Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PIODERMA
2.1 Definisi
Pioderma
ialah
penyakit
kulit
yang
disebabkan
oleh Staphylococcus,
merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat
dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
Tabel.1: Membedakan bentuk pioderma berdasarkan kuman penyebab:2
Staphilococcus Aureus
Impetigo Bulosa
Folikulitis
Furunkel
Karbunkel
Abses Multipel Kelenjar
Keringat
Hidradenitis
Staphylococcal Scaled Skin
Streptococcus
Impetigo Krustosa
Ektima
Erisipelas
Keduanya
Selulitis
Flegmon
Pionika
Syndrome (S4)
2.3 Epidemiologi
2
Pioderma
ini berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang
cenderung terkena pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun perempuan
pada semua usia. 1
Prevalensi pioderma dibeberapa negara lain, seperti di Brazil, Ethiopia,
Taiwan,dan lain-lain adalah 0,2-35 %. Sedangkan prevalensi pioderma di Indonesia
adalah 1,4 % pada dewasa dan 0,2 % pada anak, sedangkan angka kesakitan pioderma
masih cukup tinggi, data menunjukan jumlah kunjungan pasien ke piloklinik Divisi
Dermatologi anak Deparetemn ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (IKKK) Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia/ RS Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) selama
tahun 2002 menunjukan pasien pioderma anak sebesar 362 kasus (18,53%) dari 2190
kunjungan baru. Ini menempati urutan ke-2 setelah dermatotitis atopic. 3
2.5 Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara
lain faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana
adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung
polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di
dalam struktur dinding sel Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung
subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel.
Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini merupakan penting
dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat interleukin-1 (pirogen
endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan)
2.6 Klasifikasi
Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
impetigenisata,
contohnya:
dermatitis
impetigenisata,
scabies
impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional,
leukositosis, dapat pula disertai demam.1
2.7 Bentuk Pioderma
2.7.1 Impetigo
-
Definisi : penyakit infeksi piogenik pada kulit superfisial dan menular disebabkan oleh
Gambar 1:
Gambar 1.A
Gambar 1.B
Krusta ,
Impetigo
(Sumber : Fitzs
Patrick)
-
b. Impetigo Bulosa
- Sinonim : Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet.
- Etiologi : Biasanya karena Staphylococcus aureus.
- Gejala klinis : Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak,
dada, punggung. Sering bersama-sama merialia. Terdapat pada anak dan orang
dewasa. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan bula hipopin. Kadang-kadang
waktu penderita datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang
tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.
Gambar 2.A
Gambar 2.B
Gambar 2.C
Diagnosa banding : Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan
eritema, maka mirip dermafitosis. Pada anamnesa hendaknya ditanyakan, apakah
-
c. Impetigo neonatorum
Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonates. Kelainan
kulit serupa impetigo bulosa hanya likasinya menyeluruh, dapat disertai demam.
Gambar
Gambar 3:
3.AImpetigo neunatorum , (Sumber
Gambar
: Fitzs
3.B Patrick)
-
Diagnosa banding : Sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat
ditelapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo
paralisis parrot.
Pengobatan : Antibiotic harus diberika secara sistemik. Topical dapat diberikan
bedak salisil 2%.
2.7.2 Folikulitis
- Definisi : Peradangan yang dimulai dari folikel rambut.
- Etiologi : Biasanya Staphylococcus aureus.
- Epidemiologi: Folikulitis dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering di jumpai
pada anak anak dan folikulitis juga tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin. Jadi pria dan
wanita memiliki angka resiko yang sama untuk terkena folikulitis, dan folikulitis lebih
-
folikulitis ini.
Klasifikasi:
a. Folikulitis superfisialis: terdapat di dalam epidermis.
- Sinonim : Impetigo Bockhar
- Gejala klinis : Berukuran kecil, mudah pecah, pustule berbentuk kubah, terdapat
di kulit kepala dan biasanya multiple pada anak-anak dan pada orang dewasa di
temukan pada daerah dagu, axila, extremitas atau tungkai bawah, dan daerah
bokong.
Gambar 4 :
Folikulitis
Superfisialis
(Sumber : Fitzs Patrick)
-
infeksi. diperlukan terapi antibiotic sistemik jika terjadi lesi yang meluas.
Prognosa: Prognosa penyakit folikulitis ini adalah baik.
2.7.3 Furunkel/Karbunkel
8
Definisi :
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jiak lebih dari pada sebuah
disebut furunkulosis. Sedangkan karbunkel adalah kumpulan dari furunkel. furunkel atau
bisul adalah suatu tanda inflamasi berupa nodul dan berkembang di sekitar folikel
rambut, biasanya diawali dengan folikulitis yang berkembang menjadi abses. sedangkan
karbunkel adalah kumpulan dari furunkel dengan ukuran yang lebih besar serta terdapat
lesi infiltrative yang lebih luas.
Tempat predileksi : pada bagian dengan bantalan rambut, terutama di tempat yang
banyak friksi, misalnya aksila dan bokong dapat juga ditemukan pada bagian wajah dan
leher.
Gambar : 6.A
Gambar : 6.B
Gambar : 6.C
Gambar : 7.A
Gambar : 7.B
aureus)
Pengobatan : Terapi antibiotik untuk furunkel yang disarankan adalah
antibiotik
Streptococcus,
Etiologi: Disebabkan infeksi Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus
Epidemiologi: Sering terjadi pada traveler (orang yang bepergian) terjdi pada anak-anak,
dewasa muda, dan orang tua dengan sanitasi dan higienis yang buruk serta terdapat
gangguan imunokompromise. Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap angka
insdensi tersebut.
Gejala Klinis
10
Gambar : 8.A
Gambar : 8.B
Gambar : 8.C
maupun dewasa tempat predileksi tungkai bawah dan dasarnya terdapat ulkus.
Pemeriksaan Penunjang: Biopsi kulit dengan pewarnaan gram dari jaringan kulit dalam
dan kultur bakteri. Pewarnaan gram dari cairan vesikular dan terlihat di bawah
mikroskop biasanya dipastikan terdapat kokus gram positif yang menggambarkan grup A
streptokokus. Stafilokokus aureus bisa juga terlihat. Tes kultur dan sensitivitas dari cairan
atau kulit yang terlepas bisa digunakan untuk mengidentifikasi jenis antibiotik yang
2.7. 5 Pionikia
- Definisi : Radang sekitar kuku oleh piokokus
- Etiologi : Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau Streptococcus B hemolyticus
- Gejala Klinis :
11
2.7.6. Erisipelas
- Definisi : Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus
B hemolyticus, gejala utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan terbatas tegas
-
Gejala Klinis :
Gambar 10.A
Gambar 10.B
Pengobatan :
Penderita dianjurkan untuk istirahat total atau bedrest. Bila lokasi di tingkai bawah dan
kaki, maka bagian yang terserang ini ditinggikan posisinya (elevasi), tingginya sedikit
lebih tinggi dari pada letak kor (jantung). Higienis juga perlu diperhatikan, yaitu berupa :
menjaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu faktor predisposisi
juga harus diatasi. Pengobatan sistemik ialah antibiotic, sedangkan topical diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika.
Komplikasi:
-
1. Nefritis
2. Abses subkutan
13
3. Septisemia
4. Kematian 50% pada bayi, penderita usia tua dan yang lemah.
Prognosis: Prognosis pasien erisipelas adalah bagus. Komplikasi dari infeksi tidak
menyebabkan kematian dan kebanyakan kasus infeksi dapat diatasi dengan terapi
antibiotik. Bagaimanapun, infeksi ini masih sering kambuh pada pasien yang memiliki
faktor predisposisi. Jika tidak diobati akan ia menjalar ke sekitarnya terutama ke
proksimal.
2.7.7 Selulitis
- Definisi: Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak, sering dengan keterlibatan dari
struktur utama seperti fasia, otot, dan tendon. Infeksi yang meluas dengan melibatkan
-
dermis dan lemat di subkutan, dan sering menyebar ke otot atau tulang.
Etiologi: Selulitis terjadi pada lapisan dermis dan subkutan. Etiologi paling sering
disebabkan oleh S. pyogens, S.aureus dan GAS. Selain itu, bakteri streptokokus grup B
juga bisa menyerang bayi dan bakteri basil gram negatif bisa menyerang orang dengan
tingkat imun yang rendah. Tinea pedis biasanya menjadi port of the entry infeksi
penyakit ini. Selulitis mempunyai gejala yang sama dengan erisipelas yaitu eritema dan
sakit, tetapi dapat dibedakan dengan batas lesi yang tidak tegas, terjadi di lapisan yang
lebih dalam, permukaan lebih keras dan ada krepitasi saat dipalpasi. Selulitis dapat
berkembang menjadi bulla dan nekrosis sehingga mengakibatkan penggelupasan dan
Gejala Klinis:
Gambar :
11.A
Gambar 11:
Gambar :
11.B
Selulitis,
14
Tampak lesi yang kemerahan, bengkak, dan lembut dengan batas yang tidak jelas,
pitting edema tampak jelas, kadang kulit dapat tampak pucat karena bengkak. Ketika
mulai terjadi nekrosis, jarang tampak di permukaan, yang menjadi tanda umum adalah
-
2.7.8 Flegmon
- Definisi: Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja
ditambah dengan insisi
Gambar : 12. A
Gambar : 12. A
Gambar
12:
15
Gambar : 13. A
Gambar : 13. B
dilakukan kultur.
Pemeriksaan Penunjang: Dengan dilakukan kultur untuk membedakan dengan ulkus
yang lain, terutama ulkus yang disebabkan oleh kuman Gram negatif
Pengobatan: Antibiotik yang disarankan untuk pengobatan secara sistemik adalah
penisilin 600.000 - 1,2 juta IU intramuskular selama 5 - 7 hari; eritromisin 4 x 500 mg
kelenjar keringat, berupa abses multiple tidak nyeri dan berbentuk kubah.
Etiologi: Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Patogenesa: Bakteri Staphylococcus Aureus menginfeksi kelenjar keringat ekrin akibat
hygiene seseorang yang buruk dan system imun yang kurang. Bakteri yang masuk
direspon oleh tubuh sebagai benda asing, sehingga terjadi peradangan pada daerah yang
terinfeksi. Rasa gatal merupakan alarm yang menandakan adanya respon imun terhadap
pathogen. Rasa gatal ini yang memicu seseorang untuk menggaruk, sehingga
memperparah jaringan kulit disekitarnya yang mana hal ini membantu bakteri untuk
berkembang biak.
Gejala Klinis
Gambar 14.A
Gambar 14.A
16
Diagnosis Banding: Furunkulosis, pada penyakit ini terasa nyeri dan berbentuk seperti
2.7.11 Hidradenitis
- Definisi : Hidraadenitis merupakan infeksi kelenjar apokrin, yang biasanya disebabkan
-
Gambar : 15.A
Gambar : 15.B
dapat berbentuk absses, fistel dan sinus yang multiple. Banyak berlokasi di ketiak dan
juga perineum. Di tempat yang banyak kelenjar apokrin. Terdapat leukositosis.
-
apokrin dieksisi.
2.7.12 S4 (Staphylococcal Scaleded Skin Syndrome)
- Definisi : S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri
-
62% dan hampir seluruh kasus terjadi pada anak kurang dari 6 tahun (98%).
Anak-anak merupakan faktor resiko pada SSSS karena kekurangan imunitas dan
kemampuan renal imatur dalam pembersihan toksin (toksin exfoliative). Antibodi
maternal dapat ditransfer kepada infant melalui ASI tetapi SSSS masih dapat terjadi
18
Gambar : 16. A
Gambar : 16. B
Pemeriksaan Penunjang:
o Pemeriksaan Laboratorium
o Pemeriksaan Gram
o Kultur (mata, tenggrorok) untuk mengetahui S. Aureus.
o Pemeriksaan darah (WBC, ESR)
o Pemeriksaan PCR
o Pemeriksaan Histologi: Pemeriksaan pada tepi bula untuk melihat lapisan kulit
(epidermis) sehingga dapat mengetahui aktivitas epidermolitik kulit.
o Biopsi kulit: Pemeriksaan biopsi pada daerah kulit yang terinfeksi akan terlihat
gambaran pemisahan epidermis pada lapisan granular.
Diagnosis Banding : Penyakit ini mirip N.E.T (Nekrolisis Epidermal Toksik, bahkan
pada awalnya disebut N.E.T sebelum dilaporkan oleh Ritter). Perbedaannya S4
umumnya menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun, mulainya kelainan kulit didaerah
muka, leher, dan lipat paha, mukosa umumnya tidak diserang dan angka kematian lebih
rendah (meskipun begitu penyakit ini adalah pioderma penyebab kematian paling
19
mungkin). Kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga ada baiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologi secara frozen section agar hasilnya cepat diketahui, karena
prinsip pengobatan keduanya berbeda. Perbedaan terletak pada celah, S4 di stratum
granulosum, N.E.T di sub epidermal. Perbedaan lain pada N.E.T terdapat nekrosis
-
Ada kemungkinan penyebabnya buka kedua bakteri penyebab pioderma yang sering
terjadi.1
syok anafilaktik
Ampisillin, dosis 4500 mg, ante cunam
Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan
Kelebihan
obat
ini
adalah
juga
berkashiat
Efektivitasnya
kurang
dibandingkan
22
BAB III
KESIMPULAN
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh kedua-duanya. Pioderma merupakan penyakt yang sering dijumpai. Dibagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya
menduduki tempat ketiga dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi. Faktor
Predisposisi adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, telah ada penyakit
lain di kulit.
Karena disebabkan oleh bakteri, terapi yang diberikan menggunakan antibiotik yang
harus sesuai. Pioderma erat kaitannya dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah dan salah
satu faktor predisposisinya adalah kurang hygiene. Ini merupakan masalah yang penting
untuk Negara yang berkembang seperti Indonesia. Sehingga diperlukan peningkatan menjaga
kebersihan untuk pencegahan terhadap penyakit pioderma.
23
DAFTAR ISI
1. Djuanda A. Pioderma. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2015.
hal 71-77
2. Martodihardjo. Sunarko dkk, 2005. Impitigo dan Furunkel/Karbunkel. Dalam
Pedoman Diagnosa dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga.
Surabaya: Airlangga University Press, hal 94-97
3. Mansjoer A, Suprohaita dkk, 2000. Pioderma. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hal 76-85
4. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, Seven Edition. Mc Graw Hill; 2008.
5. Siregar, RS. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. EGC: Jakarta
6. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
24