Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH

PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT


SYARAT-SYARAT RUMAH SEHAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Semester Pendek


Pengampu : Puji Lestari., S.Kep., Ns., M.Kes
Kelompok 1
1. AHMAD BURHAN NORMA

010214A003

2. DEASY YULISTIANA

010214A014

3. DWIANI NUR PRATIWI

010214A021

4. GATIK SURYANI

010214A029

5. NOPIA SERIANI

010214A058

6. SRI LESTARI

010214A095

7. TAUFIK PAMUKTI

010214A077

8. SRI LESTARI

010214A095

9. STEVI LAURIKA

010214A096

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perumahan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Rumah atau
tempat tinggal, dari zaman ke zaman mengalami perkembangan. Pada zaman
purba manusia bertempat tinggal di gua-gua, kemudian berkembang dengan
mendirikan rumah di hutan-hutan dan di bawah pohon. Sampai pada abad modern
ini manusia sudah membangun rumah bertingkat dan diperlengkapi dengan
peralatan yang serba modern.
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh
tersedianya sarana sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana
orang menggunakannya untuk tempat tinggal berlindung yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat
tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna
mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin,
2009).
Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan
penyakit berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat
akhir-akhir ini. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan
penyebab utama kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita,
penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit
yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih
rendahnya cakupan dan kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Munif
Arifin,2009).
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf
kesehatan jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan
mengurangi daya kerja atau daya produktif seseorang. Rumah tidak sehat ini
dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika kondisi tidak
sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan
pemukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan pemukiman
pada dasarnya disebabkan karena
tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan
penghuninya (Notoatmodjo, 2008).

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan pengertian rumah sehat ?
2. Sebutkan fungsi rumah ?
3. Apa saja yang menjadi persyaratan rumah sehat ?
4. Bagaimanakah penilaian rumah sehat ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian rumah sehat.
2. Untuk mengetahui fungsi rumah.
2. Untuk mengetahui persyaratan rumah sehat.
3. Untuk mengetahui bagaimana penilaian rumah sehat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Sehat


Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Rumah adalah
sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi
lingkungan sekitar, menyatukan sebuah keluarga, meningkatkan tumbuh
kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup
manusia Sedangkan pengertian Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup
luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas
setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga
sebaiknya terhindar dari faktor- faktor yang dapat merugikan kesehatan
(Hindarto, 2007). Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat
berlindung,
bernaung, dan tempat untuk beristirahat, sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial
(Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan (2010) yang dikutip
dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat
untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik
fisik,rohani maupun sosial.
B. Fungsi Rumah
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang
dikutip dari Azwar adalah :
Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melasanakan kewajiban sehari-hari.
Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa
kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.

Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang


mengancam.
Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan
hingga saat ini.
Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang
berharga yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada
masyarakat pedesaan.
C. Persyaratan Rumah Sehat
1. Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang
tercantum dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara
lain :
a.

Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi


sebagai tempat istrahat.

b.

Mempunyai tenpat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci,


kakus dan kamar mandi.

c.

Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.


e.

Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi


penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

f.

Member rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

2. Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah


sehat (Depkes RI, 2007).
a.

Memenuhi
kebutuhan
psikologis
antara lain privacy
yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat (ruang
tidur), bagi masing-maing penghuni.

b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar


penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja
dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

c.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik


yang timbul karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi bangunan rumah,
bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah.

3. Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip


(Ircham Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
a.

memenuhi kebutuhan physiologis, yang meliputi :

Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat


dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya.
Sebaiknya temperatur udara dalam ruangan harus lebih rendah
paling sedikit 4C dari temperatur udara luar untuk daerah
tropis. Umumnya temperatur kamar 22C - 30C sudah cukup
segar.

Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang


dibedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta
penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan).
Semua penerangan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu gelap atau tidak menimbulkan rasa silau.
Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna
sehingga aliran udara segar dapat terpelihara. Luas lubang
ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan, sedangkan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya menjadi 10%
dari luas lantai.

Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk


tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.

Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari gangguan


bising yang berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang
relatif lama. Gangguan yang dapat muncul antara lain gangguan
fisik seperti kerusakan alat pendengaran dan gangguan mental
seperti mudah marah dan apatis.

Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas


dan untuk anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak

mempunyai kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di


rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar
anak tidak bermain di rumah tetangganya, di jalan atau tempat
lain yang membahayakan.
b. memenuhi kebutuhan psychologis, yang meliputi :

Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni Adanya


ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni,
seperti kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di
bawah 2 tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah
dan ibu. Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan
tidak boleh dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun
mempunyai kamar tidur sendiri.
Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan
keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog
langsung dengan orang tuannya.
Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga
yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab bila
bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin akan
menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja di
ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam
suatu rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang
tidak senang atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi
tidak mempunyai W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang
lain atau harus buang air besar di tempat terbuka seperti sungai
atau kebun.
Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara
secara rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c.

mencegah penularan penyakit, yang meliputi.


Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
Pembuagan sampah
Pembuangan air limbah.
Pembuangan Tinja
Bebas pencemaran makanan dan minuman.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan yaitu rumah harus dibangun sedemikian


rupa sehingga dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya
bahaya atau kecelakaan. Termasuk dalam persyaratan ini antara lain
bangunan yang kokoh, tangga yang tidak terlalu curam dan licin,
terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat listrik yang terlindung, tidak
menyebabkan keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari
kecelakaan lalu lintas, dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006;
Sanropie, 1991).
4. Menurut Soedjajadi (2006), persyaatan rumah sehat harus dapat mencegah atau
mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran.
Persyaratan tersebut meliputi:
a. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.
b. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.
c. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun
dan gas.
d. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan
kecelakaan mekanis dapat dihindari.
e. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar
dari kebisingan
yang
mengganggu.

5. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut


Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999
meliputi dua aspek yaitu :
1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara, kebi singan
dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah, sarana dan prasarana
lingkungan, binatang penular penyakit dan penghijauan.
2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen dan pena taan
ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular
penyakit, air, makanan, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan perumahan menurut Keputusan
Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.829/Menkes/SK/VII/ 1999 sebagai
berikut :
a.

Lokasi
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai,
aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan
sebagainya;
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang;
Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti alur pendaratan penerbangan.

b. Kualitas udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut :
Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
g/m3 ;mg maksimum 150 mDebu dengan diameter kurang dari 10
Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.
c.

Kebisingan dan getaran


Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;

Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.


d. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg
e.

Prasarana dan sarana lingkungan


Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan;

f.

Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor


penyakit;

Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan


tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penerangan, jalan tidak menyilaukan mata;

Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan;

Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus


memenuhi persyaratan kesehatan;

Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat


kesehatan;

Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,


tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain
sebagainya;

Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya;

Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi


kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

Vektor penyakit

Indeks lalat harus memenuhi syarat.

Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

g. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian
alam.
Adapun ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut
Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut :
a.

Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat
membahayakan kesehatan, an tara lain : debu total kurang dari 150
mg/m2 , asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, plumbum (Pb)
kurang dari 300 mg/kg bahan;

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan


berkembangnya mikroorganisme patogen.

b. Komponen dan penataan ruangan

c.

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci


kedap air dan mudah dibersihkan;

Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.

Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan
minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

d. Kualitas udara

Suhu udara nyaman antara 18 30 o C;

Kelembaban udara 40 70 %;

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;

Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;

Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;

Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3

e.

Ventilasi : Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%


luas lantai.

f.

Vektor penyakit : Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di
dalam rumah.

g. Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/


orang/hari;

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau


air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907
tahun 2002.

h. Pembuangan Limbah

i.

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air,
tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau,
tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

Sarana Penyimpanan Makanan


Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

j.

Kepadatan hunian Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan tidak


untuk lebih dari 2 orang tidur.

Persyaratan tersebut
diatas berlaku
juga terhadap kondominium,
rumah susun (rusun), rumah took (ruko), rumah kantor (rukan) pada zona pemukiman.
Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan
perumahan
dan
lingkungan pemukiman menjadi tanggung jawab pengembang atau penyelenggara
pembangunan perumahan, dan pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

D. PENILAIAN RUMAH SEHAT


Menurut Munif Arifin (2009), kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman
teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan
Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok
sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan
terhadap Lingkungan (45%), Perilaku (35%), Pelayanan Kesehatan (15%), Keturunan
(5%).
Dalam hal rumah sehat, persentase pelayanan kesehatan dan keturunan diabaikan,
sedangkan untuk penilaian lingkungan dan perilaku ditentulan sebagai berikut :
1.Bobot komponen rumah (25/80 x 100%) : 31
2.Bobot sarana sanitasi (20/80 x 100%) : 25
3.Bobot perilaku (35/80 x 100%) : 44
Penentuan kriteria rumah berdasarkan pada hasil penilaian rumah yang
merupakan hasil perkalian antara nilai dengan bobot, dengan criteria sebagai
berikut :
1. Memenuhi syarat : 80 -100 % dari total skor.
2. Tidak memenuhi syarat : < 80 % dari total skor.
Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat
menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :
1. Langit-langit
2. Dinding
3. Lantai
4. Jendela kamar tidur
5. Jendela ruang keluarga
6. Ventilasi
7. Lubang asap dapur
8. Pencahayaan

9. Kandang
10. Pemanfaatan Pekarangan
11. Kepadatan penghuni.
Indikator sarana sanitasi yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat
menggunakan Indikator sarana sebagai berikut :
1. Sarana air bersih
2. Jamban
3. Sarana pembuangan air limbah
4. Sarana pembuangan sampah.
Indikator penilaian perilaku penghuni rumah meliputi bebrapa parameter
sebagai berikut :
1. kebiasaan mencuci tangan.
2. keberadaan tikus.
3. keberadaan jentik.

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
1. Rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik fisik,rohani
maupun sosial.
2. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat beristrahat dan berlindung, tetapi
juga sebagai sarana untuk memperbaiki kesehatan. Untuk itu rumah harus
memenuhi syarat syarat kesehatan.
3. Rumah sehat tidak harus mahal dan mewah. Tetapi, rumah sehat harus
memenuhi syarat syarat kesehatan. Oleh karena itu, rumah yang sederhana jika
memenuhi syarat syarat kesehatan juga dapat dikatakan rumah sehat.
4. Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketentuan teknis kesehatan yang
wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
kesehatan.
5. Penilaian rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan
KesehatanPerumahan.

B. SARAN
1. Petugas kesehatan melakukan penyuluhan untuk memotivasi masyarakat dalam
pengadaan rumah sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC Budiman


Chandra.2007. Pengantar Kesehatan Lingkugan. Jakarta:EGC
Depkes RI Ditjen PPM dan PL (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 ttg Persyaratan Kesehatan
Perumahan.
Mahfoedz, Irham.2008, Menjaga Kesehatan Rumah Dari Berbagai Penyakit.
Jogyakarta.
Munif Arifin, 2009. Rumah Sehat dan Lingkunganya. diakses
environmentalsanitation.wordpress.com, November November 2011.

dari

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.
Suhadi,
2007.
Penyakit
Tuberkolosis
Paru.
Diakses
www.clubpenakita.blogspot.com/2009/06/penyakit-tuberkulosisparu.html, November 2011.

dari

Sanropie, D. 1991. Pengawasan Penyeharan Lingkungan Pemukiman. Jakarta:


Dirjen PPM dan PLP.
Soedjajadi
Keman,
Kesehatan
Lingkungan
Pemukiman.
http://library.unair.ac.id/download/fkm/fkm-soedjajadikeman.ppt.
Universitas Air Langga, 2006.
UU RI No.4 Tahun 1992 ttg Perumahan dan Pemukiman.

Вам также может понравиться