Вы находитесь на странице: 1из 21

Hepatitis A, B, dan C

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat disebabkan oleh
beberapa mekanisme, termasuk agen infeksius. Virus hepatitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C, D dan E.
Virus hepatitis dibedakan dari virus-virus lain yang juga dapat menyebabkan
peradangan pada hati oleh karena sifat hepatotropik virus golongan ini. Petanda adanya
kerusakan hati (hepatocellular necrosis) adalah meningkatnya transaminase dalam serum
terutama peningkatan alanin aminotransferase (ALT) yang umumnya berkorelasi baik dengan
beratnya.1
Hepatitis kronik dibedakan dengan hepatitis akut apabila masih terdapat tanda-tanda
peradangan hati dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan. Virus-virus hepatitis yang dapat
menyebabkan hepatitis akut adalah virus hepatitis A (VHA), B (VHB), C (VHC) dan E
(VHE) sedangkan virus hepatitis yang dapat menyebabkan hepatitis kronik adalah virus
hepatitis B dan C. Infeksi virus hepatitis masih menjadi masalah masyarakat di Indonesia.
Hepatitis akut walaupun kebanyakan bersifat self-limited, kecuali Hepatitis C, dapat
menyebabkan penurunan produktifitas dan kinerja pasien untuk jangka waktu yang cukup
panjang. Hepatitis kronik selain juga dapat menurunkan kinerja dan kualitas hidup pasien,
lebih lanjut dapat menyebabkan kerusakan hati yang signifikan dalam bentuk sirosis hati dan
kanker hati.1
Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat
dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan
penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke
Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya
dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis
virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian
ekonomi yang besar.

Hepatitis A, B, dan C

2.1 HEPATITIS A
2.1.1 Definisi
Hepatitis A merupakan infeksi virus yang ditularkan melalui transmisi enteral
virus RNA yang mempunyai diameter 27 nm. Virus ini bersifat self-limiting dan
biasanya sembuh sendiri, lebih sering menyerang individu yang tidak memiliki
antibodi virus hepatitis A seperti pada anak-anak, namun infeksi juga dapat terjadi
pada orang dewasa. Jarang terjadi fulminan (0.01%) dan transmisi menjadi hepatitis
konis tidak perlu ditakuti, tidak ada hubungan korelasi akan terjadinya karsinoma sel
hati primer. Karier HAV sehat tidak diketahui. Infeksi penyakit ini menyebabkan
pasien mempunyai kekebalan seumur hidup.1
HAV terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh satu atau lebih protein.
Beberapa virus juga memiliki outer-membran envelop. Virus ini bersifat parasite
obligat intraseluler, hanya dapat bereplikasi didalam sel karena asam nukleatnya
tidak menyandikan banyak enzim yang diperlukan untuk metabolisme protein,
karbohidrat atao lipid untuk menghasilkan fosfat energi tinggi. Biasanya asam
nukleat virus menyandi protein yang diperlukan untuk replikasi dan membungkus
asam nukleatnya pada bahan kimia sel inang.1
2.1.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, faktor risiko spesifik dapat diasosiasikan dengan infeksi
hepatitis A seperti kontak erat dengan orang yang terinfeksi HAV (26%),
homoseksual (15%), penggunaan obat terlarang (10%), wisatawan mancanegara
(14%) dan kontak dengan anak yang dititipkan ditempat penitipan bayi (11%).
Paparan terhadap HAV di negara berkembang dimana HAV masih endemis seperti
Afrika, Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Asia Tenggara, hampir mencapai 100%
pada anak usia 10 tahun. Di negara maju prevalensi anti HAV yang terdapat pada
populasi umum dibawah 20% dan usia terjadinya infeksi lebih tua daripada usia di
negara berkembang. Di Indonesia prevalensi di Jakarta, Bandung, dan Makassar
berkisar antara 35-45% pada usia 5 tahun dan mencapai lebih dari 90% pada usia 30
tahun. Di Papua prevalensi anti HAV pada usia 5 tahun hampir mencapai 100%.

2.1.3

Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV). Virus ini tidak

beramplop, merupakan virus RNA untai tunggal kecil dengan diameter 27nm.
2

Hepatitis A, B, dan C

Tidak inaktifasi oleh eter dan stabil pada suhu -20 celcius, serta pH yang rendah.
Strukturnya mirip dengan enterovirus, tapi hepatitis A virus berbeda dan sekarang
diklasifikasikan dalam genus Hepatovirus, famili picornavirus (Wilson, 2001).5
2.1.4

Tanda dan Gejala


Periode inkubasi infeksi virus hepatitis A antara 10-50 hari (rata-rata 25 hari),

biasanya diikuti dengan demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran
kanan atas perut, dan dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin
penderita biasanya berwarna kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum timbulnya
penyakit kuning. Terjadi pembesaran pada organ hati dan terasa empuk. Banyak
orang yang mempunyai bukti serologi infeksi akut hapatitis A tidak menunjukkan
gejala atau hanya sedikit sakit, tanpa ikterus (anicteric hepatitis A). Infeksi penyakit
tergantung pada usia, lebih sering dijumpai pada anak-anak. Sebagian besar (99%)
dari kasus hepatitis A adalah sembuh sendiri (Wilson, 2001).5
HAV ditularkan dari orang ke orang melalui mekanisme fekal-oral. HAV
diekskresi dalam tinja, dan dapat bertahan di lingkungan untuk jangka waktu lama.
Orang bisa tertular apabila mengkonsumsi makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh HAV dari tinja. Kadang-kadang, HAV juga diperoleh melalui
hubungan seksual (anal-oral) dan transfusi darah (WHO, 2010).4
Hepatitis akut A dapat dibagi menjadi empat fase klinis, yaitu :
1. Inkubasi atau periode preklinik, 10 sampai 50 hari, di mana pasien tetap asimtomatik
meskipun terjadi replikasi aktif virus.
2. Fase prodromal atau preicteric, mulai dari beberapa hari sampai lebih dari seminggu,
ditandai dengan munculnya gejala seperti kehilangan nafsu makan, kelelahan, sakit
perut, mual dan muntah, demam, diare, urin gelap dan tinja yang pucat.
3. Fase icteric, di mana penyakit kuning berkembang di tingkat bilirubin total melebihi
20 - 40 mg/l. Pasien sering minta bantuan medis pada tahap penyakit mereka. Fase
icteric biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal. Demam biasanya
membaik setelah beberapa hari pertama penyakit kuning. Viremia berakhir tak lama
setelah mengembangkan hepatitis, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2
minggu. Tingkat kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya
sembuh sendiri. Kadang-kadang, nekrosis hati meluas terjadi selama 6 pertama - 8
minggu pada masa sakit. Dalam hal ini, demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah,
penyakit kuning dan pengembangan ensefalopati hati terkait dengan koma dan
kejang, ini adalah tanda-tanda hepatitis fulminan, menyebabkan kematian pada
tahun 70 - 90% dari pasien. Dalam kasus-kasus kematian sangat tinggi berhubungan
3

Hepatitis A, B, dan C

dengan bertambahnya usia, dan kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebih dari 50
tahun.
4. Masa penyembuhan berjalan lambat, tetapi pemulihan pasien lancar dan lengkap.
Kejadian kambuh hepatitis terjadi dalam 3 - 20% dari pasien, sekitar 4-15 minggu
setelah gejala awal telah sembuh (WHO, 2010).4
2.1.5

Patofisologis
Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga

kanan. Hati yang normal kenyal dengan permukaannya yang licin. HAV masuk ke hati
dari saluran pencernaan melalui aliran darah, menuju hepatosit, dan melakukan
replikasi di hepatosit namun tidak menyebabkan kerusakan yang berarti dari hepatosit
itu sendiri. Oleh karena itulah di fase awal infeksi penderita menunjukan gejala
asimtomastis. Proses replikasi tersebut melibatkan RNA-dependent polymerase dan
tidak terjadi di organ lain. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa HAV diikat
oleh immunoglobulin A spesifik pada mukosa saluran pencernaan yang bertindak
sebagai mediator antara HAV dengan hepatosit melalui reseptor asialoglikoprotein
pada hepatosit. Selain IgA, fibronektin dan -2-makroglobulin juga dapat mengikat
HAV. Dari hepar HAV dieliminasi melalui sinusoid, kanalikuli, masuk ke dalam usus
sebelum timbulnya gejala klinis maupun laboratoris. Tubuh mengeliminasi HAV
dengan melibatkan proses netralisasi oleh IgM, hambatan replikasi oleh interferon,
dan apoptosis oleh sel T sitotoksik ketika kerusakan pada hati telah bertambah, maka
timbulah gejala klasik seperti malaise, anoreksia, demam, mual, muntah, dan ikterik.
Virus hepatitis dapat dengan efektif dieliminasi oleh sistem imun tubuh dan jarang
mengakibatkan kerusakan pada hati yang signifikan.
2.1.6

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Diagnosis hepatitis dibuat dengan penilaian biokimia fungsi hati (evaluasi

laboratorium: bilirubin urin dan urobilinogen, bilirubin total serum dan langsung,
ALT dan / atau AST, fosfatase alkali, waktu protrombin, protein total, albumin, IgG,
IgA, IgM, hitung darah lengkap). Diagnosis spesifik hepatitis akut A dibuat dengan
menemukan anti-HAV IgM dalam serum pasien. Sebuah pilihan kedua adalah
deteksi virus dan / atau antigen dalam faeces. Virus dan antibodi dapat dideteksi oleh
RIA tersedia secara komersial, AMDAL atau ELISA kit. Tes ini secara komersial
tersedia untuk anti-HAV IgM dan anti-HAV total (IgM dan IgG) untuk penilaian
kekebalan terhadap HAV tidak dipengaruhi oleh administrasi pasif IG, karena dosis
4

Hepatitis A, B, dan C

profilaksis berada di bawah deteksi level. Pada awal penyakit, keberadaan IgG antiHAV selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV. Sebagai anti-HAV IgG tetap
seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja menunjukkan infeksi
masa lalu (WHO, 2010).4
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologis:

IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya
Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampau

2.1.7

Pencegahan
Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A,

antara lain :
Hampir semua infeksi HAV menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan
dapat dilakukan dengan hygiene perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk
persediaan air publik dan pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan yang

baik.
Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan sering dan
mencuci setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan, merupakan
tindakan penting untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi
sebelum dan sesudah penyakit klinis mereka menjadi apparent.
Dalam bukunya, Wilson menambahkan pencegahan untuk hepatitis A, yaitu dengan

cara pemberian vaksin atau imunisasi. Ada dua jenis vaksin, yaitu :
Imunisasi pasif
Pasif (yaitu, antibodi) profilaksis untuk hepatitis A telah tersedia selama
bertahun-tahun. Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum,
memberi 80-90% perlindungan jika diberikan sebelum atau selama periode inkubasi

Hepatitis A, B, dan C

penyakit. Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis
dari hepatitis A.
Saat ini, ISG harus diberikan pada orang yang intensif kontak pasien hepatitis A
dan orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang diolah atau ditangani
oleh individu yang terinfeksi. Begitu muncul gejala klinis, tuan rumah sudah
memproduksi antibodi. Orang dari daerah endemisitas rendah yang melakukan
perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat menerima ISG
sebelum keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan asalkan potensial paparan berat

terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih baik.


Imunisasi aktif
Untuk hepatitis A, vaksin dilemahkan hidup telah dievaluasi tetapi telah
menunjukkan imunogenisitas dan belum efektif bila diberikan secara oral.
Penggunaan vaksin ini lebih baik daripada pasif profilaksis bagi mereka yang
berkepanjangan atau berulang terpapar hepatitis A.

2.1.8

Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis A, terapi yang

dilakukan hanya untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan. Contohnya, pemberian


parasetamol untuk penurun panas. Terapi harus mendukung dan bertujuan untuk
menjaga keseimbangan gizi yang cukup. Tidak ada bukti yang baik bahwa
pembatasan lemak memiliki efek menguntungkan pada program penyakit. Telur,
susu dan mentega benar-benar dapat membantu memberikan asupan kalori yang
baik. Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis akut
karena efek hepatotoksik langsung dari alkohol (WHO, 2010).4
2.1.9 Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis
A infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik
akut fatal (Wilson, 2001).5

2.2 Hepatitis B
2.2.1 Definisi
Virus hepatitis B adalah virus DNA hepatotropik, hepadnaviridae terdiri atas 6 genotip
(A sampai H), terkait dengan derajat beratnya dan respon terhadap terapi. Terdiri dari 42
nm partikel sferis dengan inti nukleokapsid, densitas elektron, diameter 27 nm, selubung
6

Hepatitis A, B, dan C

luar lipoprotein dengan ketebalan 7 nm. Inti HBV mengandung ds DNA partial (3,2 kb)
dan :

Protein polimerase DNA dengan aktivasi reserve transkriptase


Antigen hepatitis B core (HbcAg) merupakan protein struktural
Anti hepatitis B e (HbeAg) merupakan protein non-struktural yang
berkorelasi secara tidak sempurna dengan replikasi anti HBV

Gambar 3 : Virus Hepatitis B


2.2.2 Epidemiologi dan faktor resiko
Masa inkubasi HBV 15 180 hari (rata-rata 60 90 hari). Viremia berlangsung
selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Sebanyak 1-5% dewasa,
90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi hepatitis kronis dan viremia
yang persisten. Infeksi persisten dihubungakan dengan hepatitis kronik, sirosis dan
kanker hati. HBV ditemukan di darah, semen, sekret servikovaginal, saliva, cairan
tubuh lainnya.2
Cara transmisi:
Melalui darah : penerima produk darah, IVDU, pasien hemodialisis, pekerja

kesehatan, pekerja yang terpapar darah


Transmisi seksual
Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa : tertusuk jarum, penggunaan
ulang peralatan medis yang terkontaminsi, penggunaan bersama pisau cukur

2.2.3

dan silet, tato, akupuntur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama.


Transmisi maternal neonatal, maternal infant
Tak ada bukti penyebaran fekal oral.

Etiologi
7

Hepatitis A, B, dan C

Virus hepatitis B merupakan virus DNA beramplop, termasuk famili


Hepadnaviridae.virion lengkap adalah 42 nm, partikel berbentuk bola yang terdiri
dari sebuah amplop di sekitar inti 27nm. Inti terdiri dari nukleokapsid yang berisi
genom DNA. Genom virus sebagian terdiri dari DNA untai ganda dengan potongan
pendek, dan selembar untai tunggal. Ini terdiri dari 3200 nukleotida, sehingga
dikenal sebagai DNA virus terkecil.

2.2.4 Patogenesis
Virus Docking : virus docking dengan sel hati terjadi secara langsung melalui
reseptor spesifik. Protein kapsid yang berisi HBV DNA diangkut ke inti sel dengan
bantuan nuklear, sinyal lokalisasi. Dan pengembangan partikel dane yang lengkap
dimulai dan virus baru dieksresikan dari hepatosit oleh aparatus golgi. Sekitar 5x10 13
virus diperoduksi per hari. Uptake virus dipengaruhi oleh endositosis dan DNA virus
mencapai inti sel.2
Hepatocytolisis disebabkan oleh respon sel imun untuk viruscoded atau virus
induced antigens dari membran sel hati.2
2.2.5 Gejala
Gejala hepatitis B amat bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai gejala yang
berat seperti muntah darah dan koma. Pada hepatitis akut gejala amat ringan dan
apabila ada gejala, maka gejala itu seperti gejala influenza, berupa demam ringan,
mual, lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning, kencing berwarna gelap, diare,
dan nyeri otot. Pada orang dewasa, 95% kasus akan sembuh sempurna yang ditandai
dengan menghilangnya HbsAg dan timbulnya anti-HBs.
Infeksi kronik ditandai oleh persistensi HbsAg dan anti-HBc serum
DNA/HBV dapat terdeteksi lebih dari 6 bulan dengan menggunakan pemeriksaan
non-PCR. Pada hepatitis B kronik ada 3 fase, yaitu fase imunotoleran, fase replikatif,
dan fase integrasi. Pada fase imunotolerans akan didapatkan HbsAg di dalam serum
serta titer DNA HBV tinggi, tetapi ALT normal. Pada fase ini gejala bisa timbul dan
terjadi peningkatan aminotransferase yang nantinya akan diikuti dengan terdapatnya
anti-Hbe (serokonversi). Pada fase nonreplikatif akan ditemukan DNA HBV yang
rendah dan anti-HBe positif. Fase nonreplikatif ini sering pula disebut dengan
keadaan pengidap tidak aktif dan pada keadaan ini dapat pula terjadi resolusi hepatitis
8

Hepatitis A, B, dan C

B sehingga HbsAg tidak terdeteksi lagi. Pada beberapa pasien dapat pula ditemukan
serokonversi HbeAg yang diakibatkan karena mutasi dari virus. Pada kelompok
pasien ini mungkin pula akan ditemukan paningkatan kadar DNA HBV yang disertai
pula peninggian ALT.2
Sebagian pasien dengan antigen negatif dapat menjadi aktif kembali, tetapi
dengan antigen e yang tetap negatif. Oleh karena itu terdapat 2 jenis hepatitis B kronik
dengan HbeAg positif dan hepatitis B kronis dengan HbeAg negatif. Pasien yang
mengalami infeksi perinatal dapat juga menjadi hepatitis kronis dengan HbeAg yang
positif disertai dengan peningkatan ALT, tetapi sesudah waktu yang cukup lama (1020 tahun).
Pada umumnya, apabila terjadi serokonversi, gejala hepatitisnya juga menjadi
tidak aktif walaupun pada sebagian kecil masih ada gangguan biokimiawi, aktivitas
histologi serta peningkatan kadar DNA HBV. Infeksi HbsAg inaktif ditandai oleh
HbsAg positif, anti-Hbe, tidak terdeteksinya DNA HBV, serta LAT yang normal.
Meskipun demikian, terkadang masih didapatkan sedikit tanda peradangan pada
pemeriksaan patologi anatomi. Apabila serokonversi terjadi sesudah waktunya cukup
lama, dapat pula ditemukan gejala kelainan pada sediaan patologi anatomi.
Eksaserbasi hepatitis selain bisa disebabkan oleh reaktivasi virus dapat pula
terjadi karena superinfeksi oleh virus hepatitis yang lain seperti HDV, HCV, HAV,
atau karena obat-obatan.
Apabila kuning bertambah, dapat terjadi gatal dan tinja berwarna pucat. Bila
menjadi kronik akan didapatkan gejala seperti perut membesar, edema tungkai,
rambut rontok, kolateral, spider nevi, eritema palmar, splenomegali, asicites,
hemoroid dan jari tabuh.
2.2.6

Diagnosis
Diagnosis hepatitis B ditegakkan dengan pemeriksaan biokimia serologi, dan
apabila diperlukan dengan pemeriksaan histopatologi. Pada hepatitis B akut akan
ditemukan peningkatan ALT yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan AST
dengan kadar ALT 20-50x normal. Ditemukan pula IgM anti-HBc di dalam darah
selain HbsAg, HbeAg dan DNA HBV.
Pada hepatitis kronik peningkatan ALT adalah sekitar 10-20x batas atas nilai
normal (DANN) dengan ratio de ritis (ALT/AST) sekitar 1 atau lebih. Disamping itu,
IgM anti-HBc juga negatif. Diagnosis hepatitis B kronik di pastikan dengan
pemeriksaan patologi anatomi, disamping mungkin pula dengan pemeriksaan fibro
test. Pencitraan dengan USG atau CT-scan dapat membantu bila proses sudah lanjut.2
9

Hepatitis A, B, dan C

2.2.7

Pemeriksaan penunjang diagnostik


Evaluasi awal pasien dengan HBV meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dengan penekanan khusus pada faktor risiko terjadinya infeksi gabungan, penggunaan
alkohol, riwayat keluarga dengan infeksi HBV dan kanker hati.
Pemeriksaan laboratorium harus mencakup pemeriksaan fungsi hati, penanda
replikasi HBV, dan uji untuk infeksi gabungan dengan HCV serta HIV pada orangorang yang berisiko. Tes laboratorium untuk menilai fungsi hati, pemeriksaan darah
lengkap termasuk hitung trombosit, dan panel hati (ALT, AST, bilirubin, albumin,
globulin, kolinesterase, dan waktu protombin) juga diperlukan. Tes replikasi HBV
meliputi HbsAg, HbeAg/anti-Hbe, dan HBV DNA. Tes untuk skrining karsinoma hati
seperti AFP dan PIVKA dapat dilakukan. Pada pasien risiko tinggi, pemeriksaan USG
perlu juga dikerjakan. Bila memungkinkan dilakukan biopsi hati untuk menentukan
tingkat (grade) dan stadium (stage) penyakit hati pada pasien yang termasuk kriteria
hepatitis kronik.2
Diagnosis serologi telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan dari IgM

antibodi terhadap antigen core hepatitis (IgM anti HBc dan HBs Ag).
Keduanya ada saat gejala muncul
HBsAg mendahului IgM anti HBc
HbAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa secara rutin
HbsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu sampai bulan setelah
kemunculannya, sebelum hilangnya IgM anti HBc

HbeAg dan HBV DNA :

HBV DNA diserum merupakan petanda yang pertama muncul, akan tetapi tidak rutin

diperiksa.
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg.
Kedua petanda tersebut menghilang dalam beberapa minggu atau bulan pada infeksi

yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul anti HBs dan anti Hbe menetap.
Tidak diperlukan untuk diagnosis rutin

IgG anti HBc:

Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh


Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut
Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV

Antibodi terhadap HbsAg (anti HBs) :

Antibodi terakhir yang muncul


Merupakan antibodi penetral
10

Hepatitis A, B, dan C

2.2.8

Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan terhadap reinfeksi


Dimunculkan dengan vaksinasi HBV

Pemantauan
Apabila seorang mengalami infeksi HBV, tidak selalu perlu diterapi tetapi
cukup dilakukan pemantauan untuk menilai apakah perlu dilakukan intervensi dengan
antivirus sewaktu. Pemantauan dilakukan apabila pada pasien didapatkan keadaan:
1

Hepatitis B kronik dengan HbeAg positif, DNA HBV > 10 5 copy/ml, dan ALT normal.
Pada pasien ini dilakukan tes SGPT setiap 3-6 bulan. Jika kadar SGPT naik > 1-2x
batas atas nilai normal, ALT diperiksa setiap 1-3 bulan. Jika dalam tindak lanjut SGPT
naik menjadi > 2x BANN selama 3-6 bulan dan diserti HbeAg positif dan DNA HBV
> 105 copy/ml, dapat dipertimbangkan untuk biopsi hati sebgaai pertimbangan

memberikan terapi antivirus.


Pada infeksi HbsAg inaktif (HbeAg dan DNA HBV) dilakuakn pemeriksaan ALT
setiap 6-12 bulan. Jika ALT naik menjadi > 1-2x BANN, periksa serum DNA HBV
dan bila dapat dipastikan bukan disebabkan oleh hal yang lain, dapat dipertimbangkan
terapi antivirus.

2.2.9

Pencegahan
Upaya pencegahan merupakan hal terpenting karena merupakan upaya yang
paling cost-effective. Secara garis besar, upaya pencegahan dibagi dua, yaitu upaya
yang besifat umum dan upaya yang lebih spesifik (imunisasi VHB).

a) Pencegahan umum berupa :


1 Uji tapis donor darah dengan uji diagnostik yang sensitif
2 Sterilisasi instrumen secara adekuat dan akurat. Alat dialisis digunakan secara
individual. Untuk pasien dengan HBV disediakan mesin tersendiri. Jarum disposable
3
4
5
6

dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum.


Tenaga medis senantiasa menggunakan sarung tangan.
Perilaku seksual yang aman.
Penyuluhan agar para penyalah guna obat tidak memakai jarum secara bergantian.
Mencegah kontak mikrolesi, menghindar dari pemakaian alat yang dapat menularkan
HBV (sikat gigi, sisir) dan hati-hati dalam menanganni luka terbuka.

11

Hepatitis A, B, dan C

Skrining ibu hamil pada awal dan trimester ke-3 kehamilan, terutama ibu yang
berisiko terinfeksi HBV. Ibu hamil dengan HBV positif ditangani terpadu. Segera

setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhadap HBV.


Skrining populasi risiko tinggi tertular HBV (lahir di daerah hiperendemik,
homoseksual, heteroseksual, pasangan seks berganti-ganti, tenaga medis, pasien
dialisis, keluarga dari pasien HBV kronik, dan kontak seksual dengan pasien HBV).

b) Imunisasi :
Imunisasi dapat berupa aktif dan pasif. Untuk imunisasi pasif digunakan hepatitis
B immunoglobulin (HBIg) yang dibuat dari plasma manusia yang mengandung antiHBs titer tinggi (>100.000 IU/ml). Imunisasi ini dapat memberikan proteksi secara
cepat untuk jangka waktu yang terbatas (3-6 bulan).
Pada orang dewasa, HBIg diberikan dalam waktu 48 jam setelah terpapar
HBV. Kegunaan akan menurun bila diberikan beberapa hari setelah paparan. HBIg
yang diberikan bersamaan dengan vaksin HBV selain memberikan proteksi secara
cepat, kombinasi ini juga memberikan proteksi jangka panjang.Imunisasi aktif
diberikan terutama kepada bayi baru lahir dalam waktu 12 jam pertama.2

Vaksinasi juga diberikan pada :

Semua bayi dan anak, remaja, yang belum pernah imunisasi (catch up immunization).
Individu berisiko terpapar HBV berdasarkan profesi kerja yang bersangkutan.
Orang dewasa berisiko tertular HBV.
Tenaga medis dan staf lembaga cacat mental.
Pasien hemodialisis (imunisasi diberikan sebelum terapi dialisis dimulai).
Pasien yang membutuhkan tranfusi darah atau produk darah secara rutin.
Penyalah guna obat.
Homoseksual dan biseksual, pekerja seks komersial, orang yang baru terjangkit

penyakit menular seksual (STD), dan heteroseksual dengan pasangan berganti-ganti.


Kontak serumah dan kontak seksual dengan pengidap HBV.
Populasi dari daerah insiden tinggi HBV. Individu yang bepergian ke area endemik

HBV.
Calon transplantasi hati (imunisasi diberikan pratransplantasi).

Untuk mencapai tingkat serokonversi yang tinggi dan konsentrasi anti-HBs


protektif (10mIU/ml), imunisasi diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan.
12

Hepatitis A, B, dan C

2.2. 10 Penatalaksanaan
Pada saat ini dikenal 2 kelompok terapi untuk hepatitis B, yaitu :
1

Kelompok Imunomodulasi
Interferon
Timosin alfa 1
Vaksinasi terapi
Kelompok Terapi Antivirus
Lamivudin
Adenofovir Dipivoksil
Tujuan pengobatan hepatitis B kronik adalah mencegah atau menghentikan
progresi jejas hati dengan cara menekan replikasi virus atau menghilangkan injeksi.
Dalam pengobatan hepatitis B kronik, titik akhir yang sering dipakai adalah
hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara menetap (HbeAg dan DNA HBV).
Pada umumnya, serokonversi dari HBeAg menjadi anti-HBe disertai dengan
hilangnya DNA HBV dalam serum dan meredanya penyakit hati. Pada kelompok
pasien hepatitis B kronik HbeAg negatif, serokonversi HBeAg tidak bisa dipakai
sebagai titik akhir terapi dan respon terapi, hanya dapat dinilai dengan pemeriksaan
DNA HBV

A. Terapi dengan Imunimodulator


Interferon (IFN)
Interferon adalah kelompok protein intraseluler yang normal ada dalam tubuh,
diproduksi oleh berbagai macam sel. IFN alfa diproduksi limfosit B, IFN beta
diproduksi oleh monosit fibroepitelial, IFN gamma diproduksi oleh sel limfosit T.
Produksinya dirangsang oleh berbagai macam stimulasi terutama infeksi virus.
IFN berkhasiat sebagai antivirus, imunomodulator, anti prolifratif dan anti
fibrotik. Efek anti virus terjadi dimana IFN berinteraksi dengan reseptornya yang
terdaftar pada membrane sitoplasma sel hati yang diikuuti dengan diproduksinya
protein efektor sebagai antivirus. Pada hepatitis B kronik sering didapatkan penurunan
IFN. Akibatnya,terjadi penampilan molekul HLA kelas 1 pada membrane hepatosit
yang sangat diperlukan agar sel T sitotoksit dapat mengenali sel-sel hepatosit
yangterkena virus VHB. Sel-sel tersebut menampilkan antigen sasaran (target
antigen)VHB pada membrane hepatosit.

13

Hepatitis A, B, dan C

IFN adalah salah satu obat pilihan untuk pengobatan pasien hepatitis B
kronik dengan HBeAg positif, dengan aktivitas penyakit ringan sampai sedang, yang
belum mengalami sirosis. IFN telah dilaporkan dapat mengurangi replikasi virus.
Beberapa faktor yang dapat meramalkan keberhasilan IFN :
a. Konsentrasi ALT yang tinggi
-

Konsentrasi DNA VHB yang rendah


Timbulnya flare-up selama terap
IgM anti-HBc yang positif

b. Efek samping IFN :


-

Gejala seperti flu


Tanda-tanda supresi sumsum tulang
Flare-up
Depresi
Rambut rontok
Berat badan turun
Gangguan fungsi tiroid
Dosis IFN yang dianjurkan untuk hepatitis B kronik dengan HBeAg positif
adalah 5-10 MU 3x seminggu selama 16-24 minggu. Penelitian menunjukkan bahwa
terapi IFN untuk hepatitis B kronik HBeAg negatif sebaiknya diberikan sedikitnya
selama 12 bulan.
Kontraindikasi terapi IFN adalah sirosis dekompensata, depresi atau riwayat
depresi di waktu lalu, dan adanya penyakit jantung berat.

PEG Interferon
Penambahan polietilen glikol (PEG) menimbulkan senyawa IFN dengan umur
paruh yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan IFN biasa. Pada suatu penelitian
yang membandingkan pemakaian PEG IFN alfa 2x dengan dosis 90, 180, 270
mikrogram tiap minggu selama 24 minggu menimbulkan penurunan DNA HBV yang
lebih cepat dibandingkan dengan IFN biasa yang diberikan 4,5 MU 3x seminggu.
Serokonversi HBeAg pada kelompok PEG IFN pada masing-masing dosis adalah 27,
33, 37% dan pada kelompok IFN biasa sebesar 25%.

a. Penggunaan steroid sebelum terapi IFN.


Pemberian steroid pada pasien hepatitis B kronik HbsAg positif yang
kemudian dihentikan mendadak akan menyebabkan flare-up yang disertai dengan
kenaikan konsentrasi ALT. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa steroid
14

Hepatitis A, B, dan C

withdrawl yang diikuti dengan pemberian IFN lebih efektif dibandingkan dengan
pemberian IFN saja, tetapi hal itu tidak terbukti dalam penelitian skala besar. Karena
itu steroid withdrawl yang diikuti dengan pemberian IFN tidak dianjurkan secara
rutin.
b. Timosin alfa 1
Timosin adalah suatu jenis sitotoksin yang dalam keadaan alami ada dalam
ekstrak pinus. Obat ini sudah dapat dipakai untuk terapi baik sebagai sediaan
parenteral maupun oral. Timosin alfa 1 merangsang fungsi sel limfosit. Pemberian
timosin alfa 1 pada pasien hepatitis B kronik dapat menurunkan replikasi HBV dan
menurunkan konsentrasi atau menghilangkan DNA HBV. Keunggulan obat ini adalah
tidak ada efek samping seperti IFN, obat ini meningkatkan efektivitas IFN.
c. Vaksinasi tetap
Salah satu langkah maju dalam bidang vaksinasi hepatitis B adalah
kemungkinan penggunaan vaksin hepatitis B untuk pengobatan infeksi HBV. Prinsip
dasar vaksinasi terapi adalah fakta bahwa pengidap HBV tidak memberikan respon
terhadap vaksin hepatitis B. Konvensional yang mengandung HbsAg karena individuindividu tersebut mengalami imnitoleransi terhadap HbsAg. Salah satu dasar
vaksinasi terapi untuk hepatitis B adalah penggunaan vaksin yang menyertakan epitop
yang mampu merangsang sel T sitotoksik yang bersifat human leucocyte antigen
(HLA-restricted), diharapkan sel T sitotoksik tersebut mampu menghancurkan sel-sel
hati yang terinfeksi HBV. Salah satu strategi adalah penggunaan vaksin yang
mengandung protein pre-S. Strategi kedua adalah menyertakan antigen kapsid yang
spesifik untuk sel limfosit T sitoksik (CTL). Strategi ketiga adalah vaksin DNA.
B. Terapi Antivirus
Lamivudin
Lamivudin adalah suatu enantiomer (-) dari 3 tiasitidin yang merupakan suatu
analog nukleosid, berfungsi sebagai bahan pembentuk pregenom, sehingga analog
nukleosid bersaing dengan nukleosid asli. Lamivudin berkhasiat menghambat enzim
reverse transcriptase yang berfungsi dalam transkripsi balik dari RNA menjadi DNA
yang terjadi dalam replikasi HBV. Lamivudin menghambat produksi HBV baru dan
mencegah

infeksi

hepatosit

sehat

yang

belum

terinfeksi,

tetapi

tidak

mempengaruhi sel-sel yang telah terinfeksi, karena pada sel-sel yang telah terinfeksi

15

Hepatitis A, B, dan C

DNA virus hepatitis B ada dalam keadaan convalent closed circular DNA (ccc DNA).
Karena itu apabila obat dihentikan, konsentrasi DNA akan naik kembali akibat
diproduksinya virus-virus baru oleh sel-sel yang telah terinfeksi. Kalau diberikan
lamivudin 100 mg/hari, lamivudin akan menurunkan konsentrasi DNA HBV sebesar
95% atau lebih dalam waktu 1 minggu.

Adefovir Dipivoksil
Prinsip kerjanya hampir sama dengan lamivudin, yaitu sebagai analog
nukleosid yang menghambat enzim reverse transcriptase. Umumnya digunakan pada
kasus kasus yang kebal terhadap lamivudin, dosisnya 10 30 mg tiap hari selama
48 minggu.

2.2.11 Prognosis
Sembilan puluh persen dari kasus-kasus hepatitis akut B menyelesaikan dalam
waktu 6 bulan, 0,1% adalah fatal karena nekrosis hati akut, dan

sampai 10%

berkembang pada hepatitis kronis. Dari jumlah tersebut, 10% akan mengembangkan
sirosis, kanker hati, atau keduanya.

2.3

Hepatitis C

2.3.1 Definisi
Virus Hepatitis C mempunyai selubung glikoprotein dan merupakan virus RNA
untai tunggal, dengan partikel sferis dan inti nukleokapsid 33 nm. Virus ini
termasuk klasifikasi flaviviridae, genus hepacivirus. Genom HCV terdiri atas 9400
nukleutida, mengkode protein besar sekitar seridu 3000 asam amino.
Hanya ada satu serotipe yang dapat diidentifikasi, terdapat banyak genotip dengan
distribusi yang bervariasi diseluruh dunia.

16

Hepatitis A, B, dan C

2.3.2 Epidemiologi dan faktor resiko


Masa inkubasi HCV diperkirakan 15 160 hari (puncak pada sekitar 50 hari).
Viremia yang berkepanjangan dan infeksi yang persisten umum dijumpai (55-855).
Distribusi geografik luas. Infeksi yang menetap dihubungkan dengan hepatitis
kronik, sirosis dan kanker hati. 6
Cara transmisi :

Darah (predominan) : IVDU dan penetrasi jaringan, resepien produk darah


Transmisi seksual : efisiensi rendah, frekuensi rendah
Maternal neonatal : efisiensi rendah, frekuensi rendah
Tak terdapat bukti transmisi fekal oral

2.3.3 Gejala Klinis


Pada infeksi yang sembuh spontan :
1. Spektrum penyakit mulai dari asimptomatik, infeksi yang tidak nyata sampai
kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut
2. Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala
prodromal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti :
a. Malaise, anoreksia, mual, muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia
3. Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV
4. Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV
5. Immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan
pada kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus
lain.
6. Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia,
malaise dan kelemahan dapat menetap
7. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya
ringan dan semenara) dapat timbul ketika ikterus meningkat
8. Pemeriksaan feses menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
9. Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15-20% pasien.

2.3.4 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan serologi :
Deteksi anti HCV
Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama masa akut dari penyakit,
35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa minggu atau bulan kemudian
17

Hepatitis A, B, dan C

Anti HCV tidak mungkin pada <5% paisen yang terinfeksi (pada pasien HIV,

anti HCV tidak muncul dalam presentase yang lebih besar)


Pemeriksaan IgM anti HCV dalam pengembangan belum disetujui FDA
Secara umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode yang panjang, baik
pada pasien yang mengalami kesembuhan spontan maupun yang berlanjut
menjadi kronik

HCV RNA

Merupakan petanda yang paling awal muncul pada infeksi akut hepatitis C
Muncul setelah beberapa minggu terinfeksi
Pemeriksaan yang mahal, untuk mendiagnosis penyakit tidak rutin dilakukan,
kecuali pada keadaan dimana disurigai adanya infeksi pada pasien dengan anti

2.3.5

HVC negatif
Diemukan pada infeksi kronis HCV.

Cara Pencegahan
Strategi yang komprehensif untuk mencegah dan mengendalikan hepatitis C

virus (HCV) infeksi dan penyakit terkait HCV :


- Pemeriksaan dan pengujian darah, plasma, organ, jaringan, dan air mani donor
- Sterilisasi yang memadai seperti bahan dapat digunakan kembali atau instrumen
bedah gigi
- Pengurangan risiko dan layanan konseling
- pengawasan terhadap jarum dan program pertukaran jarum suntik
(WHO, 2010)4
2.3.6

Penatalaksanaan
Interferon telah dibuktikan untuk menormalkan tes hati, memperbaiki

peradangan hati dan mengurangi replikasi virus pada hepatitis C kronis dan
dianggap sebagai terapi baku untuk hepatitis C kronis. Saat ini, dianjurkan untuk
pasien dengan hepatitis kronis kompensasi C (anti-HCV positif, HCV deteksi RNA,
abnormal ALT tingkat atas sekurang-kurangnya 6 bulan, fibrosis ditunjukkan oleh
biopsi hati). Interferon-alpha diberikan subkutan dengan dosis 3 juta unit 3 kali
seminggu selama 24 bulan. Pasien dengan aktivitas ALT dikurangi atau tingkat HCV
RNA dalam bulan pertama pengobatan lebih cenderung memiliki respon yang
18

Hepatitis A, B, dan C

berkelanjutan. Sekitar 50% dari pasien merespon interferon dengan normalisasi ALT
pada akhir terapi, tetapi setengahnya bisa kambuh dalam waktu 6 bulan (WHO,
2010).4
Terapi kombinasi dengan pegylated interferon dan ribavirin selama 24 atau 48
minggu seharusnya menjadi terapi pilihan bagi pasien yang kambuh setelah
pengobatan interferon. Tingkat kekambuhan kurang dari 20% terjadi pada pasien
kambuh diobati dengan terapi kombinasi selama setahun (WHO, 2010).
Transplantasi adalah suatu pilihan bagi pasien dengan sirosis yang nyata secara
klinis pada stadium akhir penyakit hati. Namun, setelah transplantasi, hati donor
hampir selalu menjadi terinfeksi, dan risiko pengembangan menjadi sirosis muncul
kembali (WHO, 2010).4

Pasien dengan hepatitis C kronis dan infeksi HIV bersamaan mungkin memiliki
program akselerasi penyakit HCV. Oleh karena itu, meskipun tidak ada terapi HCV
secara khusus disetujui untuk pasien koinfeksi dengan HIV, pasien tersebut harus
dipertimbangkan untuk pengobatan. Pemberian kortikosteroid, ursodiol, thymosin,
acyclovir, amantadine, dan rimantadine tidak efektif (WHO, 2010)4
2.3.7

Prognosis
Hepatitis C memiliki prognosis yang lebih buruk daripada, misalnya, hepatitis

B, karena seperti proporsi tinggi mengembangkan kasus sirosis 33% dari pasien
yang terinfeksi (Wilson, 2001).5

19

Hepatitis A, B, dan C

BAB III
PENUTUP
Hepatitis A adalah infeksi virus Hepatitis A (HAV) pada hati yang bersifat akut.
Secara global dan di Indonesia, hepatitis A termasuk penyakit hati yang banyak dilaporkan.
Umumnya seroprevalensi anti-HAV ditemukan tinggi pada daerah dengan standar kesehatan
termasuk higiene yang masih rendah. Penyebaran HAV terjadi secara fekal-oral baik berupa
kontak langsung atau melalui makanan/minuman yang terkontaminasi. Tidak terbukti bahwa
penularan secara perinatal pada penyakit ini.
Hepatitis B merupakan infeksi virus Hepatitis B (HBV) pada hati yang bersifat akut
dan kronik. Faktor resiko seseorang dapat tertular HBV melalui hubungan seksual,
penggunaan jarum suntuk yang bergantian pada IDU, menggunakan alat yang terkontaminasi
darah dari penderita (pisau cukur, tato, tindik), 90% berasal dari ibu yang terinfeksi HBV,
transfusi darah.2
Hepatitis C merupakan infeksi virus Hepatitis C (HCV) pada hati yang bersifat kronis.
Penularannya melalui darah, misalnya pada donor darah, atau penggunaan narkoba suntik,
individu dengan tatto aau tindik. Sebagian besar kejadian penyakit adalah asimptomatik,
namun ada juga yang menunjukkan gejala diantaranya anoreksia, mual dan muntah, demam
dan kelelahan, berlanjut untuk menjadi penyakit kuning.5

20

Hepatitis A, B, dan C

DAFTAR PUSTAKA
1. Suwitra Sp.PD. HEPATITIS VIRUS AKUT dalam BUKU AJAR ILMU PENYAKIT
DALAM Ed IV Jilid I. Sanityoso, andri. Jakarta : pusat penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
2. Soemohardjo S, Gunawan S. Hepatitis B Kronik. Dalam : Aru W.Sudoyo dkk, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing, 2009 ; 653
661
3. Sanityoso A. Hepatitis Virus Akut. Dalam : Aru W.Sudoyo dkk, editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing, 2009 ; 644 647
4. WHO. 2010. Hepatitis A, B, and C. http://www.who.org. Diakses pada tanggal 20
April 2012.
5. Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Tratment in
Infectious Disease. The mcGraw-hill Companies, United States of America.
6. Gani R. A. . Hepatitis C. Dalam : Aru W.Sudoyo dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 5. Jakarta : Internal Publishing, 2009 ; 662 667

21

Вам также может понравиться

  • Kejang Demam Kompleks Pada Anak
    Kejang Demam Kompleks Pada Anak
    Документ16 страниц
    Kejang Demam Kompleks Pada Anak
    Celina Manna
    Оценок пока нет
  • Artritis Psoriatik
    Artritis Psoriatik
    Документ33 страницы
    Artritis Psoriatik
    amelia
    100% (3)
  • Referat Gangguan Kepribadian
    Referat Gangguan Kepribadian
    Документ44 страницы
    Referat Gangguan Kepribadian
    amelia
    Оценок пока нет
  • Referat Dengue
    Referat Dengue
    Документ26 страниц
    Referat Dengue
    Michelle Octoviani
    Оценок пока нет
  • Sarkep Pti Demam Tifoid
    Sarkep Pti Demam Tifoid
    Документ14 страниц
    Sarkep Pti Demam Tifoid
    ayuhati siregar
    Оценок пока нет
  • Makalah Blok 17 (Abses Hati Amebik)
    Makalah Blok 17 (Abses Hati Amebik)
    Документ10 страниц
    Makalah Blok 17 (Abses Hati Amebik)
    itaa19
    Оценок пока нет
  • Hepatitis B
    Hepatitis B
    Документ69 страниц
    Hepatitis B
    Hielmy Ihsanfauzi
    Оценок пока нет
  • Makalah LLA
    Makalah LLA
    Документ17 страниц
    Makalah LLA
    Rhanhy Checiibiieciiby
    Оценок пока нет
  • Referat Sepsis
    Referat Sepsis
    Документ20 страниц
    Referat Sepsis
    Sena Ajah
    Оценок пока нет
  • Referat Ipd Syok Sepsis
    Referat Ipd Syok Sepsis
    Документ25 страниц
    Referat Ipd Syok Sepsis
    Nuristy Fauzia Ulhaq Pribadi
    Оценок пока нет
  • Refrat TB Ekstraparu
    Refrat TB Ekstraparu
    Документ28 страниц
    Refrat TB Ekstraparu
    pamira_4
    Оценок пока нет
  • Referat Demam Rematik Wilson
    Referat Demam Rematik Wilson
    Документ14 страниц
    Referat Demam Rematik Wilson
    Danny Dzurizal
    Оценок пока нет
  • Referat Kronik Kidney Disease Pada Anak - Docx Edit
    Referat Kronik Kidney Disease Pada Anak - Docx Edit
    Документ30 страниц
    Referat Kronik Kidney Disease Pada Anak - Docx Edit
    galz_museleem
    Оценок пока нет
  • Anamnesis Ca Mammae
    Anamnesis Ca Mammae
    Документ2 страницы
    Anamnesis Ca Mammae
    Maria Anindya
    Оценок пока нет
  • Alergi Susu Sapi Pada Anak
    Alergi Susu Sapi Pada Anak
    Документ26 страниц
    Alergi Susu Sapi Pada Anak
    markus_danusantoso
    Оценок пока нет
  • CHF Ec Penyakit Jantung Reumatik
    CHF Ec Penyakit Jantung Reumatik
    Документ51 страница
    CHF Ec Penyakit Jantung Reumatik
    Rahman Wahyudin
    100% (5)
  • HIDROSEFALUS
    HIDROSEFALUS
    Документ10 страниц
    HIDROSEFALUS
    ade
    Оценок пока нет
  • Referat Alergi Makanan
    Referat Alergi Makanan
    Документ20 страниц
    Referat Alergi Makanan
    Ryan Arifin Suryanto
    Оценок пока нет
  • Referat Ulkus Peptikum Lengkap
    Referat Ulkus Peptikum Lengkap
    Документ18 страниц
    Referat Ulkus Peptikum Lengkap
    Elfha Monita
    100% (1)
  • Anemia Aplastik
    Anemia Aplastik
    Документ11 страниц
    Anemia Aplastik
    Beti Simun
    Оценок пока нет
  • Referat Kandidiasis
    Referat Kandidiasis
    Документ17 страниц
    Referat Kandidiasis
    Gian Oktavianto
    50% (2)
  • Kolestasis Jaundice
    Kolestasis Jaundice
    Документ14 страниц
    Kolestasis Jaundice
    ajipramana93
    Оценок пока нет
  • Pneumonia Pada Usia Lanjut
    Pneumonia Pada Usia Lanjut
    Документ19 страниц
    Pneumonia Pada Usia Lanjut
    AbdusSomad
    100% (1)
  • Endokarditis Infektif
    Endokarditis Infektif
    Документ27 страниц
    Endokarditis Infektif
    faris
    Оценок пока нет
  • Referat Ensefalitis Adhyt
    Referat Ensefalitis Adhyt
    Документ13 страниц
    Referat Ensefalitis Adhyt
    Adhytya Pratama Ahmadi
    Оценок пока нет
  • REFERAT Sudden Deafness
    REFERAT Sudden Deafness
    Документ18 страниц
    REFERAT Sudden Deafness
    Fatih Abdullah
    Оценок пока нет
  • Sistemik Lupus Eritematosus
    Sistemik Lupus Eritematosus
    Документ19 страниц
    Sistemik Lupus Eritematosus
    lc_elric
    100% (1)
  • Sampul
    Sampul
    Документ45 страниц
    Sampul
    Rizka Purnama Mulya
    Оценок пока нет
  • Henoch Schonlein Purpura
    Henoch Schonlein Purpura
    Документ17 страниц
    Henoch Schonlein Purpura
    clarissanitihardjo
    Оценок пока нет
  • REFERAT Weil's Syndrome
    REFERAT Weil's Syndrome
    Документ12 страниц
    REFERAT Weil's Syndrome
    riviena
    Оценок пока нет
  • Lupus Nefritis
    Lupus Nefritis
    Документ20 страниц
    Lupus Nefritis
    Ginda Chitra Puspita
    Оценок пока нет
  • Psoriasis Vulgaris
    Psoriasis Vulgaris
    Документ27 страниц
    Psoriasis Vulgaris
    abdul
    Оценок пока нет
  • Referat Pneumonia
    Referat Pneumonia
    Документ23 страницы
    Referat Pneumonia
    SusHie LoVe SasHimie
    Оценок пока нет
  • Netropenia Autoimun Primer Dan Sekunder
    Netropenia Autoimun Primer Dan Sekunder
    Документ11 страниц
    Netropenia Autoimun Primer Dan Sekunder
    Akbar DeyaHarsya
    Оценок пока нет
  • Referat PV
    Referat PV
    Документ16 страниц
    Referat PV
    Firza
    Оценок пока нет
  • Encefalitis Pada Anak Idai
    Encefalitis Pada Anak Idai
    Документ5 страниц
    Encefalitis Pada Anak Idai
    Estong Myong
    Оценок пока нет
  • CRS Makalah DBD
    CRS Makalah DBD
    Документ40 страниц
    CRS Makalah DBD
    dokterbotak
    Оценок пока нет
  • Lapkas Weil Disease
    Lapkas Weil Disease
    Документ16 страниц
    Lapkas Weil Disease
    Anonymous fOz6To
    Оценок пока нет
  • Pneumocystis Pneumonia
    Pneumocystis Pneumonia
    Документ25 страниц
    Pneumocystis Pneumonia
    danitadwi
    Оценок пока нет
  • LGK
    LGK
    Документ22 страницы
    LGK
    Gina Ariani
    Оценок пока нет
  • Analisis Kasus Paru - Efusi Pleura
    Analisis Kasus Paru - Efusi Pleura
    Документ4 страницы
    Analisis Kasus Paru - Efusi Pleura
    Amel Lestari Agustin
    Оценок пока нет
  • Tinjauan Pustaka Gagal Napas
    Tinjauan Pustaka Gagal Napas
    Документ13 страниц
    Tinjauan Pustaka Gagal Napas
    RC Ria Chairul
    Оценок пока нет
  • Referat Bronchiolitis
    Referat Bronchiolitis
    Документ24 страницы
    Referat Bronchiolitis
    dea
    Оценок пока нет
  • Referat PCP Final
    Referat PCP Final
    Документ30 страниц
    Referat PCP Final
    Hendra王Wijaya
    Оценок пока нет
  • Referat Polio
    Referat Polio
    Документ29 страниц
    Referat Polio
    niko hizkia
    Оценок пока нет
  • Kondiloma Akuminata
    Kondiloma Akuminata
    Документ12 страниц
    Kondiloma Akuminata
    cetakgan
    Оценок пока нет
  • Makalah Jurnal Reading TB Paru BTA Negatif
    Makalah Jurnal Reading TB Paru BTA Negatif
    Документ15 страниц
    Makalah Jurnal Reading TB Paru BTA Negatif
    Suhana Ana
    Оценок пока нет
  • Referat Perubahan Mikrobiota Pada NAFLD NAFL
    Referat Perubahan Mikrobiota Pada NAFLD NAFL
    Документ11 страниц
    Referat Perubahan Mikrobiota Pada NAFLD NAFL
    Kiki Kiekya Agustin Hidayati
    Оценок пока нет
  • Demam Berdarah Dengue
    Demam Berdarah Dengue
    Документ50 страниц
    Demam Berdarah Dengue
    Nanda Aiiu Rozeixa
    Оценок пока нет
  • Asma Pada Anak
    Asma Pada Anak
    Документ22 страницы
    Asma Pada Anak
    Fathir
    Оценок пока нет
  • Refarat Itp
    Refarat Itp
    Документ25 страниц
    Refarat Itp
    nadhillah alkatiri
    Оценок пока нет
  • Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
    Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
    Документ11 страниц
    Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
    Rusmita Hardinasari
    Оценок пока нет
  • PPT Blok 17 Abses Hati Amebik
    PPT Blok 17 Abses Hati Amebik
    Документ22 страницы
    PPT Blok 17 Abses Hati Amebik
    magdalena enna
    Оценок пока нет
  • B20
    B20
    Документ32 страницы
    B20
    diah puspitasari
    Оценок пока нет
  • Faktor Penularan Hiv Dari Ibu Ke Bayi
    Faktor Penularan Hiv Dari Ibu Ke Bayi
    Документ2 страницы
    Faktor Penularan Hiv Dari Ibu Ke Bayi
    yuna pratiwi
    Оценок пока нет
  • ABSES PARU - Radiologi
    ABSES PARU - Radiologi
    Документ16 страниц
    ABSES PARU - Radiologi
    cantikareviera
    Оценок пока нет
  • Referat Askariasis
    Referat Askariasis
    Документ15 страниц
    Referat Askariasis
    Siti Amanda Chairi
    Оценок пока нет
  • HES
    HES
    Документ17 страниц
    HES
    Diah Ayu Kusuma
    Оценок пока нет
  • Hep A & Kolesistitis
    Hep A & Kolesistitis
    Документ15 страниц
    Hep A & Kolesistitis
    tatapsrb
    Оценок пока нет
  • Hepatitis A
    Hepatitis A
    Документ6 страниц
    Hepatitis A
    Qurrotul Annisa
    Оценок пока нет
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Документ19 страниц
    Hepatitis
    reza dea
    Оценок пока нет
  • Askep Hepatitis
    Askep Hepatitis
    Документ174 страницы
    Askep Hepatitis
    dickyelfawahyudi
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Carpal Tunnel Syndrome
    Laporan Kasus Carpal Tunnel Syndrome
    Документ7 страниц
    Laporan Kasus Carpal Tunnel Syndrome
    amelia
    Оценок пока нет
  • Laringitis Kronik
    Laringitis Kronik
    Документ18 страниц
    Laringitis Kronik
    amelia
    100% (1)