Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi yang berkembang pesat di era globalisasi mendesak tingkat
profesionalisme kerja perlu diseimbangkan, termasuk dalam bidang eksplorasi sumber
daya alam. Mahasiswa sebagai calon sarjana perlu menyeimbangkan agar menghasilkan
seorang sarjana yang berkarakter, menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Hal
tersebut dapat diaplikasikan pada kegiatan kerja praktik yang memberi kesempatan
untuk mengamati, membandingkan, dan menerapkan teori yang didapat selama
perkuliahan dengan lingkungan kerja.
Program Studi Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala yang mendasari ilmu
bumi dalam aspek fisika dan metode geofisika mensyaratkan lulusannya untuk
mengikuti kerja praktik sebagai mata kuliah wajib agar mahasiswa memahami kondisi
di lapangan dan menghasilkan lulusan yang professional siap kerja. Oleh karena itu,
sangat penting membangun link and match antara calon sarjana dengan tenaga
professional di dunia industri. Salah satu instansi yang sesuai dengan Program Studi
Teknik Geofisika adalah PT. Cipta Kridatama-MIFA site project.
Provinsi Aceh memiliki sumber daya alam beberapa cadangan batubara yang tidak
terlalu buruk dengan range kalori rendah hingga sedang dan kriteria 5100-6100 kal/gr,
(sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006). Salah satu sumber daya batubara yang
sedang di eksploitasi oleh PT. Cipta Kridatma-MIFA site terletak di Desa Sumber Batu,
Kecamatan Meureubo, Provinsi Aceh. Jenis batubara di Desa Balee Sumber batu siteMIFA project merupakan kelas sub-bituminus.
Hasil tambang tidak hanya digunakan untuk keperluan lokal, namun direncanakan
mulai di ekspor ke luar Negeri seperti China dan India, hal ini juga di dukung oleh
lokasi Aceh yang strategis. Berdasarkan kondisi SDA Aceh yang sangat menakjubkan
sudah sepatutnya putra-putri Aceh menyadari, mengetahui, dan ikut berkecimpung
dalam mengembangkan hasil bumi Aceh melalui SDM yang dimilikinya dan sejauh ini
PT.Cipta Kridatama sangat membantu dalam mengembangkan SDM Aceh, salah
satunya melalui diterimanya para mahasiswa yang melaksanakan kerja praktik atau
magang.
1.2 Tujuan

1. Mengikuti proses kerja pada PT. Cipta Kridatama selama masa kerja praktik
dilaksanakan.
2. Mengetahui teknik perhitungan cadangan batubara (volume, tonase, dan stripping
ratio).
3. Mengetahui faktor-faktor penting dalam perhitungan cadangan batubara.
4. Mengetahui lokasi penyebaran dan jenis endapan batubara secara langsung.
1.3 Manfaat
1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang proses kerja lingkungan
pertambangan.
2. Memahami metode dan proses estimasi cadangan batubara.
3. Menjalin link and match antara mahasiswa atau universitas dengan perusahaan.

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan Profil Perusahaan
PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa
penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia
yang tumbuh pesat mendorong perusahaan mengubah haluan bisnis ke jasa
pertambangan terpadu dari tambang hingga pelabuhan pada tahun 2003. Sejak 2010
perusahaan terintegrasi dibawah ABM Investama Group yaitu perusahaan investasi
strategis di bidang sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur. PT. ABM
Investama Tbk yang tercatat di bursa efek Indonesia dengan kode ABMM adalah bagian
dari Tiara Marga Trakindo (TMT).

Evolusi yang dilalui membawa PT.Cipta Kridatama berada dalam satu jaringan
bisnis yang sinergis dari penambangan batubara, jasa kontraktor pertambangan, dan
solusi ketersediaan energi listrik. Kontribusi signifikan yang telah diberikan perusahaan
secara sinergis tersebut menempatkan PT.Cipta Kridatama sebagai salah satu penyedia
jasa pertambangan terkemuka. Saat ini perusahaan didukung lebih dari 3.400 karyawan
kompeten dibidangnya, 624 unit alat berat, dan penunjangnya, serta sistem dan
teknologi termoderen sesuai izin pertambangan Nomor 904/30/DJB/2011 tertanggal 4
Juli 2011.
Pada awal 2013 PT. Cipta Kridatama telah mengembangkan bisnis ke area jasa
konstruksi, guna memperluas jaringan bisnis, sekaligus menyediakan solusi terintegrasi
bagi seluruh klien atau calon klien di berbagai sektor industri, seperti: pertambangan,
minyak dan gas, geotermal, industri, dan infrastruktur umum.
PT. Cipta Kridatama berkantor pusat di Jakarta Gedung TMT 2, Lt. 3 Jl.
Cilandak KKO No. 1. Tekad yang dimiliki perusahaan adalah memberikan layanan

terbaik dan komprehensif hingga terpilih menjadi mitra terpercaya dan memberikan
nilai tambah maksimal bagi pengguna jasanya yang ditegaskan melalui visi dan misi
perusahaan. Visi dan misi PT. Cipta Kridatama diimplementasikan dengan menerapkan
standar keamanan tinggi, ramah lingkungan, komitmen pengembangan, perlibatan
masyarakat, dan penggunaan perangkat dan sistem terkini yang teintegrasi hingga
menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
2.2 Bidang dan Skala Kerja
1.
Jasa Pertambangan
Pelayanan jasa pertambangan telah menjadi inti bisnis PT Cipta Kridatama sejak
tahun 1997. Menganut sistem manajemen mutu, PT Cipta Kridatama secara konsisten
berupaya meminimalkan resiko operasional dan menjaga pencapaian kuantitas sesuai
waktu yang diamanatkan dalam kontrak kerjasama. Ditunjang dengan karyawan
berkualitas dan tempat kerja yang memadai, PT Cipta Kridatama secara terus menerus
berusaha memenuhi seluruh persyaratan yang diinginkan oleh para kliennya.
Melalui strategi Pit to Port, PT. Cipta Kridatama menyediakan solusi lengkap
pertambangan yang akan menaikkan margin dan tingkat pengembalian aset bagi semua
kliennya melalui kemampuan yang terintegrasi dalam open pit kontrak jasa
pertambangan yang meliputi:
1. Survey pertambangan
2. Pemodelan (topografi dan GEOLOGI)
3. Desain tambang dan penjadwalan produksi

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
2.

Pengeboran dan peledakan


Pengupasan tanah penutup
Pengolahan bahan galian
Pengangkutan bahan galian
Pengaturan tempat penimbunan bahan galian
Pekerjaan pasca tambang
Jasa pertambangan lainnya
Jasa Konstruksi
PT. Cipta Kridatama memiliki komitmen penuh dalam mengembangkan layanan

kerja yang luas dan berkesinambungan di seluruh Indonesia, sekaligus kerjasama yang
erat dengan para konsultan utama, komunitas, dan pemerintah terkait guna mendukung
klien dalam mencapai tujuan bisnisnya. Saat ini, layanan utama kami mencakup proyekproyek jasa (Build Only / Construct Only). yang terdiri atas:
1. Manajemen proyek
2. Manajemen material
3. Dukungan pengadaan
4. Jasa konstruksi
5. Jasa pre-commissioning / commissioning
6. Jasa perawatan dan operasi
PT. Cipta Kridatama fokus pada proyek untuk infrastruktur sipil, namun tidak
terbatas pada proyek-proyek, seperti:
1. Pekerjaan tanah dan persiapan lahan
2. Jalan dan aksesorinya
3. Konstruksi / persiapan landasan pengeboran
4. Fasilitas pertambangan (kamp, bangunan, perkantoran, dsb.)
5. Pekerjaan struktur baja dan beton
Sejak bulan Februari 2014 PT. Cipta Kridatama sudah terdaftar sebagai anggota di
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) guna mendukung aktivitas. PT. Cipta Kridatama
telah mengantongi sejumlah sertifikasi yang relevan.
2.3 Manajemen dan Struktur Organisasi
PT.Cipta Kridatama merupakan salah satu penyedia jasa pertambangan
terkemuka. Kompetensi PT.Cipta Kridatama sebagai penyedia jasa pertambangan kelas
dunia direfleksikan dari dukungan ABM Investama Group, jajaran manajemen yang
kokoh dan teruji yang dibuktikan pula dengan perolehan ISO14001:2001,
OHSAS18001:2007, dan ISO9001:2008 yang menunjukan praktek berstandar tinggi
dalam kualitas ketatalaksanaan, keselamatan, kesehatanan kerja, dan pengelolaan
lingungan. Fakta tersebut mengungkapkan bahwa visi yang direncakana telah tercapai

yaitu Menjadi penyedia jasa pertambangan Indonesia yang terkemuka dengan misi
sebagai berikut:
1. Secara terus-menerus menciptakan lapangan kerja yagn layak dan berkualitas bagi
sebanyak mungkin rakyat Indonesia.
2. Selalu memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan
yang memaksimalkan nilai pemegang saham.
3. Senantiasa menyediakan solusi-solusi bernilai tambah yang akan mengoptimalkan
kepuasan pelanggan.
4. Secara aktif terlibat dalam masyarakat sebagai warga korporat yang baik.
Sistem manajemen dan organisasi yang tepat sangat mempengaruhi
perkembangan perusahaan dalam menjalankan kegiatan produksi. Sistem manajemen
dan organisai di PT. Cipta Kridatama dipimpin oleh seorang operation manager yang
membawahi project manager dan deputy PM. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar
2.1 tentang struktur organisasi PT. Cipta Kridatama.

Gambar 2.1 Struktur manajemen dan organisasi PT. Cipta Kridatama

2.4 Proses Kerja PT. Cipta Kridatama Secara Umum

PT. Cipta Kridatama merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa


pertambangan dan kontruksi. Proses kerja PT. Cipta Kridatama yang ditinjau dari tugastugas manager hingga divisi yang berada dibawahnya secara umum adalah:
1. Operation Manager
Manager operasional membawahi beberapa lokasi yang masing-masing dipimpin
oleh site manager yang memiliki tanggung jawab sama. Tugas dan tanggung jawab
manager operasional terdiri dari:
a. Mengawasi dan mengkoordinir bagian-bagian yang ada pada depatermen
b.
c.
d.
e.

operasional.
Membuat perencanaan produksi.
Mengawasi jalannya proses produksi.
Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.
Membuat laporan-laporan berdasarkan informasi-informasi dari masing-masing
bagian di departemen operasional yang ditujukan pada direktur maupun

departemen-departemen terkait.
f. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab terhadap direktur utama.
2. Project Manager
Project Manager (PM) merupakan wakil dari perusahaan atau kontraktor utama
yang memimpin sebuah proyek. Manager proyek mempunyai tanggung jawab dan tugas
dengan mempunyai kemampuan membuat tim proyek agar tetap solid, mampu
memonitor dan mengontrol budget, serta mempunyai kemampuan analisis resiko yang
baik. Manager proyek bertanggung jawab terhadap proyek dengan mengontrol proyek
yang ditanganinya harus selesai sesuai budget, spesifikasi, dan waktu. Project Manager
(PM) dibantu oleh seorang Deputy Project Manager dan HCA SUPTD, Proj. Acount
SUPTD, OSHE SUPTD, COMDEV SUPTD, PIM SUPTD, WAREHOUSE SUPTD.
Adapun tugas dan tanggung jawab Project Manager adalah:
a. Mengendalikan dokumen dan record.
b. Memimpin management review mingguan di proyek.
c. Menghadiri management review di kantor.
d. Menilai kompetensi personal proyek sebagai dasar dalam penetapan kebutuhan
e.
f.
g.
h.
3.

training.
Melaksanakan inspeksi lapangan secara periodik.
Mengendalikan biaya pelaksanaan.
Membuat dan melaporkan progres fisik.
Menyelesaikan administrasi dan teknis penututpan proyek.
Deputy PM
Deputy Project Manager (DPM) merupakan wakil dari Project Manager (PM)

yang bertugas membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di


lapangan. DPM dibantu oleh divisi Plant SUPTD, Mine SUPTD, Operator Trainer

SUPTD, Asset dan Equip Trainer SUPTD, PPnC SUPTD, Proj. Control SUPTD. DPM
bertanggung jawab kepada PM yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Menguasai detail dan spesifikasi teknis kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan
b.
c.
d.
e.
f.

proyek.
Membantu PM menyusun Materi Rencana Mutu Proyek.
Menyiapkan detail materi penyusunan Rencanan Anggarak Proyek.
Meyusun schedule mingguna/bulanan.
Menjamin tersedianya gambar kerja, material, dan alat yang memadai.
Menjamin
tersedianya
gambar
kerja
untuk
dilaksanakan

oleh

mandor/subkontraktor.
g. Menjamin tersedianya dana pembayaran upah/opname mandor.
h. Memimpin secara langsung Koordinator Lapangan untuk memnuhi persyaratan
mutu, waktu, dan biaya yang telah disepakati.
i. Menyusun detail/materi progress claim untuk disetujui oleh PM dan pemberi
tugas.
j. Tertib adminsintrasi sesuai dengan sistem administrasi perusahaan.
k. Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama PM.
Mahasiswa kerja praktik berada dibawah departemen Engineering. Koordinator
Engineering merupakan wakil dari Pimpinan Poyek yang bertugas membantu Pimpinan
Proyek dalam mengendalikan jalannya proyek dilapangan. Koordiantor Engineering
bertanggung jawab kepada Deputy Project Manager dengan tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
a. Menyeleksi dan menyimpan semua data dan dokumen yang diperlukan.
b. Melaksanakan kegiatan seleksi suplier dan sub kontraktor.
c. Melaksanakan kegiatan pembelian barang, jasa kontraktor, dan mandor.
d. Melaksanakan maintenance alat berat.
e. Mengolah dan membuat shop drawing.
f. Membuat contract review pekerjaan tambah kurang.
g. Membuat as built drawing dan perencanaan biaya pemeliaharaan.
h. Mengelola dokumentasi proyek.
i. Perencanaan metode pelaksanaan (construction method).
j. Perencanaan gambar kerja (shop drawing).
k. Perencanaan mutu (quality plan).
l. Pemilihan subkontraktor.

Gambar 2.2 Proses kerja divisi Engineering


Kompetensi PT Cipta Kridatama didukung Tim Operation dan

Engineering

yang diperkuat tim ahli di bidang teknik pertambangan, teknik geologi, teknik sipil dan
teknik geodesi. Keahlian tim teknis ini makin lengkap karena dipadu pemanfaatan
perangkat lunak terbaru seperti Minescape, SURPAC, dan Fleet Management System
(FMS), untuk menyediakan beragam jasa yang mencakup aspek pemodelan geologi,
desain, jadwal produksi, rehabilitasi pertambangan, serta optimalisasi peralatan
pendukung (dari kendaraan operasi hingga kapal pengakut hasil tambang).

BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan kerja praktik dimulai dari tanggal 27 Juni hingga 26 Juli 2014
yang disesuaikan dengan hari dan jam kerja yang berlaku di PT. Cipta Kridatama. Kerja
praktik dilaksanakan di PT. Cipta Kridatama yang beralamat di Jalan Beringin Jaya No.
26 Seneubok, Meulaboh, Aceh Barat. Lokasi tambang terletak di Desa Balee-Sumber
Batu, Kecamatan Mereubo, Aceh Barat. Mahasiswa kerja praktik berada dibawah
pengawasan Department Engineering (PPnC). Rincian kegiatan terdapat di lampiran I.
3.2 Geologi Umum Lokasi Kajian
Secara stratigrafi daerah Meulaboh, Aceh Barat terdiri dari beberapa formasi
batuan, yaitu Formasi Tutut, Formasi Meulaboh, dan Endapan Aluvium. Secara regional
menurut N.R Cameron dkk (1983), daerah Aceh Barat dan sekitarnya termasuk dalam
cekungan Busur muka sedimentasi Neogen Aceh Barat. Cekungan tersebut dibentuk
oleh sedimentasi dengan lingkungan pengendapannya Fluviatil hingga Sub Litoral.
Jenis batuannya adalah batupasir, batulanau, serpih, sedimen konglomerat, dan
batugamping.
Formasi Tutut diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Calang yang
mempunyai penyebaran cukup luas. Jenis batuannya terdiri dari perselingan antara
batupasir, lempung, konglomerat, dan lapisan tipis batubara. Struktur geologi Fomarsi
Tutut relatif sederhana dengan keadaan perlapisan di Formasi Tutut umumnya
mempunyai kemiringan landai yaitu 40 100. Hal ini menunjukkan pengaruh gaya
regional di cekungan ini kecil, akibat umur cekungan yang relatif muda yaitu Tersier
atas, (Truman wijaya dan Rahmat Hidayat, 2007).
Formasi Tutut merupakan formasi pembawa batubara. Posisi batubara bersisipan
diantara lempung dan batupasir. Namun, akibat faktor erosi sangat kuat pada singkapan
tertentu, maka diatas batubara didapati batupasir konglomerat. Ketebalan dari formasi

10

ini lebih kurang 500 meter. Formasi Tutut berumur Pliospleistosen dengan lingkungan
pengendapan Fluviatil hingga Sub Litoral (N.R. Cameron, 1983 dalam Truman Wijaya
dan Rahmat Hidayat, 2007).

Gambar 3.1 Peta geologi Meulaboh, Aceh Barat


3.3 Ruang Lingkup Kerja
Kegiatan kerja praktik mengikuti proses kerja secara umum yang berlaku di PT.
Cipta Kridatama dan difokuskan pada estimasi cadangan endapan batubara
menggunakan data log bor untuk melakukan perhitungan volume batubara, tonase, dan
stripping ratio (SR) area PIT A PT. Cipta Kridatama - MIFA site Project di Desa Balee
Sumber Batu, Mereubo, Aceh Barat.
3.4 Perangkat dan Data
Proses perhitungan cadangan batubara dilakukan secara manual pada millimeter
blok dan menggunakan perangkat Microsoft Excel 2010. Data yang digunakan
merupakan data hasil pengeboran (log bor) dengan atribut data terdiri dari hole id,
coordinate system, drilling intersection, dan drilling description dengan jumlah titik log
bor yang diolah sebanyak 19 titik yang terlampir pada lampiran II.
3.5 Metode dan Proses Kerja
Pelaksanaan kerja praktik didasarkan pada dua pengamatan, yaitu:

11

1. Pengamatan lapangan (field Research)


Pengamatan lapangan dilakukan secara langsung mengamati kondisi lapangan
yang menjadi objek kajian dalam Kuliah Kerja Praktik. Pengamatan lapangan dilakukan
dengan dua metode, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada
pihak yang berkaitan dengan objek kajian, mendiskusikann, dan berkonsultasi
dengan pembimbing lapangan.
b. Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara langsung prinsip kerja yang terdapat di
lokasi tambang batubara.
2. Pengamatan Kepustakaan (Library Research)
Pengamatan kepustakan (Library Research) merupakan penyelidikan secara
teoritis yang bersumber dari bahan-bahan bacaan, bahan-bahan kuliah,Data
dan Bor
tulisantulisan ilmiah yang erat kaintannya dengan objek kajian.
Metode yang digunakan dalam perhitungan cadangan batubara terdiri dari metode
grid untuk perhitungan luas (m2) Sistem
dan metode
penampang (cross-section)
untuk
Drilling intersection
Koodinat
perhitungan volume (m3), (Muhammad Dahlan Balfas, 2007). Terdapat 5 penampang
yang dibuat secara manual pada Pengolahan
milimeter blok struktur
dengan konsep
hitungan(OB)
meanper
area.
overburden
seam
Perhitungan cadangan dikhususkan di area PIT A PT. Cipta Kridatama-MIFA site
Interpolasi struktur batu bara per seam
Project.
Selama kegiatan kerja praktik tidak melakukan
pengukuran
Jarak,
luas, danlangsung untuk
volume data
OB per
memperoleh data, tetapi data yang diolah merupakan
yangseam
sudah ada pada
Pengolahan
struktur
batubaradalam
per seam
perusahaan. Secara umum, metode
dan proses kerja
yang dilakukan
kerja praktik
sesuai dengan diagram alir dibawah ini.

Penjumlahan total volume OB

Jarak, luas, dan volume batubara per seam


Total volume OB
Perhitungan tonase batubara

Total Tonase batubara

Perhitungan nilai Stripping Ratio (SR)

Nilai perbandingan OB (BCM) : tonase batubara (ton)

12

Drill

Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data kerja praktik

3.6 Pegolahan Data


Elemen data log bor yang digunakan pada proses pengolahan data terdiri dari
hole-ID, drilling interception (depth from, depth to, thick, lithology), drilling
description (seam), dan coordinates (UTM-WGS 1984). Data tersebut diolah secara
manual pada milimeter blok berdasarkan hasil cross section dari peta topografi yang
terdiri dari 5 (lima) penampang dan membentuk interpolasi struktur lapisan batubara,
serta dihitung secara manual menggunakan perangkat Microsoft Excel 2010. Hasil
interpolasi struktur batubara terdapat di lampiran III.

13

Gambar 3.3 Cross section pada peta topografi lokasi kajian


1. Perhitungan Volume dan Tonase
Volume batubara dan lapisan penutup (OB) yang dihitung merupakan volume
yang sesuai dengan hasil interpolasi struktur batubara. Interpolasi struktur batubara
menunjukan jarak dan luas keterdapatan batubara antar struktur yang akhirnya
menghasilakan volume batubara. Proses perhitungan dalam laporan kerja praktik ini
menggunakan Microsoft Excel 2010. Perhitungan yang dilakukan menggunakan konsep
matematis sederhana berupa konsep teorema pythagoras untuk menghitung jarak antar
koordinat dan rumus mean area untuk perhitungan volume. Tahapan perhitungan terdiri
dari:
1.
Membuat penampang berdasarkan hasil cross section yang mewakili cadangan
2.

batubara menggunakan milimeter blok, sehingga membentuk interpolasi struktur.


Menghitung jarak titik koordinat antar penampang struktur menggunakan rumus:
2
2
R = ( X 2X 1 ) +(Y 2Y 1) .

3.

Keterangan: R
: Jarak antar koordinat
X1, Y1 : Koordinat titik 1 arah X dan Y
Menghitung luas penampang struktur berdasarkan metode grid, (Muhammad

4.

Dahlan Balfas, 2007), yaitu:


Luas = banyaknya grid x skala
Menghitung volume antar penampang struktur menggunakan rumus mean area,
(Muhammad Dahlan Balfas, 2007), dengan rumus:

14

V= L(

S 1+ S 2
)
2

Rumus mean area digunakan untuk endapan yang memilki penampang uniform.
Penampang struktur dibagi dalam beberapa blok akibat jarak antar penampang
yang tidak sama, maka perhitungan volume cadangan menggunakan persamaan:
S 1+ S 2
S 2+ S 3
Sn1+Sn
V=
x L 1+
x L2++
x ln
2
2
2

Keterangan: V
L
S1
S2

5.

:
:
:
:

Volume cadangan
Jarak antar penampang struktur
Luas penampang 1
Luas penampang 2

Gambar 3.4 Sketsa perhitungan volume dengan rumus mean area


(Sumber:Seimahura, 1998 dalam Arno Edwin Gilang Pratama., dkk. 2014)
Menghitung tonase batubara dilakukan dengan mengalikan volume cadangan
terhadap berat jenis (ton/m3), (sumber; Arno Edwin Gilang Pratama,.dkk. 2014).
Nilai berat jenis batubara yang digunakan adalah 1.32 ton/m3 dengan persamaan:
Tonase = Volume Batubara (m3) x Berat Jenis Batubara (ton/m3)
2. Perhitungan Nilai Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
Nisbah pengupasan merupakan perbandingan antara volume lapisan tanah

penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil.
Perhitungan yang dilakukan menggunakan prinsip stripping ratio by volume yaitu
perbandingan antara volume tanah penutup atau overburden yang akan digali (m3)
dengan jumlah volume batubara yang akan diambil (ton), (Leba, Ajun Fernandos. 2011).
Stripping Ratio by Volume =

Volume Overburden(m 3)
Tonase Batubara (ton)

15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan tingkat kelayakan suatu sumberdaya endapan batubara untuk
dieksploitasi didasarkan pada hasil eksplorasi yang telah dilaksanakan. Terdapat standar
yang berisi kode untuk melaporkan hasil eksplorasi, sumberdaya mineral, dan cadangan
biji, serta diterima sebagai standar tujuan pelaporan profesional yang disebut standar
JORC. Kode JORC (Joint Ore Reserves Commite) membantu para ahli geologi dan
tenaga eksplorasi untuk menyampaikan resiko yang dihadapi dalam proyek tambang
kepada pembuat keputusan finansial yang tidak mengerti geologi.
Jika perkiraan sumberdaya berdasarkan data yang lemah atau tidak cukup maka
resikonya tinggi. Data yang dapat dipercaya dan banyak akan menghasilkan resiko yang
kecil dan perhitungan sumberdaya yang akurat. Dasar-dasar pengaturan laporan JORC
adalah transparansi, materialitas, dan kompetensi, (Sumber : Jurnal The JORC code
2012 edition). Adapun peran kode JORC adalah:
1. Menetapkan standar minimal dari pelaporan hasil eksplorasi, sumberdaya, dan
cadangan kepada publik.
2. Menyediakan sebuah kode dan petunjuk penggolongan perkiraan tonase menurut
keyakinan geologi dan pertimbangan teknik atau ekonomi.
3. Menjelaskan kualifikasi dan jenis pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi
commpetent person.
4. Menyediakan daftar rangkuman kriteria utama yang dipertimbangkan ketika
menyediakan laporan hasil eksplorasi, sumberdaya, dan cadangan.
Upaya untuk mengetahui apakah endapan batubara layak untuk dieksploitasi atau
tidak dapat dilakukan melalui pengolahan data hasil eksplorasi yang meliputi jumlah
cadangan batubara, jumlah volume lapisan tanah penutup atau over burden (OB), dan
nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio (SR). Metode perhitungan cadangan yang
dilakukan menggunakan metode grid dan metode penampang (cross section) secara
manual menggunakan millimeter blok dengan konsep hitungan mean area.

16

Data yang digunakan dalam proses pengolahan merupakan data log bor yang
terdiri dari 19 titik bor. Data yang diolah bukan data hasil pengukuran selama kegiatan
kerja praktik, namun data tersebut berasal dari perusahaan yang sudah ada dan diolah
untuk perhitungan cadangan. Data log bor yang dihasilkan dari kegiatan pengeboran
merupakan data utama yang digunakan dalam proses pengolahan data. Kegiatan
pengeboran bertujuan untuk mengetahui besar cadangan batubara, kualitas batubara,
data fisik batubara, kedalaman, ketebalan, susunan, dan stratigrafi lapisan batuan secara
lengkap, serta memperoleh inti bor (sample), (Narendra Saputra dan Eddy Winarno.
2014).
Kedalaman yang dihasilkan dari lubang bor berbeda-beda yang dipengaruhi oleh
lapisan keterdapatan batubara (seam). ketebalan masing-masing seam dapat diketahui
dari data pengeboran. Pada 19 data log bor yang digunakan terdapat 4 seam yang terdiri
dari seam A1, seam A2, seam B1, dan seam B2. Seam batubara merupakan lapisan
tunggal dari batubara sebenarnya yang terdiri dari batas atas (roof) dan batas bawah
(floor). Batuan yang terdapat pada bagian atas dengan bawah memiliki hubungan dalam
pengendapan batuan tersebut. Data roof dan floor batubara merupakan bagian penting
dalam perhitungan cadangan untuk mengetahui ketebalan masing-masing seam.
4.1 Pembuatan Penampang dan Interpolasi Struktur Lapisan Batubara
Elemen data yang digunakan dalam pembuatan penampang struktur secara
manual melalui millimeter blok terdiri dari log id, elevasi, kedalaman, litologi,
ketebalan, dan seam. Penarikan garis penampang mengikuti arah dip lokasi tambang
PIT A yaitu arah barat daya. Penggambaran penampang melintang bertujuan untuk
memperlihatkan bentuk permukaan dan bawah permukaan dari setiap segmen yang
memiliki ketinggian dan jarak, (Nasmah Rizka Irianty., dkk. 2013).
Metode penggambaran terdiri dari:
1. Membuat sayatan garis diatas peta topografi searah dengan dip lokasi PIT A.
2. Memberi tanda huruf di awal titik dan akhir, misal A-A.
3. Membuat grafik pada milimeter block. Sumbu X memakai skala horizontal yaitu
jarak antar titik bor dan sumbu Y memakai skala vertikal yaitu elevasi titik bor.
4. Mengukur ketinggian titik bor (kedalaman setiap perlapisan) dan jarak antar titik
bor, kemudian dipindahkan setiap angka pada kerta milimeter block sebanyak data
pada grafik.
5. Menghubungkan setiap titik pada grafik hingga membentuk interpolasi struktur
perlapisan (lihat gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 dibawah ini).

17

Penggambaran cross section menggunakan ketas millimeter block berguna untuk


mempermudah perhitungan luas area, nilai volume, dan tonase batubara. Skala pada
peta digunakan 1,5 : 10.000, dimana 1,5 cm pada peta mewakili 100 m di lapangan, hal
ini menunjukan lokasi tambang PIT A sangat luas. Namun, sayatan penampang pada
millimeter block menggunakan skala horizontal dan vertikal. Skala horizontal yang
digunakan dalam perhitungan 1 : 6670 dan skala vertikal 1 : 500, maka perhitungan
menggunakan skala H : V = 66,7 : 5, jadi luas area struktur batubara dan tanah penutup
atau overburden (OB) 1 block atau 1 cm2 sama dengan 66,7 m x 5 m = 333,5 m2.
Terdapat 5 penampang (cross section) yang mewakili lokasi tambang PIT A.
Kedalaman struktur lapisan berada pada elevasi yang berbeda-beda mengikuti topografi
lokasi pengeboran. Ketebalan lapisan dapat diketahui melalui eliminasi nilai depth from
dan depth to. Penampang pada millimeter blok digambar berdasarkan elevasi titik bor.
Untuk memperoleh elevasi pada millimeter blok, maka dilakukan eliminasi antara nilai
elevasi titik bor dengan depth from dan depth to.
Seluruh data dari 19 log bor dibuat dalam penampang, sehingga dapat
diinterpolasikan antar data struktur penampang yang dipisahkan dengan jarak koordinat
berbeda-beda pada setiap struktur penampang. Data pemboran yang kurang dalam
merupakan faktor kurang sempurnanya korelasi lapisan batubara. Penarikan garis
interpolasi pada penampang struktur batubara dilakukan sesuai dengan lapisan
keterdapatan batubara. Pada hasil korelasi batubara dalam laporan ini dihasilkan 3
perlapisan yaitu seam A1, A2, dan A3 yang terdapat pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3
dibawah ini.
Hasil gambar penampang tersebut merupakan interpolasi penampang yang
mewakili cadangan batubara. Interpolasi struktur batubara yang dipisahkan oleh jarak
menunjukan struktur penampang dan struktur geologi yang terjadi pada lapisan tersebut.
Dari gambar penampang tersebut dapat dihitung luas lapisan penutup dan batubara.
Jarak dan luas lapisan digunakan untuk meghitung volume lapisan penutup dan
batubara. Gambar tersebut menginterpretasikan lapisan penutup yang berwarnan coklat
dan lapisan batubara yang berwarna hitam. Litologi lapisan penutup batubara terdiri dari
Subsoil, Sandstone, XM, Mudstone, dan SC.

18

Gambar 4.1 Penampang A-A dan B-B


Korelasi penampang A-A dari 4 titik bor yang terdiri dari KM125 dengan
kedalaman bor 39.0 m, KM124 kedalaman bor 39.0 m, KM57 kedalaman bor 71.9 m,
dan KM128 kedalaman bor 40.0 m. Terdapat 2 lapisan yaitu seam A2 dan seam B1.
Lapisan yang berwarna cokelat merupaka lapisan tanah penutup atau overburden (OB).
Lapisan yang berwana hitam adalah batubara atau coal. Lapisan yang berada diantara
dua perlapisan batubara disebut sebagai lapisan interburden.
Pada penampang B-B korelasi dari 4 titik bor yang terdiri dari KM120 dengan
kedalaman bor 39.0 m, KM121 kedalaman bor 40.0 m, KM122 kedalaman bor 40.0 m,
dan KM129 kedalaman bor 40.0 m menghasilkan 3 lapisan batubara, yaitu seam A1,
seam A2, dan seam B1.

19

Gambar 4.2 Penampang C-C

Gambar 4.3 Penampang D-D dan E-E

20

Korelasi penampang C-C pada gambar 4.2 dari 4 titik bor yang terdiri dari
KM110 dengan kedalaman bor 39.0 m, KM119 kedalaman bor 39.0 m, KM127
kedalaman bor 17.0 m, dan KM99 kedalaman bor 46.1 m. Terdapat 3 lapisan yaitu seam
A1, seam A2 dan seam B1.
Korelasi penampang D-D pada gambar 4.3 dari 4 titik bor yang terdiri dari KM22
dengan kedalaman titik bor 60.0 m, KM111 kedalaman bor 39.0 m, KM112 kedalaman
bor 39.0 m, dan KM123 kedalaman bor 35.0 m. Terdapat 3 lapisan yaitu seam A1, seam
A2 dan seam B1.
Korelasi penampang E-E pada gambar 4.3 dari 3 titik bor yang terdiri dari
KM113 dengan kedalaman pengeboran 40.0 m, KM116 kedalaman bor 43.0 m, dan
KM114 kedalaman bor 39.0. Terdapat 1 lapisan yaitu seam B1.
4.2 Perhitungan Cadangan
Cadangan (reserve) merupakan endapan mineral yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas, dan kualitasnya, serta secara ekonomis, teknis, hukum,
lingkungan, dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Perhitungan
cadangan merupakan langkah kuantitatif dengan parameter yang diperhitungkan terdiri
dari kuantitas, volume, dan tonase, (Notosiswoyo, Sudarto.,dkk. 2005).
Perhitungan cadangan merupakan hal penting pada evaluasi

kegiatan

penambangan. Hasil perhitungan merupakan suatu kisaran dari hasil pendekatan pada
kondisi sebenarnya berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil eksplorasi.
Sehingga hasil perhitungan cadangan masih mengandung ketidakpastian. Perhitungan
cadangan memberikan manfaat yaitu memberikan hasil perhitungan secara kuantitatif,
kualitatif, menentukan nilai investasi oleh investor dan sasaran produksi, serta jumlah
cadangan menentukan umur suatu kegiatan penambangan.
Perhitungan cadangan dalam laporan kerja praktik ini terdiri dari menghitung
volume, tonase, dan nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio. Proses perhitunga
dilakukan secara bertahap mengikuti seam batubara yang pada akhirnya dilakukan
perhitungan total.
1. Perhitungan Jarak
Data log bor yang digunakan memiliki jarak yang bervariasi, sehingga perlu
menghitung jarak antar titik bor yang memiliki endapan batubara dengan
menerapkan teorema pythagoras untuk menghitung jarak antar koordinat, yaitu:
2
2
R = ( X 2X 1 ) + ( Y 2Y 1 )

21

Dalam Microsoft Excel digunakan fungsi SQRT untuk fungsi akar dan ^
untuk pangkat.

Gambar 4.4 Perhitungan jarak


2. Perhitungan Luas
Luas penampang dihitung menggunakan metode grid yaitu jumlah grid dikalikan
dengan skala grid. Namun, akibat ketebalan lapisan yang berbeda-beda pada
penampang, maka hitungan luas adalah:
Luas = (rata-rata ketebalan penampang per seam x jumlah grid x %) x skala grid.
Skala yang digunakan adalah X = 1 : 66.7 dan Y = 1 : 5, sehingga skala grid
adalah 66,7 x 5 = 333.5 m 2. Lapisan yang melingkupi 1 kotak penuh memiliki
persentase 100% dari skala 333.5 m2. Perhitungan luas terdapat pada lampiran IV.
3. Perhitungan Volume
Volume lapisan dihitung menggunakan metode penampang (cross section)
berdasarkan konsep mean area. Perhitungan secara mean area digunakan untuk
endapan yang mempunyai penampang uniform. Akibat jarak antar penampang
struktur bervariasi, maka perhitungan volume dibagi dalam beberapa blok,
sehingga menggunakan persamaan:
S 1+ S 2
S 2+ S 3
Sn1+Sn
V=
x L 1+
x L2++
x ln
2
2
2

Tabel 4.1 Volume total lapisan penutup dan batubara


Volume OB Seam A1 (m3)
67102,1214
3
Volume OB Seam A2 (m )
58427,1447

22

Volume OB Seam B1 (m3)


Total Volume OB (m3)
Volume Seam A1 (m3)
Volume Seam A2 (m3)
Volume Seam B1 (m3)
Total Volume Batu Bara (m3)

367893,4580
493422,72435
18477,3049
125091,8111
306433,3125
450002,4285

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa antara volume lapisan penutup dengan


volume lapisan batubara memiliki volume yang tidak jauh berbeda, yaitu sebesar
43.420 lebih besar volume lapisan penutup. Hal tersebut dipengaruhi oleh
ketebalan lapisan keduanya. Akibat kualitas batubara yang tergolong muda yaitu
berada pada kelas sub bituminus, maka endapan batubara terdapat pada elevasi
dangkal dan ketebalan endapan lapisan penutup pun ditemukan tidak tebal yang
dipengaruhi oleh umur litologi yang masih muda.
4. Perhitungan Tonase
Variabel yang digunakan pada perhitungan tonase terdiri dari volume batubara
(m3) dan berat jenis batubara (ton/m3) dengan persamaan:
Tonase = Volume Batubara (m3) x Berat Jenis Batubara (ton/m3).
Jenis batubara dilokasi kajian menurut informasi dari PT.Cipta Kridatama adalah
sub bituminus dengan berat jenis 1.32 ton/m3. Perhitungan tonase digunakan
sebagai variabel dalam perhitungan nilai nisbah pengupasan atau stripping ratio
(SR).
Tabel 4.2 Perhitungan tonase
Volume Total (m^3)
450002,4286

Berat Jenis (Ton/m^3)


1,32

Tonase (Ton)
594003,2057

4.3 Perhitungan Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)


Nisbah pengupasan atau stripping ratio merupakan salah satu faktor penentu
tingkat keekonomisan sumberdaya batubara. Perhitungan nisbah pengupasan diperlukan
untuk menentukan hingga elevasi berapa sumberdaya batubara masih bernilai ekonomis
unutk dilakukan penggalian, (Leba, Ajun Fernandos. 2011). Nisbah pengupasa adalah
perbandingan volume lapisan penutup (BCM) dengan tonase batubara (ton). Artinya,
banyaknya volume OB (BCM) yang digali hingga menghasilkan 1 ton batubara. Bank

23

Cubic Meter (BCM) merupakan satuan besaran unit berat yang digunakan pada
lingkungan pertambangan dan senilai dengan meter kubik (m3).
Apabila nilai nisbah pengupasan besar, maka volume OB (BCM) yang harus
digali untuk menghasilkan 1 ton batubara juga semakin banyak, sehingga biaya
produksi menjadi besar. Hal tersebut menjadi pertimbangan dari perusahaan untuk
menentukan

batasan

nilai

nisbah

pengupasan,

sehingga

perusahaan

dapat

memperkirakan bahwa penggalian OB akan menguntungkan atau tidak.


Nilai perhitungan tonase batubara dengan menggunakan konsep mean area
diperoleh sebesar 594.003,2057 ton, sedangkan volume lapisan penutup sebesar
493.422,72435 BCM, sehingga SR = 0,83 BCM : 1 ton. Artinya untuk mendapatkan 1
ton batubara harus dilakukan penggalian sebesar 0,83 m3.
Nilai nisbah pengupasan dari 19 data log bor menghasilkan perbandingan yang
sangat kecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: ketebalan
lapisan OB yang sangat tipis sehingga menghasilkan volume OB yang tidak jauh
berbeda dengan volume batubara dan umur litologi yang masih muda, sehingga
didapatkan endapan batubara yang dekat permukaan dan berkualitas rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah megikuti proses kerja dan melakukan perhitungan cadangan batubara pada
PT. Cipta Kridatama dapat disimpulkan:
1. Teknik perhitungan cadangan batubara secara manual dapat menggunakan metode
grid dan metode penampang (cross section) berdasarkan konsep mean area.
2. Adapun faktor-faktor penting dalam perhitunga cadangan batubara dalam uraian
ini terdiri dari volume batubara, tonase batubara, dan nilai nisbah pengupasan.
3. Lokasi penyebaran batubara dapat diketahui melalui eksplorasi, salah satunya
melalui data log bor. Secara langsung penyebaran batubara terdapat pada luasan
35 Ha PIT A dengan jenis endapan sub bituminus.
5.2

Saran
Penulis memberi saran kepada mahasiswa agar dapat mengestimasi cadangan

dengan menggunakan perbandingan metode dan software yang mendukung dalam


proses pengolahan data.

24

DAFTAR PUSTAKA
Anggayana, Komang., Agus Haris. Mata Kuliah Eksplorasi Batubara. Bandung : ITB.
Balfas, Dahlan Muhammad. 2007. Metode Perhitungan Cadangan.
The Joint Ore Reserves Committe. Australian Code for Reporting of Exploration
Results, Minerals Resources and Ore Reserves (The JORC Code 2012 Edition.
Australia : The Australansia Institute of Mining and Metallurgy, Autralian
Institute of Geoscientists and Minerals.
Dumilah, Retna., Syamsuddin., Sabrianto Aswad. 2014. Penentuan Cadangan Batubara
dari Data Bor Menggunakan Metode Area of Influance. Makasar : Universitas
Hasanuddin.
Irianty, Nasmah Rizka., dkk. 2013. Perkiraan Cadangan Batubara tertambang dengan
Metode Sayatan Penampang Dua Dimensi. Samarinda : Prodi Fisika FMIPA
Universitas Mulawarman.
Leba, Ajun Fernandos. 2011. Penaksiran Sumberdaya Batubara dengan Metode Cross
Section di PT. Satria Mayangkara Sejahtera, Tanjung Telang, Lahat, Sumatera
Selatan. Yogyakarta : Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran.
Notosiswoyo, Sudarto.,dkk. 2005. Metode Perhitungan Cadangan. Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
Oktaviana., Djamaluddin., Ratna Husain. 2011. Perhitungan Mineable Coal Reserves
pada PIT Jupiter Area Seam 16 PT. Energi Cahaya Industritama, BakuanSamarinda, Kalimantan Timur. Makasar : Jurusan Teknik Geologi FT-UH.
Pratama, Arno Edwin Gilang., dkk. 2014. Estimasi Cadangan Batukapur dengan
Metode Cross Section dibandingkan dengan Metode Kontur. Teknik
Pertambangan Universitas Hasanuddin.
Saputra, Narendra., Eddy Winarno. 2014. Estimasi Cadangan Batubara dengan
Menggunakan Metode Cross Section Pada Daerah Rencana Penambangan PIT F,
Blok III, Site Air Kotok di PT. Ratu Samban Mining, Kabupaten Bengkulu
Tengah, Bengkulu. UPN Veteran Yogyakarta.
Wijaya, Truman., Rahmat Hidayat. 2007. Survey Pendahuluan Bitumen Padat di Daerah
Aceh Barat Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Pusat
Sumber daya Geologi.

25

26

Вам также может понравиться