Вы находитесь на странице: 1из 22

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS ANDALAS
RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGI

MAKALAH
PENYULUHAN KESEHATAN

DAGUSIBU

OLEH
MONA HERLINA YUZE, S.Farm (1441012080)
NORRIS SANDY, S.Farm (1441012119)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan


dan kesehatan serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang DAGUSIBU (DApatkan GUnakan SImpan
BUang Obat yang merupakan salah satu tugas untuk Penyuluhan Kesehatan
Mahasiswa PKPA RSAM.
Terimakasih, penulis haturkan kepada bapak-ibu yang telah mengarahkan
dalam pembuatan tugas ini. Terimakasih juga kepada teman-teman yang telah samasama bekerja keras dalam penyelesaian tugas ini hingga menjadi satu bentuk
makalah.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi,
maupun penulisan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas ini dimasa yang akan datang. Akhir kata,
penulis berharap bahwa mkakalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang,

Juni 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gerakan GKSO (gerakan keluarga sadar obat) adalah program yang
dicanangkan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) yang merupakan upaya untuk
meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap obat melalui sosialisasi
DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang obat dengan benar.
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia. Mengetahui pengertian obat tersebut, maka kita harus selalu berhati-hati
dalam penggunaan obat. Dagusibu merupakan salah satu program IAI untuk
mengedukasi masyarakat tentang bagaimana cara berinteraksi dengan obat sehingga
obat dapat digunakan dengan benar. Karena kenyataannya masih banyak yang belum
mengetahui cara mendapatkan, menggunkan, menyimpan dan membuang obat
dengan benar.
Pada saat ini, masyarakat masih sering salah dalam hal mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar. Hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan seperti obat
yang tidak bisa didapatkan masyarakat, obat yang salah cara penggunaannya, obat
yang tidak disimpan secara benar dan pembuangan obat secara sembarangan. Hal

yang tidak diinginkan tersebut tentu saja dapat merugikan bagi masyarakat saat
menggunakan obat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Untuk memberikan informasi cara mendapatkan obat dengan benar


Untuk memberikan informasi cara menggunakan obat dengan benar
Untuk memberikan informasi cara penyimpanan obat dengan benar
Untuk memberikan informasi cara pembuangan obat dengan benar

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Obat dan DAGUSIBU


Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh
manusia.
Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga
masyarakat yang menderita karena keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu
akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepay. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam
pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan
bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh penyembuhan.
DAGUSIBU merupakan singkatan dari DApatkan, GUnakan, SImpan dan
BUang. Lebih tepatnya, slogan ini mengajak para masyarakat untuk mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan cara yang benar. Karena
kenyataannya masih banyak yang belum mengetahui cara mendapatkan,
menggunkan, menyimpan dan membuang obat dengan benar.

2.2. Dapatkan Obat Dengan Benar

Tempat yang paling tepat untuk mendapatkan obat adalah apotek. Pastikan
apotek yang didatangi terpercaya dan memiliki izin apotek. Apotek yang berizin akan
mencantumkan nomor Surat Izin Apotek (SIA) pada plang apotek. Apotek yang
berizin sudah memenuhi serangkaian persyaratan dan prosedur yang ditetapkan,
sehingga bisa dikatakan obat yang disimpan di dalam apotek terjaga kualitasnya.
Sebelum memberli obat, sebaiknya periksa kualitas kemasan dan kualitas
fisik produk obat tersebut untuk menjamin obat tersebut masih terjamin kualitasnya.
Periksa nama dan alamat produsen, apakah tercantum dengan jelas atau tidak. Teliti
dan lihat juga tanggal kadaluarsa produk obat tersebut.
Untuk keamanan dan kesembuhan, sebelum mengkonsumsi obat sebaiknya
menggali informasi tentang obat tersebut. Informasi itu dapat kita peroleh dari
apoteker di apotek tempat kita membeli resep tersebut. Ada beberapa hal penting
yang seharusnya ditanyakan kepada apoteker sebelum mengkonsumsi obat. Antara
lain
1.

Jenis obat
Tanyakan kepada apoteker jenis obat yang akan dibeli. Tanyakan juga obat
generiknya yang sama kualitasnya dengan harga yang lebih ekonomis untuk

menghemat
2. Waktu Mengkonsumsi
Tanyakanlah sejelas-jelasnya kepada apoteker tentang waktu yang dianjurkan
dalam mengkonsumsi obat yang kita beli. Misalnya, sebelum makan atau
sesudah makan; sebelum tidur atau pada waktu mau tidur; pagi, siang atau sore.
3. Interaksi Obat dan Makanan
Interaksi antara obat dan makanan dapat membuat suatu jenis obat kurang
kemanjurannya atau bahkan mengakibatkan efek samping yang serius. Karena itu
sebelum mengkonsumsi obat, tanyakanlah kepada apoteker tentang jenis
makanan yang dipantangkan ketika anda mengkonsumsi obat yang anda beli.
Obat memang tidak selamanya harus dibeli di apotek. ada beberapa jenis
obat yang dapat kita beli di Toko Obat Berizin yang tersedia asisten apotekernya

ataupun warung yang dekat dengan permukiman. Pembelian obat di tempat-tempat


tersebut hendaknya disesuaikan dengan golongan obat yang kita butuhkan.

Ada 2 Golongan obat yaitu :


1. Obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter, terdiri dari :
Obat Bebas, bercirikan :

Bertanda lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam

Dapat diperoleh di semua outlet

Obat Bebas Terbatas

Bertanda lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam

Jenis obat ini hanya boleh dijual di apotek dan toko obat berijin.

Disertai dengan tanda "PERINGATAN"

Obat

Keras/Ethical
Merupakan obat yang hanya boleh di berikan dengan

resep
1.

dokter. Ciri Cirinya:


Bertanda lingkaran bulat merah dengan garis tepi

berwarna hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi.


2.

Obat ini hanya boleh dijual di apotek

2.3. GUnakan Obat Dengan Benar


Hanya dengan penggunaan yang tepat, obat dapat memberikan manfaat yang
diinginkan. Bila ragu tentang bagaimana cara menggunakan obat yang kita terima,
jangan ragu untuk menanyakan pada apoteker di apotek tempat membeli obat.

Secara Umum Cara Penggunaan Obat yang Benar adalah

Minum sesuai dengan petunjuk / aturan yang terdapat dalam kemasan obat

Jika penggunaan obat dirasa tidak memberi manfaat, segera ke dokter.

Obat jenis antiboitik harus diminum sampai habis untuk mecegah timbulnya
resistensi

Berbagai jenis obat jangan dicampur dalam satu wadah untuk mencegah
kekeliruan

Obat Oral

Obat ora paling baik diminum bersama dengan satu gelas air putih

Perhatikan waktu minum (sebelum, bersamaan, atau sesudah makan)

Apabila obat dalam bentuk cair gunakan sendok takar dan perhatikan jumah
yang harus diminum.

Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang diberikan,
hubungi dokter dan apoteker untuk minta sediaan yang sesuai.

Obat Sirup Oral

1. Bila obat sirup untuk meredahkan gejala seperti demam, batuk, pilek, alergi,
mual muntah tidak langsung habis dan gejala sudah hilang pemberian obat
dihentikan. Tapi obat sirup yang sudah dibuka hanya aman digunakan untuk
waktu maksimal dua bulan, dengan catatan cara penyimpanannya sudah benar
dan kondisi obat tidak berubah, baik warna atau tekstur (menggumpal/tidak).
Serta, berat badan atau usia bayi/anak tidak jauh berbeda saat obat tersebut
diberikan. Jangan berpatokan pada penunjuk kedaluarsa, karena expired
date merupakan patokan masa obat sebelum dibuka segel tutupnya.
2. Untuk sediaan sirup kering, biasanya sirup antibiotik, umur sirup lebih pendek
lagi yaitu hanya mencapai tujuh hari setelah ditambahkan air sesuai volume yang
dikehendaki.
3. Obat sirup antibiotik harus diminum sampai habis untuk menghindari
resistensi/kekebalan kuman terhadap antibiotik.
4. Perhatikan aturan minum dari obat tersebut. Bacalah kotak kemasan label atau
brosur yang menyertai sediaan sirup. Karena banyak informasi penting seperti
dosis, cara penyimpanan yang dianjurkan, reaksi yang mungkin timbul dan
sebagainya.
5. Minumlah obat sirup sesuai aturan minum yang dianjurkan. Apabila 2x sehari
berarti obat diminum tiap 12 jam, apabila 3x sehari, berarti obat harus diminum
tiap 8 jam. sedangkan apabila 4x sehari, berarti obat diminum tiap 6 jam.
Demikian juga dengan aturan minum sebelum dan sesudah makan.
6. Selalu cuci bersih sendok sirup atau pipet tetesnya sebelum dan sesudah
digunakan, gunakan sendok atau pipet dalam keadaan kering.
7. Ikuti takaran obat, bila takaran sendok teh berarti sejumlah 5 mL, jika dalam
takaran sendok makan berarti 15 mL.
8. Kocok dahulu sebelum digunakan agar obat tercampur dengan merata.
9. Minum obat dengan air putih hangat.
10. Jika obat yang diberikan langsung dimuntahkan, bisa memberikan lagi dengan
dosis yang sama. Namun jika si kecil muntah setelah 30 menit, tidak perlu

mengulangi, karena usus akan menyerap sebagian besar obat pada waktu 30 - 45
menit setelah pemberian.

Obat Kulit (Salep)


Oleskan secara rata pada bagian yang sakit yang telah dibersihkan
sebelumnya
Obat Tetes Mata dan Salep Mata

Obat ini termasuk obat steril, maka untuk mencegah kontaminasi, ujung wadah
obat jangan terkena permukaan lain dan tutup rapat sesudah digunakan.

Cara penggunaan obat ini dimulai dengan mencuci tangan, menengadahkan


kepala, menarik kelopak bagian bawah, lalu teteskan / oleskan,tutup mata dan
biarkan selama 1-2 menit.

Setelah digunakan,bilas kemudian cuci tangan kembali.

Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan > 30 hari untuk
digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman.

Jangan gunakan 1 obat tetes mata untuk lebih dari 1 orang

Obat Tetes Hidung

Cara penggunaan obat ini dimulai dengan membersihkan hidung,


menengadahkan kepala, teteskan obat, tahan posisi kepala selama beberapa
menit. Bersihkan ujung tetes hidung dengan air panas dan lap dengan tisu.

Jangan gunakan satu obat untuk lebih dari 1 orang.

Obat Tetes Telinga

Ujung wadah sediaan tidak boleh terkena benda lain, agar tidak
terkontaminasi.

Cara penggunaan obat ini dimulai dengan memiringkan kepala atau berbaring
miring, lalu telunjuk diletakkan didepan tragus, dan mendorong ke depan,
sedangkan ibu jari dan jari tengah menjepit daun telinga dan menariknya keatas
(dewasa) atau kebawah (anak-anak). Kemudian teteskan obat, dan biarkan
beberapa menit.

Setelah digunakan,ujung wadah cukup dikeringkan dengan tisu, jangan dibilas.

Supositoria

Cara penggunaan dimulai dengan mencuci tangan, lalu buka bungkusnya dan
lunakkan supositoria dengan air. setelah berbaring, masukkan supositoria ke
dalam anus dengan jari. Jika supositoria terlalu lunak sebelum digunakan
masukkan ke lemari es atau rendam dahulu dalam air dingin. Cucilah tangan
setelah memasukkannya.

Untuk informasi lebih lanjut hubungi apoteker.

2.3. SImpan Obat Dengan Benar


Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu.
Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak
dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim
berubah tidak seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya
obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak
berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan
membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan
analisa di laboratorium. Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu
sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap
terlalu banyak dan obat harus dibuang.

Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di
tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan
hendaknya di suatu tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak2, agar jangan dikira
sebagai permen berhubung bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat
tertentu harus disimpan di lemari es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada
bungkusbya, mis. Insulin
Lama Penyimpanan Obat
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena
bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat
tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim
sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada
kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur.
Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibukatutup. mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang
sakit, mis. pipet tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya
diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup
kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok ukur dan
mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di
kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh.
Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak
berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu
penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya
merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2
yang tertera dalam aturan pakai

Menurut Guidance NHS, Sheffield Clinical Commision Group dan


Berkshire East Care Home Prescribing Suppor Pharmacist, definisi dari expire
date atau tanggal kadaluarsa adalah suatu waktu dimana produk farmasi (obat)
sudah dalam kondisi yang tidak efektif untuk digunakan. Dengan kata lain,
obat tersebut sudah berada pada akhir masa dimana spesifikasi potensi dan
parameter penting lainnya sudah tidak sama seperti pada saat awal diproduksi.
Penggunaan obat yang melewati tanggal kadaluarsa akan menghasilkan kadar
zat aktif obat yang lebih rendah, dapat menyebabkan ketidaknyamanan
pengguna obat, atau bahkan dapat membahayakan bagi tubuh.Pada obat yang
telah kadaluarsa, tidak dapat dipastikan kondisi zat-zat yang aktif didalam
obat tersebut. Sehingga, lebih baik untuk tidak menggunakan obat yang sudah
melampaui masa kadaluarsa yang tertera pada label obat.
Tanda tanggal kadaluarsa manufaktur yang tertera di kontainer obat
merupakan tanggal kadaluarsa pada obat yang belum dibuka. Pada saat
dibuka, obat sudah tidak berada pada kondisi lingkungan yang sama lagi,
sehingga kemungkinan dapat terjadi perubahan-perubahan pada obat.
Beberapa perubahan yang dapat terjadi pada obat adalah(3):
o Degradasi
Tanggal kadaluarsa bergantung pada kondisi penyimpanan yang spesifik dan
juga masing-masing obat memiliki kecepatan perubahan (dekomposisi) yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, obat amoksilin dalam bentuk suspensi (bubuk
yang dicairkan dengan larutan) memiliki masa kadaluarsa 14 hari bila
diletakkan pada temperature ruangan (25 derajat Celsius), sedangan tablet
kombinasi trimetroprim/sulfametoxazol memiliki ketahanan hingga 5 tahun
bila diletakkan pada suhu dibawah 30 derajat Celsius.

Yang termasuk pada proses degradasi antara lain hidrolisis, oksidasi dan
degradasi oleh cahaya. Namun demikian, meskipun semua faktor yang
menyebabkan degradasi berhasil dikontrol (obat aman dari hal-hal yang dapat
menyebabkan degradasi), pada kenyataannya degradasi pasti akan terjadi,
namun dengan lebih lambat.
o Hidrolisis
Kecepatan hidrolisis dipengarusi oleh keberadaan air dan dapat dikurangi
dengan mengurangi paparan dengan air. Sebagai contoh, antibiotik
amoksisilin memiliki beberapa bentuk sediaan, yang hampir kesemuanya pasti
pernah diresepkan oleh dokter, yaitu tablet, kapsul, sirup bubuk (yang belum
diberi air) dan injeksi (obat suntik). Seluruh sediaan itu paling tidak memiliki
masa tenggang sekitar 2 tahun sebelum kadaluarsa. Namun demikian, setelah
sirup bubuk diberi air (setelah diresepkan, tentunya obat-obatan dibuat di
apotek menjadi bentuk yang dapat langsung dikonsumsi, misalnya sirup
bubuk langsung dibuat menjadi sirup cair), masa tenggang obat tersebut
tinggal 14 hari pada penyimpanan di suhu ruangan (25 derajat Celsius). Bila
obat disimpan pada kondisi udara yang panas, maka masa tenggang obat
tersebut dapat menjadi berkurang drastis hingga 7 hari saja.
Sedangkan untuk obat injeksi (obat suntik), Setelah dibuka harus langsung
digunakan. Hal ini dikarenakan pada sirup yang telah dibuat cair telah dibuat
sedemikian rupa sehingga pH didalam sirup cair tersebut dapat meminimalisir
hidrolisis (pH buffer), sedangkan pada amoksisilin injeksi merupakan cairan
tanpa adanya pH buffer.
o Oksidasi dan fotodegradasi
Sebagian obat bereaksi dengan oksigen, sehingga dengan hanya dibuka
(sehingga obat berinteraksi dengan udara bebas yang mengandung oksigen)

dapat menyebabkan degradasi. Biasanya, obat-obat ini akan dibuat dengan


sediaan cair dalam bentuk ampul. Memang oksigen dapat berada diatas cairan
yang berada di ampul, namun pada pembuatannya, oksigen ini akan ditarik
keluar sehingga bagian atas cairan didalam ampul akan menjadi hampa udara.
Pada cairan injeksi, control pada pH dan dijauhkan dari cahaya dapat
mengurangi oksidasi. Sedangkan pada obat berbentuk tablet, seperti
chlorpromazine, bentuk penyimpanan obatnya diberi warna untuk memberi
proteksi terhadap cahaya
o Kontaminasi
Beberapa obat tetes, seperti obat tetes mata, setelah dibuka berisiko untuk
terkontaminasi oleh kotoran atau bahkan bakteri/virus di udara. Oleh karena
itu, disarankan untuk sebaiknya tidak mengunakan obat tetes mata bersamasama dan setelah dibuka sebaiknya diletakkan di dalam refrigerator (kulkas)
dan tertutup rapat untuk menghindari kontaminasi.

Tabel Kadaluarsa yang Disarankan sejak Tanggal dibuka


Formulasi/Bentuk

Waktu Kadaluarsa yang disarankan

Alasan

setelah dibuka (kecuali di cantumkan


oleh produsen obat dan masih belum
mencapai tanggal kadaluarsa
Krim/ointment
Krim/ointment yang
dituang dari wadah yang
lebih besar

manufaktur)
1 bulan

Kandungannya terpapar dan

1 bulan atau lihat saran manufaktur

dapat terkontaminasi
Memindahkan wadah dapat
menyebabkan kontaminasi

Krim yang dibuat untuk

Tanyakan pada saran farmasi yang

Bergantung pada stabilitas

individual
Krim/ointment

memberikan
3 bulan

produk
Kontainer tertutup, isi tidak

berbentuk tube

langsung terpapar dengan

Pack penyimpan dengan

Berdasarkan simbol kadaluarsa

lingkungan luar
Kontainer tertutup, isi tidak

pompa untuk

manufaktur

langsung terpapar dengan

krim/ointment
Tablet/kapsul dalam

2 bulan

lingkungan luar
Tidak ada tanda yang

sistem dosis monitoring

tercetak untuk MDS

(dimasukkan ke dalam
wadah harian)
Tablet/kapsul/cairan

6 bulan sejak dipindahkan atau tanyakan

Bergantung pada stabilitas

yang dimasukkan ke

pada saran farmasi

obat

farmasi
Pak bagian dari

Berdasarkan tanggal kadaluarsa yang

Kontainer tertutup, isi tidak

tablet/kapsul yang masih

tertera. Bila tidak ditemukan, tanyakan

langsung terpapar dengan

pada kemasan,

pada farmasi

lingkungan luar

dalam wadah/ botol

manufaktur pada pak

Bila tidak ada tanggal

aslinya

kadaluarsa yang tertera pada


kemasan, ada risiko bahwa
obat tersebut sudah

Cairan oral pada wadah

6 bulan, kecuali ditetapkan oleh

kadaluarsa
Paparan cairan terhadap

aslinya

manufaktur

lingkunagn pada saat


pengukuran dosis dapat

Tetes/ ointment mata,

1 bulan ( hingga 3 bulan untuk tetes

menyebabkan kontaminasi
Rekomendasi manufaktur

telinga, hidung
Inhaler (obat hirup)

hidung dan telinga4)


Berdasarkan tanggal kadaluarsa

Kontainer tertutup, isi tidak

manufaktur

langsung terpapar dengan

Insulin

4 minggu untuk insulin vial dan pen,

lingkungan luar
Penutup steril sudah terbuka

kecuali dipaparkan oleh manufaktur

dan mungkin disimpan


diluar pendingin

Petunjuk Penyimpanan Obat-obatan

Simpan di tempat sejuk, kering dan terhindar dari sinar matahari langsung (di
kulkas bila ada petunjuk khusus)

Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Simpan dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup rapat. Jangan pernah
mengganti kemasan botol ke botol lain.

Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu wadah

Jangan menyimpan kapsul atau tablet di freezer, tempat panas dan/atau lembab
karena dapat menyebabkan obat tersebut rusak.

Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat

Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
perubahan suhu dapat merusak obat tersebut
o Obat minum dan obat luar harus disimpan terpisah. Simpanlah botol obat di
tempat yang kering atau kotak khusus.
o Simpan obat pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak.
o Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
o

perubahan suhu dapat merusak obat.


Simpan obat cair baik itu sirup maupun suspensi pada suhu ruang 20 C. Atau

dalam lemari pendingin/kulkas dengan suhu 5-10C.


o Tidak menyimpan obat dalam freezer . Hal ini justru akan merusak obat.
o Jangan lupa untuk selalu menutup rapat botol sirup agar udara tidak masuk.
Karena udara yang masuk bisa membawa bakteri dari luar yang biasa tumbuh
dalam media air.

o Hindari obat dari paparan sinar matahari atau cahaya secara langsung Biasanya
botol sirup sudah didesain kedap cahaya dengan warna botol yang gelap/coklat
tua.
Obat dapat berubah kestabilannya karena waktu, untuk itu jangan digunakan
lagi bila :

Telah lewat tanggal kedaluwarsanya

Label pada obat tak terbaca lagi

Warna dan penampakannya sudah berubah

Cairan yang jernih sudah menjadi keruh.

2.4. BUang Obat Dengan Benar


1.

Pertama-tama, lihat instruksi pembuangan yang dianjurkan untuk obat


tersebut. Obat-obatan tertentu ada yang disarankan untuk dibuang ke toilet. Hal
tersebut merupakan hasil pertimbangan antara Badan pengawas Obat dengan
pabrik pembuat obat. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa metode
tersebut dianggap metode yang paling tepat dengan tingkat keamanan yang
paling optimal. Contohnya pada obat golongan narkotik tempel (patch/koyo)
disarankan pembuangan di toilet. Baik koyo bekas pakai ataupun tidak terpakai,
karena obat ini bila terlalu banyak dapat mengakibatkan gangguan pernapasan
berat dan dapat mengakibatkan kematian pada bayi, anak, hewan atau orang
dewasa terutama pada orang yang belum pernah menggunakan obat tersebut.
Koyo tersebut walaupun setelah dipakai masih mengandung kandungan aktif
obat, sehingga berbahaya bila dibuang di tempat sampah karena masih
mengandung golongan narkotik yang berpotensi membahayakan orang lain.

2.

Jika instruksi tidak diberikan, obat dapat dibuang ke tempat sampah. Namun,
sebelum membuang ke tempat sampah, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
yaitu antara lain:

3.

Hilangkan informasi seputar obat dan keluarkan obat dari kemasan aslinya.
Hal ini akan melindungi identitas dan privasi mengenai keadaan kesehatan kita.
Selain itu, hal tersebut juga berguna untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (misalnya
penjualan kembali obat-obatan tersebut setelah dikumpulkan oleh pemulung).
Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan mengeluarkan tablet atau kapsul dari
strip atau blisternya (lebih baik bila obat juga dihancurkan), dan jika obat berupa
sirup atau cairan, keluarkan dari botolnya.

4.

Campur obat-obat tersebut dengan air, garam, kotoran, pasir, ampas kopi, atau
bahan-bahan lain yang tidak diinginkan. Hal ini untuk menghindari terjadinya
pengambilan obat oleh orang lain (misalnya pemulung), anak kecil, hewan, dan
sebagainya.

5.

Taruh semua obat tersebut dalam wadah tertutup, misalnya dalam kantung
plastik atau wadah lainnya yang ditutup rapat dan disegel dengan kuat. Hal ini
dilakukan untuk mencegah obat tersebut bocor atau keluar dari kantong sampah.
Selain itu juga untuh mencegah terjadinya penyalahgunaan.

6.

Masukkan kemasan obat seperti botol yang sudah tidak terpakai dan sudah
dihilangkan semua informasinya ke dalam wadah yang tertutup (tidak tembus
pandang), seperti trash bag, lalu tutup dengan rapat dan disegel dengan kuat.
Untuk kemasan seperti strip dan blister, sebaiknya kemasan dirusak terlebih
dahulu dengan cara merobek atau menggunting-guntingnya sebelum dimasukkan
ke kantong sampah. Lagi-lagi hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

7.

Buang ke tempat sampah.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat masih
menjadi masalah bagi masyarakat indonesi. Masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat
dengan benar. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya masalah yang tidak diinginkan
dalam pemakaian obat pada pasien.
IAI mengadakan program DAGUSIBU (DApatkan, GUnakan, SImpan dan
BUang) obat bagi masyarakat Indonesia sehingga masyarakat bisa mendapatkan,
menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar dan dapat mencegah
terjadinya hal yang tidak diinginkan terjadi pada pasien.

3.2. Saran
Pendidikan/penyuluhan kesehatan perlu ditingkatkan dan dilaksanakan
secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat tentang cara
mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat dengan benar agar
masyarakat dapat mendapatkan efek yang maksimal dari pengobatan yang
didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
NHS, Sheffield clinical Commisioning Group. Good Practice Guidance for Care
Homes Expiry dates. 2013.
Bilal, S. Care Home Prescribing Support Pharmacist. In: NHS, Berkshire East Good
Practice Guidance 4: Expire Dates for Medication. Issue date: Dec 2012.
Review date: Dec 2014.2.
Dawson, M. Expiry Dates. Aust Prescr;17.1994. 46-8.
NHS, Oxfordshire Clinical Commissioning Group. Good Practice GuidanceQ:
Guidance on the Expiry Dates and Storage of Medicine in Care Homes (with
or without Nursing). Date of Review: Nov 2014
Health Quality and Safety Commision New Zealand. Medicine Expiry Dates- What
do They Mean?. In: Medication Safety Watch: Issue 5, February 2013.

Вам также может понравиться