Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita semua ketahui, saat ini perkembangan teknologi di bidang
kedokteran berkembang sangat pesat. Hal ini membuat manusia selalu menginginkan yang
terbaik bagi diri mereka sendiri, terutama sebagai pemenuhan akan peningkatan kualitas
kesehatannya. Dalam meningkatkan kualitas kesehatan pribadi, diperlukan upaya upaya
kesehatan dini untuk mecegah kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit penyakit.
Upaya upaya yang bisa dilakukan terdiri dari :
1. Upaya peningkatan kualitas kesehatan (promotif)
2.
3.
4.
Semua upaya tersebut termasuk sebagai tindak pencegahan kecacatan dalam berbagai
tingkatan. Terdapat 3 tingkatan pecegahan kecacatan dalam dunia kedokteran.
1.
Tingkat
pertama
adalah
untuk
mencegah
terjadinya
impairment
2.
(gangguan fungsi)
Tingkat kedua adalah mencegah terjadinya disability (ketidakmampuan
3.
fungsi)
Tingkat ketiga untuk mencegah terjadinya handicap (kecacatan).
Pendekatan utama yang perlu kita prioritaskan adalah pada beberapa aspek antara
lain pencegahan kecacatan, rehabilitasi penderita cacat dan latihan karya yang produktif
bagi penyandang cacat dukungan dari pihak keluarga.
Pelayanan kedokteran rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, karena
tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, didirikanlah pelayanan
rehabilitasi yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU
menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan pelayanan kesehatan serta mempersingkat
masa perawatan di RS.
Kegiatan utama dalam unit rehabilitasi medis adalah pelayanan menyeluruh untuk
mengembalikan kemampuan fungsi yang optimal atau kemandirian dan atau mencapai
hidup yang berkualitas.
BAB II
DEFINISI
Secara etimologi, kata rehabilitasi berasal dari kata re yang berarti
mengembalikan, dan habil yang berarti kemampuan penderita semaksimal mungkin.
Oleh karena itu, rehabilitasi bisa diartikan sebagai mengembalikan kemampuan penderita
menuju normal semaksimal mungkin dari sisi fisik, psikologis, occupational dan hubungan
sosial dengan masyarakat.
Definisi Rehabilitasi Medis menurut Konverensi Nasional ke I Penyakit
Kardiovaskuler di U.S.A tahun 1950, Rehabilitasi Medis didefinisikan sebagai pemulihan
seseorang yang cacat akibat cedera atau penyakit kepada kemampuan fisik, mental, emosi,
sosial, vokasional, ekonomi yang sebesar-besarnya dan bila mampu berkarya diberi
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Definisi terakhir menurut W.H.O ialah semua tindakan yang ditujukan guna
mengurangi dampak keadaan cacat dan hambatan serta meningkatkan kemampuan
penyandang cacat mencapai integrasi sosial. Suatu program rehabilitasi komprehensif baru
dikatakan berhasil baik bila program tersebut mengandung 4 unsur yaitu :
1. Pemulihan kondisi fisik.
2. Pemulihan kondisi psikologik.
3. Latihan prevokasional dan pengalaman kerja singkat guna membantu penderita
mengembalikan kepercayaan diri.
4. Resosialisasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya tuntutan masyarakat secara umum
mempengaruhi tatanan dan perilaku masyarakat luas, termasuk tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. Tuntutan masyarakat akan lebih memacu ilmu kedokteran
untuk berkembang lebih pesat.
Peran rehabilitasi medis dalam sistem pelayanan kesehatan menjadi penting untuk
memenuhi tuntutan masyarakat terhadap jasa pelayanan kesehatan yang komprehensif.
Tujuannya tidak hanya agar pasien menjadi sembuh dan hidup, tetapi juga perbaikan
kualitas hidup. Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntutan
masyarakat adalah tercapainya kemampuan fungsional dan kualitas hidup.
TIM REHABILITASI
Meskipun kebanyakan penderita cacat mempunyai hanya satu keadaan cacat,
mereka pada umumnya mempunyai banyak problem yang memerlukan penanganan
terpadu dari dua atau lebih pekerja-pekerja profesional. Jadi, untuk mendapatkan hasil
yang efektif dan efisien, usaha-usaha kelompok personil yang terlatih tersebut dikoordinir
dalam suatu paduan yang dikenal dengan tim rehabilitasi. Tim terdiri dari:
1. Dokter
2. Fisioterapis
3. Terapis okupasional
4. Petugas sosial medis
5. Ortotis Prostetis
6. Terapi wicara
7. Psikolog
8. Perawat Rehabilitasi
Cakupan layanan rehabilitasi medis ini sangat luas meliputi berbagai kondisi atau keadaan
sakit yang tidak hanya berdampak pada ketidakmampuan atau kecacatan fisik akibat
berbagai sakit atau cedera, tetapi juga gangguan terhadap fungsi kognisi (kesadaran) yang
mengakibatkan ketidakmandirian.
Beberapa kondisi sakit yang menjadi cakupan layanan rehabilitasi medis antara lain
gangguan akibat pekerjaan yang dapat mengakibatkan menurunnya angka produktifitas,
kecacatan sejak lahir, kecacatan akibat trauma, kecacatan akibat proses degeneratif,
kecacatan akibat penyakit serta kecacatan akibat proses penuaan.
Peran rehabilitasi medis meliputi pre-hospital care, hospital care, dan post hospital
care. Pelayanan pre-hospital care adalah dengan bekerja secara interdisiplin untuk
mempersiapkan tenaga terlatih untuk melakukan identifikasi secara tepat pada terjadinya
cadera dan membawa secara aman sampai ke Rumah Sakit.
Pelayanan kesehatan pada pre-hospital care (pencegahan) ditujukan untuk
membatasi kecacatan, mengoptimalkan sisa kemampuan yang ada, mencegah komplikasi
agar pasien memperoleh kemandirian fungsional sehingga tercapai kualitas hidup yang
baik. Di sini termasuk mempersiapkan keluarga dan lingkunagn dalam menerima kembali
anggota keluarganya dengan kemampuan yang baru.
Peran rehabilitasi medis pada post hospital care adalah mempersiapkan keluarga
dan orang di sekitarnya agar mengerti berbagai masalah yang mungkin timbul dan
bertindak secara tepat. Lingkungan dengan berbagai sarana di tempat tinggal bahkan di
5
tempat kerja, juga menjadi hal yang harus dipikirkan oleh dokter rehabilitasi medis. Tidak
jarang masalah biaya dan mencari donasi untuk program rehabilitasi harus diupayakan
oleh dokter rehabilitasi medis.
Untuk mewujudkan keinginan masyarakat tersebut, maka upaya rehabilitasi
menjadi sangat penting karena memberikan pelayanan rehabilitasi paripurna melalui
program rehabilitasi fisik, psikis, dan sosial yang didukung oleh prosedur diagnostik yang
lengkap dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan kualitas hidup pasien dengan
memelihara kemampuan fungsional seseorang semaksimal mungkin, memanfaatkan
kemampuan yang masih tersisa. Semua ini dapat dilayani di klinik rehabilitasi medis.
BAB III
TERAPI FISIATRIK
TERAPI PANAS
SUPERFISIAL
TERAPI FISIK
DALAM
AIR HANGAT
BALSEM
INFRA RED
PARAFFIN BATH
TERAPI DINGIN
R
E
H
A
B
I
L
I
T
A
S
I
MASSAGE
TRAKSI
ELEKTRO STIMULI
AKUPUNKTUR
HIDROTERAPI, ex: Whirlpool
TERAPI LATIHAN
M
E
D
I
K
Range of Motion
STRENGTH TRAINING
ENDURANCE TRAINING
BOBATH (CVA)
KEGEL (HAMIL)
TERAPI WICARA
ORTOTIK-PROSTETIK
OCCUPATIONAL THERAPY
Vasodilatasi
Lampu Biasa
Terapi
panas
superfisial
yang
mempunyai
efek
Gambar III.1.A.1.a
KET : Infra red
Hot pack
10
Paraffin cair 550C tidak menyebabkan luka bakar dan rasa sakit,
sedangkan pada air batas toleransi manusia hanya 42 450C. Hal ini
karena specific heat parafin adalah 0,5 dari air.
Teknik pemakaian yang umum adalah paraffin dip misalnya
yang diterapi tangan, dicelupkan ke cairan paraffin beberapa detik,
kemudian angkat keluar, biarkan kering (biasanya 5 detik atau
kurang) celupkan lagi tangan tersebut, angkat lagi dan seterusnya
sampai 6 12X, kemudian bungkus dengan handuk dan biarkan
selama 20 - 30 menit.
Gambar III.1.A.1.b
KET : Parafin bath
2. Terapi panas dalam (deep heating, diathermy ; bisa mencapai ke otot dan
tulang)
a. Ultra Sound Diathermy (USD)
11
Gambar III.1.A.1.c
KET : USD (Ultra sound diathermy)
Konversi energi suara frekuensi tinggi (vibrasi mekanik 0,7 1
megacycle perdetik) menjadi panas dengan penetrasi dalam (3 5 cm).
Keuntungan lain dari USD :
ektensibilitas
jaringan
dan
mengurangi
spasme
otot.
Gambar III.1.A.1.b
KET : SWD (short wave diathermy)
Gelombang pendek dengan frekuensi ultra tinggi. Frekuensi radio.
Gelombang 3 - 30 m, frekuensi 10 100 megacycle perdetik, dalam
penetrasi 1 - 2 cm.
Terapi panas dalam yang mempunyai efek fisiologis mengurangi
nyeri, mengurangi inflamasi. Indikasinya untuk sinusitis, nyeri
pinggang, osteoarthritis.
12
Gambar III.1.A.1.d
KET : MWD (micro wave diathermy)
Konversi energi radiasi elektromagnetik (gelombang radar)
menjadi panas. Untuk pemakaian klinik, frekuensi 2.456 dan 915 MHz.
Penetrasi berbeda antara 2.456 MHz (kurang dari SWD) dengan
frekuensi 915 MHz (lebih dari SWD). Kontra indikasi untuk daerah
mata, kantong cairan, dan metallic implants. Seperti SWD, dosis fixed
tidak ada.
d. Ultra Kolte Kolf (UKG)
Gambar III.1.A.1.e
KET : UKG ( Ultra kolte kolf)
13
Gambar III.1.A.1.f
KET : UKG (ultra kolte kolf)
Meskipun tidak ada fixed dose untuk SWD dan MWD, biasanya ada
petunjuk umum pada masing masing brosur alat untuk dosis (intensitas
dan lama terapi untuk masing masing kondisi penyakit).
Gambar III.1.A.1.g
KET : LASER
Indikasi terapi panas :
1. Efek analgesik :
Neuralgia.
Sprain (strain).
Articular problem.
Spasme otot.
14
Nyeri otot.
Oedem.
Aplikasi panas :
1. Cara radiant :
a. Sinar infra red.
b. Sinar matahari.
2. Cara konduktif (aplikasi secara langsung) :
a. Air panas.
b. Balsem.
c. Pasir panas.
d. Uap panas.
e. Paraffin.
f. Heated pads.
3. Cara konversif (panas timbul karena konversi energi primer. Biasanya
dapat menembus lebih dalam : USD, SWD, dan MWD).
B. Terapi Dingin
Secara
umum
diketahui
bahwa
segala
bentuk
rangsang
akan
suhu pada jaringan yang berkaitan. Penurunan suhu ini akan selalu disertai
efek-efek lain seperti:
o
Pada kulit
16
Pada respirasi
Pernafasan menjadi cepat dan dangkal, segera diikuti dengan nafas
yang dalam dan lambat sehingga pertukaran gas O2 dan CO2
meningkat.
menyebabkan
Peradangan sendi
17
Kontraktur
Trauma musculoskeletal
Salah satu penerapan cryutherapy yang umum adalah untuk masalah
Mengurangi Spasticity
Cryotherapy dapat digunakan sebagai tambaan dalam pelaksanaan
2. Kontra Indikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu
atau temperatur adalah gangguan sensibilitas. Demikian halnya pada
cryotherapy, pasie dengan gangguan sensibilitas terutama panas-dingin
kontra indkasi untk diberikan cryoterapi.
Kontra indikasi untuk cryotherapy dapat dituliskan sebagai berikut:
o
Gangguan sensibilitas
Buergers disease
Gambar III.1.B
KET : Imersi (cooling spray) & ice Massage
Teknik pemberian :
19
tebal kulit
vaskularisasi
C. Massage (pemijatan)
Massage merupakan jenis terapi fisik yang paling kuno. Pada indikasi
yang tepat dan dengan teknik yang tepat, hasil terapeutiknya sangat nyata.
Massage tidak dapat diterjemahkan sebagai pijat atau urut, karena yang
terkandung dalam istilah massage, selain pijat (kneading) dan urut (stroking)
juga ada yang seperti: perkusi (dengan variasinya), friksi, dan vibrasi.
Lima yang paling populer adalah jenis pijat pijat Swedia, Deep Tissue
Massage, Hot Stone Massage, Olahraga pijat, dan neuromuskular Therapy.
Swedia Massage ini adalah jenis yang paling umum pijat di Amerika Serikat
dan mungkin dunia. Swedia pijat dikenal dengan meluncur panjang stroke,
meremas stroke, gesekan stroke, dan perkusi serta bersama gerakan-gerakan
yang merasa hebat sementara meningkatkan jangkauan gerak. Ini yang paling
sering dianggap sebagai sebuah "spa" jenis pijat tapi jauh lebih dari itu. Swedia
pijat sangat bagus untuk mengurangi stres, meningkatkan sirkulasi,
memperbaiki jangkauan gerak dari sendi Anda, dan membantuAnda benarbenar merasa lebih baik dalam kulit Anda sendiri. Swedia pijat dapat berkisar
dari cahaya tekanan untuk tekanan yang lebih berat, tergantung pada tingkat
kenyamanan Anda. Itu lebih dari sekadar "merasa baik" pijat sangat terapeutik.
20
21
Gambar III.1.C
KET : massage
D. Traksi
E. Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha
untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan.
Ada beberapa macam traksi yang dapat digunakan seperti :
Traksi biasa baik dengan mesin ( lumbal & cervical ) ataupun tanpa mesin
(inversion)
Cotrel traction : diberikan selama tidur malam dan beberapa jam siang.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha
22
penanganan.Prinsip
Traksi
adalah
menarik
tahanan
yang
diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan
menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut
dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga
(Footner, 1992 and Dave, 1995).
Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi
hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi
praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya
pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit.
Friksi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan resistansi
terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan
untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya.
23
Gambar 1.D.1
KET : Traksi leher
Pengobatan traksi leher (cervical traction) dan traksi pinggang atau pelvis
(lumbal atau pelvic traction) sangat dikenal di lingkungan kedokteran. Traksi
leher dapat dilakukan secara manual atau dengan alat traksi, tetapi untuk
lumbal hanya dapat dilakukan dengan bantuan alat. Hal ini karena pada daerah
lumbal otot ototnya lebih kuat.
Beban traksi pada leher biasanya sekitar 5 10 kg.
1. Manual cervical traction
Pengertian manual cervical traction sebenarnya adalah traksi leher
yang tidak menggunakan alat traksi listrik (non motorized cervical
traction) tetapi hanya menggunakan sling dan sistem pulley (katrol)
yang digerakkan secara manual.
1. Posisi penderita :
Penderita dapat duduk, dengan kepala fleksi ke depan 100 200, atau
berbaring telentang dengan satu bantal di kepala.
24
Kacamata, gigi palsu yang dapat dilepas, wig, dan anting anting
pada wanita, harus dilepas sebelum terapi.
2. Dosis
Beban sebagaimana telah disebut adalah 5 10 kg. Umumnya
beban akhir dipilih 10 kg, dengan memulai (beban pertama datang)
sebesar 5 kg, kemudian menambah 1 kg setiap kedatangan kemudian,
sampai 10 kg. Mereka yang mempunyai postur tubuh besar dengan otot
otot leher yang kuat, terkadang beban dapat mencapai 15 kg.
Lama waktu 1X traksi, 10 20 menit.
Frekuensi perminggu 5X, jika setelah 10 20X traksi, ada
perbaikan, traksi dilanjutkan 3X seminggu sampai keluhan hilang. Jika
setelah 12X traksi, tidak ada perubahan, traksi dihentikan dan penderita
perlu dire-evaluasi.
3. Indikasi traksi cervical :
Nyeri leher di luar CRS, umumnya karena nyeri dan spasme otot.
Osteoporosis.
Gambar III.1.D.2
KET : Traksi panggul
Dibandingkan dengan traksi leher, traksi pelvis kegunaannya lebih
banyak diperdebatkan. Juga teknik pelaksanaannya belum ada yang
dianggap baku. Sebagian penulis melihat kegunaannya hanya sebagai upaya
dokter agar penderita benar benar bed rest, oleh karena itu beban
tarikan juga tidak dipersoalkan. Yang perlu diperhatikan selama terapi traksi
ini, tidak boleh terjadi penambahan lordose lumbal. Untuk itu kedua sendi
paha dan sendi lutut harus dalam keadaan fleksi. Untuk mengurangi
lordose, ada yang menganjurkan kedua tungkai dinaikkan, dapat dengan
memakai slings (gantungan) atau dengan memberi meja kecil dengan
permukaan lunak atau tumpukan bantal. Pelvic belt-nya juga dapat
mempengaruhi, dimana bentuk single strap berupa posterior strap (strap
adalah tali pengikat yang menghubungkan dengan beban) dianggap yang
paling ideal. Sebagian penulis berpendapat, dengan pengurangan lordose
lumbal tersebut maka foramen intervertebralis lebih terbuka dan posterior
facets saling menjauh.
a. Dosis
Jika tujuan traksi hanyalah mengikat penderita di tempat tidur
dengan posisi lordose lumbal mengurang (bed rest), traksi dipakai
26
Gambar 1.E.1
KET : Elektrostimuli
Ada tiga tipe arus listrik (current) yang digunakan :
1. Direct current galvanism
Terapi galvanik digunakan untuk :
28
29
30
Gambar 1.E.3
KET : Myofeedback
31
32
33
1. Akupunktur Terapi
Asma, gastritis,disuria,sakit kepala
2. Akupunktur Preventif (Pencegahan penyakit)
Idealnya seseorang diakupunktur satu kali sebulan, minimal 6 bulan satu
kali.
3. Akupunktur Kecantikan ( kosmetik)
Menghaluskan
kulit,
menghilangkan
keriput,mengobati
jerawat,
Gambar 1.F
KET : Akupuntur
Penjaruman di dalam fisiatri berbeda dengan akupuntur tradisional dalam
konsep
pendekatan.
Penjaruman
atau
dry-needling
dalam
fisiatri,
yang disuntikkan, oleh karena itu, hasil yang didapat dengan suntikan PZ akan
sama dengan hasil suntikan kortikosteroid local maupun anaesthesi lokal.
Prinsipnya adalah menghancurkan trigger-point sehingga tidak menjadi
sumber nyeri rujukan.
H. Hidroterapi
Hidroterapi adalah terapi fisik dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik dari air.
Terutama sifat buoyancy-nya (prinsip Archimedes), yaitu daya apungnya
yang dapat membantu gerakan pada kondisi dimana nasih terdapat kelemahan
otot.Penggunaan air untuk menyembuhkan dan meredakan berbagai macam
penyakit ringan dan air bisa digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda.
Kebanyakan orang sudah tahu manfaat mandi air panas untuk melenturkan
tubuh, memulihkan kekakuan, dan sakit otot, dan membantu agar bisa tidur
nyenyak. Air panas atau uap mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah
membesar, membuka pori-pori kulit dan mendorong keluarnya keringat dan
mengendurkan otot-otot dan anggota badan. Air dingin atau pancuran memiliki
manfaat sebaliknya dan menyegarkan kembali dan menyehatkan tubuh. Air
dingin membuat pembuluh-pembuluh darah di kulit mengerut dan darah
dialihkan kejaringan-jaringan dan organ-organ dalam untuk membantu
mempertahankan suhu bagian tengah tubuh. Es atau air dingin bisa digunakan
untuk meredakan bengkak dan memar dan mengakibatkan pori kulit menutup.
1. Kolam air; model sederhana. Untuk melatih penderita poliomyelitis
paralitika, paraplegia serta kondisi kelumpuhan lainnya
35
3. Hubbard tank; lebih besar dari whirlpool, penderita dan pelatih dapat masuk
ke dalamnya. Digunakan untuk latihan penderita dengan kelumpuhan
perifer, penderita luka bakar tubuh yang luas.
4. Contrast bath; untuk terapi kekakuan sendi dan nyeri. Menggunakan dua
buah bejana, satu diisi dengan air panas (40,5-43,3)dan yang lain diisi air
dingin (10-15). Tangan atau kaki akan diterapi dicelupkan bergantian,
dengan urutan air panas 10 menit; dingin 1 menit; panas 4 menit; dingin 1
menit; panas 4 menit;dingin 1 menit; panas 4 menit; dingin 1 menit; panas 5
menit. Sehingga terjadi proses vasodilatasi-vasokonstriksi-vasodilatasi
pembuluh darah, terjadi kenaikan aliran darah ke ekstremitas yang diterapi.
Gambar 1.G.4
KET : conrast bath
36
37
Gambar III.2.1
KET : Alat Goniometer
a. Passive ROM exercise; latihan pasif. Kekuatan otot 0 atau Trace (T).
b. Active ROM exercise :
39
Shoulder Abduction
Scapula:
elevation/depression,
protraction/retraction,
and upward/downward
rotation
40
2.
Isometric (static) exercise, ada kontraksi otot, tidak ada gerakan sendi
(statis). Dikatakan cukup kontraksi optimal selama 6 detik 1x sehari. Hatihati pada penderita hipertensi dan PJK.
b.
c.
(static) sepanjang waktu latihan. Umum dipakai di pusat kebugaran dan pusat
latihan atlit.
KET : Strength Training
41
3.
42
KET
Breathing
exercise,
latihan
nafas.
c.
Muscle
re-education, re-edukasi otot; dilakukan setelah tendon ditransfer, serta
pa da penderita hemiplegia lesi UMN.
exercise
(latihan
berjalan)
yang
bertujuan
untuk
Range of Motion dan kekuatan oto dari pasien. Latihan awal bisa
dimulai dengan menggunakan palang parallel.
BOBATH
Bobath adalah sistem terapi latihan yang dirancang untuk menghambat
44
KET: BOBATH
7.
KEGEL
Kegel adalah latihan untuk menguatkan otot dasar panggul. Inti dari latihan ini
adalah mengkontraksikan otot panggul dan mencegah kelemahan dari otot ini.
Selama kehamilan dan melahirkan, otot panggul dapat menjadi teregang dan
melemah, yang mengakibatkan gangguan mengontrol BAK berbulan-bulan atau
tahunan setelah melahirkan. Selain itu, wanita lanjut usia dan memiliki berat badan
berlebih juga dapat mengalami kelemahan otot panggul. Pada pria, operasi prostat
dapat melemahkan otot panggul.
Kegunaan senam kegel antara lain dapat menguatkan otot-otot yang
mengontrol alur dari urine, mencegah prolaps uteri pada wanita, mengencangkan
otot-otot vagina, dan berguna untuk mengatasi urgensi yaitu keinginan berkemih
yang sangat kuat. Senam kegel dapat digunakan juga untuk mempersiapkan ibu
hamil menghadapi persalinan dengan cara latihan pernapasan serta penguatan otototot yang akan digunakan pada proses persalinan.
45
46
47
III.4.ORTOTIK-PROSTETIK (ORTHOTICS-PROSTHETICS)
Dalam pelayanannya, produk OP berupa jasa pelayanan secara paripurna pembuatan ortose
ataupun protese, secara garis besar produk OP bisa digambarkan sebagai berikut :
1. Ortotik
- Upper Extremity Ortose (ortose anggota gerak atas)
- Lower Extrremity Ortose ( ortose anggota gerak bawah)
- Trunk/ Body and Spinal Ortose (ortose spinal)
2. Prostetik
- Upper Extremity Protese (protese anggota gerak atas)
- Lower Extremity Protese (protese anggota gerak bawah)
- Partial Protese(protese bagian tubuh)
3. Walking Aid
- wheel chair
- cructh
4. Sepatu Ortopedi (orthopedic Shoes)
terapi kecacatan dengan modifikasi sepatu.
48
SEPATU ORTOPEDI
KET: ORTOTIK-PROSTETIK
III.5. TERAPI OKUPASIONAL (OCCUPATIONAL THERAPY)
Terapi berupa latihan yang sesuai dengan pekerjaan terakhir penderita, atau
yang mungkin bisa penderita kerjakan guna memperoleh mata pencaharian.
BAB IV
PENUTUP
49
Dari seluruh pembahasan makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
Rehabilitasi Medik memiliki beberapa tujuan yakni:
Melatih orang dengan keadaan badan yang cacat untuk dapat hidup dan bekerja
sesuai dengan kemampuannya.
Orthotics-Prosthetics
50
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Thamrinsyam. Satori, Dhewi Wahani. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
(Phisiatry). Edisi-1. Unit Rehabilitasi Medik. Surabaya. RSUD dr.Soetomo/FK
Unair.1992.Hal 1-26.
Mandiri Rajut Masa Depan:
www.kompas.com/kompas-cetak/0507/13/kesehatan/1892858.htm
Rehabilitasi Medik : www.rsi.co.id/rehabilitasi_medis.htm
Rehabilitasi Medis : www.rssm.iwarp.com/rehab.htm
Rehabilitasi Medis Belum Banyak Dikenal:
www.suarapembaharuan.com/news/2004/11/12/kesra/kes03.htm
Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien:
www.pikiran-rakyat.com/cetak/0903/05/0319.htm
Republika Online : www.republika.co.id
Susan L. Michlovitz. 1990. Thermal Agents in Rehabilitation, second edition. F. A. Davis
Company: Philadelphia
YPAC Solo : www.ypac-solo.org/layanan.asp
51