Вы находитесь на странице: 1из 21

MAKALAH TERPENOID

Disusun Oleh:
Kelompok I
Yuke Puspita (1113096000040)
Risna Ayu Fadilah (1113096000048)
Almira Ghaisani (1113096000051)
Bayu Aji Satrio (1113096000062)

Dosen Pembimbing: Drs. Dede Sukandar, M.Si

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiaran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan karena
keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tak mungkin luput dari kesalahan. Makalah
ini disusun untuk mempermudah pembaca mempelajari mengenai senyawa terpenoid.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dede
Sukandar, M.Si selaku dosen kimia bahan alam yang telah banyak memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah ini dan
memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Penulis
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, oleh karena itu, demi
upaya peningkatan kualitas makalah ini, Penulis senantiasa mengharapkan konstribusi
pemikiran pembaca, baik berupa kritik maupun saran yang bersifat membangun.

Ciputat, 23 September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................5
C. Manfaat Penulisan........................................................................................5
BAB II: ISI..................................................................................................................6
A. Definisi Terpenoid......................................................................................6
B. Klasifikasi Senyawa Terpenoid...................................................................7
C. Sifat Fisika-Kimia Senyawa Terpenoid..................................................... 11
D. Biosintesa Terpenoid................................................................................. 12
E. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid............................................. 14

BAB III: PENUTUP.................................................................................................15


A. Kesimpulan...............................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fito berasal dari bahasa yunani yang berarti tanaman. Fitokimia merupakan senyawasenyawa kimia yang berasal dari tanaman yang mempunyai peranan penting bagi kesehatan.
(Anonim. 2010)
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri,
yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada
ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8).
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau
atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik
leleh tinggi dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tidak ada kereaktifan
kimianya.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan baik sebagai obat,bahan makanan,bumbu, kosmetik,
maupun sebagai bahan ramuan untuk upacara ritual keagamaan, telah di kenal sejak zaman
kuno seperti yang telah di temukan di dalam berbagai catatan bangsa Cina, Mesir,
Mesopotamia, Yunani dan Roma. Bahkan penemuan terbaru di Pakistan membuktikan
bahwa penggunaannya telah berlangsung selama 5000 tahun.
Perkembangan di bidang tumbuhan obat tersebut terjadi juga pada bahan alam
lain,apalagi dengan kemajuan di bidang teknik isolasi dan instrumentasi untuk analisis,
seperti perkembangan pesatnya kromatografi gas yang digabungkan dengan spektrofotometri
massa dan spektrofotometri inframerah, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), resonasi
magnetik inti (RMI), serta konsep baru lainnya. Semuanya ini merupakan inti perkembangan
kimia bahan alam yang sangat pesat yang dapat di buktikan dengan baragamnya publikasi
menyangkut berbagai jenis dan tipe senyawa baru yang di temukan (Wiryowidagdo. 2008).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang metabolisme pada senyawa terpenoid
2. Untuk mengetahui bagaimana proses biosintesis pada senyawa terpenoid
3. Untuk mengetahui jalur metabolisme senyawa terpenoid
4. Untuk mengetahui kegunaan senyawa terpenoid
5. Untuk mengetahu cara memperoleh senyawa terpenoid

C. Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini memberikan informasi kepada dosen dan teman-teman
mahasiswa tentang senyawa terpenoid yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan yang
berada disekitar kita.

Bab II
ISI
A. Definisi Terpenoid
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen.
Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh
tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n.
Secara struktur kimia terpenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat
berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil,
karbonil atau gugus fungsi lainnya (Lenny.S. 2006).
Semua senyawa terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2=C(CH3)-CH=CH2
dan kerangka karbonya (carbon skeleton) disusun dengan menyambung dua atau lebih
satuan isoprena tersebut (C5) seperti pada Gambar 1. Berdasarkan alasan tersebut, maka
senyawa terpenoid seringkali dinyatakan dengan istilah isoprenoid. Namun, senyawa
isoprena sendiri tidak terdapat di alam, senyawa yang sebenarnya terlibat adalah
isopentenil pirofosfat, CH2=C(CH3)-CH2-CH2-OPP. Hal ini menyebabkan ada sebagian
senyawa terpenoid yang tidak tersusun dari molekul isoprena tersebut (Tukiran, 2010).

Gambar 1. Struktur isopren

Terpenoid merupakan komponen penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal


dari tumbuhan yang pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana
yaitu dengan perbandingan atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa
terpenoid yaitu 8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa teresbut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa
murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang kadang kala terdiri dari
lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan (Lenny.S. 2006).
Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung
karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen dan oksigen.Minyak atsiri adalah bahan
yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain yang
6

terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara yang paling banyak digunakan adalah
memisahkan minyak atsiri dari jaringan tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air
dialirkan kedalam tumpukan jaringan tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling
bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan, minyak atsiri akan membentuk
lapisan yang terpisah dari air yang selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri
dari golongan terpenoid berupa monoterpenoid atom C10 dan seskuiterpenoid atom C15
(Lenny.S. 2006).
B. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul
umum (C5H8)n. Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai (n).
Nama

Rumus

Sumber

Monoterpen

C10H16

Minyak Atsiri

Seskuiterpen

C15H24

Minyak Atsiri

Diterpen

C20H32

Resin Pinus

Triterpen

C30H48

Saponin, Damar

Tetraterpen

C40H64

Pigmen, Karoten

Politerpen

(C5H8)n n 8

Karet Alam

Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang
jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula
bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua
atau lebih unit C 5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena
kerangka karbonnya seperti senyawa isopren.
Struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren.
Pendapat ini dikenal dengan hukum isopren (Wallach. 1887).
Hukum Isopren:
1.Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2.Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan membentuk mono-,seskui-,
di-. sester-, dan poli-terpenoid.
7

3.Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.

a.Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa essence dan memiliki bau yang spesifik
yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari
1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat
tinggi,binatang laut,serangga dan binatang jenis vertebrata dan struktur senyawanya
telah diketahui. Struktur dari senyawa monoterpenoid yang telah dikenal merupakan
perbedaan 38 jenis kerangka yang berbeda. Sedangkan prisnsip dasar
penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene.
Stuktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa
monoterpenoid
banyak
dimanfaatkan
sebagai
antiseptik,ekspektoran,spasmolitik,anestetik
dan
sedatif.
Disamping
itu
monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan pemberi
aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersial yang banyak
diperdagangkan (Anonim.2012).
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu
menjadi yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alkohol ini yang
berasal dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi
sekunder,misalnya dehidrasi menghasilkan mirsen,oksidasi menjadi sitral dan oksidasireduksi menghasilkan sitronelal. Perubahan GPP in vivo menjadi senyawa monoterpen
siklik dari segi biogenetik disebabkan oleh reaksi siklisasi yang diikuti oleh reaksireaksi sekunder. Seperti senyawa organik bahan alam lainnya, monoterpenoid
mempunyai kerangka karbon yang banyak variasinya. Oleh karena itu penetapan
struktur merupakan salah satu bagian yang penting. Penetapan struktur monoterpenoid
mengikuti suatu sistematika tertentu yang dimulai dengan penetapan jenis kerangka
karbon. Jenis kerangka karbon suatu monoterpen monosiklik antara lain dapat
ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi suatu senyawa aromatik atau aromatisasi
(Anonim. 2012).

GERANIOL
3,7-DIMETIL-2,6OKTADIEN-1-OL

Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus


fungsi dari senyawa yang bersangkutan di dalam kerangka karbon tersebut. Posisi
gugus fungsi dapat diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah
mengubah senyawa yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa
lain yang telah diketahui strukturnya. Dengan kata lain saling mengaitkan gugus
fungsi senyawa lain yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian
struktur sutau senyawa akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan
dari sutau senyawa yang diketahui strukturnya (Anonim. 2012).
b.Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit
isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar
naftalen. Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar,
diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik, toksin, serta
regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis. Senyawa-senyawa seskuiterpenoid
diturunkan dari cisfarnesil pirofosfat dan transfarnesil pirofosfat melalui reaksi
siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer farnesil pirofosfat ini dihasilkan
in vivo melalui mekanisme yang sama seperti isomerisasi antara geranil dan nerol
(Anonim. 2012).

Farnesol

c.Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon
dan dibangun oleh 4 unit isopren, senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup
luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan
tanaman, antifeedant serangga, inhibitor tumor,senyawa pemanis, anti fouling dan
anti karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan
tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus dan beberapa hewan laut
seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti
sargassum duplicatum serta dari golongan coelenterata. Tata nama yang digunakan
lebih banyak adalah nama trivial (Anonim. 2012).

Retinena (Monosiklik Diterpen)


d.Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka
dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen.
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5
atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan
penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom
karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom
karbon. Triterpenoid biasanya terdapat pada minyak hati ikan hiu, minyak nabati
(minyak zaitun) dan ada juga ditemukan dalam tumbuhan seprimitif sphagnum, tetapi
yang paling umum adalah pada tumbuhan berbiji,bebas dan glikosida. Triterpenoid
telah digunakan sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi,
patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Struktur terpenoida yang
bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi sekunder berikutnya seperti
hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas geranil, farnesil dan geranilgeranil pirofosfat (Anonim. 2012).

10

Squalena
e.Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumusmolekul
tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya
berasal dari geranil-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid.
Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna
kuning, orange dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun
bayam, buah tomat dan biji kelapa sawit (Anonim. 2012).

Lycopene
f.Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5) dan dari
konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Polyterpenoid
merupakan senyawa penghasil karet (Anonim. 2012).

Karet Alam
C. Sifat Fisika-Kimia Senyawa Terpenoid
Sifat umum Terpenoid:
11

a. Sifat fisika dari terpenoid adalah :


1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna tetapi jika teroksidasi warna
akan berubah menjadi gelap.
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alkohol
b. Sifat Kimia dari terpenoid:
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk
enantiomer.
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :
a. Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan
diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau
terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b.Insect antifectan, repellant
c.Pertahanan tubuh dari herbifora
d.Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon dari bahasa Yunani: Phero yang artinya pembawa, dan Mone
bermakna sensasi. Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk
merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada jantan maupun betina. Zat ini
berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk hidup untuk mengenali
sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan hanya dapat
mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis atau satu spesies
(Anonim. 2012).
Feromon pertama ditemukan di Jerman oleh Adolph Butenandt, ilmuwan
yang juga menemukan hormon seksual pada manusia yaitu estrogen, progesteron
dan testosteron. Ketika pertama kali ditemukan pada serangga, feromon banyak
dikaitkan dengan fungsi reproduksi serangga. Para ilmuwan mula-mula melihat
feromon adalah sebagai padanan dari parfum di dunia manusia (Anonim. 2012).

D. Biosintesa Terpenoid
12

Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar yaitu:


1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-,
di-, sester dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.
Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon
bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya
ialah fosforilasi,eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang
selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit
isopren aktif bergabung secara kepada ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini
merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan
terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP
terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP)
yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen (Anonim.2012).
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme
yang sama seperti antara IPP dan DMAPP menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP)
yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawasenyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari
kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula
(Anonim. 2012). Sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya.
Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis
reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, PP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa
jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa,
siklisasi,oksidasi,reduksi dan reaksi- reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan
mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar seperti isomerisasi,dehidrasi,
dekarboksilasi dan sebagainya (Anonim. 2012).

13

14

E. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Terpenoid


Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu melalui sokletasi dan
maserasi.
1. Sokletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan
5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut metanol.
Ekstrak metanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M. Hasil
hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n- heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu
diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri dengan
menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi 2 mL Muller-Hinton brot, kemudian diinkubasi bakteri
homogen selama 24 jam pada suhu 35C. Suspensi baketri homogen yang telah
diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Muller- Hinton,agar secara merata
dengan menggunakan lidi kapas yang steril kemudian di tempelkan disekitar yang
berisi sampel. Standar tetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai
kontrol,lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35C. Dilakukan pengukuran daya
hambat zat terhadap baketri (Anonim.2010).
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi LiebermanBurchard. Perekasi Leberman-Burchard merupakan campuran antara asam asetat
anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya asam asetat anhidrat adalah
untuk membentuk turunan asetil dari steroid yang akan membentuk turunan asetil
15

di dalam kloroform. Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa


ini paling larut baik di dalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak
mengandung molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air, maka asam
asetat anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan
turunan asetil tidak akan terbentuk (Anonim. 2010)
F. Pembahasan Jurnal
Jurnal yang kami gunakan berjudul,

16

17

18

19

20

21

Вам также может понравиться