Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAGMATIK
---Makalah---
Oleh:
Taufiq Hadi Ramadhan
Rifky Nurdeani
Ridho Taufanadhie Priambodo
Muhammad Aditio
Anugrah Kusuma
Adytia Putra Pradana
Vilia Yohana
270110130053
270110130085
270110130113
270110130129
270110130133
270110130153
270110130161
Kelas A
PENDAHULUAN
Kajian tentang genesa mineral membahas persoalan mineralisasi dari suatu endapan
bijih yang terdapat di alam. Seperti halnya dengan endapan yang mengandung unsur Cu, Pb
dan Zn yang biasanya di alam terdapat dalam suatu lingkungan pengendapan yaitu
lingkungan magmatik, hidrotermal (mesotermal), dan kontak metasomatis. Pada genesa
primer, berhubungan erat dengan aktifitas magma. Batuan intrusi yang menguntungkan
dalam pembentukan bijih tembaga yaitu batuan menengah (intermediate igneous). Sedangkan
pada genesa sekunder berhubungan erat dengan keberadaan mineral (Cu) di alam yang
bersifat tidak stabil bila terkena pengaruh air dan udara. Pembentukan bijih secara umum di
alam melalui proses-proses pembekuan, pelapukan, sedimentasi, dan metamorfosa.
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari genesa
suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari
endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian,
membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
Lingkungan magmatik dikarakteristikan oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai genesa pembentukan
endapan mineral pada lingkungan magmatik.
3. Injeksi, dimana mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal
atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral
bijih tersebut diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya,
sebagai mush kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Mineral bijih
tersebut memotong struktur batuan termasuk fragmen batuan, atau terjadi sebagai dike
atau tubuh intrusi lainnya. Contoh endapan ini adalah Titaniferous magnetite dike di
Cumberland, Rhode Island, Magnetite di Kiruna, Swedia, Platinum pipes dan
beberapa Bushveld Complex di Afrika Selatan, Ilmenite of Allard Lake, Quebec.
Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits adalah :
Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat pengendapan
dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas setelah akumulasi
Keterangan : Yang diatas merupakan Tipe Plutonik dan yang dibawahnya merupakan Tipe
Vulkanik
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran
mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses
pendinginan yang cepat kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris. Pada
batuan plutonik mineral berbutiran kasar, karena pendinginan yang perlahan sehingga
memberikan kesempatan Kristal tumbuh besar.
2. Pegmatit
Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic dan
memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk ketika tahap
kristalisasi akhir, dengan kandungan air cukup tinggi dan pertumbuhan kristal yang relatif
cepat pada bagian atas suatu komplek struktur. Pegmatit kadang mempunyai kensentrasi
beberapa rare elements (lithium, boron, fluorine, tantalum, niobium, REE dan uranium) yang
bernilai ekonomis.Pegmatit adalah sumber utama dari beryllium, lithium, cesium, tantalum,
muscovite dan feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber minor dari Uranium, Yttrium,
REE, Tin dan Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah sumber penting dari gemston seperti
beryl (emerald), topaz dan tourmaline.
Pegmatit terdapat pada batuan berumur Archean sampai Kenozoik. Pegmatit pada
Prakambrium terdapat pada tatanan tektonik yang berasosiasi dengan metamorfisme
amfibolit, sedangkan pada umur yang lebih muda berasosiasi dengan intrusi di sepanjang
jalur tektonik.
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan
menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite.
Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu ketika magma terbentuk
sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan kandungan volatile tinggi dan terinjeksikan
pada batuan sekitar sehingga terbentuk pegmatite. Material yang diinjeksikan pada sistem
tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana yang mengandung albit,
kuarsa, mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi
pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks yang membawa rare minerals.
Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein.
Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan Cameron,
dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.
feldspar,
kuarsa,
zone,
umum
hadir
3. Epitermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal
yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat
dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut
berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan
mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal
hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan
tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno,
1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang
terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein.
Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure).
Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral
penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari
endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama
berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama
yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya
disertai oleh sesar turun dan kekar.
Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk
sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).
Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite,
selenides, tellurides.
Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit
Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum,
sering sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:
Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman
yang dangkal dari sistem hidrotermal.
Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang
terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar
utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan
realtif tahan terhadap pelapukan.
Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal yang dapat
dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996;
2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan
perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi
dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek
perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan
epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang
terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.
3.1.1 Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit
(Epithermal Low Sulfidation )
a.
Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat
netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia,
karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas
relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat,
dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran
(dilatational jog).
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa
magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di
dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh
sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai
pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas
turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform
banding dari silika dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi
mensyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk
memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi
dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH,
sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya
CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed
calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia,
karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah
variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl,
mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk
H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300 C) dan didominasi oleh air
permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit
alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem
sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi
oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan
umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang
pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel di bawah
Tabel Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah (Corbett dan Leach, 1996).
Tipe endapan
Posisi tektonik
Tekstur
c.
Asosiasi mineral
Mineral bijih
Contoh endapan
Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi oleh
air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang
dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S
d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah
Gambar Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996 dalam
Nagel, 2008).
Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan
lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan yang
berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air
meteorit
3.1.2 Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High
Sulfidation) atau Acid Sulfate
Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik
bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau
intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal
yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan
horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (2003000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi
yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
FUMAROL
Fumarol adalah lubang di dalam kerak bumi (maupun objek astronomi yang lain),
yang sering terdapat di sekitar gunung berapi, yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon
dioksida, sulfur dioksida, asam hidroklorik, danhidrogen sulfida. Nama solfatara, yang
berasal dari kata solfo dari bahasa Italia, sulfur diberikan pada fumarol yang mengeluarkan
gas sulfur.
Fumarol bisa terdapat di sepanjang retakan kecil maupun rekahan yang panjang, dalam
medan atau klaster yang kacau balau, dan di permukaan aliran lava serta endapan aliran
piroklastik yang tebal. Lapangan fumarol merupakan suatu wilayah mata air panas dan
semburan gas dimana magma atau batuan beku yang panas di kedalaman yang dangkal atau
air tanah. Dari perspektifnya air tanah, fumarol bisa dideskripsikan sebagai mata air panas
yang membuat air mendidih sebelum air mencapai permukaan tanah.
Salah satu aktivitas fumarol yang terkenal adalah Lembah Ten Thousan Smokes, yang
terbentuk selama meletusnya gunung Novarupta di Alaska pada 1912. Fumarol bisa bertahan
selama beberapa dekade atau abad jika berada di atas sebuah sumber panas yang persisten,
atau hilang dalam berminggu-minggu atau berbulan-bulan jika berada di puncak sebuah
endapan volkanik yang masih baru dan cepat dingin.
Hidrotermal berkaitan dengan air panas yang biasa dipakai dalam pembentukan logam
melalui pemanasan (dengan cairan panas yang naik dari magma yang mendingin). mineral
yang terbentuk di lingkungan hidrotermal adalah hasil presipitasi dari larutan air panas. Pada
pelepasan material lama dan pengendapan material baru menjadi ciri aktivitas hidrotermal,
serta banyak mineral pembentuk proses yang melibatkan solusi, termasuk pelapukan dan
diagenesa.
Hidrotermal merupakan suatu proses pembentukan mineral yang terjadi disekitar sumber dari
panas bumi didalam kulit bumi yang terjadi akibat adanya injeksi dari magma terhadap air
dengan kata lain terjadi pelarutan oleh magma sisa yang bercampur dengan air tanah
sehingga mengalami pengkristalan.
Ada beberapa situasi geologi yang dinamis di mana air "dingin" menjadi panas. Air di atas
sekitar 50oC dianggap sebagai cairan hidrotermal. Dalam beberapa situasi, pemanasan
dilakukan pada suhu di atas titik kritis H2O (374oC untuk H2O murni). Karakteristik air yang
berubah sama saat itu, jadi suhu tinggi H2O lebih tepat disebut sebagai fase air. Air terjebak
dalam ruang pori akumulasi sedimen dan dalam mineral hidrat dan bantalan-hidroksil dari
akumulasi sedimen dipanaskan selama penimbunan di cekungan sedimen.
Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di sejumlah tempat
fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam. Dan kesimpulannya
sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan lepisn endapan yang ada dibawah
permukaan bumi. Pada mata air
panas mineral bijih diendapkan
dari suati larutan, pada
fumarrole ia mengkristal
bersamaan denga keluarnya
gas. Bukti bukti kuat
menunjukan bahwa mineral
bijih diendapkan dari cairan
atau larutan superkritikal lebih
banyal dari[ada gas. Khususnya
untuk meyakinkan observasi
bahwa di banyak tempat
endapan, mineral telah
tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan bahwa karbinat dan silica
telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan pembawaan mineral oleh gas telihat sukar.
Pada endapan dimana asosiasi mineral mengindikasikan temperature yang rendah dari suatu
formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok mineral dalam gas sangat tidak mungkin
sekali.
5. Fluida Bijih
a. Fluid inclusion
Kisaran: 250-750C dengan salinitas 15-70 wt.% pada sistem orthomagmatik, jenis airnya
adalah air magmatik dan air meteoric
b. Sumber metal
Produk sampingan dari kristalisasi magmatic (incompability element). Metal dan sulfur
berasal dari batuan samping.
6. Kontrol Mineralisasi
Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal dan
mesozonal. Pada intrusi felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti
comb-quartz. Hubungan yang erat antara aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal
dicirikan dengan keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan breksi hydrothermal.
7. Karakteristik Mineralisasi
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets,
stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan
struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis
biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures.
Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas
batuan induk (host rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit
(FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo
dan Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan.
Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan
mineral-mineral sulfida yang rendah, dimana kehadiran mineral-mineral oksida akan lebih
dominan.
8. Zona Alterasi
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi
mineralnya, yaitu
Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar
sekunder, biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.
Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar
and biotite.
Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral
lempung kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase
teralterasi kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.
Propylitic Zone - selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan
minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt
terubah.
Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona,
yaitu:
Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi
paling banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1.
Mineralisasi lebih banyak disseminated daripada stockwork.
Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp
sekitar 2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet.
Mineral bijih lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (1015%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi
copper sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore
grade. Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).
6.
Mesothermal
a.
d. Fase Hidrothermal
b.
Fase Pegmatitil
e. Fase Vulkanik
c.
Fase Pneumatolitik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbedabeda, yaitu yang berhubungan dengan :
a.
Kristalisasimagmanya
b.
crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
Lava flow
2.
Ekshalasi
3.
b.
Proses Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat aqueos sebagai hasil
diferensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relative ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan deposit mineral. Berdasarkan
cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hydrothermal yaitu Cavity Filling
atau mengisi lubang-lubang yang sudah ada dalam batuan, dan Metasomatisme, dengan
mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur baru larutan hydrothermal.
Berdasarkan cara pembentukannya, maka dikenal beberapa jenis endapan hidrotermal, antara
lain :
Endapan mineral Ephitermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu < 200 C
Endapan mineral Mesothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu antara
200-300C dengan tekanan moderat
Endapan mineral Hipothermal, yaitu endapan mineral yang terjadi pada suhu 300-500C
dengan tekanan yang tinggi.
c.
DAFTAR PUSTAKA