Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah kehamilan dengan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dibawah
11% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5% pada trimester 2. Nilai batas tersebut
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada
trimester ke 2 (Sarwono Prawirohardjo, 2002)
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai
oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transtablet besirin yang
rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun. (Sarwono
Prawirohardjo, 2002)
Pada kehamilan anemia kekurangan besi akan timbul jika keperluan besi (kira-kira
1000mg pada kehamilan tunggal) tidak dapat dipenuhi dari cadangan besi dan dari besi yang
dapat diabsorpsi dari traktus gastrointestinal. (Sarwono Prawirohardjo,2002)
Volume darah bertambah cepat pada kehamilan trimester 2 sehingga kekurangan besi
seringkali terlihat pada turunnya kadar hemoglobin. Meskipun bertambahnya volume darah tidak
begitu banyak pada trimester 3, tetapi keperluan akan besi tetap banyak karena penambahan Hb
ibu terus berlangsung dan lebih banyak besi yang diangkut melalui plasenta ke neonatus.
(Mochtar,1998)
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Saifuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Anemia defisiensi besi pada kehamilan disebabkan oleh :
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b.Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
diperlukan. Selain memberi peran serta bagi suami sebagai pendamping tablet besi, juga
diperlukan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kepatuhan minum tablet besi ibu
hamil.
1.2 Permasalahan
Kurangnya pengawasan kepatuhan minum tablet besi ibu hamil di Desa Jurang Jero,
Kecamatan Gading ?
1.3 Tujuan Mini Project
1.Tujuan Umum
Membentuk kelompok suami pendamping Tablet besi ibu hamil di Desa Jurang Jero,
Kecamatan Gading.
2.Tujuan Khusus
a) meningkatkan pengetahuan suami tentang pentingnya tablet besi pada ibu hamil
b) menjelaskan peran suami sebagai pendukung dan pengawas dalam kepatuhan
konsumsi tablet besi pada ibu hamil
1.4 Manfaat Mini Project
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan
Sebagai sumber informasi tambahan bagi dinas kesehatan khususnya Dinas Kesehatan
Kabupaten Probolinggo, untuk turut memperhatikan peran suami sebagai pendamping
Tablet besi pada ibu hamil sebagai upaya preventif mencegah kematian ibu dan bayi akibat
anemia defisiensi Tablet besi
2. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya peran serta peran serta suami dalam ikut
serta untuk selalu mengkonsumsi tablet besi dan makanan tinggi besi selama kehamilan di
Desa Jurang Jero Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo
3. Bagi kalangan masyarakat ilmiah
Memberikan pencerahan bagi kalangan ilmiah khususnya kalangan akademis yang
berkecimpung didunia medis dan non medis, bahwa butuh dipikirkan mengenai adanya
peran serta suami dalam terjadinya anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
5. Bagi penulis selanjutnya
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zat Besi
2.1.1 Fungsi Zat Besi
Zat besi merupakan mikromineral yang kandungannya dalam tubuh sebesar 35 mg
perkilogram berat badan wanita atau 50 mg perkilogram berat badan pria (Winarno, 1997), yang
sangat penting untuk pembentukan hemoglobin (Hb) (Moehyi, 2002).
Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh berperan penting dalam berbagai reaksi
biokimia, diantaranya dalam produksi sel darah merah. Sel ini diperlukan untuk mengangkut
oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam proses pembentukan energi
agar produktivitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah (Martin, 2001).
Zat besi merupakan unsur yang penting dalam pembentukan Hb. Pada masa kehamilan
zat besi dibutuhkan semakin banyak, karena janin juga membutuhkan zat besi untuk
pembentukan Hb. Zat besi juga berguna bagi ibu sebagai cadangan untuk penggantian darah
yang hilang waktu melahirkan (Martin, 2001).
Seorang ibu yang dalam masa hamilnya telah menderita kekurangan zat besi tidak dapat
memberikan cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan
pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan
yang banyak mengandung zat^esi, karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita
anemia (Moehyi, 2002).
2.2. Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Pada ibu hamil kebutuhan akan zat besi sangat besar sehingga zat besi tambahan mutlak
diperlukan untuk janin, plasenta, dan penambahan volum darah ibu. Pada masa kehamilan zat
besi diperlukan untuk menutupi kehilangan basal ibu sebanyak 240 mg, peningkatan massa sel
darah merah sekitar 500 mg dan kebutuhan janin serta plasenta sekitar 300 mg. Dengan
demikian, kebutuhan zat besi total selama hamil dapat diperkirakan sekitar 1000 mg (Anhari,
2002).
Kebutuhan zat besi selama triwulan pertama relatif kecil, yaitu 0,8 mg perhari, namun
meningkat dengan pesat selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3 mg setiap hari. Sebagian
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan adatif persentase zat
besi yang diserap, tetapi bila zat besi rendah atau tidak ada sama sekali, dan zat besi yang diserap
dari makanan sangat sedikit, maka suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan
(Demaeyer, 2002).
2.3. Anemia Pada Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr %
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada
trimester 2. Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.
Gangguan
penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang
keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari
atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil (Cunningham. F, 2005).
Beberapa penyebab anemia yaitu :
1. Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan.
2. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil,
masa
tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis, seperti tuberculosis dan intablet
besiksi lainnya.
3. Perdarahan yang disebabkan oleh intablet besiksi cacing tambang, malaria, haid
yang berlebihan dan melahirkan.
2.4.1 Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amalia (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20
35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun
atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
2. Paritas
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali
lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan
semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada
ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
bio sosial dari
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan
status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah
mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari
yang biasanya diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat
diasumsikan bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita
anemia (Darlina, 2003).
4. Intablet besiksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar
tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10
g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.
Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh
kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,
akibat
pascabedah atau
menstruasi), adanya penyakit kronis atau intablet besiksi (intablet besiksi cacing
tambang, malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap intablet besiksi
dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa
ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat
mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam kandungan,
serta cacat bawaan. Penyakit intablet besiksi yang di derita ibu hamil biasanya tidak
diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan kecacatan.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
Pada kondisi terintablet besiksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak cairan
tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Amalia (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas
13 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari 2 tahun
menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu
dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak
yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat
besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita
masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah
(Manuaba, 2010).
2.5. Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Masa Kehamilan
Di Indonesia, kasus anemia sangat umum dan mudah dijumpai pada semua kelompok
umur baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi
terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia zat besi ini banyak diderita oleh wanita hamil, laki
laki dewasa, pekerja penghasilan rendah, balita dan anak sekolah. Pada remaja putri, anemia gizi
besi dapat mengurangi kemampuan belajar, sehinggga dapat menurunkan prestasi di sekolah.
Dalam kondisi anemia, tubuh mudah terkena intablet besiksi. Keadaan ini tentunya dapat
menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia.
Kasus anemia di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi
atau Tablet besi dalam tubuh. Hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang
mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap
(heme iron). Sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang
tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat
besi dalam seharinya. Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi
utama yang banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
(WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah. Di tingkat nasional, prevalensi anemia masih cukup
tinggi (Dinkes Prop. Jatim, 2002).
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, menunjukkan bahwa
prevalensi anemia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun 57,1%
dan pada wanita usia subur (WUS) usia 17-45 tahun sebesar 39,5%. Sedangkan di Jawa Timur
berdasarkan kajian data anemia tahun 2002, ditemukan 16% wanita usia subur menderita anemia,
sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin ditemukan masingmasing 80,2% dan 91,5%
menderita anemia (Dinkes Prop. Jatim, 2002).
Anemia pada ibu hamil dapat memberi akibat buruk baik pada dirinya sendiri maupun
bagi janin yang dikandungnya. Bagi ibu hamil itu sendiri, anemia dapat mengakibatkan resiko
pendarahan sebelum dan pada saat persalinan yang dapat mengakibatkan kematian ibu, serta
dapat mengalami keguguran. Dampak anemia pada bayi yaitu bayi lahir sebelum waktunya,
BBLR, kematian bayi, serta meningkatnya angka kesakitan bayi (Dinkes Prop. Jatim, 2002).
2.6. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Zat Besi Pada Ibu Hamil
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada
ibu hamil menurut Depkes RI (2003) adalah :
1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber
hewani (heme iron) yang mudah diserap, seperti hati, ikan, daging. Selain itu perlu
ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A
(buah-buahan dan sayur-sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan
membantu proses pembentukan Hb.
2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambahkan zat besi, asam folat, vitamin A dan
asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok
sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil
produksi industri pangan. Untuk mengetahui bahan makanan yang mengandung zat
besi, dianjurkan untuk membaca label pada kemasannya.
3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk
meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya
merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang
perlu diikuti dengan cara lainnya.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
Posyandu
2.7.1. Dosis dan Cara Pemberian Tablet besi Pada Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2003), tablet besi diberikan pada ibu hamil sesuai dengan
dosis dan cara yang ditentukan, yaitu :
-
Dosis Pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan Hb, yaitu
sehari 1 tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama
minimal 90 hari masa kehamilan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu
hamil memeriksakan kehamilannya (Kl).
Dosis Pengobatan, diberikan pada sasaran yang anemia (Hb < dari batas ambang),
yaitu bila kadar Hb < 11 gr %, pemberian menjadi 3 tablet sehari selama 90 hari
kehamilannya.
2.8. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet besi Pada Ibu Hamil
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
10
Bart (2004), kepatuhan atau ketaatan {compliance atau adherence) adalah tingkah pasien
melaksanakan cara pengobatan dan prilaku yang disarankan oleh dokter atau oleh petugas yang
lain.
Kepatuhan sulit diukur karena tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah para
pasien seringkah tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan dokter.
Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan
mereka dalam melaksanakan pengobatan.
Bart (2004) mengatakan ketidakpatuhan sebagai suatu masalah medis yang berat dan
menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan
masalah yang sangat penting. Oleh karena itu sejak tahun 1960-an ketidakpatuhan sudah mulai
diteliti di negara-negara industri. Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi pada pasien yang
menderita penyakit kronis, yaitu sekitar 46 %, sedangkan pada penderita penyakit akut sekitar 22
%. Selain itu tingkat kepatuhan bervariasi pada studi-studi dan cara pengobatan yang berbeda.
Secara umum, ketidakpatuhan meningkatkan resiko berkembangnya masalah kesehatan
karena akan memperpanjang dan memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Seperti yang
dinyatakan oleh Sarafino, yang dikutip dari Bart (2004) bahwa 20 % dari jumlah pasien yang
diopname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan
pengobatan (Bart, 2004).
Setiap orang dapat menjadi tidak patuh kalau situasinya memungkinkan untuk itu (Bart,
2004). Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pasien yang tidak patuh dipandang
sebagai orang yang lalai terhadap dirinya sendiri sedangkan pasien yang patuh adalah orang yang
memang betul-betul bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
11
Tablet besi sebagai suplemen yang diberikan pada ibu hamil menurut aturan harus
dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya pengetahuan, sikap, dan praktek
ibu hamil yang kurang baik, etablet besik samping obat dan motivasi keluarga/petugas yang
kurang maka seringkah terjadi ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi
tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan dari pemberian suplemen tablet besi tidak tercapai.
2.8.1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil dari "tahu",
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bart (2004) dapat dikatakan bahwa
prilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan daripada prilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat
dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga prilaku
masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah ke arah yang lebih baik.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan sesuatu
yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2005). Untuk mengukur pengetahuan ibu hamil tentang zat besi maka
perlu diketahui pengertiannya tentang kehamilan, resiko yang mungkin dihadapi dalam
kehamilan, manfaat dan sumber zat besi, akibat kekurangan zat besi, suplementasi zat
besi serta cara mengkonsumsinya.
2.8.2. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sikap
adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
12
tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai prilaku
yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan
predisposisi tindakan.
Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh {total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berpikir, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
Suatu hal yang sering terjadi bahwa banyak dokter begitu saja beranggapan bahwa
pasien akan mengikuti apa yang mereka anjurkan tanpa menyadari bahwa para pasien
tersebut juga harus memutuskan terlebih dahulu apakah mereka akan melakukan suatu
tindakan terhadap diri mereka (Bart, 2004).
Decision Theory (Bart, 2004), menganggap bahwa pasien sebagai seorang
pengambil keputusan. Hal ini juga tercermin dalam Conflict Theory, bahwa pasienlah
yang harus memutuskan apakah mereka akan melakukan suatu tindakan medis dan oleh
karena itu seharusnya petugas kesehatan memberitahu mengenai prosedur, resiko, dan
etablet besiktivitas obat agar mereka bisa mengambil keputusan yang tepat.
Suatu contoh sikap adalah sering ibu yang dalam masa kehamilannya mendengarkan
bahwa akibat anemia atau kurang darah selama kehamilan adalah keguguran, kematian
bayi, BBLR, dan bahkan kematian ibu. Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk
berpikir dan berusaha supaya dia tidak menderita anemia selama kehamilan. Dalam
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
13
berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu berniat akan
mengkonsumsi tablet besi selama masa kehamilan agar tidak menderita anemia. Akhirnya
dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap terhadap objek yang berupa
anemia.
Pengukuran sikap dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung, dapat ditanyakan pendapat responden tentang suatu objek, secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis.
2.8.3.
seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, kadang-kadang terjadi diare atau sulit
buang air besar (Depkes RI, 2003), pusing dan bau logam (Hartono, 2000). Selain itu
setelah mengkonsumsi tablet besi kotoran (tinja) akan menjadi hitam, namun hal ini tidak
membahayakan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hartono pada tahun 2000, bahwa
penambahan sorbitol ke dalam tablet besi dapat menurunkan efek samping yang muncul
akibat konsumsi tablet besi, yang sering menyebabkan ibu hamil menghentikan konsumsi
tablet besi yaitu mual, pusing, dan bau seperti logam.
2.8.4.
Dukungan Sosial
Dukungan sosial sangat erat kaitannya dengan ketidakpatuhan. Orang-orang yang
merasa diperhatikan dan dibutuhkan oleh orang lain biasanya cenderung lebih mudah
mengikuti nasehat medis, daripada orang yang kurang mendapat dukungan sosial (Bart,
2004). Dalam hal ini adalah suami dari ibu yang hamil dikarenakan suami dapat
memberikan motivasi secara optimal karena berhubungan dengan ikatan batin yang kuat
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
14
serta kerpercayaan terhadap suami yang selama ini suamilah bagian keluarga terdepan
yang akan selalu siaga dan memperhatikan keadaan ibu maupun kehamilan. karena Selama
masa mengandung, istri mempunyai beban yang lebih berat daripada biasanya, dari
menjaga pola makan, pola istirahat dan tidak melakukan hal-hal yang berat. Karena dia
memikirkan anak yang berada di dalam perutnya dan harus ekstra hati-hati dalam
melakukan segala sesuatu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sebagai suami
harus mengerti dan memahaminya, Berikut kewajiban suami pada saat istri mengandung
(Supardi, 2014) :
1. Berikan rasa tenteram dan nyaman pada masa kehamilan
Faktor utama yang harus dilakukan di masa istri saat hamil adalah perasaan tenteram
dan nyaman. Hindarkan istri memikirkan suatu masalah yang rumit dan berat.
2. Hindari pekerjaan yang berat
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah pekerjaan yang berat saat masa kehamilan.
Jangan sampai istri melakukan pekerjaan yang berat. Pada saat di rumah jangan
bebani pekerjaan yang berat dan membosankan, segera Suami mengambil alih
pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan istri seperti mencuci piring, menyapu,
mengepel, dan lain sebagainya.
3. Berikan asupan makan yang sehat
Makanan yang sehat adalah asupan gizi yang penting bagi janin yang dikandung.
Pada masa kehamilan, anjurkan mengonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan ikan
laut yang banyak mengandung protein dan zat besi. Maka dengan hal ini diharapkan
kepatuhan mengkonsumsi makanan dan suplemen yang sehat akan lebih mudah
tercapai. Salah satu hal terpenting demi kesehatan Ibu dan Janin yaitu konsumsi
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
15
suplemen Tablet besi dan Namun peran dan motivasi keluarga atau petugas kurang
atau tidak ada sama sekali bisa mengakibatkan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet
besi dan hal ini dapat meningkatkan meningkatkan resiko tinggi kehamilan.
Dukungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap praktek/tindakan seseorang,
terutama ibu hamil yang berada dalam keadaan fisiologis khusus.
4. Anjurkan istirahat yang cukup
Pada masa istri mengandung istirahat yang cukup adalah faktor penting untuk
kelangsungan janin yang dikandungnya. Sebagai suami, Anda harus memberikan
ruang yang cukup agar istri Anda dapat menikmati istirahat dengan nyaman dan
tenang. Aturlah pola tidur istri Anda dengan baik minimal 8 jam sehari, jangan tidur
sampai larut malam atau terlalu lama tidur di siang hari.
5. Hindari asap rokok
Sangat diharuskan untuk menghindari asap rokok bagi ibu hamil namun Jika Suami
adalah perokok aktif sebaiknya tidak merokok di dekat istri karena asap yang
dikeluarkan oleh rokok banyak mengandung zat- zat berbahaya ini akan berdampak
buruk bagi istri dan juga janin yang dikandungnya.
6. Menghindari percekcokan
Beberapa istri akan mudah emosional saat mengandung. Ini wajar dikarenakan
hormon yang kadang-kadang tidak stabil membuat perasaannya sensitif, peka, dan
mudah marah. Sebagai suami harus menyadarinya dan jangan sampai terbawa emosi
dalam menanggapi istri.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
16
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
17
BAB III
METODE PEMILIHAN DAN PERENCANAAN INTERVENSI
3.1.
Metode
Intervensi yang dilakukan berupa pembentukan kelompok, penyuluhan, dan sharing
mengenai peranan suami dalam pengawasan kepatuhan ibu minum tablet besi.
3.2
Pembentukan Kelompok
Puskesmas Condong
Condong, Desa Kaliacar, Desa Jurang Jero, Desa Sumber Secang, Ranuwurung, dan Desa
Mojolegi. Sasaran pada mini project ini adalah desa Jurang Jero yang memiliki 5 posyandu, yaitu
Krajan, Jumitro, Alas Piring, Rawa, dan Koncean.
Peserta meliputi ibu hamil, suami ibu hamil, kader posyandu, serta bidan desa. Peserta
ini dipilih oleh bidan desa Jurang Jero
3.2.
Lokasi
Lokasi yang dipilih bertempat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Jurang Jero,
Kecamatan Gading. Pelaksana Dokter Internship selaku dokter Puskesmas.
3.3.
Pelaksanaan Intervensi
Waktu : 30 September 2015
Instrumen
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
18
Pukul 10.55
Pukul 12.10
Tempat
30 September 2015
Pukul 09.00
Pukul 09.30
Pukul 10.00
Pukul 10.15
Pukul 12.15
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
19
Pukul 12.25-13.00
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
20
BAB IV
HASIL
4.1. Profil Desa Jurang Jero
Desa/Kelurahan
: Jurang Jero
Kecamatan
: Gading
Kabupaten/kota
: Probolinggo
Propinsi
: Jawa Timur
Kode Pos
: 67292
Status Desa/Kelurahan : Pedesaan
4.2. Data Geografik Desa Jurang Jero
Luas wilayah desa
: 3.003, 26 Ha
Batas wilayah desa
:
Sebelah utara
: Kecamatan Pajarakan
Sebelah timur
: Kecamatan Krucil
Sebelah selatan
: Kecamatan Tiris
Sebelah barat
: Kecamatan Condong
Luas wilayah/peruntukan lahan:
I. Tanah sawah
: 1.139 Ha
a. Irigasi teknis
: 1.139 Ha
b. Irigasi setengah teknis : c. Irigasi sederhana
:d. Tadah hujan
:e. Sawah pasang surut : II. Tanah kering
: 1.864,26 Ha
a. Pekarangan/bangunan :
b. Tegal/kebun
:
c. Ladang/Tanah huma : d. Ladang penggembalaan: e. Lain-lain
:
Peta Desa Jurang Jero
Puskesm
as
Condong
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
21
:18
SLTP / MTS
:4
SMU /SMK / MA
:4
IRTP
:7
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
22
BAB V
DISKUSI
Kegiatan pembentukan kelompok suami pendamping tablet besi ibu hamil diadakan di
Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading, wilayah kerja Puskesmas Condong, pada Hari Rabu, 30
September 2015, Pukul 09.00 s.d 13.00 WIB. Kegiataan ini diikuti dengan peserta 21 pasangan
suami istri (ibu hamil), kader dan bidan desa, serta kepala desa dan aparat desa.
Pertama kali datang, peserta wajib melakukan absensi peserta oleh pasangan suami istri
(ibu hamil). Setelah peserta berkumpul, kami menjelaskan maksud dan tujuan acara kegiatan ini.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Kepala Puskesmas Condong. Setelah itu dilanjutkan dengan
pemberian pre test berupa 10 butir soal (pernyataan setuju dan tidak sutuju), dilanjutkan
penyampaian materi tentang pentingnya kepatuhan
penyampaian materi, lalu diberikan post test kepada peserta selama kurang lebih 10 menit,
kemudian pembahasan soat post test. Akhir acara kita adakan sesi tanya jawab, konseling,
tentang kesulitan atau masalah kepatuhan minum tablet besi oleh ibu hamil.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
23
Setelah pemberian pre dan post test, maka kami membandingkan jumlah benar dari 10
butir soal tersebut. Berikut table hasil nilai pre dan post test (berdasakan jumlah nilai benar soal)
dan grafik perbandingan kedua nilai tersebut:
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Pre Test
Jumlah Benar
7
5
3
3
8
5
6
5
5
3
5
3
3
5
4
3
6
4
5
6
3
Post Test
Jumlah Benar
10
6
6
7
9
10
8
9
8
8
7
6
5
9
9
10
9
7
9
9
6
Tabel 1. Nilai pre dan post test dari 10 butir soal mengenai
peran tablet besi bagi ibu hamil
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
24
Grafik 1. Perbandingan nilai pre dan post test dari 10 butir soal mengenai peran tablet besi
bagi ibu hamil
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
25
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pelaksanaan dan pembentukan kelompok suami pendamping tablet besi ibu hamil di Desa
Jurang Jero, Kecamatan Gading didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Peserta 21 pasangan suami istri (ibu hamil) didampingi oleh kader dan bidan desa, kepala
desa dan aparat desa
2. Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan dengan penilaian Pre Test dan Post Test dan
monitoring kepatuhan minum tablet besi ibu hamil melalui home visite oleh kader
ataupun bidan desa
3. Dari hasil penilaian pre dan post test menunjukkan peningkatan signifikan nilai jumlah
benar setelah penyampaian materi. Hal ini menunjukkan pemberian materi tentang
pentingnya kepatuhan ibu hamil minum tablet besi akan membantu peranan bagi suami
sebagai pendamping dalam hal kepatuhan minum tablet besi ibu hamil.
6.2 Saran
1. Bagi suami istri (ibu hamil)
Peningkatan peran suami sebagai pendamping kepatuhan ibu hamil minum tablet besi.
2. Bagi Kader dan bidan desa
Pemberian dukungan dari kader dan bidan desa kepada para suami sebagai
pendamping tablet besi ibu hamil
3. Bagi puskesmas
Melakukan pelatihan kader di desa lainnya untuk memperluas pembentukan kelompok
suami pendamping tablet besi ibu hamil
Peningkatan peranan tenaga kesehatan baik di puskesmas, posyandu, dalam
memberikan penyuluhan pentingnya tablet besi kepada ibu hamil.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
26
Daftar Pustaka
1. Moehyi, S. 2002. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata.
2. Martin L. Pernoll, 2001.Benson & Pernolls handbook of Obstetrics & Gynecology.
USA: McGraw-Hill:619-625
3. Anhari, E.,dkk. (2004). Pemberian makan untuk bayi dasar - dasar fisiologis, Jakarta
: Perinasia
4. De Maeyer, E.M, 2002. Pencegahan danPengawasan Anemia Defisiensi
Besi.WidyaMedika, Jakarta.
5. Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC
6. Amalia, H., Amirudin R., and Armilawati, 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam
Kajian
Epidemiolog,.
FKM
UNHAS.
Available
from:
http://www.cerminDuniaKedokteran.com.
7. Darlina, dan Hardiansyah.2003.Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota
Bogor.Media Gizi dan Keluarga.Vol.2 No.1. 34-41
8. Amin, Z., Bahar, A., 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., K, M.S., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta:
Internal Publishing, 988-994
9. Manuaba, 2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untukPendidikanBidan. Jakarta : EGC
10. Supriyono, 2012, Faktor-faktor yang mempengaruhi anamia Gizi Besi, Departemen
Kesehatan.
Available
from
:
http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2012/07/HASIL_-SUPRIYONONAKERWAN.pdf
11. Depkes RI. 2003. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.
Jakart
12. Bart, Smet, 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
13. Notoatmodjo, S. 2003 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
14. Notoatmodjo, S.2005 Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta,
15. Andry Hartono. 2000. Penyakit Bawaan Makanan, Jakarta: EGC
16. Supardi Ari, 2014. Kewajiban Suami saat Istri Mengandung, Available from :
http://keluarga.com.
Pembentukan Kelompok Suami Pendamping Tablet Besi Ibu Hamil Desa Jurang Jero, Kecamatan Gading
27