Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

KORUPSI
Latin

: corruptio corrumpere (FA, 1951) corruptus (WSD, 1960)

Inggris

: corruption, corrupt

Perancis

: corruption

Belanda

: corruptic/korruptie

Indonesia : korupsi (Hamzah, 2005)


Istilah Korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran. Pengertian lainnya, perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976)
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya.
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok, dan sebagainya.
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi menurut Huntington
(1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang
diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka
memenuhi kepentingan pribadi.
Korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat
luas dengan berbagai macam modus. Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas
secara implisit menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan (bribery), pemerasan
(extortion), dan nepotisme.
Alatas mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau
sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan
yang dimilikinya dan dampaknya bagi kemaslahatan umum (Alatas 1999:6).
Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi
kepentingan umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaranpelanggaran norma-norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan
1

kerahasiaan, pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang
ditimbulkannya terhadap masyarakat. Istilah korupsi dapat pula mengacu pada
pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya
menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi menyangkut pula
korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan
kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik
maupun asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau
kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan
melakukan tindak korupsi.
Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya
dibagi menjadi dua, yakni budaya kraton (great culture) dan budaya wong cilik (little
culture). Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan
subyektifitas pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai
pusat budaya. Bila terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih
rendah dari pada budaya kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri
sendiri-sendiri namun tetap ada bocoran budaya.

Keadaan masyarakat yang semakin majemuk.

Greeds(keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada di dalam diri setiap orang.

Opportunities(kesempatan) : berkaitan dengankeadaan organisasi atau instansi


atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.

Needs(kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yamg dibutuhkan oleh


individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

Exposures(pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang


dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan, dll.

Macam-Macam Korupsi
1. Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 jo UU No
20 Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,
terdapat 33 jenis tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33
tindakan tersebut dikategorikan ke dalam 7 kelompok yakni :
2. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara
2

3. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap


4. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan
5. Korupsi yang terkait dengan pemerasan
6. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
7. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
8. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi, dll.
9. Menurut Aditjandra dari definisi tersebut digabungkan dan dapat diturunkan
menjadi dihasilkan tiga macam model korupsi (2002: 22-23) yaitu :
Model Korupsi
1. Model Korupsi Lapis Pertama
Berada dalam bentuk suap (bribery), yakni dimana prakarsa datang dari
pengusaha atau warga yang membutuhkan jasa dari birokrat atau petugas
pelayanan publik atau pembatalan kewajiban membayar denda ke kas negara,
pemerasan (extortion) dimana prakarsa untuk meminta balas jasa datang dari
birokrat atau petugas pelayan publik lainnya.
2. Model Korupsi Lapis Kedua
Jaring-jaring korupsi (cabal) antar birokrat, politisi, aparat penegakan hukum,
dan perusahaan yang mendapatkan kedudukan istimewa. Menurut Aditjandra,
pada korupsi dalam bentuk ini biasanya terdapat ikatan-ikatan yang nepotis
antara beberapa anggota jaring-jaring korupsi, dan lingkupnya bisa mencapai
level nasional.
3. Model Korupsi Lapis Ketiga
Korupsi dalam model ini berlangsung dalam lingkup internasional dimana
kedudukan aparat penegak hukum dalam model korupsi lapis kedua
digantikan oleh lembaga-lembaga internasional yang mempunyai otoritas di
bidang usaha maskapai-maskapai mancanegara yang produknya terlebih oleh
pimpinan rezim yang menjadi anggota jaring-jaring korupsi internasional
korupsi tersebut.

Contoh Kasus Korupsi

Kasus Korupsi pada Jajaran Pemerintahan Daerah Kota Surakarta


Korupsi Anggaran DPRD Kota Solo oleh mantan anggota DPRD Solo periode
1999-2004, Hasan Mulachela dan Heru S. Notonegoro yang Dituntut 3,5 tahun
hukuman penjara. Mereka dinilai bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara
bersama-sama, yang mengakibatkan kerugian negara sekitar Rp 4,27 miliar. Yang
pada akhirnya mereka bebas.
Korupsi Mantan pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Surakarta
Abdul Mutholib, yang dijatuhi hukuman penjara dua tahun dan denda Rp 25 juta
subsider satu bulan. Selain itu, terdakwa diharuskan membayar uang pengganti
sebesar Rp 34.795.681 bersama dengan terdakwa lainnya, yakni mantan Kepala
Disperindag Masrin Hadi. Mereka dinilai bersalah melakukan studi banding fiktif ke
Bali pada 5-9 Desember 2006, dan ke Surabaya pada 15-19 Desember 2006. selain
itu, Abdul Mutholib juga melakukan tindak pidana korupsi Proyek Wisata Kuliner
dengan nilai lebih dari Rp 200 juta yang seharusnya dana tersebut disimpan di kas dan
dikeluarkan sesuai kebutuhan.
Kasus korupsi dana APBD 2003 yang dilakukan oleh 42 anggota DPRD Kota
Surakarta periode 1999-2004. Dari 42 orang tersebut, lima diantaranya telah
menjalani pemeriksaan, yaitu Bambang Mudiarto, Ipmawan Muhammad Iqbal,
Mujahid, Rio Suseno dan H. Sali Basuki.
Kasus Korupsi mantan Wali Kota Surakarta, Slamet Suryanto sebagai
tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan buku ajar kota ini pada tahun 2003
senilai Rp3,7 miliar.
Cara Pencegahan Dan Strategi Pemberantasan Korupsi
Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita
secara sadar untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di
atas kepentingan pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun
sempurnanya peraturan, kalau ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para
pihak yang ingin korup, korupsi tetap akan terjadi karena faktor mental itulah yang
sangat menentukan.Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat
didasarkan pada 3 (tiga) pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,

Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,

Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.


4

Lembaga Yang Mencegah Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi
di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan
memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada UndangUndang Republi Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Dasar Hukum
1. Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960
Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti
Indonesia Raya yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan
dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel.
Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan korupsi yang
pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali Sastroamidjoyo, Ruslan
Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya
Lie Hok Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan
Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus
tersebut mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet
sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de
Queljoe berhasil ditangkap.
2. Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
3. Reformasi
Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi:
1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi
3. Kepolisian
4. Kejaksaan
5. BPKP
6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)
5

Ciri-Ciri Korupsi :
1.

Suatu penghianatan terhadap kepercayaan;


2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat
umumnya;
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus;
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang
berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu;
5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak;
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang
lain.
7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang
pasti dan mereka yang dapat mempengaruhinya.
8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk pengesahan
hukum.

Jenis Korupsi Dipandang Dari Segi Tipologi


1. Korupsi Transaktif (transactive corruption).
Korupsi transaktif (transactive corruption); yaitu

menunjukkan kepada

adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima,
demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya
keuntungan ini oleh kedua-duanya.
2. Korupsi yang Memeras (extortive corruption).
Korupsi yang memeras (extortive corruption); adalah jenis korupsi dimana
pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang
mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang
dihargainya
3. Korupsi Investif (investive corruption).
Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau jasa
tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain keuntungan yang
dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.
4. Korupsi Perkerabatan (nepotistic corruption)
Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah penunjukan yang tidak
sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan dalam
6

pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan


dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara
bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
5. Korupsi Defensif (defensive corruption)
Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban korupsi
dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan diri.
6. Korupsi Otogenik (autogenic corruption)
7. Korupsi Dukungan (supportive corruption)
Korupsi dukungan (supportive corruption) yaitu korupsi tidak secara langsung
menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.
Modus Korupsi

Modus Korupsi Saat Ini: Melibatkian Keluarga.

Dari

data

pengaduan

masyarakat sejak 2005 - 2012, KPK


melakukan

inventarisasi modus-modus korupsi sektor kesehatan terbanyak berupa :


7

Penyelewengan APBN/APBD sektor kesehatan, Jamkesmas, Jampersal dan

Jamkesda
Intervensi politik dalam anggaran kesehatan, jaminan kesehatan dan

ASKESKIN

Pungli oleh PNS (Dinas Kesehatan) dan pemotongan dana bantuan

Kecurangan dalam pengadaan barang/jasa, terutama alat kesehatan

Penyalahgunaan keuangan RSUD

Klaim palsu dan penggelapan dana asuransi kesehatan oleh oknum Puskesmas
dan RSUD

Penyalahgunaan fasilitas kesehatan (Puskesmas dan RSUD)

Korupsi Dalam Berbagai Perspektif


1. Korupsi Dari Perspektif Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris disebut Culture.
Kebudayaan jika dimaknai secara bebas adalah hasil cipta manusia, yang
dilandasi dari kebiasaan
2. Korupsi Dari Perspektif Agama
Hanya karena satu dirham
Rasulullah SAW bersabda :
Barang siapa membeli baju dengan harga sepuluh dirham, sedangkan satu
dirham saja dari yang sepuluh itu berasal dari sumber haram, maka Allah SWT tidak
akan menerima shalat orang tersebut selama baju itu dipakainya (HR. Ahmad).
Tidak ada satu pun agama di Indonesia yang membolehkan KORUPSI
Kelemahan rasa religius dan juga ketiadaan apresiasi terhadap nilai-nilai
kemuliaan disertai dengan lemahnya disiplin diri dan etika dalam bekerja, juga adanya
sifat tamak dan egois, hanya mementingkan diri sendiri saja mendorong terjadinya
korupsi.
Biasanya hal ini terjadi karena pendidikan yang rendah baik formal maupun
non formal. Semua kelemahan tersebut tentu akan mengurangi integritas.
3. Korupsi Dalam Perspektif Hukum

Korupsi merupakan suatu perbuatan melawan hukum baik secara langsung


maupun tidak langsung dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara yang
dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan
dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.
Dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia, sesuai
dengan asas hukum maka diterapkan peraturan khusus tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi yaitu UU No. 3 Tahun 1971, UU No. 31 Tahun 1999 dan UU No. 20
Tahun 2001, akan tetapi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kejahatan
seperti kejahatan perpajakan, money laundering, kehutanan, perikanan, pertambangan
dan sebagainya yang deliknya dapat memenuhi unsur-unsur perbuatan korupsi,
berlaku peraturan perundang-undangan masing-masing.

BAB II

Good and Clean Governance


Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih
Good & clean governance tidak terbatas pada pemerintah tapi juga non
pemerintah. Pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa Jika dilakukan dengan
efektif, efisien, jujur, transfaran dan bertanggungjawab.
Paradigma Pengelolaan Negara
Good and clean governance agar berhasil harus ditopang dua unsur yaitu
negara dan masyarakat madani.
Merubah Pola Pelayanan Publik
birokrasi elitis(dilayani)
birokrasi populis (melayani)
Prinsip Pokok Good and Clean Governance
1. Partisipasi (participation)
2. Penegakan hukum (rule of law)
3. Transparansi (transparancy)
4. Responsif (responsiveness)
5. Orientasi kesepakatan
6. Keadilan (equity)
7. Efektivitas and efisien
8. Akuntabilitas (acountability)
9. Visi stategis (strategic vision)
Rule of law
a.
b.
c.
d.
e.

Supremasi hukum (the supremacy of law)


Kepastian hukum (legal certainty)
Hukum yang responsif
Hukum yang konsisten & non diskriminatif
Independensi peradilan
Pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa jika seluruh mekanisme

pengelolaan negara harus dilakukan secara terbuka transparan.


Tujuh Macam Korupsi Yang Dapat Dilakukan yaitu:
1. Transactive Corruption
10

Transactive coroption adalah korupsi yang dilakukan saat transaksi,


biasanya terjadi saat tawar menawar pekerjaan publik dengan bargaining harga
bersih dan harga kotor dan kedua belah fihak mengambil keuntungan dari
transaksi itu dengan merugikan negara.
2. Extortive Corruption
Extortive coruption adalah korupsi pemerasan, yakni pihak tertentu
memeras pelaksana pekerjaan sehingga hasilnya tidak optimal.
3. Investive Corruption
Investive corruption adalah korupsi dimana terjadi kesalahan dalam
kebijakan, yakni investasi yang belum memiliki kepastian dalam perolehan
keuntunganya.
4. Nepotistive Corruption
Nepotistive corruption adalah korupsi nipotisme, yakni pemberian
pekerjaan pada lingkaran keluarga sehingga mengurangi efektifitas kontrol.
5. Defensive Corruption
Defensive corruption adalah korupsi untuk mempertahankan diri,
yakni pihak korban memberikan sesuatu kepada pihak lain untuk
mempertahankan diri dan prilaku pemberianya itu merugikan negara.
6. Autugenic Corruption
Autogenic corruption adalah korupsi yang dilakukan oleh seseorang
dan tidak melibatkan orang lain seperti seorang anggota dpr melahirkan uu
yang dapat menguntungkan dirinya.
7. Supportive Corruption
Supportive corruption adalah korupsi untuk melindungi kegiatan
korupsi lain yang telah dilakukanya.
Prinsip Pokok Good and Clean Governance
Dapat dilaksanakan melalui 5 prioritas program :
1. Penguatan peran dan fungsi lembaga perwakilan
2. Kemandirian lembaga peradilan
3. Profesionalitas dan integritas aparatur pemerintahan
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka daerah

11

INDONESIA

PILIPINA

VIETNAM

INDIA

CHINA

KORSEL

HONGKONG

MALAYSIA

SINGAPORA

100%
50%

TAILAND

0%

CORRUPTION

Hasil survei persepsi publik mengenai political and ekonomic consultancy (perc)
sejak 1998-2005 menempatkan indonesia negara paling korup.

Kegagalan Pembangunan Indonesia


Karena korupsi menjadikan ekonomi biaya tinggi, politik tidak sehat dan
moral terus merosot.
Pengertian Korupsi
1. Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan rpibadi,
merugikan kepentingan umum dan negara.

12

2. Menurut BPKP pusat jakarta korupsi

adalah tindakan yang merugikan

kepentingan umum dan masyarakat luas demi keuntungan pribadi atau


kelompok tertentu.
Mekenisme Penanggulangan Korupsi yaitu:
Politik, edukasi, kelembagaan, legal, religi dan good governance.
tugas birokrasi pemerintahan

pelayanan publik

memberikan jasa baik oleh

pemerintah maupun swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna
memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Tidak semua aparat pemerintah
menyadarinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Birokrasi
1.
2.
3.
4.
5.

Manajemen organisasi
Budaya kerja dan organisasi
Kualitas SDM yang dimiliki
Koordinasi kerja dalam birokrasi
Kepemimpinan yang efektif

Periodesasi Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia Dalam Lintasan


Sejarah Pemberantasan Korupsi Pada Masa Orde Lama
1. Masa soekarno (orde lama)
Pada awalnya kebijakan pemberantasan korupsi bermula dari uu no.74 tahun
1957 tentang keadaan bahaya yang dibuat oleh pemerintah yang kemudian ada
peraturan penguasa militer no. Prt/pm/06/1957 yang dibuat oleh kolonel zulkifli
lubis karena pemerintah dianggap tidak mampu untuk memberantas korupsi.
Setelah itu pemerintah mengeluarkan perpu no.24 tahun 1960 sebagai pengganti
uu sebelumnya.
Peraturan yang pernah ada:
a. Peraturan penguasa militer nomor prt/pm/06/1957 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi
b. Peraturan
penguasa

perang

kepala

staff

angkatan

darat

nomor

prt/peperu/c13/1958 tanggal 16 april 1958


c. Peraturan penguasa perang pusat kepala staf angkatan laut nomor prt/z.i/1/7
Hambatan
Upaya yang dilakukan pemerintah sebagai wujud kebijakan untuk
pemberantasan korupsi, realisasinya tidak berhasil karena penguasaan bisnis oleh
militer dan kolusi yang dilakukan oleh para pejabat negara.
13

Pemberantasan Korupsi Pada Masa Orde Baru


2. Masa soeharto (1967-1998)
Kebijakan yang diambil:
a.
b.
c.
d.

1967: keputusan presiden no.228 tahun 1967


1970: dibentuk komisi iv berdasarkan keputusan presiden no.12 tahun 1970
1971: uu pemberantasan tindak pidana korupsi no.3 tahun 1971
1977: intruksi presiden no.9 tahun 1977 tentang pembentukan tim operasi

tertib
e. 1980: UU No.11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana suap dan PP No.30 tahun
1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Realisasi dari semua kebijakan yang dibuat oleh presiden soeharto kurang
berjalan efektif malah sebaliknya tindak korupsi semakin merajalela serta
realisasinya dipertanyakan karena tingkat korupsi semakin menjadi, hal ini
dapat kita lihat pada tabel indeks prestasi korupsi (IPK).
Indeks prestasi korupsi (IPK) dunia pada masa Soeharto
Tahun IPK Peringkat
Jumlah Negara
1995
1,94
1
41
1996
2,65
10
54
1997
2,72
7
52
1998
2,00
6
85
Hambatan
1. Banyaknya para penguasa dan pengusaha yang melakukan tindak korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) di masa itu.
2. Pada pelaksanaan UU No.3 tahun 1971 hambatan yang dihadapi antara lain
adalah tidak mengatur spesifik yang berwenang menyidik tindak pidana
korupsi.
3. Kebijakan UU No.8 tahun 1974 kendalanya adalah membuka peluang,
pembenaran pada pertanggungjawaban instansi untuk menyeleksi dan
memilah pelanggaran dan penindakan, hanya masalah internal instansi.
Pemberantasan Korupsi Pada Masa Reformasi
3. Masa b. J. Habibie (1998-1999)
Kebijakan yang diambil:
a. 1998: tap MPR No.xi/mpr/1998 serta menghasilkan uu no.28 tahun 1998
tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN.
b. 1999: UU No.31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagai penyempurna uu no.3 tahun 1971.
Realisasi kebijakan yang dikeluarkan pada masa pemerintahan b. J. Habibie
belum secara signifikan menekan angka kebocoran anggaran disana-sini.

14

4. Masa Abdurahman Wahid (1999-2001)


Kebijakan yang diambil antara lain:
1. 1999: membentuk komisi pemeriksaan kekayaan negara berdasarkan
keputusan presiden No.127 tahun 1999 dan terbitnya surat kepres 13 Oktober
1999 tentang pemeriksaan kekayaan penyelenggara negara berdasar standar
pemeriksaan yang telah ditetapkan.
2. 2000: Kepres No.44 tahun 2000 tgl 10 Maret 2000 tentang komisi
Ombudsman Nasional.
Hambatan
Pada kepres no.44 tahun 2000 tanggal 10 maret 2000 mengalami kendala
yaitu:
laporan ombudsman hanya sedikit yang ditindak lanjuti terkait tidak ada
infrastruktur yang baik serta laporan yang

diajukan

tidak

mungkin

ditindaklanjuti karena tidak ada unsur pemaksa.


5. Masa Megawati Soekarno Putri (2001-2003)
Kebijakan yang diambil:
a. 2001: UU No.20 tahun 2002 tentang perubahan atas uu no.31 tahun 1999
tentang pemberantasan tindak korupsi serta pembubaran tim gabungan
pemberantasan korupsi karena adanta putusan uji materil mahkamah agung.
b. 2002: UU No.30 tahun 2002 tentang pembentukan komisi pemberantasan
tindak korupsi, diisyaratkan pembentukan komisi itu satu tahun setelah
pembentukan uu.
c. 2003: presiden mengeluarkan kepres no. 73 tahun 2003 tentang pembentukan
panitia seleksi calon pimpinan komisi pemberantasan tindak pidana korupsi
serta indonesia menandatangani konfrensi pbb tentnag pemberantasan korupsi
di New York, kamis 18 desember 2003.
Realisasi pada masa pemerintahan megawati sama seperti masa pemerintahan
sebelumnya.

6. Masa Susilo Bambang Yudhoyono (2004-Sekarang)


Secara hukum belum ada kebijakan yang ditetapkan sby akan tetapi
pemberantasan tndak korupsi merupakan agenda politik yang menjadi prioritas
kabinet indonesia bersatu, terbukti pada pengungkapan kasus besar korupsi antara
15

lain pembobolan bank bni 1946, korupsi di kpu, kasus ilegal logging,
penyelundupan BBM Pertamina dan dugaan kasus korupsi di masyarakat.
Realisasinya:
Setelah satu tahun masa pemeintahan sby, upaya pemberantasan korupsi masih
terlalu sedikit dan bekerja di tempat.
Hambatan
Fenomena korupsi masih menjadi bussiness as ussual dan tak asing lagi, tercium
baunya namun tidak ada seorang pun yang bisa dituduh melakukannya karena
pembuktian korupsi.

BAB III
Prinsip-Prinsip Anti Korupsi
Prinsip-prinip anti korupsi yaitu :
1. Transparansi

16

Transparansi: prinsip yang mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan


secara terbuka, sehingga segala bentuk penyaitumpangan dapat diketahui oleh
publik.
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses
dinamika struktural kelembagaan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan
dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust )
Perlunya keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi:
a. Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,
implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap
kinerja anggaran.
b. Proses penyusunan kegiatan. Hal ini terkait pula dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan
alokasi anggaran (anggaran belanja).
c. Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang
berkaitan dengan strategi penggalangan dana, mekanisme pengelolaan
kegiatan mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial
dan pertanggungjawaban secara teknis.
d. Proses pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah kegiatan yang
diusulkan oleh masyarakat sendiri.
e. Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan kegiatan yang dilakukan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif,
tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put kegiatan.

Kontrol Masyarakat sangat diperlukan

Proses Perencanaan
Program Pembangunan,
Anggaran Pendapatan
Kontrol
Masyarakat

Evaluasi dan Penilaian


Kinerja Anggaran

Implementasi
Alokasi Sektor,
17

Laporan Pertanggungjawaban
Out Put

Pelaksanaan,

Contoh: sipenmaru di Poltekkes dilaksanakan dengan memperhatikan 5


proses transparansi. Proses pengganggaran melibatkan peran aktif jurusan
dengan memperhatikan kuota, daya tampung dan anggaran yang tersedia, baru
dirapatkan untuk verifikasi tingkat Direktorat sebagai bahan penyusunan
kegiatan, kemudian dibahas biaya apa saja yang boleh dipungut oleh masingmasing jurusan dengan mengacu pada kebijakan yang berlaku,
Penentuan kelulusan ditetapkan mengacu pada kebijakan yang berlaku. Hasil
kegiatan tersebut dibuat laporan serta dipertanggungjawabkan oleh Direktur
Poltekkes kepada Kepala PPSDM Kesehatan serta diperiksa oleh ItJen
Kemenkes dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Dalam bentuk yang paling sederhana, keterikatan interaksi antar dua individu
atau lebih mengharuskan adanya transparansi mengacu pada keterbukaan &
kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan karena kepercayaan,
keterbukaan, & kejujuran merupakan modal awal yang sangat berharga bagi
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tanggungjawabnya pada masa kini dan
masa

mendatang

(Kurniawan,

2010)

Mahasiswa

diharapkan

dapat

melaksanakan ke 5 proses transparansi tersebut dalam kehidupan sehari-hari,


baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat, organisasi, atau
institusi.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja
Prinsip akuntabilitas membutuhkan perangkat pendukung baik berupa:
- Perundang-undangan (de jure) &
- Komitmen & dukungan masyarakat (de facto) baik pada level
budaya
(individu dengan individu) maupun pada level lembaga.
a. Akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan
melalui mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan semua kegiatan.
b. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan
manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun
manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.
18

Contoh kegiatan sipenmaru di Poltekkes. Prinsip akuntabilitas


diwujudkan dengan membuat pelaporan & pertanggungjawa-ban,
yang tidak hanya diserahkan kepada Direktur Poltekkes dan Badan
PPSDM Kesehatan, melainkan juga kepada semua pihak, khususnya
kepada lembaga-lembaga kontrol seperti ItJen Kemenkes yang
membidanginya serta kepada masyarakat dan Poltekkes juga
mengadakan

evaluasi

bukan

hanya

terhadap

pelaksanaan

penyelenggaraan kegiatan tersebut, tetapi juga dievaluasi dampak


terhadap kelangsungan PBM, kelulusan, dan masa tunggu bekerja.
Prinsip akuntabilitas harus mulai diterapkan oleh mahasiswa dalam
program kegiatan kemahasiswaan

Dengan harapan bahwa integritas atau kesesuaian antara aturan


dengan pelaksanaan kerja pada diri mahasiswa dapat semakin
ditingkatkan.
3. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betulbetul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
3 model kontrol kebijakan
Partisipasi:
Melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam
penyusunan dan pelaksanaannya.
Evolusi:
Mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak.
Reformasi;
Mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
Contoh reformasi: jika pelaksanaan ujian seleksi penerimaan
mahasiswa baru aturan yang berlaku belum efisien. Misalnya uji tulis
menggunakan paper base test masih terdapat kecurangan, maka
penyelenggaraan selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk computer
base test atau one day service
Perbedaan kontrol terhadap kebijakan tergantung pada sistem yang
terbangun. Dalam sistem demokrasi yang sudah mapan (established),
19

kontrol kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui partisipasi, evolusi, &


reformasi.
4. Kebijakan
Kebijakan antikorupsi
Mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyaitumpangan yang dapat

merugikan negara dan masyarakat.


Tidak selalu identik dengan undang-undang (UU) antikorupsi, namun
bisa berupa UU kebebasan mengakses informasi, UU desentralisasi,
UU anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan
masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan
penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.

4 Aspek Kebijakan Anti-Korupsi

Pembuat

Isi

Kebijakan Antikorupsi

Pelaksana
Isi kebijakan: Kebijakan antikorupsi akan efektif apabila di dalamnya

terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi.


Kultur
Pembuat kebijakan: Kualitas isi kebijakan tergantung pada kualitas

dan integritas pembuatnya.


Pelaksana kebijakan: Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi
apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan; yaitu kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.


Kultur kebijakan: Eksistensi sebuah kebijakan terkait dengan nilainilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang-undang antikorupsi. Lebih jauh kultur kebijakan
ini

akan

menentukan

tingkat

partisipasi

masyarakat

dalam

pemberantasan korupsi

20

Contoh: Sipenmaru di Poltekkes, kebijakan/aturan penerimaan mahasiswa


baru yang isinya tergambar dalam aturan-aturan seleksi penerimaan
mahasiswa baru dilaksanakan sesuai dengan buku pedoman, dimana
pembuat kebijakan penerimaan mahasiswa baru tersebut adalah Badan
PPSDM Kesehatan, dan apabila penyelenggaraan tidak sesuai aturan yang
ditetapkan, hal tersebut akan menjadi temuan ItJen Kemenkes. Seluruh
perangkat pelaksana sipenmaru di Direktorat menjalankan sesuai dengan
aturan-aturan yang sudah ditentukan.
5. Kewajaran
Prinsip fairness ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi dalam
penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya
Lima langkah penegakkan prinsip fairness :
1. Komprehensif dan disiplin: mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan
tidak melampaui batas (off budget).
2. Fleksibilitas: adanya kebijakan tertentu untuk efisiensi dan efektifitas.
3. Terprediksi: ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for
money dan menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip
fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.
4. Kejujuran : adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran
yang disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
Kejujuran bagian pokok dari prinsip fairness.
5. Informatif : adanya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses
pengambilan keputusan. Sifat informatif ciri khas dari kejujuran.
Contoh: Dalam sipenmaru dilaksanakan sesuai usulan dari jurusan,
dilakukan verifikasi oleh direktorat dan seleksi sesuai kriteria.
Penentuan kuota

mahasiswa baru yang diterima sesuai ketentuan,

tetapi bila pendaftar menurun pada saat daftar ulang atau tidak
mencapai kuota yang sudah ditentukan akan dirapatkan kembali untuk
pengisian kuota yang belum terpenuhi melalui jalur lain. Kuota yang
belum tercapai diisi dengan pemanggilan calon mahasiswa cadangan
yang sudah disiapkan dari kuota yang tersedia. Calon mahasiswa yang
diterima termasuk cadangan yang sesuai kriteria, diumumkan secara
on line maupun tidak.
21

Prinsip

kewajaran

bertujuan

untuk

mencegah

praktek

ketidakwajaran/penyimpangan dalam segala level kehidupan prinsip


kewajaran dapat menggiring setiap kegiatan khususnya yang berkaitan dengan
penganggaran agar berjalan secara wajar, jujur, dan sesuai dengan prosedur
yang telah disepakati bersama
Dapat diterapkan oleh mahasiswa agar dapat bersikap lebih waspada dalam
mengatur beberapa aspek kehidupannya seperti: penganggaran, perkuliahan,
sistem belajar, maupun dalam organisasi & memiliki kualitas moral yang lebih
baik

BAB IV
Nilai-Nilai Anti Korupsi
Menurut Romi dkk (2011) faktor penyebab korupsi
adalah: - faktor internal (niat) dan
- faktor eksternal (kesempatan)
22

Upaya

pencegahan

korupsi

pada

dasarnya

dilakukan

untuk

mengurangi/menghilangkan faktor penyebab korupsi.


1. Nilai-nilai antikorupsi harus dimiliki oleh setiap individu untuk menghindari
munculnya faktor internal. Sedangkan
2. Untuk mencegah faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai antikorupsi,
setiap individu juga harus memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
antikorupsi
Nilai-nilai dan prinsip-prinsip antikorupsi harus tertanam dalam diri individu
agar terhindar dari perilaku korupsi
Berikut nilai-nilai anti korupsi :
1. Jujur
Menurut Sugiono (2008) Jujur diartikan sebagai lurus hati, tidak
salah satu sifat yang sangat penting bagi

bohong, & tidak curang

kehidupan mahasiswa, tanpa sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam
kehidupan sosialnya. (nilai dasar penegakan integritas)
Nilai kejujuran pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam bentuk tidak
melakukan kecurangan akademik, seperti: - tidak mencontek,
- tidak melakukan plagiarisme
- tidak memanipulasi daftar hadir dll
Nilai

Kejujuran

kemahasiswaan,

juga

dapat

seperti:

diwujudkan

membuat

dalam

laporan

kegiatan

organisasi

keuangan

kegiatan

organisasi/kepanitiaan dengan jujur


Nilai kejujuran harus dipegang teguh oleh mahasiswa sejak awal untuk
memupuk & membentuk karakter sedini mungkin dalam setiap pribadi
mahasiswa
Kejujuran dalam bekerja akan membentengi diri terhadap godaan untuk
berbuat curang atau bohong
Permasalahan yang hingga saat ini masih menjadi fenomena dikalangan
mahasiswa yaitu: budaya ketidakjujuran (mencotek, plagiarisme, titip absen)
fakta menunjukkan bahwa budaya ketidakjujuran kian menggejala
Perilaku mencontek, plagiarisme & titip absen merupakan manifestasi
ketidakjujuran yang pada akhirnya memunculkan perilaku korupsi
Persoalan ketidakjujuran merupakan hal yang mengkhawatirkan & perlu
perhatian serius apabila budaya ketidakjujuran mahasiswa seperti mencontek,
23

plagiarisme, titip absen dll tidak segera diberantas maka PT menjadi bagian
dari pembibitan moral yang detruktif di Indonesia
2. Disiplin
Menurut Sugiono (2008) disiplin adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan
Disiplin adalah kunci keberhasilan. ketekunan & konsisten untuk terus
mengembangkan potensi diri membuat individu akan mampu memberdayakan
dirinya dalam menjalani tugasnya
Individu yang disiplin tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang

mendambakan kekayaan dengan cara mudah


Nilai kedisiplinan pada mahasiswa dapat diwujudkan antara lain:
- Mampu mengatur waktu untuk
menyelesaikan tugas dengan baik
- Patuh pada peraturan yang berlaku
- Mengerjakan tugas selesai tepat waktu
Manfaat disiplin:
- Mahasiswa dapat mencapai tujuan hidup dengan
waktu yang lebih efisien
- Dipercaya
- Diperoleh hasil belajar yang maksimal
Tidak jarang dijumpai perilaku & kebiasaan mahasiswa yang
menghambat/tidak menunjang proses pembelajaran antara lain:
- Sering dijumpai mahasiswa yang malas
- Terlambat hadir
- Tidak mengerjakan tugas kelompok
- Melaksanakan tugas individu tidak tepat waktu dll
Punishment yang tegas harus diberikan tanpa toleransi, al:
- Tidak diizinkan masuk kelas apabila datang terlambat
- Nama tidak dicantumkan apabila tidak mengerjakan tugas
- Tidak diberikan nilai jika memasukan tugas tidak tepat waktu
Hal tersebut merupakan sebuah pembelajaran yang sederhana namun akan
berdampak luar biasa kedepannya kata pepatah sedikit demi sedikit lama
lama menjadi bukit, begitu pula apabila kebiasaan buruk dibiarkan maka

kejahatan yang lebih besar dapat dilakukan.


Peran dosen: role model/teladan, sabar, penuh
pengertian.
Dosen harus mampu mendisiplinkan mahasiswa, dosen perlu:
- Membantu mengembangkan pola perilaku mahasiswa, misal: waktu
belajar dirumah, lama mahasiswa harus membaca/mengerjakan
tugas
- Menerapkan peraturan akademik sebagai alat & cara menegakkan
disiplin, misal: menerapkan reward and punishment secara adil,
sesegera mungkin & transparan (Siswadi,2009)
3. Tanggung Jawab

24

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya atau


kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan & diperkarakan (Sugiono,
2008)
Pribadi yang utuh & mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaanya adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia
Seseorang yang memiliki kesadaran bahwa segala tindak tanduk dan
kegiatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
Tuhan YME, masyarakat, negara dan bangsa

orang tersebut tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela.


Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik & akan

memperoleh

kepercayaan
Tanggung jawab merupakan nilai penting yang harus dimiliki oleh
mahasiswa
Penerapan nilai tanggung jawab pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam
bentuk:
- Memiliki prinsip & tujuan arah masa depan
- Memiliki sikap yang menonjolkan generasi penerus tenaga kesehatan
yang berguna dalam mengembangkan profesinya
- Selalu belajar menjadi generasi muda yang berguna, selain memiliki
sikap & kepribadian yang baik
- Mengikuti semua kegiatan yang dijadwalkan
- Menyelesaikan tugas & praktik secara individu dan kelompok dengan
baik dan tepat waktu
4. Adil
Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.
Keadilan adalah penilaian sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni
dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum.
Pribadi yang adil akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya.
tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah
upayakan.

25

Jika ia seorang pimpinan, ia akan memberikan kompensasi yang adil

kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya, ia juga ingin


mewujudkan keadilan & kemakmuran bagi masyarakat & bangsanya
Mahasiswa dapat mengembangkan nilai keadilan dalam kehidupan

sehari-hari, misal:
- Memberikan pujian tulus pada yang berprestasi
- Memberikan pelayanan perawatan yang sama
kepada semua klien (tidak membedakan
status sosial, agama, ras dll)
- Adil terhadap dirinya sendiri, seperti belajar
maksimal sebagai sebuah keadilan terhadap
potensi & bakat yang diberikan Allah SWT
Bagi mahasiswa, karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa perkuliahan
agar mahasiswa dapat mempertimbangkan & mengambil keputusan secara adil
dan benar.
5. Berani
Orang yang memiliki karakter kuat:
berani menyatakan kebenaran, mengaku kesalahan, bertanggung
jawab & berani menolak kebatilan.
tidak akan mentoleransi adanya penyaitumpangan & berani
menyatakan penyangkalan dengan tegas
Berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega &
teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang
Tidak takut dimusuhi & tidak takut tidak memiliki teman kalau
ternyata mereka mengajak kepada hal yang menyimpang
Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa, misalnya
berani:
- Bertanya pada dosen jika tidak mengerti
- Mengemukakan pendapat ketika berdiskusi/maju ke depan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
- Melaporkan temannya yang membuat tugas/makalah copy paste,
mencontek, diskusi saat ujian, diintimidasi
- Mengajukan saran untuk perbaikan PBM dengan cara yang santun
- Menulis artikel, pendapat, opini dimajalah dinding, jurnal dll
- Menolak ajakan tawuran/perbuatan tercela dll
Diperlukan pengetahuan yang mendalam untuk menerapkan nilai
keberanian yang membuat mahasiswa menjadi menguasai masalah yang
dihadapi.
Mahasiswa memerlukan keberanian untuk mencapai sukses

26

6. Peduli
Peduli adalah mengindahkan, memperhati-kan, dan menghiraukan (Sugiono,
2008)
Pribadi dengan jiwa sosial tinggi (memiliki sifat kasih sayang) tidak akan
tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar justru
ia berupaya untuk menyaitusihkan sebagian penghasilannya untuk membantu
sesama.
Nilai kepedulian mahasiswa harus mulai ditumbuhkan sejak berada di
kampus.
Nilai kepedulian dapat diwujudkan dengan berusaha ikut:
- Memantau jalannya PBM & sistem pengelolaan sumber daya di kampus
- Memantau kondisi infrastruktur lingkungan kampus
- Jika ada teman yang tertimpa musibah, mahasiswa dengan sukarela
membantu
- Tidak merokok, karena asap rokok yang ditimbulkan dapat merugikan diri
sendiri & orang lain
- Membuang sampah pada tempatnya
- Menghargai & menghormati teman, dosen, & karyawan
- Terlibat aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan BEM/HIMA
- Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol/NAPZA karena bisa
menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan seperti menimbulkan perilaku adiktif,
pertengkaran, pelecehan, & mengganggu keamanan serta ketertiban
kampus
7. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan.
Kemauan identik dengan keteladanan, ketekunan, daya tahan, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, dan pantang
mundur.
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik sebesar-besarnya ia
tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat
Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target.
Namun, bekerja keras akan menjadi sia-sia jika tanpa adanya
pengetahuan.
Kerja keras dapat diwujudkan oleh mahasiswa dalam kehidupan seharihari, misalnya:
- Dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata
- Tidak melakukan jalan pintas
- Belajar & mengerjakan tugas akademik dengan sungguh-sungguh.
27

Para dosen memiliki peran penting agar setiap usaha kerja keras
mahasiswa
tidak sia-sia
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah individu yang menyadari
kebutuhannya & berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebihan.
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi
dengan masyarakat disekitarnya
8. Sederhana
Hidup sederhana:
- Membiasakan untuk tidak hidup

boros yang tidak sesuai dengan

kemampuannya
- Memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya
- Tidak tergoda untuk hidup dengan gelimang kemewahan
- Ilmu pengetahuan adalah kekayaan utama yang menjadi modal kehidupan
Menyadari bahwa mengejar harta tidak akan ada habisnya karena nafsu
keserakahan akan selalu menimbulkan keinginan untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya.
Penerapan nilai kesederhanaan pada mahasiswa dapat diwujudkan dalam
bentuk:
- Tawadhu (rendah hati) mau mengakui kelebihan orang lain, jauh dari
sifat gila hormat, ambisi pangkat/jabatan.
- Berpakaian sopan & sesuai aturan yang ditetapkan
- Merasa cukup dengan yang ada, bukan lantaran pasrah, melainkan telah
berusaha menyempurnakan usaha
- Tidak sombong ketika dipuji, & tidak rendah diri ketika dikritik
- Menyelaraskan antara kebutuhan dengan kemampuan secara realistik &
proporsional
Manfaat hidup sederhana pada mahasiswa:
- Mahasiswa dibina untuk memprioritaskan kebutuhan diatas keinginan
- Mengatasi masalah kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egois, & sikap
lainnya
- Menghindarkan dari keinginan yang berlebihan
Gaya hidup sederhana perlu dikembangkan sejak mahasiswa mengembangkan masa
pendidikannya
9. Mandiri
Mandiri diartikan tidak bergantung pada orang lain dalam berbagai hal.
Manfaat kemandirian:
- Membentuk karakter yang kuat pada diri individu untuk menjadi tidak
tergantung terlalu banyak pada orang lain
28

- Mengoptimalkan daya pikir guna bekerja secara efektif


- Tidak akan menjalin hubungan dengan pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses pendewasaan
diri, artinya tidak bergantung pada orang lain dalam melaksanakan tugas &
tanggung jawabnya
Hal tersebut penting untuk masa depan mahasiswa, dimana mahasiswa
harus

mengatur

kehidupannya

&

orang

yang

berada

di

bawah

tanggungjawabnya

Ciri mahasiswa mandiri/dewasa memiliki sikap 3 R.


- Realible dapat diandalkan
- Responsible bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuat serta
siap menanggung risiko
- Reasonable beralasan, setiap yang dilakukan dilandasi dengan dasar
pemikiran & tujuan yang jelas.
Nilai kemandirian dapat diwujudkan al:
- Mengerjakan soal ujian sendiri
- Mengerjakan tugas-tugas akademik secara mandiri
- Menyelenggarakan kegiatan kemahasiswaan secara swadana

Kesimpulan

Nilai-nilai anti
korupsi

faktor internal
penyebab korupsi

29

BAB V
Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi
Permasalahan korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf menimbulkan
skeptisime semua kalangan, termasuk mahasiswa. Maka dari itu mendesain mata
kuliah baru Anti-korupsi agar menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, tidak
monoton dan efektif bukan hal mudah. Materi tentu penting untuk memperkuat aspek
kognitif, namun pemilihan metode pembelajaran yang kreatif merupakan kunci bagi
keberhasilan mengoptimalkan intelektual, sifat kritis dan etika integritas mahasiswa.
Dosen sendiri harus menjadi komunikator, fasilitator dan motivator yang baik bagi
mahasiswa. Peran pimpinan perguruan tinggi juga diperlukan untuk menciptakan
kampus sebagai land of integrity yang mendukung efektifitas pendidikan Anti-korupsi
itu sendiri.
Peran mahasiswan dalam gerakan anti korupsi yaitu menjadi agent of change
dimana mahasiswa berperan sebagai insiator, educator, motivaor dan implementator.
Tidak hanya di lingkungan kampus saja, mahasiswa dapat terlibat dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, lingkup lokal maupun nasional. Pada lingkungan kampus,
mahasiswa dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat pada kegitan
PKN/PKL, mengontrol kebijakan pemerintah. Contoh sederhana seperti di sekolahsekolah ataupun tempat umum muncul kantin kejujuran, meskipun sulit dalam
pengawasaannya atau mendapatkan keuntungannya namun adanya kantin kejujuran
ini dapat melatih siswa-siswi sejak dini untuk bertindak jujur. Keterlibatan mahasiswa
sebagai agent of change dalam keluarga yaitu dapat menerapkan nilai-nilai religious
(aktivitas ibadah), melakukan bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri,
belajar mengakui kesalahan dan tidak menyalahkan orang lain.Sedangan keterlibatan
mahasiswa di kalanagan masyarakat, local maupun nasional yaitu dengan melakukan
nilai-nilai anti korupsi yang dimulai dari diri sendiri mulai dari hal yang kecil dan
mulai dari saat ini, mahasiswa dapat menjadi contoh/ role model bagi masyarakat.
Gerakan anti korupsi dilakukan dengan upaya perilaku individu dan system
salah satu caranya dilakukan dengan penanaman nilai-nilai antikorupsi pada

30

mahasiswa, seperti berkata dan bertindak jujur. Dengan berkata maupun bertindak
jujur,banyak hal yang bisa didapatkan yaitu : Kepercayaan, Cinta dan Rasa Hormat
Membentuk perilaku budaya jujur dapat dilakukan dengan Pendidikan
Integritas dan Pendidikan Karakter. Pendidikan integritas adalah pendidikan yang
mengedepankan pembangunan karakter. Pendidikan seperti ini tidak hanya
mengandalkan terori, tapi mahasiswa juga harus bisa mempraktikkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu Pendidikan Integritas muncul sebagai suatu
kebutuhan terhadap tantangan yang dihadapi mahasiswa, sebab tanpa prinsip dasar
integritas tidaklah mungkin tercapai tingkat efektifitas yang tinggi untuk menegakkan
kejujuran mahasiswa Untuk pendidikan karekter dapat dilakukan melalui penanaman
karakter-karakter berikut :
a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi:
berintegritas, jujur, dan loyal.
b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran
terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli
dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d.Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan
menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan
peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung
jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.

31

Вам также может понравиться