Вы находитесь на странице: 1из 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DIARE

OLEH :
I MADE GUNAWAN ANTARA
KELOMPOK 36
15.901.1128

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2015/2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DIARE
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI / PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1985
dalam Kapita Selekta Kedokteran FKUI 2009).
Diare akut adalah diare awalnya mendadak dan berlangsung singkat,dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih

dari tiga minggu pada orang dewasa dan dua minggu pada bayi anak-anak (Kapita
selekta kedokteran, FKUI 2009).
2. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang utama adalah infeksi parasit, virus maupun bakteri.
Penyebab lain diare antara lain : efek samping obat-obatan tertentu, pemberian makan
per selang, gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorpsi,
paralitik ileus dan obstruksi usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya, diare
dibadakan menjadi diare sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi disebabkan oleh :
a. Infeksi (virus,bakteri dan parasit).
b. Hiperperistaltik usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis,
gangguan saraf, hawa dingin alergi dan sebagainya).
c. Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin

A)

yang

mengakibatkan berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama candida.


Diare osmotik disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan (karbohidrat,lemak,protein,vitamin dan mineral).
b. Kekurangan kalori protein (KKP).
3. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau minuman yang
tercemar. Di negara berkembang tingginya prevalensi penyakit diare merupakan
kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang
menyebabkan turunnya daya tahan tubuh.
Dalam penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur terhadap 123
pasien diare dewasa yang di rawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi
dengan E. coli (38,29%), V cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%) sebagai tiga
penyebab terbanyak.
4. PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang disebabkan oleh
peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam
lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air terdorong ke dalam lumen usus oleh
tekanan osmotik dari partikel yang tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air
menjadi lambat.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran air lebih banyak
dari pemasukan air, merupakan penyebab kematian pada diare.
b.Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi karena kehilangan
natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan,
produk metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan

ginjal (oligouria/anuria), pemindahan ion natrium dari ekstrasel kedalam intrasel.


Secara klinis asidosis dapat dilihat dari pernapasan Kussmaul.
c.Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak ditangani
segera akan terjadi kematian.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah keperawatan
dapat dilihat pada lampiran.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Frekuensi defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b. Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, distensi,
gemuruh usus (borborigimus), dan demam.
c. Kekurangan cairan dapat menyebabkan rasa haus, lidah kering, tulang pipi
menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
d. Pernapasan Kussmaul sebagai tanda asidosis metabolic.
e. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus
(tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>120 kali per
menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,
ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
g. Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung.
h. Perfusi ginjal yang menurun dapat terjadi anuria.
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang dialami :

Gejala Klinis
Keadaan Umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Mata
Turgor & Tonus
Diuresis
Selaput lender

Derajat Dehidrasi
Ringan

Sedang

Berat

Baik ( CM )
+

Gelisah
++

Apatis koma
+++

Normal (80x/mnt)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kuszmaull

Agak cekung
Biasa
Normal
Normal

Cekung
Agak kurang
Oligouria
Agak kering

Cekung sekali
Kurang sekali
Anuria
Kering/Asidosis

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan

biasanya

adalah

pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting artinya dalam menegakkan


diagnosis (kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
1) Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
c. Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
d. pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan darah.
a. Darah lengkap.
b. pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan keseimbangan
asam basa.
c. Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.
3)Duodenal intubation.
a. Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama
pada diare kronik.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila tak
tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul natrium
bikarbonat 7, 5 % 50 ml.
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan. Dapat
dihitung dengan cara (Metoda Pierce), dimana kebutuhan cairan dari masingmasing derajat dehidrasi adalah : dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X
BB), berat (10% X BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
b. Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
c. Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-hati dengan
pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus seperti loperamid
sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela, dan colitis
pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila pasien amat kesakitan dapat
diberikan antimotilitas usus dalam jangka pendek selama 1 2 hari saja.
Pemberian antiemetik pada anak dan remaja dapat menimbulkan kejang akibat
rangsangan ekstrapiramidal.
B. KONSEP DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian primer
4

1) Airway: pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi


jalan nafas karena dahak lender pada hidung atau pada yang lain.
2) Breathing: adanya dispneu kaji pola pernafasan yang tidak teratur, kedalaman
nafas, frekuensi pernafasan, ekspansi paru, pengembangan dada.
3) Circulation: meliputi pengkajian volume darah dan cardiac out put serta
perdarahan. Pengkajian ini meliputi tangkat kesadaran, warna, kulit, nadi, dan
adanya perdarahan.
4) Disability: tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil
5) Exposure: penderita harus dibuka seluruh pakaiannya
6) Five intervensi: meliputi: hasil laboratorium, terapi medis, kateter urin,
saturasi O2, dan adanya NGT
7) Give Comfort: pada penilaian ini yang dinilai adalah keadaan nyeri.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN/POTENSIAL KOMPLIKASI
1) Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan usus.
2) Kurang volume cairan b.d kehilangan cairan aktif akibat diare dan muntah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrisi tak adekuat
akibat mual dan anoreksia.
4) Risiko terhadap kurang volume cairan b.d pasase feses yang sering dan kurangnya
asupan cairan.
5) Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol.
6) Risiko kerusakan integritas kulit b.d pasase feses yang sering dan encer.
7) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d efek dehidrasi akibat diare.
8) Kurang pengetahuan tentang pencegahan penularan b.d informasi yang tak adekuat.
9) Nyeri akut b.d terangsangnya reseptor nyeri akibat peningkatan peristaltik.
10) PK : Asidosis Metabolik.
3.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
No

Diagnosa keperawatan

Defisit volume cairan


b/d kehilangan cairan
aktif

Definisi : Penurunan
cairan intravaskuler,
interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi,

Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food
and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Mempertahankan
urine
output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal,
HT normal

Intervensi

NIC :
Fluid management
Timbang
popok/pembalut jika
diperlukan
Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
Monitor
status
hidrasi ( kelembaban
membran mukosa,
nadi
adekuat,
5

kehilangan cairan
dengan pengeluaran
sodium

Batasan Karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan turgor
kulit/lidah
- Membran
mukosa/kulit kering
- Peningkatan denyut
nadi, penurunan
tekanan darah,
penurunan
volume/tekanan nadi
- Pengisian vena
menurun
- Perubahan status
mental
- Konsentrasi urine
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme
pengaturan

Tekanan darah, nadi, suhu


tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit
baik,
membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

tekanan
darah
ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor vital sign
Monitor
masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
Kolaborasikan
pemberian
cairan
intravena IV
Monitor
status
nutrisi
Dorong
masukan
oral
Berikan penggantian
nesogatrik
sesuai
output
Dorong
keluarga
untuk
membantu
pasien makan
Tawarkan snack ( jus
buah, buah segar )
Kolaborasi
dokter
jika tanda cairan
berlebih
muncul
meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan
untuk
tranfusi

Hypovolemia
Management
Monitor status cairan
termasuk intake dan
ourput cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor
responpasien
terhadap
penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk
6

Risiko kerusakan
integritas kulit b/d
ekskresi/BAB sering

Definisi : Perubahan
pada epidermis dan
dermis

Batasan karakteristik :
-

Gangguan pada
bagian tubuh
- Kerusakan lapisa
kulit (dermis)
- Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)
Faktor yang
berhubungan :
Eksternal :
-

Hipertermia atau
hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban udara
Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
Immobilitas fisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit
Obat-obatan

menambah
intake
oral
Pemberian cairan Iv
monitor
adanya
tanda dan gejala
kelebihanvolume
cairan
Monitor
adanya
tanda gagal ginjal
NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure
and Mucous Membranes
Management
Kriteria Hasil :
Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan
(sensasi,
elastisitas,
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan
pemahaman
dalam
proses perbaikan kulit
dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

Anjurkan
pasien
untuk menggunakan
pakaian
yang
longgar
Hindari
kerutan
padaa tempat tidur
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Mobilisasi
pasien
(ubah posisi pasien)
setiap dua jam sekali
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
Oleskan lotion atau
minyak/baby
oil
pada derah yang
tertekan
Monitor
aktivitas
dan
mobilisasi
pasien
Monitor
status
nutrisi pasien
Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat

Internal :
-

Perubahan status
metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
Perubahan status
cairan
Perubahan
pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d
penurunan intake
makanan

Definisi : Intake nutrisi


tidak cukup untuk
keperluan metabolisme
tubuh.

Batasan karakteristik :
-

Berat badan 20
% atau lebih di bawah
ideal
Dilaporkan
adanya intake
makanan yang kurang
dari RDA
(Recomended Daily
Allowance)
Membran
mukosa dan

NOC :

Nutrition Management

Nutritional Status :
Nutritional Status : food
and Fluid Intake
Nutritional Status :
nutrient Intake
Weight control
Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan berat


badan sesuai dengan
tujuan
Beratbadan ideal sesuai
dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda tanda
malnutrisi
Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti

Kaji adanya alergi


makanan
Kolaborasi dengan
ahli
gizi
untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.
Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
Anjurkan
pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
Berikan
substansi
gula
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
Berikan
makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
8

konjungtiva pucat
Kelemahan otot
yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi
pada rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
makanan
Dilaporkan atau
fakta adanya
kekurangan makanan
Dilaporkan
adanya perubahan
sensasi rasa
Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
Keengganan untuk
makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
Kurang berminat
terhadap makanan
Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
Diare dan atau
steatorrhea
Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau

Ajarkan
pasien
bagaimana membuat
catatan
makanan
harian.
Monitor
jumlah
nutrisi
dan
kandungan kalori
Berikan
informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Kaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam
batas normal
Monitor
adanya
penurunan
berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah
aktivitas
yang biasa dilakukan
Monitor
interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb, dan
9

mencerna makanan atau


mengabsorpsi zat-zat
gizi berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.

Cemas b/d perubahan


status kesehatan

Definisi :
Perasaan gelisah yang
tak
jelas
dari
ketidaknyamanan atau
ketakutan yang disertai
respon autonom (sumner
tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu);
perasaan
keprihatinan
disebabkan
dari
antisipasi
terhadap
bahaya.
Sinyal
ini
merupakan peringatan
adanya ancaman yang
akan
datang
dan
memungkinkan individu
untuk
mengambil
langkah
untuk
menyetujui
terhadap

kadar Ht
Monitor
makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik
papila
lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

NOC :

NIC :
Anxiety Reduction
Anxiety control
(penuruna
Coping
n
kecemasan
Impulse control
)
Kriteria Hasil :
Gunakan pendekatan
Klien mampu
yang menenangkan
mengidentifikasi dan
Nyatakan
dengan
mengungkapkan gejala
jelas
harapan
cemas
terhadap
pelaku
Mengidentifikasi,
pasien
mengungkapkan dan
Jelaskan
semua
menunjukkan tehnik untuk
prosedur dan apa
mengontol cemas
yang
dirasakan
Vital sign dalam batas
selama prosedur
normal
Pahami
prespektif
Postur tubuh, ekspresi
pasien
terhdap
wajah, bahasa tubuh dan
situasi stres
tingkat aktivitas
Temani pasien untuk
menunjukkan
memberikan
berkurangnya kecemasan
keamanan
dan
mengurangi takut
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
10

tindakan

Ditandai dengan

Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas

Dorong
keluarga
untuk
menemani
anak
Lakukan back / neck
rub
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu
pasien
mengenal
situasi
yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan diatas adalah ;
1) Melaporkan pola defikasi normal.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan :
a. Mengkonsumsi cairan peroral dengan adekuat.
b. Melaporkan tidak adanya keletihan dan kelemahan otot.
c. Memperlihatkan membran mukosa lembab dan turgor normal.
d. Mengalami keseimbangan masukan dan haluaran.
e. Mengalami berat jenis urine normal.
3) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
4) Mengalami penurunan tingkat ansietas.
5) Mempertahan integritas kulit :
a. Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defikasi.
b. Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit.
6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh (tidak terjadi hipertermia)
7) Melaporkan nyeri yang terkontrol
8) Menunjukkan tindakan yang mendukung pencegahan penularan.
9) Tidak mengalami komplikasi :
a. Elektolit tetap dalam batas normal.
b. Tanda vital stabil.
11

c. Tidak ada pernapasan kussmaul.

DAFTAR PUSTAKA

Nanda. (2015-2017). Panduan Diagnosa Keperawatan. EGC.


Mansjoer Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Media Ausculapius:Jakarta.

Harnawatiaj. (2008). Format Dokumentasi Keperawatan (http://harnawatiaj.wordpress.com//)


Potter & Perry. (2007). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC
Suriadi, S.Kp, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. CV. Sagung Seto: Jakarta

12

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta: EGC.
Harnawatiaj. (2008). Format Dokumentasi Keperawatan (http://harnawatiaj.wordpress.com//)
Nanda. (2015-2017). Panduan Diagnosa Keperawatan. EGC.
Potter & Perry. (2007). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1.
Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. (2007). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6 vol 2. Jakarta: EGC
Wanhari,

M.A.

(2008).

Asuhan

Keperawatan

Stroke

(http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/stroke.html) di akses 25 November 2015.


Winarni,

S.

(2008).

Karya

Tulis

Ilmiah

Stroke

(http://etd.eprints.ums.ac.id/2926/1/J200050072.pdf, di akses 25 November 2010.

13

Вам также может понравиться