Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Aldila Noorfitriana
110.2009.021
Pembimbing :
dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb,
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus yang
berjudul Syok Hipovolemik dan Hemoragik Post Partum e.c Atonia Uteri.
Presentasi kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam menempuh
kepaniteraan klinik di bagian obstetrik dan ginekologi di RSUD Serang. Dalam
penulisan presentasi kasus ini penulis tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan yang
dihadapi, namun berkat pertolongan dari berbagai pihak presentasi kasus ini dapat
terwujud.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya
kepada dr. Hushat Pritalianto, Sp.OG yang telah bersedia meluangkan waktu dan
pikirannya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam penyusunan presentasi kasus ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa penulisan presentasi kasus
Aldila Noorfitriana
1
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara dramatis dengan
adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah
sakit dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih
tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal.
Diperkirakan ada 14 juta kasus pendarahan dalam kehamilan setiap tahunnya;
paling sedikit 128.000 perempuan mengalami pendarahan sampai meninggal.
Pendarahan pasca persalinan merupakan pendarahan yang paling banyak menyebabkan
kematian ibu. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24
jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah.
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
kalatiga persalinan selesai. Hal ini setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada
seksio sesarea, 1400 ml pada histerektomi sesarea elektif, dan 3000 sampai 3500 ml
pada histerektomisesarea darurat
Atonia uteri merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu setelah
proses persalinan bayi dan plasenta, dimana atonia uteri terjadi pada sekitar 80-90%
kasus perdarahan postpartum dan terjadi pada sekitar 2-5% persalinan pervaginam.
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup pendarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir.
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas
2.
3.
4.
5.
6.
tinggi.
Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
Multipara dengan jarak kelahiran pendek
Partus lama / partus terlantar
Malnutrisi.
Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.
2
Atonia uteri dapat ditandai dengan adanya gejala perdarahan eksesif pervaginam
setelah melahirkan, konsistensi rahim besar dan lunak, tidak ada kontraksi uterus,
terdapat anda-tanda shock.
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10 U IM, atau 5U IM dan 5 U
Intravenous atau 10-20 U / 500 cc drip intravena 20 tetes per menit).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan,
anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Atonia uteri merupakan salah satu penyebab utama dari kematian ibu setelah
melahirkan bayi dan plasenta, oleh karena itu harus dengan cepat ditangani dengan cara
sebagai berikut :
1. Penanganan Umum :
a. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
b. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.
c. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda
syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status
ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
d.
Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan
pemberian cairan infus, pemeriksaan golongan darah dan crossmatch
perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
e. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
Lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.
Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi
kontraksi uterus yang efektif
Lakukan massase uterus untuk menstimulasi kontraksi uterus
f. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
g. Periksa kelengkapan plasenta. Periksa kemungkinan robekan serviks,
vagina, dan perineum
h. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
i. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa
kadarHemoglobin:
selama 6 bulan;
2. Penanganan Khusus
a. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
b. Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan menstimulasi kontraksi
uterus yang menghentikan perdarahan.
c. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
d. Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan
uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
e. Jika uterus tidak berkontraksi maka : Bersihkanlah bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung
kemih telah kosong
f. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.
g. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
h. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, lakukan teknik kompresi bimanual
internal :
1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari)
ke intraktus dan ke dalam vagina itu.
2. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara
3.
penuh.
Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anterior
uteri sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan
kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
4. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
5. Evaluasi keberhasilan:
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan selama dua menit (maksimal 5 menit), kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau
kondisi ibu
Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung,
periksa perineum, vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di
bagian tersebut. Segera lakukan
laserasi.
Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga
untuk
melakukan
kompresi
bimanual
eksternal
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. T
Umur
: 27 tahun
Alamat
: Ciruas, Serang
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Nama Suami
: Tn. H
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Ruang
: VK
6
No. RM
: 09.35.12
Tanggal Masuk : 15 / 11 / 2013 (Pukul 16.30)
II. ANAMNESA (Autoanamnesis pada tanggal 15/11/2013 Pukul 16.40 WIB)
Keluhan Utama
kehamilan
Keluhan Tambahan :
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 12 tahun
Siklus
: Teratur tiap bulan
Banyak
: 3 x ganti pembalut per hari, tidak ada gumpalan darah
Lama
: 4 hari
Disminore : ( - )
Fluor Albus : ( - )
HPHT
: 20 Februari 2012
TP
: 27 November 2013
Riwayat Perkawinan :
kehamilan 3 bulan
Pasien diberi vitamin dan penambah darah, diminum teratur
Pasien ditimbang berat badannya dan diukur tekanan darahnya. Berat
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat Imunisasi
Imunisasi TT, suntik 2x, saat usia kehamilan 4 bulan dan 7 bulan
Riwayat Penyakit Terdahulu
a.
b.
c.
d.
e.
tinggi disangkal
Hepatitis
: Keluhan mual muntah dan riwayat sakit kuning disangkal
Penyakit Jantung
: Keluhan cepat lelah saat beraktivitas dan sesak pada
malam hari disangkal.
a.
b.
c.
d.
e.
tinggi disangkal
Hepatitis
: Keluhan mual muntah dan riwayat sakit kuning disangkal
Penyakit Jantung
: Keluhan cepat lelah saat beraktivitas dan sesak pada
malam hari disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda tanda vital :
Tekanan Darah : 160 / 110 mmHg
Nadi
: 89 x/menit
Pernapasan
: 19 x/menit
Suhu
: 36.5 C
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan
: 61 Kg
b. Status Generalis
Kepala
: Normocephale, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya
(+/+)
THT : Tidak ada keluhan, dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax
: Simetris saat statis dan dinamis, mammae membesar,
papilla mammae menonjol, areola mammae menghitam, kelenjar
montgomery menonjol
Pulmo
: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor : S1S2 Reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: Bising usus (+), Status obstetrikus
Extremitas : Akral hangat, edema tungkai (+/+) refleks patella (+/+)
c. Status Obstetrik
Inspeksi :
Perut terlihat membesar dan memanjang, linea nigra (+), striae
gravidarum (-)
Palpasi :
Leopold I :
TFU : 31 cm
Teraba bagian bagian bulat, besar, lunak, tidak melenting
Leopold II :
Kanan : Teraba bagian kecil janin
Kiri : Teraba tahanan memanjang
Leopold III :
9
IV.
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 8,60 g/dL (13,00 15,3)
Leukosit
: 24.400 /L (4.400 11.300)
Hematokrit : 28,30 % (35,00 47,00)
Trombosit : 338.000 L (140.000 440.000)
V.
Diagnosis Kerja
G3P2A0 Hamil 38 minggu in partu kala I fase laten dengan PEB + KPD 1
hari + inertia uteri + Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala.
VI.
Penatalaksanaan
Rencanakan persalinan pervaginam
Protap PEB :
1. Cegah Kejang :
a. Bolus MgSO4 20 % 20cc / 4 gr IV perlahan 10 15 menit
10
VII. Prognosis
Kehamilan : Dubia ad bonam
Persalinan : Dubia ad bonam
11
FOLLOW UP
Tanggal
12/06 /2013
Jam
17.00
Perjalanan Penyakit
S/ O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 150 / 110 mmHg
N = 88 x/menit
R = 22 x/menit
T = 36.6 C
His = 2 x 10 x 25
DJJ = 144 x/menit
VT :
-
V/U/V = Tenang
Portio = Depan, lunak
Pembukaan = 2 cm
Pendataran = 40 %
Penurunan = H-II
DC Urine : 150 cc
A/ G3P2A0 Hamil 38 minggu in partu
kala I fase laten dengan PEB + KPD
1 hari + inertia uteri + Janin Tunggal
Hidup, Presentasi Kepala
P/
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. I
Observasi KU, KS, TTV
Observasi His, DJJ,
kemajuan persalinan
19.15
dan
19.30
P/
21.00
S/ O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 160 / 110 mmHg
N = 89 x/menit
R = 20x/menit
T = 36.6 C
His = 2 x 10 x 30
DJJ = 136 x/menit
VT :
-
V/U/V = Tenang
Portio = Depan, lunak
Pembukaan = 3 cm
Pendataran = 50 %
Penurunan = H-II
DC Urine : 400 cc
A/ G3P2A0 Hamil 38 minggu in partu
kala I fase laten dalam induksi
misoprostol pertama tablet a/i
PEB + KPD 1 hari + inertia uteri +
Janin Tunggal Hidup, Presentasi
Kepala
P/
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. II
Observasi KU, KS, TTV
01.15
dan
V/U/V = Tenang
Portio = Depan, lunak
Pembukaan = Lengkap
Pendataran = 100 %
Bagian terendah = kepala
Penurunan = H III IV
Ketuban (-)
Denominator = uuk kanan depan
Bloodyshow (+)
A/ Kala II
D/ G3P2A0 Hamil 38 minggu in partu
kala II dalam induksi misoprostol
pertama tablet a/i PEB + KPD 1
hari + inertia uteri + Janin Tunggal
Hidup, Presentasi Kepala
P/
Pimpin persalinan
Siapkan hecting set
Siapkan partus set
Siapkan resusitasi bayi
01.21
S/ Bayi dilahirkan
O/ Kepala bayi dipegang biparietal,
kemudian
diekstraksi.
Dilakukan
P
S/ Plasenta dilahirkan
Oxytocin 10 U IM
01.45
S/ Ibu lelah
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 150/90 mmHg
N= 88 x/menit
R = 19 x/menit
T = 36.6 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
P/
DC Urine : 900 cc
02.00
Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
Terapi oral :
Vitamin A
Amoxicillin 3 x 1
As. mefenamat 3 x 1
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. IV
Observasi KU, KS, TTV, dan
PPV
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 140/100 mmHg
N= 91 x/menit
R = 22 x/menit
T = 36.5 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
A/ P3A0 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
1 hari + inertia uteri
Rawat infus RL + MgSO4 40%
P/
20 TPM Lb. IV
Observasi KU, KS, TTV, dan
15
PPV
02.15
S/ Ibu lelah
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 140/90 mmHg
N= 93 x/menit
R = 23 x/menit
T = 36.1 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri
P/
Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. IV
Observasi KU, KS, TTV, dan
PPV
02.30
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 140/90 mmHg
N= 95 x/menit
R = 23 x/menit
T = 36.1 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri
P/
16
Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. IV
Observasi KU, KS, TTV, dan
PPV
02.45
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 140/90 mmHg
N= 97 x/menit
R = 25 x/menit
T = 36.1 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri
P/
Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
20 TPM Lb. IV
Observasi KU, KS, TTV, dan
PPV
03.15
17
Rencana KB MOW
Rawat DC Urin
Rawat infus RL + MgSO4 40%
03.45
hari
inertia
uteri
dengan
Pemberian oksigen 6L
Rawat DC Urin
Memasang infus 2 line :
- D5% + Oxytocin 20 U
Guyur Lb. I
- RL Guyur Lb. 1
Memberikan misoprostol 4
tablet / rektal
Massase uterus
Melakukan eksplorasi uterus
Observasi KU, KS, TTV, dan
18
PPV
03.50
Pemberian oksigen 6L
Rawat DC Urin
Memasang infus 2 line :
- D5% + Oxytocin 20 U
Guyur Lb. I
- RL Guyur Lb. 1
Massase uterus
Melakukan kompresi bimanual
interna
Observasi KU, KS, TTV, dan
PPV
03.55
N = 104 x/menit
R = 23 x/menit
T = 35.5 C
Kontraksi uterus membaik
TFU 2 jari dibawah pusat
PPV (+) aktif
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri dengan Syok
Hipovolemik teratasi + Hemoragik
Post Partum e.c. Atonia uteri teratasi
P/
Pemberian oksigen 6L
Rawat DC Urin
Memasang infus 2 line :
-
D5% + Oxytocin 20 U
Guyur Lb. I
- RL Guyur Lb. I
Observasi KU, KS, TTV
Observasi PPV
Support mental ibu
04.00
04.30
Pemberian oksigen 6L
Rawat DC Urin
Merawat infus 2 line :
- D5% + Oxytocin 20 U 40
TPM Lb. II
- RL Lb. II
Observasi KU, KS, TTV
Observasi PPV
Support mental ibu
Pemberian oksigen 6L
Rawat DC Urine
Memasang infus 2 line :
- D5% + Oxytocin 20 U 40
-
TPM Lb. II
RL Lb. II
21
05.00
Pemberian oksigen 4L
Memasang infus 2 line :
- D5% + Oxytocin 20 U 40
09.00
TPM Lb. II
RL + MgSO4 40 % 20
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 120/80
N = 87 x/menit
R = 20 x/menit
22
T = 36.6 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
DC Urine : 100 cc
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri dengan Syok
Hipovolemik teratasi + Hemoragik
Post Partum e.c. Atonia uteri teratasi
P/
Rawat DC Urine
Rawat infus RL + MgSO4 40
P/
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 130/80
N = 89 x/menit
R = 22 x/menit
T = 36.6 C
ASI (-/-)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
DC Urine : 100 cc
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
23
17.00
Rawat DC Urine
Rawat infus RL + MgSO4 40
Rawat DC Urine
Rawat infus RL + MgSO4 40
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 130/90
N = 92 x/menit
R = 21 x/menit
T = 36.6 C
ASI (+/+)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
DC Urine : 400 cc
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri dengan Syok
Hipovolemik teratasi + Hemoragik
Post Partum e.c. Atonia uteri teratasi
P/
21.00
S/
24
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 120/80
N = 88 x/menit
R = 20 x/menit
T = 36.6 C
ASI (+/+)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
PPV (+) inaktif
DC Urine : 600 cc
A/ P5A1 Post partum spontan dalam
induksi misoprostol a/i PEB + KPD
1 hari + inertia uteri dengan Syok
Hipovolemik teratasi + Hemoragik
Post Partum e.c. Atonia uteri teratasi
P/
Rawat DC Urine
Rawat infus RL + MgSO4 40
P/
S/
O/ KU = sedang, KS = CM
TD = 120/80
N = 88 x/menit
R = 20 x/menit
T = 36.6 C
ASI (+/+)
TFU 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus baik
25
Rawat DC Urine
Rawat infus RL + MgSO4 40
Memindahkan pasien ke WK
02.00
BAB III
DISKUSI KASUS
Permasalahan :
1. Apakah diagnosis sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat?
a. Apakah penatalaksanaan PEB dan KPD pada pasien tersebut sudah
tepat?
b. Apakah penatalaksanaan syok hipovolemik pada pasien tersebut sudah
tepat?
Pembahasan
1. Diagnosis
26
Diagnosis masuk :
G3P2A0 Hamil 38 minggu in partu kala I fase laten dengan PEB + KPD 1 hari
+ inertia uteri + Janin Tunggal Hidup, Presentasi Kepala.
Diagnosis akhir :
P5A1 Post partum spontan dalam induksi misoprostol a/i PEB + KPD 1 hari +
inertia uteri dengan Syok Hipovolemik teratasi + Hemoragik Post Partum e.c.
Atonia uteri teratasi
Diagnosa hamil, janin tunggal hidup, dan presentasi kepala ditegakkan melalui :
a. Anamnesis :
Pasien mengatakan ini adalah kehamilannya yang kelima dengan usia
kehamilan 9 bulan. Pasien mengetahui dirinya hamil saat merasa telat haid dua
minggu kemudian memeriksakan diri ke bidan dan dilakukan tes kencing
dengan hasil positif. Pasien mengatakan merasa mual mual dan muntah pada
masa awal kehamilan ini, dan merasa berat badannya naik sesuai dengan umur
kehamilan. Pasien juga merasakan payudaranya membesar dan menonjol, serta
perutnya menegang saat hamil. Gerakan janin mulai dirasakan pasien sejak usia
kehamilan lima bulan dan dirasakan hingga saat ini. Sebelumya, pada saat usia
kehamilan 9 bulan dirinya pernah di USG dan dikatakan bahwa janinnya dalam
keadaan normal.
b. Pemeriksaan Fisik Obstetrik :
Inspeksi :
Perut terlihat membesar dan memanjang, linea nigra (+), striae
gravidarum (-)
Palpasi :
Leopold I :
TFU : 31 cm
Teraba bagian bagian bulat, besar, lunak, tidak melenting
Leopold II :
Kanan : Teraba bagian kecil janin
Kiri : Teraba tahanan memanjang
Leopold III :
Teraba bagian bulat, besar, keras
Leopold IV :
Divergen
His : 2 kali dalam 10 menit, lama 25 detik
Taksiran Berat Janin : (31-12) x 155 : 2790 gram
Auskultasi :
DJJ : 133 x/menit
Diagnosa in partu kala I fase laten ditegakkan melalui :
27
Pada pasien sudah terdapat his dan pada hasil pemeriksaan dalam (VT) didapatkan
hasil pembukaan serviks sebesar 2 cm.
a. Pemeriksaan Dalam (VT) :
V/U/V
: Tenang
Portio
: Konsistensi lunak, arah belakang
Pembukaan : 2 cm
Pendataran : 40 %
Ketuban (-)
Bagian terendah janin : Kepala
Penurunan : Hodge II
Denominator: Sulit dinilai
Bloodyshow : (+)
Diagnosa PEB ditegakan melalui :
Tekanan darah sistolik 110 mmHg saat usia kehamilan > 20 minggu dan tidak ada
riwayat darah tinggi sebelumnya, yang didapat dari hasil :
a. Anamnesis :
Pasien datang ke ruang bersalin RSUD Serang diantar keluarga dengan
keluhan tekanan darah tinggi dalam kehamilan. Pasien mengetahui dirinya
mengalami keluhan ini saat memeriksakan kehamilannya ke bidan pada usia
kehamilan 9 bulan. Pasien mengatakan, tidak ada riwayat darah tinggi
sebelumnya, baik pada kehamilannya yang sebelumnya, atau pada masa awal
kehamilannya saat ini. Keluhan ini disertai dengan sakit kepala yang dirasakan
terus menerus terutama pada daerah dahi.
b. Tanda Vital :
Tekanan Darah : 160 / 110 mmHg
Diagnosa KPD ditegakkan melalui :
Hasil anamnesis pasien mengarahkan bahwa pasien mengalami ketuban pecah dini,
dan dari pemeriksaan tes lakmus didapatan hasil (+)
a. Anamnesis :
Pasien mengatakan, keluar air air dari jalan lahir sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Air yang keluar berwarna jernih dan tidak berbau, serta
tidak bisa ditahan.
b. Hasil tes kertas lakmus (+)
Diagnosa inertia uteri ditegakkan melalui :
28
His : 2 kali dalam 10 menit, lama 25 detik (< 3 kali dalam 10 menit dengan lama 40
detik).
Diagnosa Hemoragik Post Partum et causa Atonia Uteri ditegakkan melalui :
Pada pasien tidak terdapat robekan jalan lahir, retensi plasenta, sisa plasenta, dan
gangguan koagulasi. Namun, sekitar 2 jam setelah pasien melahirkan, terjadi
pendarahan pervaginam yang aktif. Kemudian pada palpasi abdomen pasien,
didapatkan hasil berupa TFU teraba sepusat dan kontraksi uterus buruk. Pada
eksplorasi uterus terdapat stolcell dalam jumlah besar.
Diagnosa Syok Hemoragik ditegakkan melalui :
Sekitar 2 jam setelah pasien melahirkan, pasien terlihat pucat dan gelisah, serta
mengeluh merasa pusing dan lemas. Akral pasien teraba dingin dan pasien berkeringat
dingin. Pada pemeriksaan tanda vital pasien, didapatkan tanda vitalnya memburuk
hingga: TD = 80 / 60 mmHg N = 114 x/menit, R = 28 x/menit, dan T = 35.9 C. Pada
palpasi, TFU teraba sepusat dan kontraksi uterus jelek.
Terjadi pendarahan pervaginam aktif dengan jumlah yang massive dan tidak berhenti
hingga underpad penuh dan tidak dapat menampung lagi. Kemudian underpad diganti
yang baru hingga setengahnya terisi penuh dengan darah. Melalui eksplorasi uterus,
keluar stolcell sebanyak kurang lebih 2 cawan ginjal. Diperkirakan darah dan stolcell
yang keluar kurang lebih >1000 cc.
2. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan awal pada pasien :
Rencanakan persalinan pervaginam
Protap PEB :
1. Cegah Kejang :
a. Bolus MgSO4 20 % 20cc / 4 gr IV perlahan 10 15 menit
b. MgSO4 40 % 15 cc / 6 gr drip dalam asering 500 cc 20 TPM
Dengan Syarat :
Pernafasan > 16 x/menit
Reflex patella (+/+)
Urin > 30 cc / jam atau urin > 100 cc / 4 jam
Tersedia antidotum Ca Glukonas
2. Menurunkan tekanan darah :
Adalat oros 30 mg / 12 jam bila MAP > 130
3. Mencari etiologi :
Konsul interna
4. Mengetahui penyulit :
29
Penulis sependapat dengan pemberian protap PEB untuk menangani kondisi PEB pada
pasien, karena diagnosis PEB pada pasien sudah ditegakkan.
Penulis sependapat dengan dilakukannya terminasi kehamilan dalam 24 jam dengan
noprostol tablet / vaginam / 4 jam, karena usia kehamilan pasien sudah lebih dari 37
minggu. Selain itu yang menyebabkan tekanan darah tinggi pada pasien adalah
kehamilannya. Maka dari itu harus segera dilakukan terminasi kehamilan untuk
memperbaiki keadaan pasien
Penulis sependapat dengan pemberian antibiotik injeksi amoxicillin 2 gr / IV, karena
sudah sesuai dengan indikasi pemberiannya, yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
bakteri pada pasien dengan KPD.
Penulis sependapat dengan pemberian selang oksigen untuk meningkatkan saturasi
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksi jaringan yang disebabkan oleh syok
Penulis sependapat dengan dilakukannya eksplorasi uterus pada pasien, untuk
mengeluarkan bekuan darah yang terperangkap dalam cavum uterus, yang dapat
menghalangi kontraksi uterus yang efektif.
30
Penulis sependapat dengan dilakukannya massase uterus pada pasien, karena massase
uterus akan menstimulasi terjadinya kontraksi uterus yang akan menghentikan
pendarahan.
Penulis sependapat dengan diberikannya uterotonika berupa infus oxytocin 20 U,
karena dengan adanya pemberian oxytocin eksogen dapat membantu proses kontraksi
dan retraksi uterus. Namun penulis tidak sependapat dengan pemberian oxytocin 20 U
bersama dengan D5%, karena pada pasien yang dalam kondisi syok hipovolemik lebih
baik diberikan cairan kristalloid lain seperti larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%) atau
Ringers Lactat. Selain itu, pemberian D5% pada kondisi syok hipovolemik dapat
menyebabkan edema cerebri.
Penulis sependapat dengan diberikannya uterotonika berupa misoprostol 4 tablet /
rektal, karena dengan diberikannnya misoprostol dapat meningkatkan reseptor oxytocin
pada uterus, sehingga meningkatkan kontraktilitas uterus.
Penulis sependapat dengan diberikannya loading cairan infus RL, karena pada pasien
dengan syok hipovolemik dibutuhkan rehidrasi intravena dalam jumlah besar, yaitu
kurang lebih tiga kali lipat dari jumlah cairan tubuh yang hilang.
Penulis sependapat dengan dilakukannya kompresi bimanual dan internal hingga
pendarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik., karena dapat menghentikan
pendarahan yang terjadi.
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Diagnosis pada pasien ini benar. Diagnosis PEB, KPD, dan intersia uteri ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan fisik, yang semuanya
sesuai dengan teori
Penatalaksaan pada pasien ini sudah tepat. Protap PEB untuk mencegah kejang dan
menurunkan tekanan darah, serta mencegah terjadinya komplikasi. Terminasi
kehamilan dengan misoprostol per vagina untuk memperbaiki keadaan ibu dan
mencegah terjadinya komplikasi pada bayi. Pemberian injeksi antibiotik amoxicillin
untuk mencegah terjadinya infeksi. Begitu pula dengan penatalaksanaan pasien saat
terjadi syok hipovolemik dan atonia uteri. Pemberian oksigen untuk meningkatan
saturasi oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia jaringan. Eksplorasi uterus untuk
mengeluarkan bekuan darah dari uterus yang dapat menghalangi kontraksi uterus yang
efektif. Massase uterus untuk menstimulasi kontraksi uterus, yang akan menghentikan
pendarahan. Pemberian uterotonika oxytocin dan misoprostol untuk meningkatkan
kontraktilitas dan retraktilitas uterus. Namun, pemberian infus dextrose 5% masih
kurang tepat bagi pasien syok hipovolemik, yang seharusnya diberikan ringers laktat
atau NaCl. Kompresi bimanual internal untuk menghentikan pendarahan yang terjadi.
Penulis juga menyarankan bahwa setiap pasien post partum untuk dilakukan follow up
secara ketat untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, dan apabila terdapat
temuan yang penting harap dicantumkan dalam status pasien agar pasien dapat
ditatalaksana dengan baik dan tenaga medis dapat menerapkan terapi lanjut yang tepat,
sehingga terwujud prognosis yang lebih baik bagi pasien
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, et al : Uterine Atony in Williams Obstetrics, 22nd ed, McGrawHill, 2005.
2. Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
3. Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
4. Saifuddin. Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. The ABC of haemorrhagic shock in pregnant women. [cited : 14 June 2013];
available from
http://repository.up.ac.za/bitstream/handle/2263/9644/DeKock_ABC(2008).pdf?
sequence=1
33