Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
FRANSISCA APRILIA MEGDALENA
(H2A011022)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
Telah lama diketahui bahwa status tiroid pada janin dan neonatus secara
bermakna berdampak jangka lama pada tingkah laku, fungsi lokomotor, bicara,
pendengaran dan kognitif. Kelambatan mengembalikan ke fungsi tiroid normal
pada janin dan neonatus, dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap,
namun bila diberikan pengobatan secepatnya setelah diagnosis dini, dapat
mengembalikan perkembangan otak dalam rentan normal. Namun demikian,
masih terdapat kelainan yang ringan pada bicara, visual dan yang lebih rendah
dikemudian hari dibandingkan dengan kontrol yang eutiroid. Jadi perkembangan
otak sangat peka terhadap hormon tiroid, tidak hanya pada saat janin dan periode
neonatal, namun juga setelahnya. Perkembangan area yang berbeda pada susunan
syaraf pusat, berhubungan dengan waktu dan lamanya defisiensi hormon tiroid,
hal ini mendukung bahwa ada periode kritis pada berbagai bagian dari otak
yang sangat peka terhadap suplai hormon tiroid.1,2,3
Hipertiroid atau tirotoksikosis adalah suatu keadaaan abnormal karena
hiperfungsi kelenjar tiroid (gondok), suatu penyakit yang banyak terjadi pada
wanita usia produktif. Fungsi kelenjar tiroid yang tidak normal berefek terhadap
kemampuan wanita untuk hamil, berpengaruh pada jalannya kehamilan, kesehatan
janin, kondisi ibu, dan bayi setelah lahir. Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan
berkisar 0,2% dari semua kehamilan, 1 dalam 2000 kehamilan, kadang-kadang
timbul kesulitan dalam diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan, sehingga
sering hipertiroidisme tidak terdiagnosis, karena kehamilan sendiri berakibat
peningkatan metabolisme basal (15 sampai 25%) yang serupa dengan gambaran
klasik hipertiroid terutama pada trimester kedua dan ketiga.2,3,4
Gangguan tiroid pada wanita 4 5 kali lebih banyak dibandingkan pria,
khususnya dalam masa subur. Sehingga tidak biasa memeriksa kelainan fungsi
tiroid sebagai pemeriksaan rutin pada wanita hamil. Padahal gangguan tiroid
sering terjadi pada wanita hamil, namun karena gejalanya tidak khas dan terjadi
keadaan hipermetabolik pada kehamilan normal, maka hal ini menambah sulit
diagnosis apabila terjadi kelainan selama kehamilan. Namun dokter harus
waspada dan harus mempertimbangkan kemungkinan adanya gangguan fungsi
tiroid, kemudian membedakan antara perubahan fisologis atau patologis, karena
kelainan fungsi tiroid pada ibu dapat berpengaruh langsung pada janin melalui
jalur transplasenta, antara lain hormon tiroid ibu yang tidak normal, reseptor
antibodi TSH atau obat anti tiroid yang diberikan pada ibu dan tentu saja secara
tidak langsung adalah perubahan fisiologis pada kehamilan ibu.5,6
Manifestasi fisik yang umum pada penyakit tiroid dapat ditutupi oleh
kehamilan dan juga kehamilan dapat menunjukkan gejala-gejala fisik yang sama
dengan disfungsi tiroid, seperti pembesaran tiroid dan bruit, melebamya tekanan
nadi, meningkatnya denyut jantung, palmar eritema dan telapak tangan yang
panas dan berkeringat. Yang tidak ditemukan pada kehamilan tanpa komplikasi
adalah tanda-tanda okular yang karakteristik berupa kelopak mata yang terbuka
lebar (stare), lid lag, miksedema pretibial, eksoftalmus, onikolosis, miopati
panggul dan bahu.5
Interprestasikan hasil tes laboratorium dengan teliti pada kehamilan. Laju
metabolisme basal secara normal meningkat ke dalam rentang yang abnormal.
Radioiodine tidak dapat digunakan untuk diagnosis atau pengobatan karena segera
ditangkap oleh tiroid janin pada kira-kira usia kehamilan 12 sampai 14 minggu.
diagnosis dibuat dengan menghitung kadar tiroksin bebas (T4), triiodotironin
bebas (T3) dan indeks T4 otau T3 bebas dalam darah. Nilai yang terakhir
ditentukan dengan mengalikan total T4 atau total T3 dengan mabila T3 resin.
Thyroid Stimulating Hormone (TSR) dan antibodi antitiroid digunakan untuk
mengevaluasi hipotiroidisme. Kehamilan yang normal mempengaruhi hasil dari
beberapa pemeriksaan tersebut. Karena kadar Thyroxine Binding Golbulin (TBG)
meningkat, kadar T3 dan T4 meningkat, sebagian besar berikatan dengan TBG ;
ambilan T3 jatuh karena kelebihan tempat ikatan TBG unsaturated. Tetapi kadar
T3 dan T4 aktif normal.6
Pada wanita hamil, hasil kehamilan penderita hipertiroid tergantung pada
apakah keadaan metabolik ini dapat terkendali. Pada wanita dimana tetap terjadi
hipertiroid walaupun telah dilakukan pengobatan, ataupun pada wanita yang tidak
dilakukan pengobatan, terdapat angka kejadian terjadinya kelainan pada
kehamilan misalnya persalinan preterm, pertumbuhan Janin yang terhambat,
keadaan lahir mati, tirotoksikosis pada neonatus, hipotiroid, don pembesaran
kelenjar gondok.5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERKEMBANGAN DAN FUNGSI KELENJAR TIROID
Perkembangan tiroid Janin diawali sebagai penebalan epitelium di dasar
lidah, kemudian bermigrasi ke trakea dan meninggalkan duktus tiroglosus secara
embriogenik. Selama bermigrasi ke kaudal, tiroid mengambil bentuk 2 lobus.
Fungsi tiroid sudah tampak pada minggu ke 12 kehamilan, saat itu sudah mampu
untuk mengumpulkan dan mengkonsentrasikan yodida. Sintesis hormon tiroksin
dan triodotironin terjadi pada minggu ke 14 kehamilan. Pada akhir kehamilan
mekanisme umpan balik hipotalamushipofisis mulai berjalan dan tiroid janin
mempunyai respons terhadap tirotropin (TSH). TSH tidak dapat melalui plasenta,
sedangkan Long Acting Thyroid Stimulating hormone (LATS), suatu 7S gama
globulin, dapat melalui plasenta. Tiroksin bebas dan triiodotironin dalam jumlah
kecil mampu melewati plasenta.5,6
Pemekatan kelenjar yodida dilakukan oleh kelenjar tiroid dan yodida ini
dioksidasi oleh tiroid peroksidose yang kemudian bereaksi dengan tirosin untuk
B. TIROTOKSIKOSIS KONGENITAL
Tirotoksikosis pada masa neonatus sangat Jarang terjadi. Mereka biasanya
dilahirkan dan ibu penderita tirotoksikosis aktif atau pemah menderita
tirotoksikosis. Tampaknya faktor penyebab tirotoksikosis neonatal adalah transfer
plasental LATS ibu. LATS telah ditemukan pada ibu maupun bayinya pada lebih
90 % kasus. Gejala tirotoksikosis neonatal adalah lambatnya kenaikan berat badan
atau kehilangan berat badan secara berlebihan, goiter, iritabilitas, takikardia,
flushing dan eksoftalmus. Sejumlah bayi tersebut mempunyai berat Kurang untuk
Masa Kehamilan (KMK). Bayi dengan kadar T4 normal pada batas atas dan yang
lahir dari ibu penderita titroksikosis, harus dicurigai dan dipantau secara ketat.
Gejala biasanya timbul dalam minggu pertama kehidupan, tetapi dapat pula
timbul pada minggu kedua. Aritmia, seperti paroksismal atriol takikardia, gagal
jantung dan kematian dapat terjadi jika tirotoksikosis ibu cukup berat. Walaupun
demikian, prognosis biasanya baik. karena keadaan tirotoksikosis bersifat
sementara. Pada beberapa kasus yang dilaporkan, terjadi percepatan pematangan
tulang dengan usia tulang lebih tua dan penutupan sutura secara prematur.3,6
Pada penanganan tirotoksikosis neonatal yang perlu mendapat perhatian
utama adalah obstruksi larings akibat adanya goiter atau adanya gagal jantung.
Tiroidektomi subtotal mungkin diperlukan pada obstruksi tersebut. Yodium
biasanya hanya diberikan pada penatalaksanaan praoperasi tirotoksikosis, karena
terbatasnya waktu untuk mendapatkan efek terapeutik. Walaupun demikian,
karena tirotoksikosis neonatal bersifat terbuka, yodium merupakan obat terpilih,
sebab yodium mempengaruhi sintesis tiroksin dan pelepasan hormon tiroid. Pada
kasus yang sangat berat, digitalis, obat sedativa, atau beta-bloker (misal
propanolol) mungkin di butuhkan.6
umum
yang
menunjukkan
terjadinya
peningkatan
kadar
T3
saja tidak terlihat adanya gejala hipertiroid (tirotoksikosis) sampai bayi tersebut
telah dipulangkan dari perawatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena obatobatan antitiroid memiliki waktu paruh kurang lebih sepuluh hari sedangkan
pengaruh dari TSH-RA dapat bertahan selama 3 minggu. Sementara bayi yang
lahir dari ibu dengan kadar TSH-RA yang tinggi tanpa menggunakan obat-obatan
antitiroid mungkin akan menunjukkan keadaan hipertiroid yang jelas segera
setelah bayi dilahirkan.2,3
Dokter anak yang merawat bayi dengan ibu hipertiroid sebaiknya
mewaspadai
bertambahnya berat badan dan kegagalan perkembangan pada bayi selama satu
minggu pertama kehidupan bayi.
E. Patofisiologi
Terdapat perbedaan yang mendasar patofisiologi penyakit Graves yang terjadi
pada bayi dengan yang terjadi pada anak dan dewasa. Penyakit Graves pada bayi
atau neonatus selalu transient atau bersifat sementara, sedangkan pada anak dan
dewasa biasanya bersifat menahun. Neonatal Graves hanya terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang menderita penyakit Graves dengan aktifitas antibodi
stimulasi terhadap reseptor TSH (TSH receptor stimulating antibodies, di sini kita
gunakan sebagai TRAb-stimulasi) yang kuat. Hal ini dikarenakan adanya TRAbstimulasi dari ibu yang mencapai bayi melalui plasenta. TRAb-stimulasi bisa
terdapat dalam sirkulasi ibu hamil yang tidak dalam keadaan hipertiroid, oleh
karena itu adanya riwayat penyakit Graves pada ibu harus menjadi pertimbangan
risiko terjadinya penyakit Graves pada bayinya.2,3
Ibu dengan penyakit Graves dapat mempunyai campuran antibodi stimulasi
dan inhibisi/blocking terhadap reseptor TSH (TRAb-stimulasi dan TSH receptorblocking antibodies atau kita sebut TRAb-inhibisi) sekaligus. Jenis antibodi yang
sampai kepada bayi melalui plasenta akan mempengaruhi kelenjar tiroid bayi,
bayi yang dilahirkan dapat hipertiroid, eutiroid atau hipotiroid, tergantung
antibodi yang lebih dominan. Potensi masing-masing dari kedua jenis antibodi,
beratnya penyakit ibu, lama paparan terhadap kondisi hipertiroid di dalam
yang
tidak
jelas
sebabnya,
hiperbilirubinema,
atau
hepatosplenomegali.
3. Riwayat atau adanya titer TRAb yang tinggi selama kehamilan ibu.
4. Riwayat atau adanya kebutuhan obat anti tiroid yang meningkat selama
kehamilan ibu.
5. Riwayat terapi ablasi tiroid dari ibu.
6. Riwayat penyakit Graves pada keluarga.
G. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis hipertiroid pada neonatal Graves ditunjukkan dengan adanya
peningkatan kadar T4, FT4, T3 dan FT3 yang disertai supresi kadar TSH. Adanya
titer TRAb yang tinggi pada ibu atau bayi.
H. PENATALAKSANAAN
Pada bayi baru lahir dengan ibu yang tetah terdiagnosis sebagai penderita
hipertiroid maka yang harus dilakukan adalah memeriksa adanya kelainan yang
dialami oleh bayi baru lahir.4,5
Pada awal pengobatan perlu diingat bahwa neonatal Graves merupakan self
limiting desease sehingga bersifat sementara, dan pengobatan dilakukan dengan
prinsip titrasi untuk menjadikan bayi dalam keadaan eutiroid. Dapat menggunakan
propylthiouracil (PTU) dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari atau methimazole
(MMI) dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3. Jika gejalanya
sangat hebat bisa ditambahkan larutan Lugol dengan dosis 1 tetes setiap 8 jam
untuk menghambat pelepasan hormon tiroid. Respon terapi harus dilakukan
dengan ketat selama 24-36 jam pertama. Bila respon terapi kurang baik, dosis
anti-tiroid bisa dinaikkan sampai 50% dan perlu ditambahkan propanolol untuk
mengurangi gejala overstimulasi simpatik, dengan dosis 2 mg/kgBB/hari.
Prednison dengan dosis 2 mg/kgBB/hari juga ditambahkan untuk mengurangi
sekresi hormon tiroid dan mengurangi konversi T4 menjadi T3 di perifer.
Konsultasikan juga dengan bagian kardiologi anak. ASI pada ibu yang
mengkonsumsi antitiroid dapat tetap diberikan bila tidak melebihi 400 mg/hari
untuk PTU, dan 40 mg/hari untuk MMI.2,4
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Faizi M, Netty EP. Penatalaksanaan hipertiroid pada anak, Divisi
Endokrinologi Bagian Ilmu Anak FK Unair RSU Dr. Sutomo Surabaya.2006
2. Rudy S. Outcome kehamilan dari ibu hipo dan hipertiroid in Pertemuan
Ilmiah Tahunan Endokrinologi . Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNDIP/
RS dr. Kariadi Semarang.2006.
3. Rossi WC, Caplin N, Alter CA. Thyroid Disorders in Children. In: Moshang
T, ed. Pediatric Endocrinology The Requisites in Pediatrics. St Louis,
Missouri: Elsevier Mosby, 2005: 171-90.
4. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Williams obstetrics, 21st ed. New
York: Mcgraw Hill Med.Pub.Div.,2001:1339-81.
5. J.Corwin, Elizabet. 2009.Buku saku patofisiologi edisi 3.EGC;jakarta.
6. Arif, Mansjoer, et al. 2000.kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 1. Media
Aesculapius; jakarta.