetahuan untuk membedakan apakah suatu kematian itu
wajar atau tidak wajar. Begitu seorang dokter Puskesmas mendapatkan laporan mengenai adanya
kematian salah seorang warganya, maka dokter tersebut wajib melakukan pemeriksaan luar atas
jenazah tersebut.
Dalam pelaporan kematian tersebut, ada kemungkinan dokter Puskesmas merupakan orang yang
pertama dilapori oleh kerabat almarhum (ah), tetapi bisa juga keluarga melapor ke Puskesmas
dengan membawa surat keterangan mati dari dokter praktek atau surat pernyataan Death on
Arrival (DOA) dari Rumah Sakit. Kasus-kasus ini tidak boleh ditolak oleh dokter Puskesmas,
karena hal ini merupakan salah satu kewajiban yasng dibebankan kepada dokter sebagai petugas
Puskesmas.
Pemeriksaan jenazah oleh dokter dapat dilakukan di Puskesmas, jika di Puskesmas tersebut ada
fasilitas untuk pemeriksaan tersebut. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, jika pemeriksaan di
Puskesmas tak mungkin dilakukan, pemeriksaan dapat dilakukan di tempat lain, baik di rumah
almarhum ataupun di tempat lain yang memenuhi syarat.
Pemeriksaan jenazah harus dilakukan pada suatu tempat yang penerangannya baik. Sebelum
dokter melakukan pemeriksaan, ia sebaiknya melakukan allo-anamnesis terhadap keluarga
korban, khususnya untuk mencari data mengenai riwayat kematian, adanya gejala yang
dikeluhkan atau diketahui diderita almarhum menjelang kematiannya, adanya penyakit yang
diderita baik yang baru maupun yang lama serta adanya riwayat pengobatan atau minum obat
sebelumnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman klinisnya, berdasarkan keterangan tersebut
diatas, dokter dapat meyakini kemungkinan adanya penyakit tertentu sebagai penyebab kematian
orang tersebut. Kesimpulan dokter ini merupakan titik awal untuk pencarian penyebab kematian
yang lebih pasti berdasarkan hasil-hasil temuan pada pemeriksaan jenazah.
Pada setiap kasus kematian, dokter harus melakukan pemeriksaan luar jenazah secara seksama,
lengkap dan teliti. Jika pada pemeriksaan tersebut dokter tidak menemukan adanya luka atau
tanda kekerasan lainnya, tidak menemukan tanda-tanda keracunan dan anamnesisnya mengarah
pada kematian akibat penyakit, maka dokter dapat langsung memberikan surat kematian
(Formulir A) dan jenazahnya kepada keluarga korban. Dalam Formulir A, dokter Puskesmas
harus mencantumkan nomor penyakit yang diduganya merupakan penyebab kematian, sesuai
dengan klasifikasi penyakit dalam International Classification of Diseases (ICD) sebagaimana
tercantum pada bagian belakang Formulir A tersebut. Formulir A diperlukan oleh keluarga
korban untuk berbagai keperluan administrasi kependudukan, seperti untuk administrasi dalam
rangka penyimpanan jenazah, pengangkutan jenazah keluar kota/negeri serta pembuatan Akte
Kematian (yang diperlukan untuk pengurusan pembagian warisan, asuransi, izin kawin lagi dsb).
Jika oleh suatu alasan tertentu, keluarga ingin menyimpan jenazah lebih dari 24 jam sebelum
dikubur atau dikremasi, maka demi keamanan lingkungan terhadap jenazah selayaknya
dilakukan pengawetan. Pada kasus kematian wajar akibat penyakit, pengawetan jenazah dapat
langsung dilakukan setelah pemeriksaan luar jenazah selesai dilakukan. Pengawetan jenazah
pada kasus ini terutama dilakukan untuk mencegah atau menghambat proses pembusukan,
membunuh kuman serta mempertahankan bentuk mayat seperti pada keadaan awalnya.
Persiapan Pemeriksaan Jenazah
Untuk melakukan pemeriksaan luar jenazah, fasilitas yang perlu disiapkan adalah sebagai
berikut:
Meja pemeriksaan: untuk ini dapat digunakan meja atau ranjang apapun, asalkan dokter dapat
melakukan pemeriksaan secara aman dan nyaman dan penerangan nya cukup.
Alat tulis dan alat ukur: yang perlu disiapkan adalah papan alas tulis, pen, penggaris 30 cm serta
meteran baju (untuk mengukur tinggi badan)
Formulir pemeriksaan luar (laporan obduksi)
Wadah untuk pemeriksaan penunjang: berupa kantung plastik, tabung reaksi, gelas obyek dan
spruit.
Strip test narkoba: sebaiknya disiapkan strip test yang dapat mendeteksi amfetamin, metamfetamin, opiat, kanabis dan kokain.
Pemeriksaan luar jenazah dilakukan secara teliti dan seksama dengan mengikuti format laporan
obduksi. Adapun data-data yang perlu dicari dan dicatat dalam laporan obduksi adalah data-data
berikut ini:
Dokter pemeriksa, nama serta alamat instansinya
Tanggal dan jam pemeriksaan
Penulis laporan obduksi
Identitas jenazah: data ditulis sesuai dengan data pada kartu identitas atau SPV
Label: disini dicatat ada tidaknya label, bahan label, ada tidaknya lak dan isi informasi pada
label.
Tutup/bungkus mayat: disini dicatat kain atau selimut yang digunakan untuk membungkus atau
menutupi mayat, yaitu data mengenai jenis bahan, warna, motif bahan serta keterangan lainnya
(lusuh, berlumur lumpur/darah dsb)
Perhiasan: disini dicatat mengenai jenis perhiasan, bahan, warna serta keterangan lain mengenai
detil pada bagian kesimpulan dari laporan obduksi dan disalin kembali untuk dijadikan bahan
pembuatan Kesimpulan dari Visum et Repertum yang dibuat oleh dokter.
Penutup
Sebagai penanggung jawab kesehatan dalam wilayah Puskesmas, dokter Puskesmas mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemeriksaan jenazah yang dilaporkan meninggal atau bertempat
tinggal dalam wilayah cakupan Puskesmas tersebut. Hal yang pertama harus dilakukan dokter
setelah mendapatkan laporan kematian adalah melakukan pemeriksaan luar untuk menentukan
(1) benar tidaknya orang tersebut telah meninggal, (2) ada tidaknya luka-luka atau tanda-tanda
keracunan serta (3) mencari kemungkinan kematian akibat penyakit tertentu.
Jika setelah pemeriksaan luar dokter tidak menemukan adanya luka serta tanda kekerasan
lainnya, tak ada tanda yang mengarah pada kemungkinan keracunan dan tak ada kecurigaan
kematian akibat hal yang tidak wajar (karena bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan) dan
dokter telah dapat memperkirakan penyebab kematiannya akibat penyakit tertentu, maka dokter
dapat langsung membuat formulir A dan menyerahkan mayat kepada keluarganya. Pencatatan
pemeriksaan luar jenazah cukup dilakukan dalam buku khusus pencatatan kematian.
Jika pada pemeriksaan luar dokter mendapatkan adanya luka atau tanda kekerasan lainnya,
adanya dugaan keracunan atau adanya kecurigaan kematian terjadi akibat penyebab yang tidak
wajar (bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan), maka dokter wajib melaporkan kematian
tersebut ke polisi resort terdekat. Pada kasus semacam ini, penyidik akan mengirimkan Surat
Permintaan Visum et Repertum jenazah ke dokter, yang berisi permintaan pemeriksaan luar
jenazah (sering disebut pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan luar dan dalam jenazah (sering
disebut pemeriksaan bedah jenazah atau otopsi). Dokter yang diminta oleh penyidik untuk
melakukan pemeriksaan jenazah WAJIB melakukan pemeriksaan tersebut, sesuai dengan
permintaan penyidik. Pada kasus ini pemeriksaan jenazah harus dilakukan secara teliti dan
lengkap dengan mengacu pada suatu laporan obduksi yang baku. Setelah selesai dilakukan
pemeriksaan, dokter membuat laporan pemeriksaan berupa Visum et Repertum jenazah. Pada
kasus ini pemberian Formulir A dan penyerahan jenazah kepada keluarganya baru dapat
dilakukan setelah pemeriksaan selesai dilakukan menurut permintaan penyidik.