Вы находитесь на странице: 1из 83

i

KUALITAS HIDUP PASIEN CA MAMMAE YANG


MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD Dr. MOEWARDI

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaeatan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:
DWI ROCHMAWATI
NIM. ST 13023

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

ii

ii

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Dwi Rochmawati
NIM : ST 13023
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta,13 Agustus 2015


Yang membuat pernyataan,

(Dwi Rochmawati)
NIM. ST 13023

iii

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur senantia penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae
yang

menjalani

kemoterapi

di

RSUD

Dr.

Moewardi.Tersusun

dan

terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, maka pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Utama yang
memberikan masukan dan saran yang sangat berarti pada peneliti.
3. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Pendamping
yang memberikan masukan, saran pada peneliti.
4. Direktur RSUD Dr. Moewardi yang memberikan ijin kepada peneliti untuk
melanjutkan studi S-1 Keperawatan dan memberikan ijin lokasi penelitian.
5. Seluruh Staf dan Civitas akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKES
Kusuma Husada Surakarta.
6. Suami, anakku sayang dan kedua orang tua yang telah banyak mendukung
dan selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan penelitiani ini.
7. Keempat partisipan yang telah membantu kelancaran proses penelitian..
Agustus, 2015
Peneliti

iv

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. ..........................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ............

iii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

xi

ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................

1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Pustaka ....................................................................................

2.1.1 Kualitas Hidup .......................................................................

2.1.2

11

Ca Mammae ..........................................................................

vi

2.1.3 Kemoterapi ............................................................................

13

2.2 Keaslian Penelitian .............................................................................

16

2.3 Kerangka Teori ...................................................................................

18

2..4 Fokus Penelitian .................................................................................

19

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian .........................................................................

20

3.2 Tempat dan Wakyu Penelitian ...........................................................

21

3.3 Populasi dan sampel ...........................................................................

21

3.4 Instrumen Penelitian ...........................................................................

23

3.5 Analisa Data .......................................................................................

27

3.6 Validitas Data .....................................................................................

28

3.7 Etika Penelitian...................................................................................

30

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1 Gambaran Karakteristik Partisipan ....................................................

33

4.2 Gambaran Lokasi Penelitian ..............................................................

35

4.3 Hasil Penelitian...................................................................................

35

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Fisik..................

55

5.2 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Psikologis..........

62

5.3 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Hub. Social.........

72

5.4 Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae dari Dimensi Lingkungan.........

75

vi

vii

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan .........................................................................................

84

6.2 Saran ...................................................................................................

86

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

viii

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Halaman

2.1.

Dominan dan Aspek yang dinilai dalam WHOQol....................

10

2.2.

Keaslian Penelitian ....................................................................

16

viii

ix

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

Halaman

2.1.

Kerangka Teori.....................................................................

18

2.2.

Fokus Penelitian ..................................................................

19

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: F-1 Usulan topik penelitian

Lampiran 2

: F-2 Pengajuan judul skripsi

Lampiran 3

: F-4 Pengajuan Izin studi pendahuluan

Lampiran 4

: F-7 Pengajuan Izin penelitian

Lampiran 5

: Pengantar prapenelitian ke bag. Rekam medik

Lampiran 6

: Pengantar penelitian ke bag. Mawar 3 di RSUD Dr. Moewardi

Lampiran 7

: Pengajuan kelaikan etik

Lampiran 8

: Surat kelaikan etik (ethical clearance)

Lampiran 9

; Surat pernyataan telah melakukan penelitian

Lampiran 10 : Surat permohonan menjadi partisipan


Lampiran 11 : Persetujuan menjadi partisipan
Lampiran 12 :Panduan wawancara mendalam
Lampiran 13 : analisa tematik (tema-tema)
Lampiran 14 : lembar konsultasi
Lampiran 15 : Transkrip wawancara

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015

Dwi Rochmawati
Kualitas Hidup Pasien Ca Mammae yang Menjalani Kemoterapi di RSUD
Dr. Moewardi
Abstrak

Pengobatan Ca Mammae umumnya berjalan cukup lama dan menimbulkan


dampak fisik dan psikologis bagi pasien Ca Mammae yang berhubungan dengan
kualitas hidup. Kemoterapi sebagai salah satu metode pengobatan Ca Mammae
juga menimbulkan efek samping yang menganggu kualitas hidup pasien Ca
Mammae.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan
kualitas hidup pasien Ca Mammae dari segi fisik dan psikologis. Sampel
penelitian adalah 4 orang pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi di
RSUD Dr. Moewardi. Teknik pengumpulan sampel menggunakan purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara interview guide.
Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif.
Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi fisik ada 2 tema : respon
fisik sebelum kemoterapi dan sesudah kemoterapi. Kualitas hidup pasien Ca
Mammae dari dimensi kesehatan psikologis ada 3 tema : respon psikologis
sebelum kemoterapi, respon psikologis sesudah kemoterapi dan respon psikologis
terhadap pengobatan. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi hubungan
sosial ada 2 tema : respon hubungan sosial dengan suami dan respon hubungan
sosial terhadap pengobatan. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi
lingkungan ada 4 tema : ketakutan, ketenangan, relaksasi dan respon lingkungan
terhadap ekonomi.
Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi fisik sebagian besar,
timbulnya rasa nyeri. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari dimensi psikologis,
munculnya sikap penerimaan diri, kedekatan kepada Tuhan, tidak adanya
gangguan persepsi terhadap citra diri. Kualitas hidup pasien Ca Mammae dari
dimensi hubungan sosial, adanya hubungan emosional dengan suami. Kualitas
hidup pasien Ca Mammae dari dimensi lingkungan, tidak adanya perasaan takut
ditinggal sendiri, anggota keluarga yang menemani, terdapat upaya menghibur
diri, tidak ada kesulitan biaya pengobatan terhadap ekonomi keluarga.
Kata Kunci: pasien Ca Mammae , kualitas hidup, dimensi fisik, dimensi
psikologis, dimensi hubungan sosial, dimensi lingkungan
Daftar Pustaka : 24 (2004-2013)

xi

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE


KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015

Dwi Rochmawati
Quality of Life of Breast Cancer Patients Undergoing Chemotherapy at Dr. Moewardi
General Hospital of Surakarta
ABSTRACT

Generally, breast cancer treatment takes a long time and causes both physical and
psychological effects to the patients related to the quality of life. Chemotherapy as the one
of methods to treat the breast cancer patients also has negative effects to their quality of life.
The research used the descriptive method. The samples of research were 4 patients.
They were taken by using the purposive sampling technique. The data were collected through
interview guide and analyzed by using the descriptive analysis.
The result of the research shows that the breast cancer patients quality of life had
two themes, namely: physical responses prior to chemotherapy and physical responses
following chemotherapy. The breast cancer patients quality of life from the psychological
dimension had three themes, namely: psychological responses prior to chemotherapy,
psychological responses following chemotherapy, and psychological response to medication.
The breast cancer patients quality of life from the social relationship dimension had two
themes, namely: social relationship response with husband and social relationship response to
medication. The quality of life of the breast cancer patients from the environmental
dimension had four themes, namely: fear, calm, relaxation, and environmental response to the
economy.
Thus, the breast cancer patients quality of life from the physical dimension was the
emergence of pain. The breast cancer patients quality of life from the psychological
dimension included the emergence of self-acceptance attitude, closeness to God, and no
perception disorders to self-image. The breast cancer patients quality of life from the social
relationship dimension was the emotional relationship with husband. The breast cancer
patients quality of life from the environmental dimension included no feeling of fear, the
effort of self-entertaining and no financial distress of the treatment to the familys economy.
Keywords:

Breast cancer patients, quality of life, physical dimension, psychological


dimension, social relationship dimension, environmental dimension

References: 24 (2004-2013)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru Ca Mammae terdiagnosa di
Eropa dan telah dilakukan penelitian tentang

Ca Mammae oleh American

Cancer Society (ACS) tahun 20lI memperkirakan hampir 178.000 perempuan


akan terdiagnosis Ca Mammae dan jumlah temebut ditambah dengan 2 juta
perempuan yang telah memiliki riwayat penyakit ini (Peter, 2012). Berdasarkan
Cancer help 2010, Ca Mammae adalah peringkat pertama di lndonesia. Resiko
menderita Ca Mammae meningkat seiring dengan bertambahnya usia, terutama
pada wanita yang mulai haid pada usia 12 tahun dan menopause pada usia di
atas 55 tahun. Menurut penelitian Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2012
terdapat 4,864 pasien terkena Ca Mammae.
Pasien Ca Mammae yang menjalani program kemoterapi dapat
mengalami berbagai masalah baik secara fisik maupun psikis. Secara klinis
kemoterapi dikatakan adekuat bila keadaan umum pasien dalam keadaan baik,
merasa nyaman, tidak ada keluhan berarti dan kualitas hidup pasien semakin
baik, sehingga jika pasien tidak memperoleh kemoterapi secara adekuat akan
berakibat mempengruhi kualitas hidup (Diananda, 2007).
Kualitas hidup adalah persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan
gejala serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan sistem nilai
2

untuk mengetahui peran dan fungsinya (WHOQol group, 2004). Pengukuran


kualias hidup dapat dilakukan dangan alat ukur seperti instrumen penilaian
kualitas hidup dari WHO (WHOQoL). WHO telah mengembangkan suatu
instrumen yaitu WHOQoL BREF untuk mengukur kualitas hidup pasien Ca
Mammae yang mengalami terapi kemoterapi yang terdiri dari 26 item. Dengan
pengukuran tersebut maka diharapkan akan terlihat seberapa baik kualitas hidup
pasien Ca Mammae dalam menjalani kemoterapi.
Hasil penelitian Montazeri (2008) terhadap 606 pasien Ca Mammae di
Rumah Sakit Teheran Iran disimpulkan adanya penurunan kualitas hidup ditinjau
dari dimensi hubungan sosial seperti rasa rendah diri terhadap suami sebagai
akibat dari ketidak sempurnaan bagian tubuh, penurunan seksualitas. Dimensi
psikologis diketahui mayoritas pasien Ca Mammae menjadi stres. Hasil
penelitian Glimelius (2004) tentang kualitas hidup pasien Ca Mammae dinegara
Swedia menyimpulkan bahwa hanya 25 pasien dari 75 pasien dengan kualitas
hidup yang baik 50 pasien mengalami penurunan kualitas hidup. Berdasarkan
hasil penelitian Montazeri (2008) dan Glimelius (2004) menunjukkan bahwa
pasien dengan penyakit kronis dalam jangka panjang dapat mempengaruhi
kualitas hidupnya.
Berdasarkan data rekam medis RSUD Dr. Moewardi jumlah pasien Ca
Mammae pada bulan oktober 2014 sebanyak 61 pasien Ca Mammae. Studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25 oktober sampai 5 nopember 2014
terhadap 5 pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi dengan wawancara
3

mengenai kualitas hidup dapat dijelaskan sebagai berikut, dari 5 pasien Ca


Mammae 3 pasien mempunyai kesamaan jawaban mengenai masalah fisik,
psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Masalah fisik seperti rasa nyeri
yang dirasakan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penurunan aktivitas tersebut
juga berdampak pada kemampuan mobilisais seperti mengurus anak. Masalah
psikologis ketiga pasien juga menyatakan minder atau rendah diri dengan
penyakit yang diderita dan susah untuk berkonsentrasi. Dalam hubungan dengan
suami merasa ada yang hilang seperti aktivitas seksual, sementara dalam
lingkungan ketiga pasien Ca Mammae mulai menutup diri terhadap lingkungan
sekitar terutama pada tetangga dan masalah biaya pengobatan. Meskipun pasien
sudah menjadi peserta BPJS, namun biaya lain seperti transportasi dari rumah
kerumah sakit menjadi kendala juga dalam menjalani kemoterapi secara rutin.
Terdapat dua pasien yang menyatakan dirinya masih dapat beraktivitas
seperti biasa, seperti mengurus anak-anak dan suami, meskipun berbeda saat
sebelum menderita Ca Mammae. Dari segi psikologis dua pasien sudah
menerima kenyataan penyakit yang dideritanya, tidak merasa sedih bahkan sudah
dapat menjalani hidup dengan baik, dan masih dapat bergembira bersama anakanak. Masalah body image juga tidak masalah dimana pasien menyatakan berusia
lebih dari 50 tahun, sehingga sudah tidak memikirkan masalah penampilan,
suami telah memahami kondisi kesehatan sehingga masalah hubungan sosial
berjalan dengan baik. Dua pasien menyatakan bahwa dirinya sudah mulai
menerima adanya perubahan pada kesehatannya, kehilangan pekerjaan sebagai
4

akibat menurunnya kemampuan aktivitas yang berpengaruh pada kemampuan


finansial dalam rumah tangga, namun karena dukungan keluarga baik dari suami
dan keluarga lain, pasien merasa masih dapat melakukan hal yang dianggap
sebagai tanggungjawabnya seperti sebagai istri dan ibu dari anak-anak yang
,masih memerlukan perhatian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai kualitas hidup pasien Ca Mammae yang
menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaiman kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi
di RSUD Dr. Moewardi?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani
kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani
kemoterapi dari dimensi kesehatan Fisik.
2. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani
kemoterapi dari dimensi kesehatan Psikologis.
5

3. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani


kemoterapi dari dimensi hubungan Sosial.
4. Mendiskripsikan kualitas hidup pasien Ca Mammae yang menjalani
kemoterapi dari dimensi lingkungan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan khususnya tentang kualitas hidup pasien sehingga mutu
pelayanan Rumah Sakit tercapai.
1.4.2 Bagi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu keperawatan
dan menjadi suatu bahan masukan untuk penelitian penelitian lebih lanjut
yang terkait dengan kualitas hidup pasien khususnya pasien kemoterapi.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
penelitian lebih lanjut.
1.4.4 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kualitas hidup
pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1

Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
Menurut WHO kualitas hidup adalah sebagai persepsi individu
sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari
konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan
dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.
Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status
psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan
kepada karakteristik lingkungan mereka (WHOQoL, 2004).
2. Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Kualitas

Hidup

Pasien

Kemoterapi
Kualitas hidup pasien kemoterapi lebih buruk dibandingkan
populasi secara umum, hal tersebut berhubungan dengan perubahan
fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada pasien dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut (WHOQoL, 2004) :
a. Karakteristik

pasien

(umur.

Jenis

kelamin,

pendidikan, lama menjalani terapi, status pernikahan).


b. Terapi yang dijalani
6
7

pekerjaan,

Kualitas hidup pasien dipengaruhi keadekuatan terapi yang


dijalani dalam rangka mempertahankan fungsi kehidupannya.
c. Status kesehatan
Penurunan kadar Hb pada pasien kemoterapi menyebabkan
penurunan level oksigen dan sedian energi dalam tubuh, yang
mengakibatkan terjadinya kelemahan dalam melakukan aktivitas
sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup pasien.
d. Depresi
Ketergantungan pasien terhadap kemoterapi seumur hidup,
perubahan

peran,

kehilangan

pekerjaan

dan

pendapatan

merupakan stresor yang dapat menimbulkan depresi pada pasien


kemoterapi. Depresi berpengaruh secara bermakna terhadap
kualitas hidup, dan semakin tinggi derajat depresi maka semakin
buruk kualitas hidup pasien kemoterapi.
e. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga akan mempengaruhi kesehatan secara fisik
dan psikologis. Dukungan keluarga pada pasien Ca Mammae
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan imformasional,
dukungan emosional, dukungan pengharapan dan dukungan
harga diri yang diberikan sepanjang hidup pasien. Dukungan
keluarga yang didapat oleh pasien Ca Mammae yang menjalani
kemoterapi menyangkut dukungan dalam maslah finansial,
8

mengurangi tingkat depresi dan ketakutan terhadap kematian


serta pembatasan asupan cairan. Semakin tinggi dukungan sosial
yang diterima pasien akan semakin meningkatkan penerimaan
diri dan kualitas hidupnya.
f. Fungsi sosial
Pasien kemoterapi mengalami perubahan peran dan gaya hidup
yang berhubungan dengan beban fisik dan psikologis. Karena
dianggap sakit, pasien tidak ikut serta dalam kegiatan sosial
dikeluarga dan masyarakat dan tidak boleh mengurus pekerjaan.
Pasien merasa bersalah karena ketidak mampuan dalam
berperan, dan ini menjadi ancaman harga diri pasien, yang pada
akhirnya akan dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup
pasien.
3. Manfaat Kualitas Hidup bagi Pasien Kemoterapi
Kualitas hidup pasien kemoterapi sangat beragam, dari kualitas
yang rendah sampai kualitas hidup yang tertinggi, beberapa faktor
baik yang berupa fisik, sosisal, psikis dan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kualitas hidup.
4. Penilaian Kualitas Hidup
Kualitas hidup sangat berhubungan denmgan aspek atau
domain yang akan dinilai, yaitu meliputi aspek fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan. Instrumen penilaian kualitas hidup
9

10

yang dapat digunakan adalah WHOQoL. Dalam menilai kualitas


hidup pasien perlu diperhatikan beberapa hal yaitu kualitas hidup
tersebut terdiri dari beberapa dimensi atau aspek penilaian. Alat ukur
untuk menilai kualitas hidup telah banyak dikembangkan oleh para
ilmuan yang diguanakan untuk mengukur kualitas hidup pasienpasien yang menderita penyakit kronik, salah satunya adalah
WHOQoL yang berisi 26 buah pertanyaan.

10

11

Tabel 2.1
Domain dan aspek yang dinilai dalam WHOQoL
Domain

Aspek yang dinilai

Seluruh kualitas hidup dan kesehatan umum 1.


2.
1.
2.

I. Kesehatan Fisik

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

II. Kesehatan Psikologis

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

III. Hubungan Sosial

IV. Lingkungan

19.
20.
21.

22.
23.
24.
Sumber: WHOQoL- BREF, WHO (2004)

11

Keseluruhan kualitas hidup


Kepuasan terhadap kesehatan
Nyeri dan ketidaknyamanan
Ketergantungan pada perawatan
medis
Energi dan kelelahan
Mobilitas
Tidur dan istirahat
Aktivitas sehari-hari
Kapasitas bekerja
Afek positif
Spiritual
Berfikir, belajar, memori dan
konsentrasi
Body image dan penampakan
Harga diri
Afek negatif
Hubungan personal
Aktivitas seksual
Dukungan sosial
Keamanan fisik
Lingkunagn fisik (polusi, suara,
lalulintas, iklim)
Sumber keuangan
Peluang untuk mendapatkan
informasi dan keterampilan
Partisipasi dan kesempatan
untuk rekreasi atau aktivitas
yang menyenangkan
Lingkungan rumah
Perawatan kesehatan dan sosial,
kemampuan akses dan kualitas
Transportasi

12

2.1.2

Ca Mammae
1. Pengertian Ca Mammae
Cancer adalah sejenis penyakit seperti halnya dengan penyakitpenyakit lain yang dikenal. Penyakit ini dapat diobati dan banyak
penderita yang dapat hidup dengan bertahun-tahun, sebenarnya
penyakit ini dapat dikontrol dan dikendalikan (manageable and
controllable), tetapi diakui pula ada penderita yang meninggal karena
penyakit ini (Hawari,2004).
2. Etiologi
Menurul Gail & Stuart (2006) tidak ada satupun penyebab
spesifik dari Ca Mammae, sebaliknya serangkaian faktor genetik,
hormonal, steroid endogen apabila mengalami perubahan dalam
lingkunagn seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi Ca
Mammae.
Faktor virus. Invasi virus yang diduga ada pada susu ibu
menyebabkan adanya masa abnormal pada sel yang sedang
mengalami proliferasi. Genetik, Ca Mammae yang bersifat herediter
dapat terjadi karena adanya linkage genetik autosomal dominan
(Pearce,2004)
3. Diagnosis atau pemeriksaan pada Ca Mammae

12

13

Bila ada kelainan pada Mammae atau teraba benjolan,


dibutuhkan pemeriksaan lanjutan, yaitu mammografi, pemeriksaan
petanda tumor, pemeriksaan USG dan MRI, serta bila diperlukan dari
histopatologi (Diananda,2007).
a. Pemeriksaan Mammografi
Pemeriksaan radiologi khusus mengunakan sinar X dosis rendah
untuk mendeteksi Ca Mammae sedini mungkin, bahkan sebelum
tampak perubahan pada Mammae atau adanya benjolan. Bila
pemeriksaan Mammografi dikombinasikan dengan USG akan
meningkat ketepatan diagnosis dari 70% menjadi 90%. Skrining
dengan Mammografi dianjurkan untuk wanita sehat berusia diatas
35 tahun, wanita dengan resiko tinggi terhadap Ca Mammae, atau
wanita yang mempunyai riwayat keluarga dengan Ca.
1) Pemeriksaan lain jika diperlukan seperti USG dan MRI.
2) Pemeriksaan petanda tumor untuk Ca Mammae, seperti Ca 153,

Mucin-like

Carcinoma

Antigen

(MCA),

dan

Carcinoembryonic Antigen (CEA)


3) Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi,
yaitu pemeriksaan jaringan Mammae yang dicurigai Ca
dibawah mikroskop, bahkan pemeriksaan dapat diambil
dengan beberapa cara yaitu biopsi aspirasi, needle biopsy, atau
excisional biopsy. Eksisi biopsy dilakukan melalui operasi.
13

14

Pemeriksaan secara histologis dilakukan dengan cara potong


beku (frozen section) yang dilakukan pada saat itu juga. Bila
hasilnya ganas maka operasi definitip segera dilakukan.
2.1.3

Kemoterapi
1. Definisi
Penggunaan obat untuk menangani kanker disebut kemoterapi
atau agen antineoplastik. Obat ini digunakan utama untuk membunuh
sel kanker dan menghambat perkembangannya. Berbeda dengan
terapi radiasi dan pembedahan, kemoterapi adalah pengobatan kanker
dengan menggunakan obat-obatan atau hormon (UICC, 2009). Rasjidi
(2007), kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel
kanker.
2. Tujuan Penggunaan Kemoterapi
Sudoyo (2009) menyatakan terdapat lima tujuan pemberian
kemoterapi pada pengobatan kanker yaitu sebagai obat utama
(induksi), sebagai obat tambahan (adjuavan), sebagai obat pendahulu
atau obat primer yang mendahului pembedahan (neo-adjuvan), dan
sebagai obat yang digunakan secara kombinasi meliputi:
a. Terapi adjuvan: kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat
sendiri atau bersama dengan radiasi, dan bertujuan untuk
membunuh sel yang telah bermetastase.

14

15

b. Terapi neodjuvan: kemoterapi yang diberikan sebelum operasi


untuk mengecilkan massa tumor, biasanya dikombinasi dengan
radioterapi.
c. Kemoterapi primer: digunakan sendiri dalam penatalaksanaan
tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi
digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
d. Kemoterapi induksi: digunakan sebagai terapi pertama dari
beberapa terapi berikutnya.
e. Kemoterapi kombinasi: menggunakan dua atau lebih agen
kemoterapi.
3. Cara Pemberian Kemoterapi
Rasjidi (2007), mengemukakan terdapat 5 cara pemberian
kemoterapi meliputi:
a. Pemberian per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian
peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide (VP-16).
b. Pemberian secara intra muskulus
Pemberian cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan
tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua tiga
kali berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra muskulus
antara lain bleomicin dan methotrexate.

15

16

c. Pemberian secara intravena


Pemberian secara intravena dapat dengan bolus berlahan-lahan
atau diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan
carapemberian kemoterapi yang paling umum dan banyak
digunakan.
d. Pemberian secara intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan
sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnosik,
mesin atau filter, serta memerlukan ketrampilan tersendiri.
e. Pemberian secara intraperitonial
Cara ini dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitonial) serta kelengkapan operasi karena pemasangan
perlu narkose.
4. Efek Samping Kemoterapi
Ignatavicius (2006), mengemukakan efek samping kemoterapi
meliputi, anemia, trombositopenia, leucopenia, mual dan muntah,
alopesia (rambut rontok), stomatitis, reaksi alergi, neurotoksik, dan
ekstravasasi (keluarnya obat vesikan atau iritan ke jaringan subkutan
yang berakibat timbulnya rasa nyeri, nekrosis jaringan, dan ulserasi
jaringan).

16

17

2.2 Keaslian Penelitian


Tabel 2.2. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti

Judul Penelitian

Mardiyaningsih

Kualitas Hidup pada Jenis penelitian

Dimensi fisik

(2004)

Penderita gagal Ginjal kualitatif dengan

mengalami

Kronik

gangguan aktivitas,

Menjalani
Hemodialisis

Metode Penelitian

yang pendekatan
Terapi fenomenologis,
di sampel sebanyak 5

Hasil Penelitian

mobilisasi, sesak
nafas.

RSUD Dr. Soediran pasien gagal ginjal

Dimensi psikologi

Mangun

terdapat perasaan

Sumarso kronik menjalani

Kabupaten Wonogiri

terapi hemodialisis.

sabar, namun ada

Teknik sampling

rasa kecewa, malu

menggunakan

Dimensi hubungan

purposive

sosial yaitu kurang

sampling.

sosialisasi,

Instrument

disfungsi seksual

penelitian

dan butuh

menggunakan

dukungan.

wawancara dengan

Dimensi

metode Colaizzi

lingkungan:
perubahan

17

18

ekonomi, butuh
informasi, akses
kesehatan
Rangkuti,

Hubungan

Lamanya Penelitian

(2011)

Hemodialisis dengan berbentuk analitik

tidak ada hubungan

Kualitas Hidup Pasien pendekatan cross

yang bermakna

Penyakit

antara lamanya

Ginjal sectional. Sampel

Hasil penelitian

Kronik di RSUP H. 64 orang dengan

hemodialisis

Adam Malik Medan

teknik total

dengan kualitas

sampling,

hidup pasien baik

pengumpulan data

dikaitkan dengan

dilakukan dengan

aspek kesehatan

menggunakan

fisik (p=0,445),

wawancara

psikologis

berdasarkan

(p=0,199),

kuisioner WHO-

hubungan sosial

QOL dan analisa

(p=0,750),

menggunakan Chi-

lingkungan

square

(p=0,374)

18

19

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Penelitian

Kristini, P (2013)

Hubungan

antara

Jenis penelitian

Hasil analisis data

Adekuasi

dengan

adalah penelitian

diperoleh nilai X=

korelasional dengan

14,745 dengan p =

Pasien yang Menjalani

pendekatan cross

0,001. OR = 9,273.

Hemodialisis

sectional sampel

Adekuasi yang baik

penelitian sebanyak

maka

kualitas

65 pasien dengan

hidup

akan

hemodialisis teknik

meningkat

Kualitas

Hidup

Hemodialisis

di

pada

Unit
RSUD

Pandan Arang Boyolali

pengambilan sampel
purposive sampling.
Instrumen penelitian
menggunakan
kuesioner kualitas
hidup dan penilaian
adekuasi pada pasien
gagal ginjal kronik.
Alat analisis: Chi
Square.

19

20

2.3 Kerangka Teori


Pasien Ca Mammae

kemoterapi

Cara Pemberian

Efek Samping

1) Pemberian per oral


2) Pemberian secara intra
muskulus
3) Pemberian secara
intravena
4) Pemeberian secara intra
arteri
5) Pemberian secara
intraperionial

Dimensi Fisik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dimensi Psikologis

1. Nyeri dan
ketidaknyamanan
2. Ketergantungan pada
perawatan medis
3. Energi dan kelelahan
4. Mobilitas
5. Tidur dan istirahat
6. Aktifitas sehari-hari
7. Kapasitas bekerja

KUALITAS HIDUP

1. Afek positif
2. Spiritual
3. Berpikir, belajar,
memori dan
konsentrasi
4. Body image dan
penampakan
5. Harga diri
6. Afek negatif

Anemia,
Trombositopenia
Leucopenia,
Mual dan muntah
Alopesia
Stomatitis
Reaksi alergi
Neurotoksik
ekstravasas

Dimensi Hubungan
Sosial
1. Hubungan
personal
2. Aktifitas seksual
3. Dukungan sosial

Dimensi Lingkungan
1. Keamanan fisik
2. Lingkungan fisik (populasi,
suara, lalu lintas, iklim)
3. Sumber keuangan
4. Peluang untuk mendapatkan
informasi dan ketrampilan
5. Partisipasi dan kesempatan
untuk rekreasi atau aktivitas
yang menyenangkan
6. Lingkungan rumah
7. Perawatan kesehatan dan
sosial, kemampuan akses dan
kualitas
8. Transportasi

Gambar 2. 1. Kerangka Teori


Sumber : Rasjidi (2007), ignatavicius (2006), Hawari,2004, WHOQoL,2004
20

21

2.4 Fokus Penelitian

Pasien Ca Mammae

Kemoterapi

Kualitas Hidup

1. Dimensi Fisik
2. Dimensi Psikologis
3. Dimensi Hubungan
Sosial
4. Dimensi Hubungan
Lingkungan

Gambar 2.2 Fokus Penelitian

21

22

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena
dan logos. Fenomena berasal dari kata kerja Yunani phainesthai yang berarti
menampak, dalam bahasa Indonesia berarti cahaya, secara harfiah fenomena
diartikan

sebagai

gejala

atau

sesuatu

yang menampakkan.

Penelitian

fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada kesadaran


pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna
merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk
mengidentifikasi kualitas yang esesnsial dari pengalaman kesadaran dilakukan
dengan mendalam dan teliti (Smith, 2009)
Penelitian kualitatif digunakan untuk menggali persepsi, ide atau gagasan
dan pikiran tentang topik (permasalahan) atau issue yang sedang berkembang
dan menarik yang sama, dara dari peristiwa, permasalahan yang dialami atau
realitas sosial untuk dirumuskan ke dalam konsep atau teori, dimana peneliti
akan memperoleh gambaran tentang persepsi atau sikap dari sampel yang akan
diteliti (Bungin, 2008). Penelitian kualitatif dipilih karena peneliti ingin
mengetahui aspek pengalaman manusia yang dinamik dengan pendekatan yang
holistik (Moleong, 2005).
22
20

23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan
benar-benar menggambarkan kondisi informan yang sesungguhnya. Tempat
penelitian adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan
membangun pengalaman hidupnya (Saryono dan Aggraeni, 2010)
3.2.1 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi. Alasan
melakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi ini karena jumlah pasien
Ca Mammae yang cukup banyak, sehingga dapat membantu peneliti
untuk mendapatkan subyek penelitian.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari Juni 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Arikunto, 2006), sementara menurut Nursalam (2005) populasi adalah
keseluruhan subyek yang akan diteliti yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Ca Mammae

23

24

yang menjalani kemoterapi pada bulan Oktober Desember 2014 dengan


rata-rata sebanyak 164 orang pasien Ca Mammae.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dianggap mewakili populasinya (Nursalam, 2005). Sampel adalah
sebagaian atau wakil populasi yang diteliti (Arkunto, 2006). Teknik
sampling penelitian adalah nonprobability sampling dengan purporsive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu
dengan memperhatikan ciri-ciri dan karakteristik populasi. Penetepan besar
sampel tergantung pada tujuan penelitian dan strategi sampling. Strategi
yang dilakukan penelitian adalah menggali informasi yang lebih
berdasarkan satu sumber, yang pada akhirnya sumber informasi semakin
banyak. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 5 pasien Ca
Mammae.
Bungin (2007) menyatakan pengambilan sampel penelitian kualitatif
peneliti tidak berdasarkan banyak sedikitnya jumlah partisipan. Sampel ini
berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan gambaran yang dapat
dipercaya. Penetuan subyek penelitian mengikuti prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy) yang mengandung pengertian
bahwa sampel dipilih berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan topik
penelitian dan data dari sampel dapat menggambarkan seluruh fenomena
yang terjadi. Pencarian subyek penelitian berakhir jika sudah terjadi
24

25

pengulangan dari informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Moloeng,


2007). Kriteria partisipan adalah:

1. Pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi


2. Bersedia menjadi partisipan yang dibuktikan dengan tanda tangan
pada lembar persetujuan menjadi partisipan.
3. Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik.
4. Kooperatif.
5. Tidak mengalami gangguan sakit (nyeri) yang dapat menyebabkan
terganggunya jalannya penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
panduan wawancara. Pengumpulan data dilakukan secara langsung bertatap
muka dengan partisipan, untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang
topik yang diteliti. Wawancara dilakukan mendalam dengan cara berulangulang secara kontinyu atau In depth interview terhadap beberapa partisipan
yang memenuhi persyaratan untuk dilakukan wawancara, dimana peneliti
menggunakan panduan wawancara (Bungin, 2008). Wawancara yang
dilakukan dengan partisipan menggunakan panduan wawancara yang berisi

25

26

dimensi kualitas hidup meliputi dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi


hubungan sosial, dan dimensi lingkungan.
Instrumen lain yang digunakan adalah dokumen, yaitu sejumlah besar
data tersimpan dalam bentuk dokumen. Penelitian ini mengambil sumber
data dari dokumen rekam medik di Unit kemoterapi RSUD Dr. Moewardi
dengan tujuan mengetahui data nama pasien dan lama kemoterapi.
Instrumen

terakhir

adalah

observasi.

Observasi

dilakukan

untuk

mengetahui dan mendapatkan data mengenai hal-hal yang dapat dinilai


secara obyektif dari partisipan yang meliputi pengungkapan rasa nyeri,
mual, mobilisasi, dan perubahan fisik.
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument itu sendiri. Dalam
pengumpulan data juga menggunakan alat pengumpul data antara lain:
1. Pedoman wawancara. Panduan yang digunakan peneliti selama
wawancara dengan partisipan, agar wawancara tidak terlepas dari
topik penelitian.
2. Lembar catatan lapangan: merupakan contoh tertulis mengenai apa
yang

didengar,

dilihat,

dialami,

dan

dipikir

dalam

rangka

mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian


kualitatif (Moloeng, 2005).
3. Voice recorder: Berupa alat rekam suara yang digunakan saat
wawancara berlangsung antara peneliti dan partisipan.
26

27

4. Kamera. Berupa alat perekam yang menghasilkan berupa gambar dan


dilakukan saat penelitian.
5. Alat tulis merupakan alat yang digunakan peneliti untuk menulis yang
dianggap penting sebagai alat bantu mencatat selama proses
wawancara berlangsung.
3.4.3 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan 4 tahap yaitu tahap
orientasi,

tahap

pelaksanaan,

tahap

pengumpulan

data

dan

mengintrepestasikan data hasil analisis.


1. Tahap orientasi
Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin peneliti dari STIKes
Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan kepada RSUD Dr. Moewardi.
Peneliti yang mendapatkan ijin penelitian akan mencari data pasien Ca
Mammae dari rekam medik seperti lama perawatan kemoterapi, usia
pasien, dan jadwal kemoterapi. Peneliti yang sudah mendapatkan data,
akan mengunjungi pasien Ca Mammae yang akan melakukan
kemoterapi.
Langkah selanjutnya adalah peneliti akan menerangkan maksud dan
tujuan penelitian. Apabila pasien Ca Mammae menyatakan setuju
menjadi partisipan penelitian, peneliti memberikan lembar informed
consent dan pasien menandatangani lembar persetujuan menjadi
partisipan, peneliti meminta alamat rumah partisipan, nomor handphone
27

28

yang dapat dihubungi agar mempermudah dalam penelitian serta


membuat jadwal wawancara.

2. Tahap pelaksanaan
Peneliti yang sudah mendapatkan persetujuan dari partisipan
kemudian mengadakan perjanjian waktu untuk melakukan wawancara
kepada peneliti. Isi pertanyaan dalam wawancara yang akan dilakukan
sudah dipersiapkan sebelumnya dengan mengacu pada teori kualitas
hidup. Alat yang digunakan peneliti berupa sebuah alat perekam dari
handphone, dengan kapasitas RAM I GB, dengan kapasitas memory 2
gigabyte sehingga mampu merekam wawancara dengan durasi sampai 1
jam. Peneliti akan membawa perlengkapan seperti alat tulis guna
mencatat fenomena partisipan selama proses wawancara seperti gerakan
fisik, kelelahan sehingga peneliti berusaha untuk mendapatkan data
secara detail dari partisipan.
3. Tahap pengumpulan data
Tahap ini dilakukan dengan mengevaluasi apakah data yang
dibutuhkan untuk keperluan analisis data telah mencukupi. Jika data
belum mencukupi, maka peneliti melakukan penelitian akan melakukan
pencarian data tambahan untuk melengkapi data penelitian.
4. Mengintreprestasikan data hasil analisis

28

29

Data penelitian berupa hasil wawancara mendalam dengan


partisipan,

selanjutnya

data

diintreprestasikan

sesuai

dengan

pengambilan keputusan. Peneliti selanjutnya melakukan cross check


data penelitian antara wawancara dengan pasien. Hasil intreprestasi dan
analisis data, selanjutnya dituliskan dalam laporan hasil analisis disertai
dengan pembahasan, yaitu membandingkan hasil penelitian dengan
teori-teori yang sesuai.
3.5 Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian ini mengunakan langkah-langkah dari
Colaizzi (Polit dan Beek, 2006). Alasan pemilihan metode analisa ini didasarkan
pada kesesuaian dengan filosofi Husserl, yaitu suatu penampakan fenomena
(partisipan), sehingga sangat cocok untuk memahami arti dari suatu makna
fenomena ibu dalam menghadapi Ca Mammae. Langkah-langkah analisa sebagai
berikut:
3.5.1 Membuat deskripsi informasi tentang fenomena dari informasi dalam
bentuk narasi yang bersumber dari wawancara.
3.5.2 Membaca kembali secara keseluruhan deskripsi informasi dari informan
untuk memperoleh perasaan yang sama seperti pengalaman informan.
Peneliti melakukan 3-4 kali membaca transkip untuk merasa hal yang
sama seperti informan.
3.5.3 Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan informan
yang signifikan dengan fenomena yang diteliti. Pernyataan-pernyataan
29

30

yang merupakan pengulangan dan mengandung makna yang sama atau


mirip maka pernyataan ini diabaikan.
3.5.4 Memformulasikan arti dari kata kunci dengan cara mengelompokkan kata
kunci yang sesuai pernyataan penelitian selanjutnya mengelompokkan
lagi kata kunci yang sejenis. Peneliti sangat berhati-hati agar tidak
membuat penyimpangan arti dari pernyataan informan dengan merujuk
kembali pada pernyataan informan yang signifikan. Cara yang perlu
dilakukan adalah menelaah kalimat satu dengan yang lain.
3.5.5 Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam beberapa
kelompok tema. Setelah tema-tema terorganisir, peneliti memvalidasi
kembali kelompok tema tersebut.
3.5.6 Mengumpulkan semua hasil penelitian kedalam suatu narasi yang
menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.
3.5.7 Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing informan
lalu diikut sertakan pada diskripsi hasil akhir penelitian.
3.6 Validitas Data
Validitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud
mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan latar, proses, kelompok, sosial,
atau pola interaksi yang kompleks. Hasil penelitian naturalistik dipandang
memenuhi kriteria ilmiah jika memiliki tingkat kepercayaan tertentu. Menurut
Sutopo (2005) tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti

30

31

berpegang kepada empat prinsip atau kriteria yaitu: credibility, dependability,


confirmability, trasferability.
3.6.1 Prinsip kredibilitas (credibility) merujuk pada apakah kebenaran hasil
penelitian kualitatif dapat dipercaya, dalam makna mengungkapkan
kenyataan yang sesungguhnya. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti
melakukan triangulasi, member check, dan wawancara atau pengamatan
secara terus-menerus hingga mencapai tingkat redundancy. Secara lebih
spesifik, kredibilitas hasil penelitian kualitatif dicapai dengan beberapa
cara, yaitu:
1. Peneliti tinggal cukup lama pada situasi penelitian
2. Observasi dialkukan secara berlanjut dan cermat
3. Melihat fenomena dari berbagai sudut pandang
4. Diskusi sejawat
3.6.2 Prinsip dependabilitas (dependability) merujuk pada apakah hasil
penelitian ini memiliki keandalan atau reliabilitas. Prinsip ini dapat
dipenuhi dengan cara mempertahankan konsistensi teknik pengumpulan
data, dalam menggunakan konsep, dan membuat tafsiran atas fenomena.
3.6.3 Prinsip konfirmabilitas (confirmability) bermakna keyakinan atas data
penelitian yang diperoleh. Untuk memenuhi prinsip ini peneliti
melakukan berbagai cara, yaitu:
1. Mengundang berbagai pihak untuk mendiskusikan temuan dan draf
hasil penelitian.
31

32

2. Mendatangi berbagai pihak untuk melakukan audit trial, berupa jejak


atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta
melakukan proses kerja secara sistematis dan terdokumentasi, serta
memeriksa secara teliti setiap langkah kerja penelitian.
3. Mengkonfirmasikan hasil penelitian dengan para peneliti.
3.6.4 Prinsip transferabilitas (transferability) mengandung makna apakah hasil
penelitian ini dapat dijeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi
lain.berkaitan dengan penelitian ini, hasilnya tidak secara apriori dapat
dijeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki karakteristik yang
sama dengan situasi lapangan tempat penelitian, dengan demikian upaya
untuk mentransfer hasil penelitian ini pada situasi yang berbeda sangat
mungkin memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi
yang mendasarinya.

3.7 Etika Penelitian


Etika penelitian adalah suatu instrument nilai normal yang harus dipatuhi
oleh peneliti saat melakukan aktivitas penelitian yang melibatkan partisipan yang
meliputi kebebasan dari adanya ancaman. Kebebasan dari adanya eksploitasi
keuntungan dari penelitian tersebut, dan resiko ynag didapatkan (Polit dan
Hungler,2005). Etika penelitian ini meliputi:
3.7.1 Self determination

32

33

Partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau


tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela. Peneliti
memberikan =kebebasan pada partisipan untuk berpartisipasi. Peneliti
memberikan penjelasan kepada calon partisipan mengenai tujuan dan
manfaat penelitian yang dilakukan. Peneliti juga menjelaskan bahwa
partisipan penelitian tidak dipngut biaya apapun. Seluruh biaya sudah
dutanggung peneliti.
3.7.2 Lembar Persetujuan (Informend Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul
penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subyek.
3.7.3 Tanpa Nama (Anonymity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar
pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi hanya diberikan kode
tertentu, demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.
3.7.4 Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Kerahasiaan
partisipan dapat dilakukan dengan member kode partisipan, contoh:
partisipan 1 dengan kode P1, partisipan 2 dengan kode P2.
33

34

3.7.5 Protection for discomfort


Selama pengambilan data penelitian, peneliti member kenyamanan
pada partisipan dengan mengambil tempat wawancara sesuai dengan
keinginan partisipan. Diharapkan untuk mengungkapkan masalah yang
dialami. Penelitian dilakukan di rumah partisipan mengingat penelitian
tidak mungkin dilakukan pada saat partisipan melakukan kemoterapi.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Bab ini peneliti menyajikan mengenai hasil penelitian mengenai kualitas


hidup pasien Ca. Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Peneliti akan menggambarkan kualitas hidup pasien Ca. Mammae ditinjau
dari dimensi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan social, dan dimensi
lingkungan. Hasil penelitian diuraikan menjadi tiga bagian yaitu gambaran lokasi
34

35

penelitian, karakteristik partisipan menjelaskan karakteristik partisipan yang terlibat


dalam penelitian secara singkat, dan menguraikan hasil tematik tentang kualitas hidup
partisipan.
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah
sakit milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang terletak di Jalan Kolonel
Sutarto No. 132 Kelurahan Jebres Surakarta. RSUD Dr. Moewardi merupakan
rumah sakit tipe A yang memiliki sertifikasi terakreditasi untuk 16 pelayanan
dengn moto Kami senang melayani anda dengan cepat, tepat, nyaman dan
mudah.

4.2. Karakteristik Responden


4.2.1 Partisipan 1
Partisipan 1 adalah Ny. S yang berumur 30 tahun. Saat ini Ny. S
beralamat di Desa Sunggingan Kabupaten Boyolali. Ny. S bekerja sebagai
buruh pabrik di kawasan Banyudono Boyolali. Saat ini Ny. S sudah tidak
memiliki suami atau janda dan tinggal di rumahnya bersama anaknya yang
belum menikah.
4.2.2 Partisipan 2
35

36

Partisipan 2 adalah Ny. K yang berumur 40 tahun. Saat ini Ny. K


bertempat tinggal di Kota Sragen. Pekerjaan ny K adalah karyawan swasta.
Ny. K tinggal bersama suami dan anaknya yang masih kecil. Kondisi Ca.
Mammae ny K sudah mencapai stadium III dan Ny. K telah menjalani
operasi benjolan kecil pada mamae. Secara keseluruhan kondisi kesehatan
ny K kurang baik.
4.2.3 Partisipan 3
Partisipan 3 adalah Ny. RN yang berumur 40 tahun. Saat ini Ny. RN
tinggal di Kampung Sewu Surakarta. Ny. RN tinggal bersama suami dan
anak-anaknya. Suami Ny. RN bekerja sebagai satpam di salah satu
pertokoan di Surakarta. Sehari-hari sebelum menderita Ca. Mammae
aktivitas Ny. RN adalah mengelola warung makan miliknya sendiri, setelah
menderita Ca. Mammae Ny. RN beraktivitas membuat makanan dan
menitipkannya pada warung makan disekitar rumahnya.
4.2.4 Partisipan 4
Partisipan 4 adalah Ny. T yang berumur 30 tahun. Ny T saat ini
tinggal di Mojosongo Surakarta bersama suami dan anaknya. Ny. T
merupakan seorang PNS di Kecamatan Kota Surakarta. Ca. Mammae yang
dialami oleh Ny. T masih stadium awal sehingga Ny. T belum menjalani
operasi dan pengobatan Ca. Mammae dilakukan dengan kemoterapi.

4.3. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae


36

37

4.3.1. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari
Dimensi Kesehatan Fisik
a. Rasa Nyeri
Rasa nyeri merupakan salah satu sakit yang dialami oleh
pasien Ca. Mammae. Rasa nyeri yang dirasakan oleh partisipan
sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Ketika belum operasi nyeri setiap saat dan berkepanjangan (P1)
Rasa nyeri datang tiba-tiba dan dalam durasi yang banyak, kadang
sehari bisa berulang-ulang (P2)
Sebelum operasi nyeri tidak tentu, tetapi sering dan durasinya
panjang (P3)
Sengkring-sengkring kaya kesetrum, lama-lama cenut-cenut (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae adalah (1)
rasa nyeri setiap saat, (2) frekuensinya sering, (3) durasinya panjang,
(4) terasa seperti kena strum, dan (5) cenut-cenut.
Selanjutnya rasa nyeri yang dirasakan oleh partisipan
berkurang setelah menjalani kemoterapi sebagaimana dikemukakan
oleh para partisipan sebagai berikut.
Setelah kemoterapi mengalami penurunan yang sangat banyak (P1)
Setelah kemoterapi ada penurunan rasa nyeri (P2)
37

38

Setelah kemoterapi menurun (P3)


Terjadi penurunan nyeri (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae menurun
setelah dilakukan proses kemoterapi.
b. Perasaan Lelah
Timbulnya perasaan lelah merupakan salah satu efek yang
dialami pasien setelah menjalani kemoterapi. Perasaan lelah yang
dirasakan oleh partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan
sebagai berikut.
Lelah mbak, tetapi saya berpikir bahwa ini untuk kesembuhan saya
kan? Ya harus sabar, terus anak-anak rajin menemani saya jadi saya
bersemangat mbak (P1)
Lelah mbak, kadang rumaos males menawi bade kemoterapi, soale
bar niku rasane awal kesel, terus bade maem niku kok yo males (P2)
Lelah mbak, saya itu kadang-kadang malas kalau mau kemoterapi,
soalnya setelah kemo biasanya saya merasa lelah, terus mau makan
itu kok ndak nafsu ya, kadang terasa lapar, tapi kalau sudah
memegang nasi, terus ndak nafsu makan (P3)
Ya itu masalahnya mbak, saya ini kalau habis kemoterapi rasanya
awal meriang ndak enak semua, ndak nafsu makan, terus sudah tidur.
Jadi badan saya terasa sangat lelah. (P4)
38

39

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa semua partisipan mengalami rasa lelah setelah menjalani
kemoterapi. Perasaan lelah tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu
(1) nafsu makan turun, (2) badan pegal-pegal, (3) badan meriang, dan
(4) sudah tidur.
c. Aktivitas Sehari-hari
Salah satu dampak dari penyakit Ca. Mammae yang dialami
oleh partisipan adalah gangguan aktivitas sehari-hari. Gangguan
aktivitas sehari-hari yang dirasakan oleh partisipan sebagaimana
dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Sebelum operasi aktivitas sehari-hari terganggu, setelah operasi dan
kemoterapi saat ini sudah kembali beraktivitas seperti biasa (P1)
Terganggu, urusan rumah tangga sudah ditangani oleh suami (P2)
Sebelum operasi sangat mengganggu, sekarang sudah mulai
berangsur normal (P3)
Aktivitas sehari-hari terganggu (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mengalami gangguan dalam menjalani
aktivitas kehidupan sehari-hari.
d. Pola dan Jam Tidur
Timbulnya rasa nyeri pada pasien Ca. Mammae menganggu
pola tidur pasien Ca. Mammae serta menurunkan jam tidur pasien Ca.
39

40

Mammae. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh empat


partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Sebelum operasi sangat terganggu, sering terjaga di malam hari,
saat ini sudah sangat berkurang (P1)
Terganggu, sebab ketika muncul rasa nyeri pasti terbangun (P2)
Terganggu (P3)
Berubah, sering terjaga (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mengalami gangguan pola tidur dan
penurunan jumlah jam tidur setelah mengelami Ca. Mammae.
4.3.2. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari
Dimensi Kesehatan Psikologi
a. Penerimaan Diri
Diagnosa Ca. Mammae yang dialami oleh pasien Ca. Mammae
serta dengan adanya proses pengobatan yang cukup panjang dan
melelahkan akan berpengaruh pada penerimaan diri pasien Ca.
Mammae terhadap kondisinya. Penerimaan diri yang dialami oleh
keempat partisipan dalam penelitian ini ternyata tidak sama, terdapat
tiga partisipan yang sudah mau menerima keadaan dirinya dan satu
lainnya belum dapat menerima.
Gambaran penerimaan diri ketiga partisipan sebagaimana hasil
wawancara berikut.
40

41

Awalnya sedih, tetapi berkat dukungan anak-anaknya, sekarang sudah


dapat menerima dan sabar menjalani pengobatan (P1)
Berusaha untuk

menerima, hal tersebut

ditunjukkan dengan

kesabarannya berusaha untuk mencari pengobatan (P2)


Menerima dengan ikhlas (P3)

Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan


bahwa rasa penerimaan diri didasarkan kepada adanya faktor
pendukung yang baik dari anggota keluarga serta faktor dorongan dari
dalam diri responden yaitu adanya sikap ikhlas dalam menerima
cobaan.
Sedangkan satu orang partisipan yaitu partisipan nomor empat
belum dapat menerima sepenuhnya kondisinya dengan sebagaimana
petikan wawancara berikut.
Belum bisa menerima sepenuhnya, karena merasa punya anak kecil
(P4)
Berdasarkan

pernyataan

partisipan

keempat

tersebut

menunjukkan faktor yang membuat partisipan belum menerima


kondisinya saat ini karena adanya pikiran atau pertimbangan tentang
keadaan anggota keluarganya yaitu anaknya yang masih kecil.
b. Hal yang Mendukung (Menggembirakan)
Pada proses didiagnosanya sebagai penderita Ca. Mammae
41

42

serta proses pengobatan yang dijalani tentunya berdampak pula


terhadap perubahan sikap keluarga kepada pasien. Perubahan sikap
tersebut disatu sisi dapat menjadi pendorong atau faktor penggembira
dari pasien.
Berdasarkan
menyatakan

tidak

menggembirakan

hasil

wawancara

memiliki

terhadap

hal

kondisinya

ternyata
yang
saat

dua

partisipan

mendukung
ini.

Hal

atau

tersebut

sebagaimana dikemukakan oleh dua partisipan sebagai berikut.


Menawi seneng ngeh mboten wonten mbak, rasane sedih, kulo
kepiringan awak kulo pripun niki sak teruse.(Kalau sedang yang tidak
mbak, saya selalu memikirakan anak saya ini bagaimana nanti
kehidupannya). (P2)
Ya ndak ada mbak, saya itu sering sedih sendiri mbak, soalnya saya
selalu kepikiran anak saya, kalau suami saya banyak membantu dan
mendorong saya, tapi saya sendiri yang banyak kepikiran mbak. (P4)
Hasil jawaban partisipan pertama dan keempat menunjukkan
bahwa kesedihan yang dialaminya disebabkan kedua partisipan selalu
memikirkan dan mengkhawatirkan keadaan anaknya.
Selanjutnya dua partisipan lainnya mengungkapkan adanya
kegembiraan yang dialaminya saat ini sebagaimana disebutkan dalam
hasil wawancara berikut.
Saya senang mbak, soalnya anak-anak saya sangat mendukung proses
42

43

pengobatan saya (P1)


Dulu sedih, sekarang dengan adanya peningkatan kesehatan menjadi
bergembira. (P3)
Hasil jawaban partisipan pertama dan ketiga menunjukkan
bahwa kegembiraan yang dialami oleh partisipan yaitu adanya
dukungan dari anak-anak partisipan serta adanya peningkatan kondisi
kesehatan yang dialami selama pengobatan.
c. Perilaku Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Perilaku mendekatkan diri kepada Tuhan adalah tindakantindakan atau aktivitas yang dilakukan pasien Ca. Mammae yang
berupa tindakan ibadah yang khusus dilakukan berhubungan dengan
penyakitnya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa keempat
partisipan setelah mendapatkan diagnosa Ca. Mammae semuanya
berperilaku lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, hal tersebut
sebagaimana ditampilkan dalam petikan wawancara sebagai berikut.
Ya, semakin dekat dan banyak berdoa (P1)
Lebih mendekatkan diri dengan melakukan sholat malam (P2)
Ya, sekarang rajin beribadah (P3)
Berusaha untuk selalu mendekatka diri kepada Tuhan (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan memiliki perilaku lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan setelah mengalami diagnosa penyakit Ca. Mammae
43

44

serta pada proses pengobatan. Kedekatan diri pasien Ca. Mammae


kepada Tuhan bertujuan untuk meminta doa kepada Tuhan, serta
meminta diberi kesabaran dalam menjalani cobaan yang mereka
hadapi saat ini.
d. Kesulitan Konsentrasi
Kesulitan konsentrasi pada pasien Ca. Mammae disebabkan
adanya rasa nyeri atau sakit yang diderita pasien Ca. Mammae. Hal
tersebut

sebagaimana

dikemukakan

oleh

empat

partisipan

sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.


Ketika sebelum operasi sangat terganggu, sekarang sudah membaik
(P1)
Ya mengalami kesulitan konsentrasi sehingga menganggu pekerjaan
(P2)
Ya ada gangguan konsentrasi (P3)
Ada kesulitan (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mengalami gangguan konsentrasi setelah
mengelami Ca. Mammae.
e. Persepsi tentang Citra Diri (Body Image)
Dampak yang dialami oleh pasien Ca. Mammae antara lain
adalah perubahan pada bentuk tubuh bisa berupa tubuh menjadi kurus,
adanya kehilangan bagian anggota butuh bila sudah dioperasi, serta
44

45

dampak-dampak lain selama menjalani kemoterapi seperti rambut


rontok. Dampak yang dialami oleh pasien Ca. Mammae yang
berhubungan dengan kondisi fisik atau tubuhnya tentunya akan
berhubungan dengan persepsi pasien Ca. Mammae terhadap citra diri
(body image) pasien Ca. Mammae. Selanjutnya persepsi partisipan
terhadap citra diri atau body image adalah sebagai berikut.
Saat ini sudah tidak, karena tetangga sudah tahu dan tidak perlu
malu (P1)
Awalnya merasa malu karena badan semakin kurus, sekarang sudah
terbiasa (P2)
Karena merasa sudah tua, maka perasaan terhadap citra diri
diabaikan (P3)
Belum ada perubahan, sebab belum operasi dan benjolan kecil (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa semua partisipan saat ini tidak mengalami dengan persepsi citra
diri, beberapa faktor yang menyebabkan citra diri keempat partisipan
masih baik adalah faktor sudah terbiasa, faktor usia yaitu merasa sudah
tua sehingga tidak citra diri sudah diabaikan, dan belum adanya
perubahan bentuk tubuh karena penyakit yang diderita belum lama.
f. Perasaan Sedih terhadap Proses Pengobatan
Proses pengobatan yang dialami pasien Ca. Mammae dari
45

46

pengobatan awal, operasi hingga kemoterapi memerlukan waktu yang


lama, sehingga menyebabkan pasien Ca. Mammae harus banyak
menghabiskan waktunya untuk proses pengobatan tersebut. Proses
pengobatan yang cukup lama tersebut berdampak pada timbulnya
perasaan sedih yang dialami oleh pasien Ca. Mammae dalam proses
pengobatan.
Perasaan sedih yang dialami pasien Ca. Mammae dalam proses
pengobatan sebagaimana diungkapkan oleh keempat partisipan
sebagai berikut.
Perasaan sedih ada, karena khawatir proses pengobatannya
mengganggu aktivitas kerja anaknya (P1)
Merasa sedih, karena memikirkan keberlangsungan kehidupan
anggota keluarga lainnya (P2)
Sebelum operasi merasa sedih sebab proses pengobatannya yang
dahulu digunakan tidak ada dampaknya, setelah operasi dan banyak
peningkatan kondisi kesehatan menjadi lebih bersemangat (P3)
Sedih, karena memikirkan anak (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa

semua

partisipan

mengalami

perasaan

sedih

selama

pengobatan. Faktor yang membuat mereka sedih adalah kekhawatiran


terhadap proses pengobatan Ca. Mammae tersebut mengganggu
aktivitas atau keadaan rumah tangga. Hal ini disebabkan semua
46

47

partisipan adalah ibu yang masih memiliki tanggungan anak baik yang
sudah besar maupun masih kecil.
Sedangkan pada hasil wawancara tersebut terdapat satu
partisipan yang menyatakan bahwa walaupun awalnya sedih, namun
dengan adanya peningkatan kesehatan dirinya menyebabkan dirinya
menjadi bergembira dan bersemangat dalam menjalani proses
pengobatan.
4.3.3. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari
Dimensi Hubungan Sosial
a. Hubungan Emosional dengan Suami
Adanya diagnosa Ca. Mammae serta proses pengobatan yang
dilakukan oleh pasien Ca. Mammae tentunya akan berdampak pada
adanya perubahan perilaku atau emosional anggota keluarga terhadap
pasien, salah satunya adalah suami pasien Ca. Mammae. Dalam
penelitian ini terdapat tiga orang partisipan yang masih memiliki
suami, dari ketiga partisipan tersebut mengungkapkan perubahan
hubungan emosional dengan suaminya setelah didiagnosa Ca.
Mammae dan proses pengobatan Ca. Mammae sebagaimana
ditampilkan pada hasil wawancara sebagai berikut.
Hubungan secara emosional dengan suami semakin dekat (P2)
Secara keseharian atau emosional lebih dekat, sebab suami sering
menemani ketika menjalani pengobatan (P3)
47

48

Hubungan emosional baik, dekat (P4)


Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan
bahwa terjadi perubahan hubungan emosional pasien Ca. Mammae
dengan suami, dimana ketiga partisipan menyatakan bahwa hubungan
emosional mereka dengan suami semakin baik atau semakin dekat.
b. Hubungan Seksual dengan Suami
Perubahan kondisi kesehatan dan bentuk tubuh pasien Ca.
Mammae berdampak pada perubahan pola hubungan seksual pasien
Ca. Mammae dengan suami. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan
oleh ketiga partisipan dalam hasil wawancara sebagai berikut.
Kulo ngeh bingung mbak, kulo jane isin kaleh bojo kulo soale awak
kulo niki lemas, terus bentuke lak ngeh mboten enak disawang to
mbak, tapi kadang-kadang ngeh pripun jenenge bebojoan kan ngeh
butuh hubungan suami istri, tapi malah bojo kulo sing sabar sanjang
ampun mikir sing ngoten-ngoten. (saya juga bingung mbak, saya
sebenarnya malu sama suami karena badan saya lemas, terus bentuk
tubuh saya sudah tidak enak dipandang, tapi saya juga berpikir
bahwa juga harus berhubungan layaknya suami istri karena saya dan
suami adalah suami istri, tapi justru suami saya yang sabar dan
bilang jangan memikirkan hal itu dulu (P2)
Kalau hubungan suami istri pas sakit dulu saya ndak mau mbak,
soalnya saya malu sama suami. Terus sekarang setelah operasi dan
48

49

sudah sembuh, pernah beberapa kali mencoba, tapi saya ya tidak


menikmati mbak, saya cuma khawatir kalau suami tidak saya layani
bagaimana? (P3)
Alhamdulillah saat ini ndak begitu terganggu mbak, soalnya secara
fisik saya belum ada perubahaan yang berbeda banyak. Cuma kadang
kalau pas nyerinya datang saya malam nglayani suami, yang kadang
suami terus kesal begitu (P4)
Hasil jawaban partisipan menunjukkan dua orang partisipan
yaitu nomor dua dan tiga menyatakan mengalami gangguan dalam
aktivitas seksual, hal tersebut disebabkan adanya rasa lemas yang
dialami oleh partisipan serta rasa malu terhadap bentuk tubuh yang
sudah berubah. Namun walaupun demikian kedua partisipan
menyatakan berusaha untuk melayani kebutuhan seksual suami karena
demi kepentingan keluarga. Sedangkan satu partisipan yaitu nomor 4
menyatakan belum mengalami masalah dalam hubungan seksual
karena belum mengalami perubahan bentuk tubuh yang mencolok,
sehingga masih memiliki kepercayaan diri untuk berhubungan seksual
dengan suami.
c. Peran Anggota Keluarga Lain terhadap Proses Pengobatan
Peran anggota keluarga lain dalam proses pengobatan pasien
Ca. Mammae pada keempat partisipan ditampilkan pada hasil
wawancara sebagai berikut.
49

50

Ngeh mbak, kalau anak-anak niki alhamdulillah sami mendukung,


pokoke diusahan wonten sing ngeterke kulo, menawi biaya
alhamdulillah kulo tesih gadah, tapi anak-anak sok-sok ngeh maringi
kulo arto (Ya mbakm, anak-anak saya ini alhamdulillah semua
mendukung, selalu diusahakan ada yang mengantar saya, kalau biaya
alhamdulilah saya masih ada, tapi anak-anak kadang-kadang juga
memberi saya uang). (P1)
Ngeh mendukung mbak, biasane sering tanglet utawi ngelingke, sesok
kemo lo ojo lali ngoten biasane (Ya mendukung mbak, biasaya sering
bertanya atau mengingatkan kapan harus kemoterapi agar tidak lupa)
(P2)
Alhamdullillah mendukung, anak-anak itu rewel kalau saya telat
minum obat, mesti pada bilang ibu opo ra pingin mari, ora pingin
ngancani anak-anake? saya terus berusaha minum obat. Saya malas
minum obat soalnya obatnya banyak sih mbak (Alhamdulillah
mendukung, anak-anak itu selalu mengingatkan saya untuk selalu
minum obat tepat waktum, saya sendiri malas minum obat karena
banyak sekali obatnya).(P3)
Alhamdullillah mendukung, ya itu kalau saya mau kemoterapi anak
saya ikut ibu saya (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mendapatkan dukungan keluarga dalam
50

51

proses pengobatan, antara lain bentuk dukungan tersebut adalah


mengantar pasien berobat, mengingatkan untuk kemoterapi agar tidak
telat, mengingatkan pasien untuk mengkonsumsi obat, serta menjaga
anggota keluarga lainnya jika pasien sedang menjalani pengobatan
atau kemoterapi.
d. Dukungan Suami dalam Proses Pengobatan
Dukungan suami selama proses pengobatan yang dialami oleh
pasien Ca. Mammae sebagaimana dikemukakan oleh tiga partisipan
sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Suami sangat mendukung (P2)
Sangat mendukung (P3)
Sangat mendukung (P4)

Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan


bahwa ketiga partisipan mendapatkan dukungan yang baik dari suami
mereka.
4.3.4. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari
Dimensi Lingkungan
a. Perasaan Takut Ditinggal Sendiri
Perasaan takut yang dialami oleh pasien Ca. Mammae
disebabkan adanya kekhawatiran mereka terhadap kondisi kesehatan
mereka. Hal tersebut sebagaimana ditampilkan pada hasil wawancara
51

52

sebagai berikut.
Takut, sebab khawatir kalau-kalau penyakitnya kambuh dan tidak ada
yang menemani (P1)
Takut, sebab takut kalau sewaktu-waktu pingsan dan tidak ada orang,
inginnya selalu ditemani (P2)
Dahulu takut, sekarang setelah kondisi kesehatan semakin baik, sudah
tidak takut (P3)
Tidak ada, karena kondisi saya masih baik (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa sebagian besar responden memiliki rasa takut jika ditinggal
sendiri, hal tersebut disebabkan adanya kekhawatiran jika terjadi
kegawatan akibat penyakit mereka tidak ada orang atau anggota
keluarga yang menemaninya.
Sedangkan satu orang partisipan yang merasa tidak takut
ditinggal sendiri disebabkan kondisi kesehatannya masih baik,
sehingga masih mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
b. Anggota Keluarga yang Selalu Menemani
Ada tidaknya anggota keluarga yang selalu menemani pasien
Ca. Mammae sebagaimana dikemukakan oleh keempat partisipan
dalam hasil wawancara sebagai berikut.
Ada, sebab ada anak yang belummenikah dan tinggal serumah (P1)
52

53

Ada, paling sering suami dan anak-anak (P2)


Tidak selalu ada (P3)
Tidak ada secara khusus, ya Cuma anaknya yang masih kecil (P4)
Hasil jawaban partisipan menunjukkan dua orang partisipan
yaitu nomor satu dan dua menyatakan selalu ada anggota keluarga
yang menemaninya sedangkan dua lainnya menyatakan tidak ada.
c. Upaya Menghibur Diri
Kondisi penyakit yang dialami dan proses pengobatan
menyebabkan timbulnya kesedihan pada pasien Ca. Mammae. Kondisi
ini menyebabkan pasien Ca. Mammae berusaha mencari cara untuk
menghibur diri mereka. Cara-cara pasien Ca. Mammae untuk
menghibur diri ditampilkan pada hasil wawancara sebagai berikut.
Menawi sedih ngeh sholat mbak, terus dongo nyuwun diparingi sabar,
ngeh ngobrol kaleh anak-anak, nek rekreasi mboten mbak. (Kalau
sedih ya sholat mbak, terus berdoa minta diberi kesabaran, ya ngobrol
sama anak-anak, kalau rekreasi tidak mbak). (P1)
Biasane ngeh sholat mbak, nyuwun dikuwatke lan nyuwun diapuro
doso kulo. (Biasanya sholat mbak, minta dikuatkan danminta
diampuni dosa saya.) (P2)
Pergi keluar rumah dengan suami (P3)
Ya kadang-kadang mbak, pergi ke mana sama suami dan anak, ke
Tawangmangu atau kemana ya biar hati senang. (P4)
53

54

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa dua orang partisipan memilih untuk melakukan kegiatan ibadah
yaitu sholat untuk menghibur diri mereka, sedangkan dua lainnya
dengan menambah melakukan rekreasi keluar rumah baik dengan
suami ataupun dengan keluarga.
d. Kesulitan Biaya Pengobatan
Kesulitan biaya pengobatan yang dialami oleh pasien Ca.
Mammae

sebagaimana

dikemukakan

oleh

empat

partisipan

sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.


Tidak ada, sebab pakai BPJS, Cuma biaya transportasi (P1)
Tidak ada, sebab menggunakan BPJS (P2)
Tidak ada, sebab menggunakan BPJS (P3)
Tidak ada (P4)

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa keempat partisipan tidak mengalami permasalahan atau
kesulitan biaya dalam proses pengobatan kemoterapi karena semuanya
menggunakan program jaminan kesehatan BPJS.
e. Dampak Biaya Pengobatan terhadap Ekonomi Keluarga
Dampak biaya pengobatan terhadap ekonomi keluarga pada
pasien Ca. Mammae sebagaimana dikemukakan oleh empat partisipan
sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
54

55

Tidak menimbulkan dampak yang serius pada ekonomi keluarga (P1)


Tidak berdampak pada ekonomi keluarga (P2)
Sudah tidak berdampak pada ekonomi keluarga (P3)
Tidak berdampak (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa keempat partisipan tidak mengalami permasalahan atau
kesulitan ekonomi keluarga selama proses pengobatan kemoterapi.

55

56

BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mencoba menggambarkan


kualitas hidup pasien Ca. Mammae yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggambarkan kualitas hidup pasien Ca.
Mammae dalam empat dimensi yaitu dimensi kesehatan fisik, dimensi kesehatan
psikologis, dimensi dukungan social, dan dimensi lingkungan. Berdasarkan hasil
analisis data pada bab sebelumnya maka pembahasan hasil analisis penelitian adalah
sebagai berikut.
5.1. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi
Kesehatan Fisik
a. Rasa Nyeri
Rasa nyeri merupakan salah satu sakit yang dialami oleh pasien Ca.
Mammae. Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae adalah (1) rasa
nyeri setiap saat, (2) frekuensinya sering, (3) durasinya panjang, (4) terasa
seperti kena strum, dan (5) cenut-cenut.
Selanjutnya rasa nyeri yang dirasakan oleh partisipan berkurang
setelah menjalani kemoterapi sebagaimana dikemukakan oleh para
partisipan sebagai berikut.
Setelah kemoterapi mengalami penurunan yang sangat banyak (P1)
56

57

Setelah kemoterapi ada penurunan rasa nyeri (P2)


Setelah kemoterapi menurun (P3)
Terjadi penurunan nyeri (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien Ca. Mammae menurun setelah
dilakukan proses kemoterapi.
b. Perasaan Lelah
Timbulnya perasaan lelah merupakan salah satu efek yang dialami
pasien setelah menjalani kemoterapi. Perasaan lelah yang dirasakan oleh
partisipan sebagaimana dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Lelah mbak, tetapi saya berpikir bahwa ini untuk kesembuhan saya kan?
Ya harus sabar, terus anak-anak rajin menemani saya jadi saya
bersemangat mbak (P1)
Lelah mbak, kadang rumaos males menawi bade kemoterapi, soale bar
niku rasane awal kesel, terus bade maem niku kok yo males (P2)
Lelah mbak, saya itu kadang-kadang malas kalau mau kemoterapi,
soalnya setelah kemo biasanya saya merasa lelah, terus mau makan itu
kok ndak nafsu ya, kadang terasa lapar, tapi kalau sudah memegang nasi,
terus ndak nafsu makan (P3)
Ya itu masalahnya mbak, saya ini kalau habis kemoterapi rasanya awal
meriang ndak enak semua, ndak nafsu makan, terus sudah tidur. Jadi
badan saya terasa sangat lelah. (P4)
57

58

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan


bahwa semua partisipan mengalami rasa lelah setelah menjalani kemoterapi.
Perasaan lelah tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu (1) nafsu makan
turun, (2) badan pegal-pegal, (3) badan meriang, dan (4) sudah tidur.
c. Aktivitas Sehari-hari
Salah satu dampak dari penyakit Ca. Mammae yang dialami oleh
partisipan adalah gangguan aktivitas sehari-hari. Gangguan aktivitas seharihari yang dirasakan oleh partisipan sebagaimana dikemukakan oleh
partisipan sebagai berikut.
Sebelum operasi aktivitas sehari-hari terganggu, setelah operasi dan
kemoterapi saat ini sudah kembali beraktivitas seperti biasa (P1)
Terganggu, urusan rumah tangga sudah ditangani oleh suami (P2)
Sebelum operasi sangat mengganggu, sekarang sudah mulai berangsur
normal (P3)
Aktivitas sehari-hari terganggu (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mengalami gangguan dalam menjalani aktivitas
kehidupan sehari-hari.
d. Pola dan Jam Tidur
Timbulnya rasa nyeri pada pasien Ca. Mammae menganggu pola
tidur pasien Ca. Mammae serta menurunkan jam tidur pasien Ca. Mammae.

58

59

Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh empat partisipan sebagaimana


dikemukakan oleh partisipan sebagai berikut.
Sebelum operasi sangat terganggu, sering terjaga di malam hari, saat ini
sudah sangat berkurang (P1)
Terganggu, sebab ketika muncul rasa nyeri pasti terbangun (P2)
Terganggu (P3)
Berubah, sering terjaga (P4)
Berdasarkan pernyataan keempat partisipan dapat disimpulkan
bahwa semua partisipan mengalami gangguan pola tidur dan penurunan
jumlah jam tidur setelah mengelami Ca. Mammae.
5.2. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi
Kesehatan Psikologi
a. Penerimaan Diri
Diagnosa Ca. Mammae yang dialami oleh pasien Ca. Mammae serta
dengan adanya proses pengobatan yang cukup panjang dan melelahkan akan
berpengaruh pada penerimaan diri pasien Ca. Mammae terhadap kondisinya.
Penerimaan diri yang dialami oleh keempat partisipan dalam penelitian ini
ternyata tidak sama, terdapat tiga partisipan yang sudah mau menerima
keadaan dirinya dan satu lainnya belum dapat menerima.
Gambaran penerimaan diri ketiga partisipan sebagaimana hasil
wawancara berikut.
Awalnya sedih, tetapi berkat dukungan anak-anaknya, sekarang sudah
59

60

dapat menerima dan sabar menjalani pengobatan (P1)


Berusaha untuk menerima, hal tersebut ditunjukkan dengan kesabarannya
berusaha untuk mencari pengobatan (P2)
Menerima dengan ikhlas (P3)
Berdasarkan pernyataan ketiga partisipan dapat disimpulkan bahwa
rasa penerimaan diri didasarkan kepada adanya faktor pendukung yang baik
dari anggota keluarga serta faktor dorongan dari dalam diri responden yaitu
adanya sikap ikhlas dalam menerima cobaan.
Sedangkan satu orang partisipan yaitu partisipan nomor empat
belum dapat menerima sepenuhnya kondisinya dengan sebagaimana petikan
wawancara berikut.
Belum bisa menerima sepenuhnya, karena merasa punya anak kecil (P4)
Berdasarkan pernyataan partisipan keempat tersebut menunjukkan
faktor yang membuat partisipan belum menerima kondisinya saat ini karena
adanya pikiran atau pertimbangan tentang keadaan anggota keluarganya
yaitu anaknya yang masih kecil.
b. Hal yang Mendukung (Menggembirakan)
Pada proses didiagnosanya sebagai penderita Ca. Mammae serta
proses pengobatan yang dijalani tentunya berdampak pula terhadap
perubahan sikap keluarga kepada pasien. Perubahan sikap tersebut disatu
sisi dapat menjadi pendorong atau faktor penggembira dari pasien.
Berdasarkan hasil wawancara ternyata dua partisipan menyatakan tidak
60

61

memiliki hal yang mendukung atau menggembirakan terhadap kondisinya


saat ini. Hasil jawaban partisipan kedua dan keempat menunjukkan bahwa
kesedihan yang dialaminya disebabkan kedua partisipan selalu memikirkan
dan mengkhawatirkan keadaan anaknya.
Selanjutnya

dua

partisipan

lainnya

mengungkapkan

adanya

kegembiraan yang dialaminya saat ini yaitu adanya dukungan dari anakanak partisipan serta adanya peningkatan kondisi kesehatan yang dialami
selama pengobatan.
c. Perilaku Mendekatkan Diri Kepada Tuhan
Perilaku mendekatkan diri kepada Tuhan adalah tindakan-tindakan
atau aktivitas yang dilakukan pasien Ca. Mammae yang berupa tindakan
ibadah yang khusus dilakukan berhubungan dengan penyakitnya. Hasil
analisis data menunjukkan bahwa keempat partisipan setelah mendapatkan
diagnosa Ca. Mammae semuanya berperilaku lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan.
d. Kesulitan Konsentrasi
Kesulitan konsentrasi pada pasien Ca. Mammae disebabkan adanya
rasa nyeri atau sakit yang diderita pasien Ca. Mammae. Berdasarkan hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami gangguan
konsentrasi setelah mengelami Ca. Mammae.
e. Persepsi tentang Citra Diri (Body Image)

61

62

Dampak yang dialami oleh pasien Ca. Mammae antara lain adalah
perubahan pada bentuk tubuh bisa berupa tubuh menjadi kurus, adanya
kehilangan bagian anggota butuh bila sudah dioperasi, serta dampakdampak lain selama menjalani kemoterapi seperti rambut rontok. Dampak
yang dialami oleh pasien Ca. Mammae yang berhubungan dengan kondisi
fisik atau tubuhnya tentunya akan berhubungan dengan persepsi pasien Ca.
Mammae terhadap citra diri (body image) pasien Ca. Mammae. Selanjutnya
persepsi partisipan terhadap citra diri atau body image adalah sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil penelitian pada keempat partisipan dapat
disimpulkan bahwa semua partisipan saat ini tidak mengalami dengan
persepsi citra diri, beberapa faktor yang menyebabkan citra diri keempat
partisipan masih baik adalah faktor sudah terbiasa, faktor usia yaitu merasa
sudah tua sehingga tidak citra diri sudah diabaikan, dan belum adanya
perubahan bentuk tubuh karena penyakit yang diderita belum lama.
f. Perasaan Sedih terhadap Proses Pengobatan
Proses pengobatan yang dialami pasien Ca. Mammae dari
pengobatan awal, operasi hingga kemoterapi memerlukan waktu yang lama,
sehingga menyebabkan pasien Ca. Mammae harus banyak menghabiskan
waktunya untuk proses pengobatan tersebut. Proses pengobatan yang cukup
lama tersebut berdampak pada timbulnya perasaan sedih yang dialami oleh
pasien Ca. Mammae dalam proses pengobatan.
62

63

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat partisipan dapat


disimpulkan bahwa semua partisipan mengalami perasaan sedih selama
pengobatan. Faktor yang membuat mereka sedih adalah kekhawatiran
terhadap proses pengobatan Ca. Mammae tersebut mengganggu aktivitas
atau keadaan rumah tangga. Hal ini disebabkan semua partisipan adalah ibu
yang masih memiliki tanggungan anak baik yang sudah besar maupun
masih kecil.
Sedangkan pada hasil wawancara tersebut terdapat satu partisipan
yang menyatakan bahwa walaupun awalnya sedih, namun dengan adanya
peningkatan kesehatan dirinya menyebabkan dirinya menjadi bergembira
dan bersemangat dalam menjalani proses pengobatan.
5.3. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi
Hubungan Sosial
a. Hubungan Emosional dengan Suami
Adanya diagnosa Ca. Mammae serta proses pengobatan yang
dilakukan oleh pasien Ca. Mammae tentunya akan berdampak pada adanya
perubahan perilaku atau emosional anggota keluarga terhadap pasien, salah
satunya adalah suami pasien Ca. Mammae. Berdasarkan pernyataan ketiga
partisipan dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan hubungan emosional
pasien Ca. Mammae dengan suami, dimana ketiga partisipan menyatakan
bahwa hubungan emosional mereka dengan suami semakin baik atau
semakin dekat.
63

64

b. Hubungan Seksual dengan Suami


Adanya perubahan kondisi kesehatan dan bentuk tubuh pasien Ca.
Mammae berdampak pada perubahan pola hubungan seksual pasien Ca.
Mammae dengan suami. Hasil analisis data menunjukkan dua orang
partisipan yaitu nomor dua dan tiga menyatakan mengalami gangguan
dalam aktivitas seksual, hal tersebut disebabkan adanya rasa lemas yang
dialami oleh partisipan serta rasa malu terhadap bentuk tubuh yang sudah
berubah. Namun walaupun demikian kedua partisipan menyatakan berusaha
untuk melayani kebutuhan seksual suami karena demi kepentingan keluarga.
Sedangkan satu partisipan yaitu nomor 4 menyatakan belum mengalami
masalah dalam hubungan seksual karena belum mengalami perubahan
bentuk tubuh yang mencolok, sehingga masih memiliki kepercayaan diri
untuk berhubungan seksual dengan suami.
c. Peran Anggota Keluarga Lain terhadap Proses Pengobatan
Peran anggota keluarga lain dalam proses pengobatan pasien Ca.
Mammae berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa semua partisipan
mendapatkan dukungan keluarga dalam proses pengobatan, antara lain
bentuk dukungan tersebut adalah mengantar pasien berobat, mengingatkan
untuk

kemoterapi

agar

tidak

telat,

mengingatkan

pasien

untuk

mengkonsumsi obat, serta menjaga anggota keluarga lainnya jika pasien


sedang menjalani pengobatan atau kemoterapi.
d. Dukungan Suami dalam Proses Pengobatan
64

65

Dukungan suami selama proses pengobatan yang dialami oleh


pasien Ca. Mammae. Hasil analisis data menunjukkan bahwa bahwa ketiga
partisipan mendapatkan dukungan yang baik dari suami mereka.

5.4. Kualitas Hidup Pasien Ca. Mammae yang Menjalani Kemoterapi dari Dimensi
Lingkungan
a. Perasaan Takut Ditinggal Sendiri
Perasaan takut yang dialami oleh pasien Ca. Mammae disebabkan
adanya kekhawatiran mereka terhadap kondisi kesehatan mereka. Hal
tersebut sebagaimana hasil analisis data yang menyimpulkan bahwa
sebagian besar responden memiliki rasa takut jika ditinggal sendiri, hal
tersebut disebabkan adanya kekhawatiran jika terjadi kegawatan akibat
penyakit mereka tidak ada orang atau anggota keluarga yang menemaninya.
Sedangkan satu orang partisipan yang merasa tidak takut ditinggal
sendiri disebabkan kondisi kesehatannya masih baik, sehingga masih
mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
b. Anggota Keluarga yang Selalu Menemani
Ada tidaknya anggota keluarga yang selalu menemani pasien Ca.
Mammae menunjukkan dua orang partisipan yaitu nomor satu dan dua
menyatakan selalu ada anggota keluarga yang menemaninya sedangkan dua
lainnya menyatakan tidak ada.

65

66

c. Upaya Menghibur Diri


Kondisi penyakit yang dialami dan proses pengobatan menyebabkan
timbulnya kesedihan pada pasien Ca. Mammae. Kondisi ini menyebabkan
pasien Ca. Mammae berusaha mencari cara untuk menghibur diri mereka.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dua orang partisipan
memilih untuk melakukan kegiatan ibadah yaitu sholat untuk menghibur diri
mereka, sedangkan dua lainnya dengan menambah melakukan rekreasi
keluar rumah baik dengan suami ataupun dengan keluarga.
d. Kesulitan Biaya Pengobatan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa keempat partisipan tidak
mengalami permasalahan atau kesulitan biaya dalam proses pengobatan
kemoterapi karena semuanya menggunakan program jaminan kesehatan
BPJS.
e. Dampak Biaya Pengobatan terhadap Ekonomi Keluarga
Dampak biaya pengobatan terhadap ekonomi keluarga pada pasien
Ca. Mammae. erdasarkan pernyataan keempat partisipan menunjukkan
bahwa keempat partisipan tidak mengalami permasalahan atau kesulitan
ekonomi keluarga selama proses pengobatan kemoterapi.

66

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab enam ini akan di jelaskan mengenai kesimpulan dari


penelitian yang telah di dapat mengenai tema-tema yang telah di analisa.
Kesimpulan akan menjelaskan dan menjawab dari tujuan- tujuan khusus dan
masalah-masalah yang sudah di rumuskan. Selain itu, pada bab enam ini akan di
jelaskan mengenai saran-saran bagi institusi yang bersangkutan.
6.1.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapatkan dalam
penelitian ini, maka di peroleh kesimpulan sebagai berikut:
6.1.1. Dimensi fisik
Berdasarkan analisa yang telah di lakukan dalam penelitian
ini, kualitas hidup dari dimensi fisik pada penderita Ca Mammae di
dapatkan tema sebagai berikut:
1.

Respon fisik sebelum kemoterapi meliputi: nyeri berat, pola


tidur terganggu

2.

Respon fisik sesudah kemoterapi meliputi: nyeri sedang,


kelelahan, gangguan aktivitas sehari-hari

6.1.2. Dimensi psikologis


Berdasarkan analisa yang telah di lakukan dalam penelitian
ini, kualitas hidup dari dimensi psikologis pada penderita Ca
Mammae di dapatkan tema sebagai berikut:
84
1

1. Respon

psikologis

sebelum

kemoterapi

hanya

kesulitan

konsentrasi
2. Respon psikologis sesudah kemoterapi meliputi: penerimaan
diri, dukungan keluarga, perilaku mendekatkan diri pada Allah,
body image
3. Respon psikologis terhadap pengobatanya itu perasaan sedih
terhadap pengobatan
6.1.3.

Dimensi hubungan sosial


Berdasarkan analisa yang telah di lakukan dalam penelitian
ini, kualitas hidup dari dimensi social pada penderita Ca Mammae
di dapatkan tema:
1.

Respon hubungan social dengan suami meliputi: hubungan


emosional dengan suami, hubungan sex dengan suami,
dukungan suami dalam proses pengobatan

2.

Respon hubungan sosial terhadap pengobatanya itu peran


anggota keluarga terhadap proses pengobatan

6.1.4.

Dimensi lingkugan
Berdasarkan analisa yang telah di lakukan dalam penelitian
ini, kualitas hidup dari dimensi lingkungan bagi penderita Ca
Mammae didapatkan tema:
1.

Ketakutan seperti halnya perasaan takut ditinggal sendiri

2.

Ketenangan: ada anggota keluarga yang selalu menemani

3.

Relaksasi : upaya menghibur diri


2

4.

Respon lingkungan terhadap ekonomi meliputi: tidak ada


kesulitan biaya pengobatan, tidak ada dampak terhadap
ekonomi keluarga.

6.2.

SARAN
6.2.1. Institusi keperawatan / rumah sakit
Bagi institusi keperawatan / rumah sakit khususnya
keperawatan paliatif yang menangani tindakan kemoterapi di
perlukan pelayanan yang lebih maksimal mengingat pasien
kemoterapi sangat membutuhkan informasi mengenai penyakit Ca
Mammae, kemoterapi harus di jalani secara teratur serta obat yang
harus di minum perlu sekali untuk di patuhi. Selain itu dukungan
sosial dari perawat kemoterapi sangat diperlukan oleh pasien
mengingat kontak perawat dan pasien yang paling sering dilakukan
dengan jadwal dua minggu sekali. Sehingga asuhan keperawatan
yang di berikan akan bersifat holistic dan menyeluruh dengan
mempertimbangkan segi bio, psiko, sosial dan spiritual.
6.2.2. Ilmu keperawatan dan institusi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada pasien Ca
Mammae yang sedang menjalani kemoterapi baik setelah operasi
ataupun sebelum operasi, sehingga bias meningkatkan kualitas
hidupnya dari sebelum dilakukannya kemoterapi ini.

6.2.3. Peneliti selanjutnya


Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih
dalam mengenai kualitas hidup pasien Ca Mammae misalnya
dengan metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian
kualitatif yang lain yang membutuhkan observasi secara kontinue
dan mendalam.
6.2.4. Peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada penderita Ca Mammae yang sedang menjalani
kemoterapi dan dapat membantu memberikan informasi tentang
kualitas hidup penderita Ca Mammae yang sedang menjalani
kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik dan
Ilmu Sosial. Jakarta: Prenada Media Group
Cancerhelp (2010), Stop Kanker, Agro Media Pustaka, Jakarta
Diananda, R (2007), Mengenal Seluk Beluk Kanker, Katahati, Jogyakarta
Gail & Stuart. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Alih bahasa Ramona P.
EGC ; Jakarta
Glimelius, B (2004) Quality of Life During Chemotherapy in Patiens with Symptomatic
Advanced Colorectal Cancer. February 1, 2004, Volume 73, No.3.
http://www.jeccr.com/content/123/1/412
Hawari, D. (2004). Kanker Payudara Dimensi Psikorelegi. FKUI ; Jakarta
Ignatavicius, D.D et al. (2006), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach,
2nd edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia
Kristini, P (2013) hubungan antara adekuasi dengan Kualitas Hidup pada Pasien yang
Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Pandan Arang Boyolali.
Skripsi. Tidak diterbitkan. FIK USAHID Surakarta
Moleong, Lexy J (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Montazeri A. (2008). Health-related quality of life in breast cancer patiens: A
bibliographic review of the literatur from 1974 to 2007. Journal of
Experimental & Clinical Cancer Research.
http/www/.jeccr.com/content/27/1/32
Mulyana & Dedi. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda

Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Pearce, E. C.(2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Peter G.R Crum C.P (2009). Cervical Squamous Neoplasia. In: Houston . M. Ed .
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology, Philladelphia : Elsevier
Saunders
Polit, DF dan Beck CT. 2006. Essentials of Nursing Research Methods, appraisal, and
utilization, 6 th edition, Lippocontt William And Wilkins, Philladelphia
Putri, DL. (2008).Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Tinggal di PSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur. Yogyakarta : Skripsi. UGM
Rangkuti, (2011). Hubungan Lamanya Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien
Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. Tidak
diterbitkan. FIK USU Medan
Rasjidi, I (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi dalam Praktik Sehari-hari, Sagung Seto
Jakarta
Saryono & Anggraeni, Mekar Dwi. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Medicamedia
Sudoyo, A. W. Dkk. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi V. Jakarta: Internal
Publising. 1407-1519
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R & D. Bandung; CV
Alfabeta
UICC. (2009). Insiden Kanker. Jakarta: Yayasan Kanker Indonesia
WHO. (2004). Quality of life-BREF.
http://www.who.int/substance abuse/research tools/whoqolbref/en

Вам также может понравиться