Вы находитесь на странице: 1из 57

INSTALASI GAWAT DARURAT

A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat


Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari
pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan
kehidupannya (life saving).
Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah pasien
yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, keberadaan IGD dapat beraneka
macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah sakit.
Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan berarti
tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama kesulitan untuk
mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit kesehatan yang paling padat
modal, padat karya, serta padat teknologi.
IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat darurat yang
terorganisir.
Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama dalam hal
kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.
B. Kegiatan IGD
Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan kegawatdaruratan
memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam Azrul (1997) kegiatan IGD
secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.
Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas seing disalah gunakan.
Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita

(live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama
(first aid) dan bahkan pelayanan rawat jalan (ambulatory care)
b. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan
rawat inap intensif.
Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan pelayanan
penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya pelayanan
ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat
darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif.
c. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.
Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan informasi
medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat
yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
C. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota
antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo, 1993) :
1. FCFS

: First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)

2. LCFS

: Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)

3. SIRO

: Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)

4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.


Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :
a. Biru

: Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/ ancaman

nyawa.
b. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi stabil /
tidak membahayakan nyawa )
c. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat, tetapi
tidak gawat
d. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan
penderita gawat.
e. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna


1. Biru
a)

Henti jantung yang kritis

b) Henti nafas yang kritis


c)

Trauma kepala yang kritis

d) Perdarahan yang kritis


2.

Merah

a)

Sumbatan jalan nafas atau distress nafas

b) Luka tusuk
c)

Penurunan tekanan darah

d) Perdarahan pembuluh nadi


e)

Problem kejiwaan

f)

Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka

g) Diare dengan dehidrasi


h) Patah tulang
3.

Kuning

a)

Lecet luas

b) Diare non dehidrasi


c)

Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %

4.

Hijau

a)

Gegar otak ringan

b) Luka bakar derajat I


Gawat

: Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien

Darurat

: Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan

Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu anamnesis untuk
membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena penyakit serius
biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya
tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit
distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain karena berbagai alasan atau dikeluarkan

Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada malam hari jumlah staf yang ada akan lebih
sedikt.
D. Tujuan ird

3.

1.

Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat

2.

Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien

Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi dalam maupun
diluar rumah sakit

4.

Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan
problem medis akut

E. Kriteria ird
1.

IRD harus buka 24 jam

2.

IRD juga harus memiliki penderita penderita false emergency (korban yang memerlukan
tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu / mengurangi mutu pelayanan
penderita- penderita gawat darurat.

3.

IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan ditempat lain
dengan cara kerjasama yang baik

4.

IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan
penderita gawat darurat (PPGD)

5.

IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
sekitarnya.

F. Kemampuan minimal petugas ird


Menurut Depkes 1990
1.

Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)

2.

Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)

3.

Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)

4.

Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan penanggulangan obat


resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG

G. Kemampuan tenaga perawat ird


Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999
1.

Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien

2.

Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status


asthmatikus,nyeri hebat daerah panggul dan kasus ortopedi.

3.

Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep

4.

Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

H. Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di ird


Ketentuan umum fisik bangunan :
1.

Harus mudah dijangkau oleh masyarakat

2.

Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan /pasien tidak
sama dengan alur keluar)

3.

Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara ruang triage
(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan

4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu
5.

Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I.

Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem
/ organ seperti :
1.

Susunan saraf pusat

2.

Pernafasan

3.

Kardiovaskuler

4.

Hati

5.

Ginjal

6.

Pancreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :


1. Trauma / cedera
2.

Infeksi

3.

Keracunan (polsoning)

4.

Degenerasi (kailure)

5. Asfiksi
6.

Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and electrolie)

Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan hipoglikemia


dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit). Sedangkan kegagaln sistem /
organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. Drngan demikian
keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan
cacat ditentukan oleh :
1.

Kecacatan menemukan penderita gawat darurat

2.

Kecepatan meminta pertolongan

3.

Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :

a)

Ditempat kejadian

b) Dalam perjalanan kerumah sakit


c)

Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit

II. TRIAGE
Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien yang
tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang tepat. Triage merupakan suatu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit dan menentukan jenis perawatan
gawat darurat serta transportasi. Dan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan.
Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:
1. METTAG (Triage tagging system).
Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.
Prioritas Nol (Hitam) :
1. Mati atau jelas cedera fatal.
2. Tidak mungkin diresusitasi.
Prioritas Pertama (Merah) :
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagal nafas,
2. cedera torako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4. shok atau perdarahan berat,
5. luka bakar berat.

Prioritas Kedua (Kuning) :


Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :
1. cedera abdomen tanpa shok,
2. cedera dada tanpa gangguan respirasi,
3. fraktura mayor tanpa shok,
4. cedera kepala / tulang belakang leher,
5. luka bakar ringan.
Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :
1. cedera jaringan lunak,
2. fraktura dan dislokasi ekstremitas,
3. cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,
4. gawat darurat psikologis.
Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis, bisa
digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.
2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat mengidentifikasikan
korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukan transport
segera.
Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi
pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan kelompok
korban :
a. perlu transport segera / tidak,
b. tidak mungkin diselamatkan,
c. mati.
A. Sistem triase
Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.
Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak mungkin
pasien
B. Objektif primer di ird
1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera

2. Menentukan area yang layak untuk tindakan


3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu
5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga
6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.
C. Aturan primer petugas
1. Skrining pasien secara cepat.
2. Penilaian terfokus.
D. Sasaran primer dan sekunder triase
1. Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.
E. Prinsip umum triase
1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.
3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat mewawancara pasien.
4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area tindakan. Komunikasi
lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.
5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase. Gunakan
sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.
F. Pahami juga :
1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.
2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.
3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam hidup atau
anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga dapat segera ditindak.
Prinsip dari triage :
a.

Triase harus cepat dan tepat


Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang menganca nyawa merupakan
suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan

b.

Pemeriksaan harus adekuat dan akurat


Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses pengkajian

c.

Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan

Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada informasi yang
adekuat dan data yang akurat
d.

Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi


Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa secara akurat
pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien, termasuk intervensi terapiutik,
prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat yang tepat untuk perawatan

e.

Kepuasan pasien tercapai


Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan pasien
Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan membahayakan kesehatan
pasien atau pasien yang sedang kritis
Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau teman
(Department Emergency Hospital Singapore, 2009)
Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di ruang gawat
darurat antara lain :

a)

Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus menerapkan prinsip
universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan asuhan yang nyaman untuk
klien

b)

Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan, tindakan
keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan

c)

Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah
biologi dan psikologi klien

d) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien
e) System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan
f)

Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat

g) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.

Tipe Triage :
Ada beberapa Tipe triage, yaitu :
a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat daruratan.
Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara umum ditujukan untuk
mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki tingkat keakutan dengan tujuan untuk
memberikan evaluasi dini dan perawatan yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan
pada pasien dengan sakit yang serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat bencana
menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan kapasitas. Perawatan yang
lebih intensif diberikan pada korban bencana yang kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih
dahulu.
c.

Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif sesegera mungkin
ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan berubah dari memberikan
perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi memberikan perawatan terbaik untuk jumlah
yang terbesar. Fokusnya pada identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk
bertahan hidup lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan
identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa muncul resko
dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat bertahan. Prioritasnya ditekankan pada
transportasi korban dan perawatan berdasarkan level luka.

d. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan aturan medis
biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang paling baik karena jika gagal
untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek buruk pada kesehatan dan kesejahteraan
populasi yang lebih besar.
e.

Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya kejadian yang
berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi, kontaminasi biologis dan kimia.

Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman,
Kathleen S., 2008;2)
Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien!
PEMBAHASAN :
Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi umum yang dipakai :
a)

Three Categories Triage System


Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
Prioritas utama
Prioritas kedua
Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan subjektifitas
dalam pengelompokan dalam setiap grup

b)

Four Categories Triage System


Terdiri dari :
Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera mungkin)
Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)
Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera dilakukan)
Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)

c)

Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)


Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan seseorang dengan
pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan sangat cepat selama 60 detik pada
bagian berikut :
1) Ventilasi / pernapasan
2) Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
3) Status neurology
Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam nyawa seperti
obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus diselesaikan secepatnya. Pasien
diklasifikasikan sebagai berikut :

The Walking Wounded


Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk berpindah.
Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan mengirim korban ke rumahsakit untuk
mendapat penanganan lebih lanjut
Critical/ Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis yang
membutuhkan transportasi ke rumahsakit secepatnya, dengan criteria pengkajian :
respirasi >30x/menit
tidak ada denyut nadi
tidak sadar/kesadaran menurun
Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak mempunyai keadaan yang
mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk beberapa saat untuk mendapatkan perawatan
dan transportasi, dengan criteria
Respirasi <30x/menit
Ada denyut nadi
Sadar/ respon kesadaran normal
Dead
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan mematikan seperti
luka tembak di kepala (Departement Emergency Hospital Singapore, 2009).
Sistem klasifikasi pasien yang digunakan, diantaranya :
1)
Traffic director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama dan memilih antara status
mendesak atau tidak mendesak. Berdasarkan klasifikasi ini pasien dikirim ke ruang tunggu
atau area perawatan akut. Tidak ada tes diagnostik permulaan yang dilakukan sampai tiba waktu
pemeriksaan.
2)
Spot check
Pada model ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama dengan data subjektif dan objektif
yang terbatas, dan pasien dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga prioritas pengobatan berikut
ini : gawat darurat, mendesak, atau ditunda. Dapat dilakukan beberapa tes diagnostic

pendahuluan, dan pasien ditempatkan di area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada
evaluasi ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
3)
Comprehensive
Sistem comprehensive adalah sistem yang paling maju dengan melibatkan dokter dan perawat
dalam menjalankan peran triase. Data dasar yang diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan
pelayanan kesehatan primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan ojektif. Tes diagnostic
pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di ruang perawatan akut atau ruang tunggu. Jika
pasien ditempatkan di ruang tunggu, pasien harus dikaji ulang setiap 15 sampai 60 menit (Rea,
1987).
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas
Perawatannya, antara lain :
a. Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya
cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan perdarahan hebat
b. Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan
resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien kanker tahap lanjut,
fraktur, sickle cell dan lainya.
c. Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak
ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk tindak lanjut dapat ke
poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis, otitis media dan lainya.
d. Tidak Gawat Tidak Darurat
Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan
tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya (ENA,
2001;Iyer, 2004)

DAFTAR PUSTAKA
Fauzanlampoeng.http://www.scribd.com/doc/50079020/sarana-dan-prasarana-fisik-unh-gawatdarurat
STIKBINAHUSADA.2008.http://blogspot.com/2008/12/konsep-dasar-keperawatan-gawatdarurat.html
http://www.angelfire.com/nc/neurosegery/falsafahgd.html
http://id.wikipedia.org/wiki/unitgawatdarurat
http://www.rsob.online.net.informasi/pengertian-umum
http://vita-insani.co.id/rsjombang/fasilitas.php
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta :
EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC
Aninomous,1999. Triage officers course.
Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital
Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia. org/wiki/triage,
Diakses pada tgl 21 Maret 2010).

Pengertian:
Alur pelayanan medis bagi pasien yang masuk lewat pintu unit gawat darurat
Tujuan:
Agar pasien dapat ditangani secepat dan seoptimal mungkin
Kebijakan:
Penanganan pasien gawat darurat sesuai standar dan alur layanan yang teratur baik
secara medis maupun administratif
Prosedur:
1. Pasien masuk ruang gawat darurat
2. Pengantar mendaftar ke bagian administrasi (front liner)
3. UGD menerima status pasien dari rekam medik dan map plastik merah
4. Paramedik dan dokter triase memeriksa kondisi pasien
5. Paramedik dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai SPM emergensi
6. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh pasien/keluarga
(informed consent)
7. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik, penunjang, ranap),
pasien/keluarga menandatangani surat penolakan
8. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau paramedis berhak
melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat kondisi yang mengancam jiwa pasien
9. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke unit terkait dan
mengonfirmasi lewat telpon, pengambilan sampel laboratorium dilakukan di ruang gawat
darurat, untuk pemeriksaan rontgen, paramedik mengantarkan pasien ke unit radiologi
10. Dokter mencatat hasil bacaan penunjang medik di dokumen RM dan salinannya
tersimpan dalam dokumen RM
11. Dokter triase mencatat hasil pemeriksaan, diagnosis, dan terapi di lembar emergensi
dokumen RM, serta menuliskan resep (berwarna merah), bila merupakan kasus
kepolisian/kriminal dituliskan juga di lembar visum et repertum atas permintaan penyidik
kepolisian
12. Dokter triase menentukan proses tindak lanjut pasien meliputi ralan, ranap, atau
rujukan
http://8qqwwytyc9.wordpress.talkiforum.com/20100623/alur-ugd-45264/

TRIAGE
http://aceplahudinblog.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi
selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa.

Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat
pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas
pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus
menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa
secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem triage Penuntun Lapangan
START (Simple Triage And Rapid Transportation).

Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok


korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak
mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat
mengidentifikasikan korban dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah
memerlukan transport segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan
stabilisasi_darurat.

Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda
dengan triage lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga
medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan
berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan
tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan
pasien berkurang.

Simple Triage / Triage Sederhana / Triage inisial

START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan
kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih. Dalam
memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi
selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan menggunakan berbagai
alat berwarna, seperti bendera, kain, atau isolasi.
Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk
resusitasi. Tidak memerlukan perhatian.
Merah : pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan transport
segera. Misalnya :
-

gagal nafas

cedera torako-abdominal

cedera kepala atau maksilo-fasial berat

shok atau perdarahan berat

luka bakar berat

Kuning : pasien cedera yang dipastikan tidak mengancam jiwa dalam waktu dekat.
Dapat ditunda hingga beberapa jam. Misalnya :
-

cedera abdomen tanpa shok,

cedera dada tanpa gangguan respirasi,

fraktura mayor tanpa syok

cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan kesadaran

luka bakar ringan

Hijau : cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Misalnya :


-

cedera jaringan lunak,

fraktura dan dislokasi ekstremitas,

cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas

gawat darurat psikologis

Anhar
Friday, June 10, 2011

PROTAP UGD

PROSEDUR TETAP PELAYANAN


GAWAT DARURAT

UNIT GAWAT DARURAT


PUSKESMAS PARUGA KOTA BIMA

TAHUN 2011

PELAYANAN PENDERITA
GAWAT DARURAT
No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita datang ke Unit Gawat Darurat dengan berjalan sendiri atau memakai alat
transportasi
Petugas menjemput Penderita jika penderita tidak mampu berjalan
Petugas langsung menangani penderita sesuai dengan kegawat daruratan sesuai
dengan tupoksi petugas kolaborasi sendiri-sendiri atau pelimpahan wewenang
Petugas melakukan anamnesa (mendaftar Identitas penderita, mencatat keluhan,
Tanda-tanda vital, Jam kedatangan, Meninggalkan UGD, Jam Pemberian, Jenis obat
serta lain-lain yang berhubungan dengan penderita di Kartu Pemeriksa Pasien)
Setelah mendapat pelayanan penderita/keluarga wajib menyelesaikan Administrasinya
sesuai peraturan yang berlaku (status bayar pasien)
Penderita yang ada indikasi Rawat Inap petugas melapor ke Ruang Rawat Inap yang
bekerja sama dengan Unit Gawat Darurat untuk mendapat kamar yang sesuai
Penderita dengan Rawat Inap di antar petugas ke Ruang Perawatan sesuai Protap
Mengantar Pasien
Penderita dengan indikasi Rawat Jalan dapat dipulangkan dengan dianjurkan control
kembali di Puskesmas atau poliklinik RSU yang terdekat dengan diberikan
Kartu/Surat dan petunjuk perawatan.

PENILAIAN KEGAWATAN PENDERITA DAN UNTUK


PEMBERIAN PERTOLONGAN/TERAPI SESUAI
DENGAN DERAJAT KEGAWATAN DAN KEDARURATAN

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita datang di Unit Gawat Darurat diterima petugas
Penderita di bawa masuk ke Ruangan, untuk dipilih dan dipilah berdasarkan
tingkat kegawatannya oleh Petugas Jaga UGD.
Penderita segera diberikan tindakan pertolongan sesuai prioritas dengan
memperhatikan A = Airway, B = Breathing, C = Circulation D = Drug sesuai Prosedur
yang ada
Semua tindakan dan obat-obatan dicatat dalam Kartu pasien, tindakan cara
pemberian obat dan lain-lain.
Penderita yang sudah teratasi kegawatannya ditangani sesuai Protap Pelayanan
Pasien Gawat Darurat
Penderita yang sudah selesai dirawat yang bisa Rawat Jalan dipulangkan
Penderita yang perlu Rawat Nginap dikirim ke Ruangan perawatan
Penderita yang memerlukan rujukan langsung di Rujuk ke RSUD Di antar oleh
perawat dengan menggunakan Ambulance
Penderita/Keluarganya menyelesaikan Administrasi sebelum meninggalkan UGD.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita dirawat di Unit Gawat Darurat di indikasikan Petugas untuk dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
Petugas mencatat insturksinya pada kartu pemeriksaan pasien
Petugas menyiapkan formulir pemeriksaan dan ditanda tangani oleh dokter jaga dan
ditulis permintaan apa yang harus dikerjakan
Pada Jam kerja :
Petugas menghubungi petugas laboratorium untuk datang mengambil sample darah
ke penderita di UGD
Petugas laboratorium menyerahkan hasil Pemeriksaan Laboratorium dan rincian
administrasi kepada petugas UGD

OBSERVASI PENDERITA

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMA
S

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita datang di Unit Gawat Darurat dilakukan pertolongan sesuai dengan protap
yang ada (Protap Pelayanan Pasien gawat Darurat)
Petugas Jaga mendiagnosa dan mengindikasikan penderita perlu dilakukan observasi di
Unit Gawat Darurat
Penderita di Observasi di ruangan Unit Gawat Darurat
Petugas Jaga melakukan observasi penderita dan mencatat pada kartu pasien: Jam,
Tanda Vital, Pemberian obat dan cairan, perjalanan penyakit/keluhan dari penderita
Lama observasi sesuai indikasi paling lama 6 jam
Setelah Observasi ditentukan apakah pasien Penderita dapat dipulangkan, di
rawat atau dirujuk
Penderita yang perlu dirawat Inap segera dikirim ke Ruang perawatan sesuai
protapMengantar Pasien dari UGD ke ruang perawatan atau di rujuk Ke RSUD
Penderita atau keluarga menyelesaikan Administasi.

PENDERITA MENOLAK
DI RAWAT INAP
No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita datang di Unit Gawat Darurat sudah diberikan pertolongan terapi sesuai
protapPelayanan Pasien Gawat Darurat
Petugas UGD mengindikasikan
penyakitnya

penderita

perlu

di

Rawat

Inap

sehubungan

Keluarga/Penderita menolak/tidak menyetujuinya


Penolakan tersebut hak dari penderita/keluarga penderita, sehingga tanggung
jawabPuskesmas terhadap penderita dikembalikan kepada penderita/keluarga itu
sendiri
Keluarga menandatangani formulir yang tersedia atau tanda tangan pada kartu/status
pasien
Penderita atau keluarga menyelesaikan Administrasi sesuai aturan yang berlaku
Penderita diijinkan pulang tanpa infus

MENGANTAR PENDERITA
DARI UGD KE RUANG PERAWATAN
No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita dipersiapkan dan sudah menyelesaikan Administrasinya
Petugas Unit Gawat Darurat wajib memberitahukan Petugas Ruang Perawatan.
Penderita dikirim ke Ruangan Perawatan diantar petugas Unit Gawat Darurat
Penderita dikirim ke Ruangan Perawatan mempergunakan alat transportasi (KERETA
DORONG PASIEN atau KURSI RODA). Tidak diperkenankan berjalan kaki sendiri.
Sampai di Ruangan perawatan penderita diserah terimakan kepada petugas Ruang
Perawatan.(pasien, status, obat-obatan dan administarsi jika belum lunas)

PELAYANAN PADA PENDERITA TIDAK DIKENAL


(Mr. X)
No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita tidak dikenal datang ke unit Gawat Darurat di antar Masyarakat atau
petugas kepolisian
Penderita diterima oleh petugas UGD sesuai dengan prosedur pelayanan
Penderita diberikan pertolongan sesuai dengan protap pelayanan penderita Gawat
Darurat
Petugas UGD berusaha mencari informasi tentang identitas penderita, bila tidak
berhasil penderita dicatat dengan identitas Mr.X pada kartu pemeriksaan/buku register
Barang-barang
penderita
pada petugas Ruangan Unit Gawat

disimpan

dan

di

amankan

Darurat dan akan diserahkan kembali


Petugas UGD menghubungi keluarga penderita, bila tidak berhasil segera melapor ke
Kantor Kepolisian dimana penderita tadi diketemukan
Bila korban meninggal setelah diberikan pertolongan maka petugas UGD melakukan
perawatan jenazah dan menunggu keluarga korban
Jika keluarga belum ada, maka jenajah akan di rujuk ke RSUD setelah ada
persetujuan petugas jaga dengan masyarakat atau kepolisian yang membawa korban
Bila penderita masih memerlukan perawatan dikirim ke Ruang perawatan sambil
menunggu keluarga diketemukan
10. Petugas melapor ke kepala puskesmas tentang kasus tersebut

MERUJUK KE RUMAH SAKIT


No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita dirawat di Unit Gawat Darurat di indikasikan Dokter jaga untuk di rujuk ke
Rumah Sakit
Dokter jaga dan petugas UGD membantu membuat persiapan penderita dan
Administrasi
Hal-hal yang perlu persiapkan :
Surat-surat:
Dokter jaga membuat surat pengantar ke Rumah Sakit yang di tuju
Petugas UGD menyiapkan surat rujukan Askes bagi peserta Askes dan Askeskin bagi
peserta Askeskin
Transportasi:
Petugas UGD menyiapkan Ambulance Puskesmas
Petugas pengantar:
Petugas
UGD dapat
menyediakan atau menunjuk
mengantar pasien bila kondisinya mengharuskan

perawat lainnya untuk

Persiapan penderita:
Pertugas UGD menyiapkan penderita agar aman selama perjalanan. Penderita perlu
di infus atau tidak
Petugas UGD menyiapkan surat rujukan
Keluraga Penderita menyelesaikan Administrasi di UGD
Penderita boleh berangkat

PENDERITA PESERTA
ASURANSI KESEHATAN
No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
1.

Penderita dirawat di UGD adalah peserta Asuransi Kesehatan

2.

Penderita wajib menunjuk Kartu Identitas Peserta Asuransi Kesehatan

3.

Petugas memeriksa Keabsahannya Kartu Identitas tersebut

4.
Penderita peserta Asuransi Kesehatan dibertikan pertolongan dulu
persyaratan administrasi di urus kemudian
5.
Kartu Asuransi di foto copy sebanyak 2 (dua) lembar atau bila tidak ada
foto copy Kartu Asuransi tersebut dapat di tinggal di UGD sebagai jaminan
untuk penyelesaian administrasi esok harinya
6.
Penderita Asuransi yang tidak dapat menunjukan kartu Identitas
diberlakukan tarif umum, sampai dapat menunjukan kartu Identitasnya.
Penderita diminta membayar biaya pengobatan seperti penderita umum dan
biaya akan dikembalikan bila Kartu Identitas dapat ditunjukkan, selambatlambatnya 2(tiga) hari
7.
Penderita diberikan resep khusus Asuransi Kesehatan, untuk penderita
peserta Asuransi Kesehatan diberikan obat maksimal 1 (satu) hari saja, kecuali
cairan diresepkan sesuai keperluan
8.
Penderita Rawat Jalan dapat dipulangkan dan penderita Rawat Inap di
kirim ke Ruang Perawatan sesuai protap mengantar pasien ke ruang
perawatan
9.
Penderita yang di indikasi rujuk oleh dokter dirujuk ke Rumah Sakit
sesuai dengan Protap merujuk pasien

RAHASIA MEDIS

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

10

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita yang di rawat di Unit Gawat Darurat berhak di jaga Rahasia Medisnya
meliputi :
Diagnosa Penyakitnya
Tenaga Medis dan Paramedis yang merawat
Petugas Unit Gawat Darurat tidak diperkenankan memberikan keterangan kepada
pihak lain segala sesuatu yang berhubungan dengan Rahasia Medis Penderita
Yang berhak mengeluarkan pernyataan keterangan adalah Kepala Puskesmas
Kepada pihak lain yang ingin mendapat keterangan dapat menghubungi Kepala
Puskesmas

KASUS PERKOSAAN

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

11

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

Agus Dwi Pitono,MARS

01-03-2011

Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penderita korban perkosaan datang di Unit Gawat Darurat
Petugas UGD memberikan pertolongan pertama bila diperlukan
Penderita dirujuk ke Unit Kebidanan untuk dilakukan pemeriksaan lengkap
Visum Et Repertum dapat di keluarkan oleh TU dari data-data yang di hasiklak dari
pemeriksaan korban oleh dokter atas Permintaan Pejabat yang berwenang dari
Kepolisian.
Keluarga atau penderita menyelesaikan Administrasi

PERMINTAAN PEMBUATAN VISUM ET


REPERTUM
No.Dokumen:

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA

No.Revisi : -

Halaman:

12

Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Surat Permintaan Pembuatan Visum Et Repertum diantar oleh Petugas
kepolisian
Surat diterima petugas UGD kemudian petugas UGD menyerahkan data-data visum
ke TU
TU Puskesmas membuat surat hasil Visum berdasarkan data-data visum
Petugas UGD menerima berkas permintaan Visum tersebut untuk menghubungi
Dokter jaga yang menerima dan memeriksa penderita tersebut
Dokter jaga yang menangani penderita tersebut wajib membuatkan konsep Visum Et
Repertum tersebut
Petugas UGD menyerahkan konsep Visum Et Repertum tersebut beserta berkas surat
permintaan Visum ke Bagian Umum/Bagian Visum
Bagian Umum/Bagian Visum mengetik dan membuat Visum Et Repertum dan
sekaligus meminta tanda tangan dokter yang membuat
Bagian Umum/Bagian Pembuat Visum mengirimkan Visum kepada yang meminta
Petugas UGD mengembalikan kartu pemeriksaan penderita ke Bagian Rekam Medik
10. Administrasi pembuatan Visum Et Repartum diselesaikan di Bagian Umum atau
UGDsesuai PERDA

PENANGANAN PASIEN MENINGGAL


DI UNIT GAWAT DARURAT
No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

13

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Petugas UGD memeriksa dan menyatakan penderita sudah meninggal
Petugas UGD mencatat Jam tiba penderita, data-data dan identitas penderita, jam
meninggal pada kartu pemeriksaan
Petugas UGD melakukan pemeriksaan luar dan dicatat pada kartu pemeriksaan
Petugas UGD melakukan perawatan jenazah sesuai protap perawatan jenajah
Petugas UGD menyerahkan status pasien ke ruang TU untuk dibuatkan surat
kematianjika di perlukan
Jenajah di serahkan kepada keluarga untuk di pulangkan
Jenajah di pulangkan dengan menggunakan ambulance atau mobil sendiri
Keluarga menyelesaikan Administrasi ambulan sesuai aturan yang berlaku

PERAWATAN JENAZAH

No.Dokumen:

No.Revisi : -

Halaman:

14

440/001/PKM/III/2011

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Jenazah di Unit Gawat Darurat
Petugas UGD membersihkan Jenazah bila ada luka dilakukan perawatan
Posisi jenazah diatur disesuaikan dengan Agama dan Kepercayaannya:
Posisi kedua tangan bersedekap (tangan diletakkan di atas dada dengan tangan di atas
tangan kiri.
Posisi kedua tangan lurus disamping tubuh
Posisi kedua tangan bersedekap di atas tubuh.
Bila mulut terbuka diusahakan ditutup dengan cara melilitkan Verban panjang dari
kepala sampai rahang bawah
Bila mata terbuka maka ditutup dengan kain kasa
Rapatkan kaki dengan cara dengan cara melilitkan verban panjang pada ibu jari kaki
Tutup jenajah dengan sarung atau kain yang panjang
Perawatan selesai dan jenajah di serahkan kepada keluraga
Antar jenajah dengan menggunakan ambulance
10. Keluaga menyelesaikan Administasi sesuai perda

PENULISAN RESEP NARKOTIKA


No.Dokumen:

No.Revisi : -

440/001/PKM/III/2011

Halaman:

15

PUSKESMAS

PARUGA
Tim penyusun:

Tgl diterbitkan :

Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 032011


Kepala Puskesmas Paruga

1. Agus Dwi
Pitono,MARS

Revisi ke:

2. Staf UGD PKM


Paruga

01-03-2011

Agus Dwi Pitono,MARS


Nip. 19680808 200202 1 002

Prosedur
Penulisan Resep Narkotika harus oleh dokter yang bertugas di Unit Gawat Darurat
Penulisan Resep Narkotika harus tertera :
Nama lengklap Dokter
Nama lengkap penderita
Alamat lengkap dan jelas penderita
Tanggap penulisan resep
Umur dan jenis kelamin
Tanda tangan dokter
Penulisan resep Narkotika kepada penderita setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
penderita sesuai protap yang ada
Resep ditulis dengan nama obat Generik
Penulisan resep penderita umum memakai resep umum
Penulisan resep penderita peserta ASKES memakai resep ASKES

Jika tertahan jangan dipaksa


Setelah kateter maasuk, isi balon dengan cairan Aquades atau sejenisnya
untuk kateter menetap, dan bila intermiten tarik kembali sambil pasien
diminta menarik napas dalam
Sambung kaateter dengan kantung penampung dan fiksasi ke arah atas
paha / abdomen
Rapikan alat
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Catat prosedur dan respon pasien
Unit terkait

Internal:
Petugas UGD
Pertugas Rawat inap

External: -

Dokumen Keperwatan pada tindakan Kegawatdaruratan


Dokumen
1.Kateterisasi berhasil apabila keluar urine
Laporan

2.Catat dalam rekam medik pasien hasil kateterisasi ,efek sampingnya


3.Apabila gagal rujuk.
-

Kaitan dengan
prosedur lain
Lampiran
Hand Book Surgery by Himelton Belley
Referensi

Posted by anhar.antun at 12:29 AM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:
Post a Comment
Older PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Followers
Blog Archive

2011 (3)
June (3)

PROTAP UGD

<!--more-->

About Me

anhar.antun
View my complete profile

Awesome Inc. template. Powered by Blogger.

Вам также может понравиться