Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
integrasi sinyal echo. Ketepatan dari metode ini sangat tinggi sehingga dapat diaplikan sebagai
penduga kelimpahan ikan di suatu perairan (MacLennan 1990).
Pendugaan stok ikan dalam perairan yang luas seperti di Indonesia telah banyak
diantaranya adalah dengan menggunakan metode akustik. Metode akustik memiliki kecepatan
tinggi dalam menduga besarnya stok ikan sehingga memungkinkan memperoleh data secara real
time, akurat dan berkecepatan tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup tinggi
bagi penyediaan data dan informasi sumberdaya perikanan (Maclennan dan Simmonds1992).
Pendugaan kelimpahan ikan dengan metode hidroakustik memiliki beberapa keunggulan
komperatif seperti estimasi stok dapat dilakukan secara langsung. Memiliki tingkat akurasi dan
ketetapan yang sangat tinggi, pendugaan terhadap daerah yang luas dengan waktu yang relative
lebih efisien dan singkat (tidak membutuhkan waktu yang banyak).
Split beam echo sounder terdiri dari dua aspek dan sebuah tranducer. Aspek yang
pertama yaitu display berwarna beresolusi tinggi untuk menampilkan echogram pada suaru
pengamatan dan juga berfungsi sebagai pengontrol dalam pengoperasian echo sounder. Aspek
kedua adalah tranciever yang terdiri dari transmitter dan receiver. Echosunder bim terbagi
pertama kali dimasukkan kedalam ES 3800 oleh SIMRAD diawal tahun 1980-an dan pada tahun
1985 diperkenalkan kepada nelayan di jepang sebagai alat bantu untuk penangkapan. Tranducer
Split beam
dilakukan oleh penggabungan dari empat full beam . Sinyal yang dipantulkan oleh target
diterima oleh masing-masing kuadran dan dikumpulkan kembali hingga membentuk full beam.
Gilihat dari arah pada kapal split beam terbagi empat(4) yaitu Fore, Aft, Port, dan Starboard.
Sedangkan secara prinsip Split Beam terbagi menjadi empat kuadran yakni FP.FS.AP dan AS.
Gambar 2 Bentuk Split Beam dan full beam transducer (MacLennan 1992)
Split beam echo sounder memilki fungsi Time Varied Gain (TVG) di dalam sistem
perolehan data akustik TVG ini berfungsi sebagai penghilang atenuasi (Amplifier) baik yang
disebabkan oleh geometrical spreading dan absorbs suara ketika merambat kedalam air. Ada
dua tipe fungsi TVG yaitu fungsi TVG yang bekerja untuk echo ikan tunggal yang disebut TVG
40 log R dan fungsi untuk kelompok ikan yaitu TVG 20 log R.
Gambar 3 Blok diagram dari penerima split beam echo sounder (Arnaya 1991a)
Gambar 4 Prinsip kerja Split Beam echo sounder pada pendeteksian ikan ( Simrad 1993)
Pada gambar 4 menurut Simrad, ikan A berada tepat diatas axis gain tranducer
maksimun, sedangkan ikan B berada di ujung (tepi) beam dimana gain tranducer lebih rendah.
Sehingga echo ikan A akan lebih menghasilkan hambur balik yang kuat dibandingkan echo
pada ikan B. Walaupun kedua ikan tersebut berada pada kedalaman yang sama dan berukuran
sama. Untuk menentukan ukuran ikan dari echo strength saja tidak cukup, bagaimanapun
pengetahuan tentang beam pattern transducer dan posisi ikan di dalam beam sangat penting
untuk mengoreksi gain transducer dan menentukan nilai target strength ikan yang sebenarnya.
Gambar 5 Split Beam Prosessor untuk memperoleh perkiraan sudut datang dan factor beam
pattern (Ehrenberg 1979)
Sebuah estimasi yang memperoleh perkiraan sudut datang dan faktor beam pattern
dalam sinyal akustik dapat diperoleh dengan menggunakan prosessor dari split beam yang
ditampilkan pada gambar 5.
Deskripsi Beam
TVG
Penggunaan
Sinyal
A+C
40 logR +2 R
10 kHz
B+D
40 logR +2 R
10 kHz
A+B
40 logR +2 R
10 kHz
C+D
40 logR +2 R
10 kHz
40 logR +2 R
terdeteksi
A + B + C + D +E
40 logR +2 R
Integrasi echo
terdeteksi
Gambar 6. Diagram dari transducer dual beam / split beam, menunjukkan lokasi dari berbagai
segmen yang dijelaskan dalam teks dan bentuk masing-masing beam yang digunakan dalam
penerimaan split beam atau dual beam ( Foote et.al 1988)
Target Strength
Target strength (TS) meruapkan kemampuan dari suatu target untuk memantulkan suara
yang mengenainya. Berdasarkan domain yang digunakan, target strength didefenisikan menjadi
dua yaitu berupa Intensitas Target Strength (TSi) dan Energi Target Strength (TSe). Targeth
strength dapat didefenisikan sebagai logarotma hasil bagi Antara nilai intensitas suara yang
datang mengenai target dan dikalikan dengan bilangan sepuluh (10) (Johanesson dan Mitson
1983).
Ir
TSe
Ei
Er
Johanesson dan Mitson (1983) menyatakan bahwa Target strength (TS) merupakan
ukuran decibel suara yang dikembalikan oleh target yang diukur pada jarak standart 1 meter dari
pusat target akustik berada, relatif terhadap intensitas suara yang mengenai target.
Model
sederhana untuk menduga back scattering cross section berdasarkan ukuran ikan dikemukanan
oleh MacLennan dan Simmonds(1992) :
.(3)
TS = 20 Log L+
Kemudian
Love
(1997)
memperkenalkan
persamaan
yang
menghubungkan
.(4)
=a
tergantung dari anatomi, ukuran ikan serta panjang gelombang . Persamaan (4) dapat diubah
dalam bentuk logaritmik menjadi :
TS = a Log(L) + b Log (f) +
Keterangan :
TS
= Target strength
= frekuensi suara
A, b
= Konstanta
Lalu diperoleh
.(5)
persamaan Foote (1987) memformulasikan hubungan TS (Target Strength) dengan panjang ikan
yaitu :
TS= 20 Log (L) 68 (dB)(7)
Konversi nilai target strength menjadi ukuran panjang (L) untuk ikan pelagis digunakan
persamaan TS = 20 log L-73,97 (Hannachi et al., 2004) sedangkan untuk ikan demersal
digunakan persamaan TS = 21,8 log L-74,9 (Anonimus 2002).
Hubungan target strength dan bs (backscattering cross-section,
) dihitung berdasarkan
) adalah:
........................................................ (10)
.(12)
Selain itu Natsir et al. (2005) memiliki persamaan panjang dan bobot untuk mengkonversi
panjang dugaan menjadi bobot dugaan adalah sebagai berikut :
Wt=a { ni(Li+L/2)
- (Li-L/2)
Keterangan :
Wt
Li
Ni
a, b
}/{(b+1)L}} .....(13)
menurut (Yasuma et.al 2003) hasil sudut yang dihasilkan dari ikan yang memiliki
gelembung renang yaitu :
Gambar 7 Geometri Gelembung renang untuk model Soft Spheroid (Yasuma et.al 2003)
menyatakan bahwa nilai Target Strength (TS) sangat ditentukan oleh orientasi ikan,
terutama kemiringan tubuh untuk garis hubung Antara kepala dan ekor. Orientasi ikan
akan meliputi tilting, dan rolling beserta yawing. Yawing tidak berpengaruh karena
umumnya transducer berbentuk bulat sehingga posisi ikan tidak menimbulkan perubahan
sudut jika dilihat dari transducer , untuk Rolling tidak berpengaruh nyata dikarenakan
ikan yang mempunyai gelembung renang karena sebagian energy yang dipantulkan
berasal dari gelembung renang bukan berasal dari dorsal aspect. Tillting menimbulkan
perubahan sudut posisi di transducer baik untuk ikan yang mempunyai gelembung
renang maupun tidak ( Arnaya 1991b).
4. Faktor Instrumentasi
Besar Kecilnya nilai factor Beam pattern tergantung dari luasnya transducer
akan semakin besar juga sudut beam dari transducer tersebut, begitu juga sebaliknya.
Sudut beam yang besar menimbulkan perubahan nilai TS yang besar, utnuk itu lebih baik
digunakan beam yang relatif sempit.
Single Target
Pantulan akustik dari ikan dan plankton yang dikembalikan dalam bentuk echo yang
dideteksi oleh receiver memiliki daya tarik. Pendugaan biomassa dapat dilihat dari seberapa
besar kekuatan target dan bagaimana cara menafsirkannya. TS plankton adalah angka yang
menjadi indikasi ukuran dari echo tersebut. Semakin besar nilai echo maka semakin besar energi
yang dikembalikan ke receiver oleh target.
Satuan ukuran Standard Internasional (SI) untuk TS dinyatakan dalam bentuk decibel
(dB). Decibel adalah bentuk logaritmik dari dari perbandingan atau rasio dua intensitas yang
dikarenakan nilai yang terlibat bisa sangat besar atau sangat kecil.
MacLennan dan Simmonds (2005) memformulasikan TS sebagai backscattering crosssection dari target yang mengembalikan sinyal dan dinyatakan dalam persamaan :
TS = 10 log ( / 4 ) ....................................................... (14)
Maka nilai TS teoritis benda berbentuk bola adalah :
TS = 10 Log
(15)
Data Akustik
Ikan Tuna
(Thunnus sp)
SONAR Ver.4
ER 60
Dongle
TS max (dB)
SV max (dB)
Ms Excel
Surfer ver.9
( Lintang dan bujur)
Gambar 9 Contoh echogram menggunakan Software Sonar Ver 4 ( Data riset Laut dalam , Laut
Arafura dengan Kapal Riset Baruna Jaya VII, BRPL dan LIPI Ambon 2015)
PUSTAKA
Arnaya, I.N. 1991b. Akustik Kelautan II. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Burczynski, J.J. and Johnson, R.L. (1986) Application of dual-beam acoustic survey techniques
to limnetic populations of juvenile sockeye salmon, Oncorhynchus nerka. Can. J.
Fish. Aqu.Sci. 43, 177688.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 pp.
Ehrenberg E. John, 1979. A Comparative Analysis of In Situ Methods for Directly Measuring the
Acoustic Target Strength of Individual Fish ieee journal of oceanic engineering, vol.
Oe-4, no. 4
Foote, K.G. 1987 . Introduction to the Use of Sonar System for Estimating Fish Biomass. FAO.
Fisheries Technical Paper No 199 Revision 1.
Foote, K.G & Traynor, J.J. 1988Comparison of walleye pollock target strength estimates
determined from in situ measurements and calculations based on swimbladder form.
J.Acoust.Soc.Am. 83(1).
Furusawa, M. 1998. Prolate Spherodial model for predicting General Trends of Fish Target
Strength. J.Acoust.Soc.Am Page 13-24.
Hannachi, M. S., L. B. Abdallah, & O. Marrakchi. 2004. Acoustic Identification of Small Pelagic
Fish Species: Target Strength Analysis and School Descriptor Classification.
MedSudMed Technical Documents No.5.
Johanesson, K.A. and R.B Mitson. 1983. Fisheries Acoustic. A Practical Manual For Acoustic
Biomass Estimation. FAO Fisheries Tech.
Love, R.H. 1997. Target Strength of an individual Fish at any aspect . J.Acoust. Soc. Am, (62) :
1397-1403.
Lurton, X. 2002. An Introduction to Underwater Acoustic. Principles and Applications. Praxis
Publishing Ltd. Chincester. UK.
MacLennan, D.N. 1990. Acoustical measurement of fish abundance. J. Acoust. Soc. Am, Vol (1)
87 : 1-15.
MacLennan, D. N dan E. J Simmonds. 1992. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall. London.
Maclennan, D. N dan Simmonds, E. J. 2005. Fisheries Acoustic. Chapman and Hall. Oxford :
Blackwell Science.
Natsir, M., B. Sadhotomo, & Wudianto. 2005. Pendugaan biomassa ikan pelagis di perairan
Teluk Tomini dengan metode akustik bim terbagi. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia. 11 (6): 101-107.
Priatna. A & Wijopriono. Estimasi stok sumber daya ikan dengan metode hidroakustik Di
perairan kabupaten bengkalis. J. Lit. Perikan. Ind. Vol.17 No. 1 Maret 2011 : 1- 10 .
Pujiyati, S. 2008. Pendekatan Metode Hidroakustik untuk Analisis Keterkaitan antara Tipe
Subsrat Dasar Perairan dengan Komunitas Ikan Demersal. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak dipublikasikan).
SIMRAD EY-500. 1993 . Instruction Manual Portable Scientific Echosounder. Horten.
Norwegia.
Widodo, J. 1992. Prinsip Dasar Hidroakustik Perikanan. Oseana. XVII (3): 83-95.
Xie. J dan Jones. I. S. F. 2009. A Sounding Scattering Layer in a Freshwater Reservoir. Marine
Study Center University of Sydney. Australia.
Yasuma, H., Sawada, K., Ohshima, T., Miyashita, K., and Aoki, I. 2003. Target strength of
mesopelagic lanternfishes (family Myctophidae) based on swimbladder morphology.
ICES
Journal
of
Marine
http://dx.doi.org/10.1016/S10543139(03)00058-4.
Science,
60:
584_591