Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
YUDI KRISTIANTO
YUNI TRISNAENI S
WULAN PRYMARANTI
151502054
151502058
151502067
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perusahaan multinasional didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki anak
perusahaan, cabang atau afiliasi yang berlokasi di luar negeri (Eiteman, 2007:2), yang
melibatkan aktivitas internasional, yaitu melibatkan dua atau lebih mata uang yang berbeda.
Selain perusahaan multinasional, perusahaan domestic pun dapat memiliki aktivitas
internasional, yaitu jika melakukan kegiatan usaha impor dan ekspor produk, komponen dan
jasa. Keterlibatan dengan aktivitas internasional menyebabkan perusahaan harus menghadapi
risiko mata uang asing.
Foreign Exchange Exposure adalah suatu ukuran dari risiko yang dihadapi perusahaan
jika terdapat perubahan nilai tukar (kurs) mata uang. Exposure ini terdiri dari accounting
exposure (translation exposure) dan economic exposure (transaction exposure dan operating
exposure).
Economic exposure adalah fokus dari teori ekonomi dimana nilai dari suatu perusahaan
(yang ditentukan dari nilai sekarang dari arus kas di masa datang), akan berubah akibat adanya
perubahan kurs mata uang asing. Transaction exposure adalah ukuran perubahan nilai dari
kewajiban keuangan di masa lalu yang belum jatuh tempo sampai setelah adanya perubahan
kurs. Jadi transaction exposure terjadi pada arus kas perusahaan yang diakibatkan kontrak
kewajiban yang telah dilakukan. Sedangkan operating exposure yang disebut juga competitive
exposure atau strategic exposure adalah ukuran perubahan nilai dalam arus kas operasi
perusahaan di masa yang akan datang yang diakibatkan perubahan kurs yang tidak terduga
tergantung dari efek perubahan kurs tersebut terhadap unit penjualan, harga dan biaya di masa
yang akan datang. Dalam krisis ekonomi global sekarang ini, fluktuasi kurs antar mata uang
asing menyebabkan peningkatan operating exposure. Karena operating exposure dapat
mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan di masa datang, maka suatu perusahaan
membutuhkan perspektif jangka panjang, dengan anggapan bahwa operasi perusahaan akan
berkelanjutan dalam lingkup kompetisi biaya dan harga yang dapat dipengaruhi oleh perubahan
kurs antar mata uang asing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Operating Exposure
2.1.1 Definisi Operating Exposure
Eksposur operasi ialah suatu eksposur yang timbul akibat perusahaan secara langsung
atau tidak langsung akan dipengaruhi oleh perubahan kurs mata uang. Contoh yang sederhana
adalah jika mata uang suatu negara menguat, maka harga produk yang dihasilkan negara tersebut
relative lebih mahal dibandingkan dengan produk luar negeri. Hal ini mengakibatnya
menurunnya daya saing produk tersebut, dan mengakibatkan turunnya aliran kas masuk
perusahaan yang berarti menurunnya nilai perusahaan.
Eksposure operasi merupakan eksposure dari sebuah asset (valas) yang terjadi ketika
perusahaan melakukan operasi kegiatan usaha, periode setelah melakukan kontrak transaksi
sampai produk dikirim ke gudang pembeli atau saat produk/jasa diterima oleh pembeli dan
sekaligus pembeli melunasi pembayarannya. Exposure operasi (Operating Exposure) dalam
beberapa teks books mempunyai istilah berbeda namun artinya tetap sama. Nama lain dari
Operating Exposure adalah ECONOMIC EXPOSURE; COMPETITIVE EXPOSURE; AND
STRATEGIC EXPOSURE
Eksposur operasi mempunyai orientasi masa mendatang, perubahan kurs saat ini akan
mempengaruhi operasi perusahaan di masa mendatang, untuk memperjelas eksposur operasi,
contoh berikut ini akan digunakan, misal ada perusahaan Indonesia yang mempunyai cabang di
Amerika Serikat. Cabang tersebut memproduksi barang yang dijual di pasar dometic AS.
Proporsi input yang cukup signifikan datang dari Indonesia, kemudian mata uang dolar
mengalami depresiasi terhadap rupiah yang cukup signifikan. Biasanya mata uang yang di
depresiasi menimbulkan masalah karena aliran kas dengan dedominasi mata uang tersebut, jika
dikonversikan ke mata uang Negara kantor pusat akan lebih kecil dibandingkan sebelum di
depresiasi. Perubahan aliran kas karena perubahan kurs disebabkan dua hal, yaitu:
1. Perubahan daya saing, perubahan kusrs mengakibatkan perubahan daya saing, dalam
contoh diatas karena sebagian input didatangkan dari Indonesia, harga input dalam rupiah
akan menjadi lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi daya saing produk tersebut
2. Perubahan karena konversi mata uang, perubahan kurs juga mengakibatkan perubahan
aliran kas, dalam contoh diatas dengan depresiasi dolar, satu dolah AS akan
menghasilkan rupiah yang lebih sedikit jika terjadi depresiasi dolar.
Contoh:
Misalkan kusr asal adalah Rp. 3.000,00/$. Kemudian dilar mengalami depresiasi menjadi Rp.
2.700,00/$ depresiasi dolar adalah:
[(Rp. 2.700/$ - Rp. 3.000/$) / Rp. 3000/$] = [-Rp. 3.000/$/Rp. 3.000]
= -0.1/ -10%
Setelah deprediasi, ada tiga scenario yang timbul:
1. Tidak ada perubahan dalam harga biaya ataupun kuantitas yang dijual
2. Harga berubah, dan kuantitas penjualan yeyap. Misal biaya variable berubah mengikuti
depresiasi yaitu naik sekitar 10%. Kenaikan seperti ini masuk akal karena depresiasi
membuat barang impor meningkat lebih mahal, karena biaya naik maka harga dinaikan
sekitar 10%. Biaya tetap tidak berubah karena kontrak sudah ditetapkan dimuka dan
mencakup satu tahun. Kontrak diasumsikan berakhir beberapa bulan setelah depresiasi
maya uang dolar AS.
3. Karena harga naik, kuantitas penjualan akan semakin menurun.
2.1.2 Horizon Eksposur Operasi
Pengukuran eksposur operasi tidak mudah dilakukan karena beberapa hal:
1. Sulit memperkirakan aliran kas yang akan berubah karena perubahan mata uang
2. Pengaruh inflasi terhadap aliran kas
3. Sulit memperkirakan horizon waktu yang tepat
Horizon wakktu eksposur operasi, antara lain:
a. Non kontrak
Investasi pabrik, produk baru, infrastrukrut pemasaran, hubungan dengan pemasok
b. Kuasi kontrak
Menetapkan harga jual (dalam mata uang asing) memperoleh harga input untuk produksi
c. Kontrak
Mengirimkan produk ke pembeli, menagih pembayaran, menerima pembayaran dalam
mata uang asing, membayar input (sebagian dalam mata uang asing) selam aperiode
tertentu di masa mendatang.
Perusahaan mulai menghadapi eksposur pada saat dia memutuskan melakukan investasi, dan
menanamkan dana untuk investasi tersebut. Kemudian eksposur tersebut akan terus ada selama
perusahaan tersebut menjalankan operasinya.
2.1.3 Pengukuran Eksposur Operasi
Risiko perubahan nilai mata uang bisa diidentifikasikan dengan teknik statistic yang ada.
Risiko tersebut merupakan sejauh mana kemungkinan (probabilitas) aliran kas masuk di masa
mendatang berbeda nilainya dari nilai yang diharapkan. Sedangkan eksposur menunjukan
seberapa besar mata uang yang berisiko (karena perubahan nilai mata uang)
Teknik statistic regresi bisa digunakan untuk mengukur eksposur operasi yang bisa didefinisikan
sebagai berikut:
B = (kovarian variable x dengan y)/ Varians
Variabel x
Persamaan regresi tersebut digunakan dalam perhitungan eksposur aliran kas terhadap
perubahan kurs mata uang yang didefinisikan sebagai berikut;
B = Eksposur = (Kovarians antara kuras dengan
aliran kas/ Varians aliran kas)
Koefisien regresi menjadi indicator eksposur ekonomi. Hedging bisa menurunkan risiko
perubahan aliran kas akibat perubahan kurs. Varians aliran kas yang dihedge lebih kecil
dibandingkan dengan varians aliran kas yang tidak di hedge. Data historis bisa digunakan untuk
mengukur eksposur ekonomi dengan melakukan perhitungan regresi time-series intik
memperikrakan sensitivitas aliran kas terhadap perubahan kurs dengan rumus sebagai berikut;
CFt = a+B (kurst) + e
Keterangan:
CFt
= Parameter intercept
Kurs
= ramdom error
kesempatan
untuk
c. Promosi
Untuk menghadapi perubahan kurs, promosi dilakukan konsisten dengan strategi
produk harga
d. Distribusi
Strategi distribusi mengikuti strategi pasar dan produk.
B. Produksi
1. Komposisi input
Salah satu perubahan yang ringan sebagai akibat peribahan kurs adalah mengubah
komposisi input. Perusahaan multinasional mempunyai fleksibilitas yang tinggi
dalam hal ini. Perusahaan biasa menggunakan input yang lebih banyak dari
negara yang mata uangnya mengalami depresiasi dan mengurangi input dari
negara dengan mata uang yang menguat.
2. Pemindahan fasilitas produk
Perusahan multinasional yang mempunyai produk di beberapa negara, tingkay
produksinya bisa diubah. Tingkay produksi akan ditinggalkan di pabrik di negara
yang mata uangnya lemah. Sebaliknya, jika maya uang suatu negara memuat
tingkat produksi di pabrik di negara tersebut akan diperkecil.
3. Lokasi Pabrik
Dalam jangka pendek kebijakan produksi seperti mengubah komposisi input atau
memindahkan fasilitas produksi bisa memindahkan lokasi pabriknya, yang
biasanya ke negara yang tenaga kerjanya lebih murah, sehingga bisa menekan
biaya produksi bisa ditekan.
4. Meningkatkan produktivitas
Salah satu cara mengatasi masalah eksposur ekonomi yang cukup fundamental
adalah dengan meningkatkan produktivitas. Pabrik yang tidak efisien ditutup,
otomatisasi bisa lebih diperbanyak hubungan manajemen dengan pekerja lebih
dipererat, hubungan dengan pemasok dan pihak lain yang terkait lebih dipererat,
kualitas ditingkatkan. Dengan meningkatkan produktivitas, kebutuhan relokasi
pabrik menjadi lebih berkurang karena perusahaan multinasional bisa
mengkompensasi eksposur mata uang asing dengan kenaikan produktivitas.
C. Keuangan
Beberapa teknik dalam keuangan bisa dipakai untuk mengelola eksposur operasi antara
lain:
1. Hedging Alamiah
Melalui hedging alamiah, perusahaan multinasional berusaha menyeimbangkan
denominasi aliran kas masuk dengan denominasi aliran kas keluar. Ada beberapa cara
c. Jangka panjang
Dampak ini adalah dampak dimana aliran kas jangka panjang yang diharapkan yaitu
diatas lima tahun, aliran kas pada tingkat ini akan dipengaruhi oleh reaksi pesaing yang
sudah ada dan pesaing potensial terhadap perubaha nilai tukar mata uang dibawah kondisi
keseimbangan.
2.2.1 Manajemen Stratejik Operating Exposure
Strategi operasi tertentu bisa menutup eksposure operasi valuta asing. Dibandingkan
dengan strategi sebelumnya yaitu strategi pengelolaan eksposure transaki (dengan kontrak),
biaya strategi operasi ini relative lebih tidak pasti. Pada suatu saat, operasi dapat menjadi kurang
efisien atau menyimpang dari rencana, pada saat lain, penelahaan yang lebih cermat terhadap
prosedur operasi dapat memberikan hasil yang diharapkan. Beberapa strategi yang banyak
ditempuh MNE untuk mengelola eksposure operasi ini adalah menggunakan leads dan lags,
reinvoicing centers dan menetapkan klausula pembagian risiko dengan pelanggan.
Penjelasan dari strategi tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Leads dan Lags, To Leads is to pay early; to lag is to pay late.
Strategi ini secara sederhana melakukan pelunasan dengan dua cara yaitu membayar
utang lebih awal dan membayar utang melewati batas jatuh tempo (membayar utang
terlambat). Oleh karena proses pembayaran melalui mekanisme perbankan, maka strategi ini
bisa dilakukan dengan mentransfer dana lebih awal (strategi leads), atau mentransfer dana
lewat batas jatuh tempo pembayaran (Strategi lags).
Istilah leads berarti _mempercepat pembayaran dan lags memperlambat pembayaran. Jika
sebuah perusahaan memiliki hutang dalam mata uang kuat dunia, dimana kemungkinan mata
uang tersebut untuk berapresiasi terhadap mata uang domestic cukup besar , maka akan lebih
aman kalau perusahaan membayar lebih awal hutangnya. Kalau perusahaan berhutang dalam
mata uang lemah dunia, yang cenderung terdepresiasi terhadap mata uang domestic maka
akan lebih menguntungkan kalau perusahaan memperlambat pembayaran hutangnya.
Prinsip strategi diatas juga dapat diterapkan dalam pengumpulan piutang, yaitu
mengumpulkan piutang dalam mata uang kuat dunia secepatnya dan mengulur pengumpulan
piutang dalam mata uang lemah dunia. Strategi leads and lags terkadang juga sulit diterapkan
dalam perusahaan multinasional. Beberapa penyebabnya antara lain karena setiap anak
perusahaan dianggap sebagai perusahaan independen dan karena porsi kepemilikan induk
perusahaan terhadap perusahaan afiliasi tidak besar. Penyebab pertama, perusahaan
multinasional umumnya. telah mengantisipasi dengan menciptakan tehnik untuk menilai
kinerja setiap anak perusahaan dengan mempertimbangkan akibat dari penerapan strategi
leads and lags.
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa penggunaan leads and lags dapat meminimisasi
eksposure valuta asing dan membebankannya ke pihak lain. Beberapa negara merasa perlu
membatasi jangka waktu leads and lags, meskipun terkadang pembatasan tersebut bisa
dinegosiasikan.
2. Leads and Lags antar Perusahaan Independent (Intracompany leads and lags.)
Strategi Leading atau lagging antar perusahaan-perusahaan independen dapat dilakukan
jika perusahaana-perusahaan yang terlibat dalam transaksi bersedia mengikuti usulan
mitranya. Untuk kesediaannya itu, biasanya ada semacam kontraprestasi yang diperoleh.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan Jerman mempunyai piutang diperusahaan Italia yang
dinyatakan dalam Lira ltalia. Manajer perusahaan Jerman melihat bahwa lira Italia cenderung
selalu terdepresiasi terhadap DM (Mark Jerman). ,Oleh karena itu perusahaan Jerman
meminta perusahaan Italia segera melunasi hutangnya. Perusahaan Italia akan mau
mempercepat pembayaran utangnya, jika perusahaan Jerman memberikan kontraprestasi.
Biasanya cara yang ditempu.h adalah memberikan diskon (potongan).
3. Leads
and
Lags
antar
Perusahaan-Perusahaan
dalam
satu
Induk
Strategi leads and lag lebih mudah diterapkan antar perusahaan dalam satu induk, karena
memiliki tujuan yang sama. Transaksi antar perusahaan dalam satu induk dapat berupa
transaksi operasi atau transaksl keuangan.
4. Reinvoicing Cente
Sebuah reinvoicing center adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan multinasional
yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola eksposure operasi
perusahaan-perusahaan afiliasi
Keuntungan utama dari Reinvoicing center adalah manajemen eksposure operasi antar
perusahaan afiliasi di pusatkan pada satu lokasi. Karena semua transaksi di pusatkan di satu
tempat, volume transaksi akan sangat besar sekali. Disini reinvoicing center memiliki posisi
tawar menawar yang kuat dengan bank untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sementara itu
kerugian utamanya adalah. perusahaan harus mendirikan satu anak perusahaan khusus untuk
mengelola reinvoicing center, dimana biaya yang dikeluarkan mungkin lebih besar dari
manfaat yang diperolah.
2.3 Translation Exposure
Exposure translation atau exposure akuntansi, mengacu terhadap pengaruh perubahan
yang tidak terantisipasi dalam kurs tukar pada laporan keuangan konsolidasi. Ketika kurs tukar
berubah, nilai aset2 dan kewajiban2 perusahaan anak di luar negeri berdenominasi dalam mata
uang asing berubah ketika mereka dipandang dari perspektif perusahaan induk. Konsekuensi
adanya eksposur translasi yaitu harus ada tujuan mekanis untuk mendukung proses konsolidasi
bagi perusahaan yang secara logis berkaitan dengan perubahan - perubahan kurs tukar.
Metode eksposur translation, terdiri dari:
1. Metode lancar/ tidak lancar
Yaitu metode translasi dengan prinsip dasar bahwa aset2 dan kewajiban2 akan ditranslasi
berdasarkan pada maturitasnya. Aset-aset dan kewajiban-kewajiban lancar dengan
maturitas satu tahun atau kurang, dikonversi pada kurs tukar yang berlaku. Sedangkan
aset-aset dan kewajiban-kewajiban nonlancar ditranslasi pada kurs tukar historis, yaitu
pada saat aset atau kewajiban pertama kali dicatat di buku.
Dalam metode lancar/nonlancar, perusahaan anak dengan asset-aset lancar yang melebihi
kewajiban-kewajiban lancarnya akan menyebabkan keuntungan (kerugian) translasi jika
mata uang lokal terapresiasi (terdepresiasi), dan sebaliknya. Kebanyakan item dalam
laporan laba rugi, dalam metode lancar/non lancar ditranslasi pada kurs tukar rata-rata
selama periode akuntansi. Untuk item pendapatan dan beban yang berasosiasi dengan
aset atau kewajiban nonlancar, seperti beban depresiasi, ditranslasi pada kurs historis
yang diterapkan pada item-item neraca.
2. Metode monetari/nonmonetary
Dalam metode monetari/nonmonetari, semua rekening neraca monetari(seperti kas, surat
berharga, piutang dagang, utang wesel, utang dagang) perusahaan anak di luar negeri
ditranslasi pada kurs tukar yang berlaku. Semua rekening neraca nonmonetari, termasuk
ekuitas saham, ditranslasi pada kurs tukar historis, yaitu ketika rekening dicatat pertama
kali.
Dibandingkan dengan metode lancar/ nonlancar, metode monetari/nonmonetari berbeda
secara substansial dalam hubungannya dengan rekening seperti persediaan, piutang
jangka
panjang,
dan
utang
jangka
panjang.
Metode
monetari/nonmonetari
rata-rata
selama
periode
tersebut.
Khusus
depresiasi
danharga
pokok
penjualanditranslasi pada kurs tukar historis jika berasosiasi dengan rekening neraca yang
diperlakukan pada biaya historis.
4. Metode kurs yang berlaku
Pada metode kurs yang berlaku, semua rekening neraca ditranslasi pada kurs tukar yang
berlaku, kecuali untuk ekuitas saham. Rekening saham biasa dan agio saham
diperlakukan pada kurs tukar tersebut, yaitu pada tanggal penerbitan berurutan. Laba
ditahan pada akhir tahun sama dengan neraca laba ditahan awal plus tambahan selama
tahun tersebut. Suatu rekening ekuitas tambahan dinama- kan penyesuaian translasi
kumulatif (CTA) digunakan untuk membuat neraca seimbang, karena keuntungan atau
kerugian translasi tidak melalui laporan laba rugi menurut metode ini. Dalam metode
kurs yang berlaku, item-item laporan laba rugiditranslasi pada kurs tukar pada tanggal
item-item tersebut diakui.
2.3.1 Eksposur Translasi VS Eksposur Transaksi
Beberapa item merupakan sumber eksposur transaksi, tetapi juga merupakan sumber
eksposur translasi, dan beberapa yang lain tidak. Pada umumnya, tidak mungkin untuk
mengeliminasi kedua eksposur translasi & transaksi. Dalam beberapa kasus, mengeliminasi satu
eksposur juga akan mengeliminasi yang lain.
Karena eksposur translasi tidak mempu- nyai efek langsung segera atas arus kas operasi,
maka pengendaliannya relatif tidak pentingjika dibandingkan dengan eksposur transaksi, yang
melibatkan kerugian arus kas riel.
2.3.2 Metode Translasi
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan
sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu
pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan
seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh
pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya
pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan komunitas
keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing.
Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang
dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing
tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan rasa lokal dari laporan
valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang
minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku. Karena semua laporan
keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini
mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam
laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraanperkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan
oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu
karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi
dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta
tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran.
Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif
valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya,
jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika
kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari
perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset
tersebut dari perspektif dolar (translas biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap
dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi
kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktivavaluta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta
domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan
indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai
persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam
proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini. Metode berlaku-historis.
Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum
tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri
ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs
berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan
dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari
seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan
memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh. Metodologi ini,
sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi
konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar
tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan
digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniternonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena
item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan itemitem valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau
nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat
digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat
mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate)
denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur
berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam
jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva
lain diukur pada harga yang berlaku ketika itemitem tersebut diperoleh atau terjadi (harga
historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada
tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar.
Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang
digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang
luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung.
Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur
pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal
neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai
kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut. Metode translasi
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk
menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang
domestic
atau
metode
yang
menggunakan
berbagai
macam
kurs.
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs
terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer. Pendapatan dan beban
dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang
berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos ini
umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat
untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah operasi asing memiliki domisili pelaporannya
sendiri, lingkungan mata uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
Suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang
asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau kewajiban
tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini
dalam proses translasi.
3. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan
luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs
kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos
laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan berdasarkan kurs rata-
rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama
keseluruhan periode pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs
histories
yang
tercatat
saaat
aktiva
tersebut
diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs
akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca unutk
menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan
kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan investor
ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan
dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar
pengukuran pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing
sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini
dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan kurs nilai tukar
histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat
ditemukan hingga hari ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil
translasi mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini,
metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam mengidentifikasikan
aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat dilindungi dari resiko mata uang asing.
Kemudian, metode translasi diterapkan secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan
tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
KURS KINI YANG TEPAT
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada histories
atau kurs kini. Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban.
Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda.
Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada. Beberapa alternative yang
disarankan adalah:
Lindung nilai atas eksposur translasi dapat dilakukan dengan dua metode:
a. Lindung Nilai Neraca
Lindung nilai neraca mengeliminasi ketidaksesuaian antara aset2 bersih dengan
kewajiban2 bersih dalam denominasi mata uang yang sama.
b. Lindung Nilai Derivatif
Penggunaan lindung nilai derivatif untuk mengontrol eksposur translasi secara riel
melibatkan spekulasi sekitar perubahan-perusahaan kurs tukar valas.