Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FISIOLOGI TANAMAN
Dosen Pembimbing :
Ir. Winarso D. Widodo, MS, PhD
Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si
Asisten Dosen :
Jumiatun, SP
Kiki Rizki A., SP
Disusun oleh :
Kelompok 5 P1
Aghnia Fauziani
J3G214054
Farhan Mahardika
J3G214056
Aina Aitunisya
J3G214059
Ni Wayan Shinta H.
J3G214062
J3G214065
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan akhir tentang Pengantar Fisiologi
Tanaman. Kami berharap semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen
Mata Kuliah Pengantar Fisiologi Tanaman guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
LAJU TRANSPIRASI...........................................................................................1
OSMOSIS..............................................................................................................17
TRANSPORT XYLEM.........................................................................................29
UJI KEMASAKAN BUAH (PERAN ETILEN)...................................................53
INISIASI PEMBENTUKAN AKAR....................................................................75
LAJU FOTOSINTESIS PADA BERBAGAI PANJANG GELOMBANG
CAHAYA...............................................................................................................93
NUTRISI TANAMAN..........................................................................................105
KURVA SIGMOID................................................................................................119
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
Tanaman krisan..........................................................................................30
Tanaman sedap malam...............................................................................31
Sistem jaringan pembuluh.........................................................................32
Hasil pengamatan panjang akar tanpa perlakuan rootone dengan
media oasis (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang..................79
5. Hasil pengamatan panjang akar perlakuan rootone dengan
media oasis (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang..................79
6. Hasil pengamatan panjang akar tanpa perlakuan rootone dengan
media arang sekam (a) pucuk, (b) batang tengah,
(c) pangkal batang.....................................................................................80
7. Hasil pengamatan panjang akar perlakuan rootone
dengan media arang sekam (a) pucuk, (b) batang tengah,
(c) pangkal batang.....................................................................................80
8. Hasil pengamatan jumlah akar tanpa perlakuan rootone
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
(b) 3MST............................................................................................90
11. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman Coleus
Tanpa perlakuan rootone dengan media arang sekam
(a) 0MST, (b) 3MST............................................................................91
12. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman Coleus
perlakuan rootone dengan media arang sekam (a) 0MST,
(b) 3MST............................................................................................91
13. Perlakuan daun yang ditutupi plastik mika bening,
biru, dan merah ...................................................................................102
14. Perlakuan daun yang ditutupi kertas manila hitam..............................103
15. Pada berbagai perlakuan kankung di kultur air...................................118
16. Umur tanaman jagung 1 MST.............................................................130
17. Umur tanaman jagung 2 MST.............................................................130
18. Umur tanaman jagung 3 MST ............................................................130
19. Umur tanaman jagung 4 MST ............................................................130
20. Umur tanaman jagung 5 MST.............................................................131
21. Umur tanaman jagung 6 MST.............................................................131
22. Umur tanaman jagung 7 MST.............................................................131
23. Umur tanaman jagung 8MST..............................................................131
LAJU TRANSPIRASI
PENDAHULUAN
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang
penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di
luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air
ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari
akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar.
Transpirasi dapat dikatakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan Tumbuhan melalui stomata. Transpirasi berlangsung melalui bagian
tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori pori daun yakni
melalui stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Selain
itu juga transpirasi terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun, batang,
cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi
ditentukan oleh faktor-faktor yang mampu merubah wujud air sebagai cairan ke
wujud air sebagai uap atau gas dan faktor-faktor yang mampu menyebabkan
pergerakan uap atau gas.
Ada dua tipe transpirasi, yaitu (1) transpirasi kutikula adalah evaporasi air yang
terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis; dan (2) transpirasi stomata, yang
dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomata. Kutikula daun secara
relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula
hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang melalui daun-daun (Loveless 1991).
Transpirasi menguntungkan tanaman, transpirasi dikatakan menguntungkan
bagi tanaman untuk beberapa alasan yaitu dapat menumbuhkan tanaman penghisapan
dan pengangkutan serta meningkatkan hormon, mempengaruhi tanaman difusi secara
langsung tidak langsung memperlancar difusi sel, mempengaruhi absorbsi air dan
mineral oleh akar, berperan penting dalam transportasi zat hara dari suatu bagian
tanaman kebagian tanamn lainya, mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air,
memepertahankan kesetabilan suhu daun, dan berkaitran dengfan membuka dan
menutupnya stomata yang secara tidak langsung tidak mempengaruhi teranspirasi dan
respirasi (Lakitan 2007 ).
Pada tanaman darat umumnya stomata terdapat pada permukaan daun bagian
bawah, sementara pada tanaman air stomata terdapat pada permukaan atas daun.
Semakin banyak jumlah stomata maka proses transpirasi dapat berlangsung lebih
cepat. Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval memiliki hubungan dengan
intensitas pengeluaran air. Juga yang jarak antar stomata satu dengan yang lain dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa
cairan dan uap atau gas. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam tanaman
sendiri misalnya jumlah daun, tebal tipisnya daun, besar kecilnya daun, berlapiskan
lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, luas
daun, dan jumlah stomata. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
mempengaruhi laju transpirasi tanaman yang berasal dari luar atau lingkungan seperti
suhu, cahaya, kelembaban, dan angin (Lakitan 1993).
Teori kehilangan air melalui traspirasi ini disebut juga teori tegangan adhesi dan
kohesi. Pada sebagian besar tumbuhan, transpirasi umumnya sangat rendah pada
malam hari. Transpirasi mulai menaik beberapa menit setelah matahari terbit dan
mencapai puncaknya pada siang hari. Transpirasi berhubungan langsung dengan
intensitas cahaya. Peristiwa transpirasi biasanya berhubungan dengan kehilangan air
dalam melalui stomata, kutikula, dan lentisel. Banyak air yang harus hilang melalui
transpirasi untuk membesarkan tumbuhan karena rangka molekul semua bahan
organik pada tumbuhan terdiri dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer.
Karbon masuk ke dalam tubuh sebagai karbon dioksida melaui pori stomata, yang
paling banyak terdapat pada permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori
yang sama saat stomata terbuka (Dwijoseputro 1989).
Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil
karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis. Lebih dari 20 % air yang diambil
oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air (Siregar 2003).Proses keluarnya atau
hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas ke udara disekitar tumbuhan
dinamakan transpirasi. Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air
dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan
air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi
porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui
stomata. Transpirasi adalah proses evaporasi pada tumbuhan. Transpirasi terjadi
dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya sedikit), pada umumnya kehilangan air
terbesar berlangsung melalui daun-daun (Loveless 1991).
Menurut Lestari (2006) menyatakan bahwa proses transpirasi dipengaruhi
banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor internal yang mempengaruhi
proses transpirasi antara lain: Penutupan stomata, dengan terbukanya stomata lebih
lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit
untuk masing-masing satuan penambahan pelebaran stomata Banyak faktor yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang paling berpengaruh adalah
tingkat cahaya dan kelembaban. Pada sebagian besar tanaman, cahaya menyebabkan
stomata membuka. Jumlah dan ukuran stomata, kebanyakan daun tanaman yang
produktif mempunyai banyak stomata pada kedua sisi daunnya. Jumlah daun, makin
luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi. Penggulungan atau pelipatan daun,
banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan
pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas. Kedalaman dan proliferasi akar,
perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan proliferasi akar
meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi
pelayuan tanaman.
Menurut Lestari (2006) beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses
transpirasi antara lain: Kelembaban, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang
udara yang kering melancarkan transpirasi. Temperatur, pengaruh temperatur terhadap
transpirasi daun. Sinar matahari, menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat
transpirasi. Angin, angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Kandungan air tanah, laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air di akar. Pengaruh cahaya,
Transpirasi berhubungan langsung dengan intensitas cahaya. Semakin besar intensitas
cahaya semakin tinggi laju transpirasi.
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat dalam
penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi dengan
ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam
ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala stomata terbuka,
lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui stomata dibandingkan
dengan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan demikian tumbuhan tersebut
akan kehilangan air (Lakitan 1993).
Menurut Dwijoseputro (1989) menyatakan bahwa meskipun tumbuhan
kehilangan air, namun transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena dapat
menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang,
membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar, mengurangi air yang terserap
berlebihan, mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun, dan mengatur
fotosintesis dengan membuka menutupnya stomata.
Transpirasi juga berperan dalam pertukaran energi. Transpirasi merupakan
proses pendinginan, bila tidak terjadi transpirasi maka daun akan lebih panas
beberapa derajat lebih panas. Penguapan air merupakan proses pendinginan yang
kuat. Molekul air yang berkecepatan tinggi menguap dan ketika meninggalkan zat
cair, kecepatan molekul yang tertinggal menjadi lebih kecil berarti zat cair tersebut
lebih dingin (Salisbury dan Cleon 1995).
Mekanisme terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa lebar celah di antara
dua sel penutup stoma, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi membukamenutupnya stomata akan menentukan banyaknya transpirasi. Keluarnya uap air dari
celah stoma merupakan proses difusi gas, karena tekanan uap di sebelah dalam celah
lebih tinggi daripada tekanan uap di udara luar daun. Karena tekanan uap di ruang
udara di dalam celah daun selalu berkurang oleh terjadinya difusi gas keluar, maka
terjadinya penguapan air di dinding sel parenkim mesofil daun yang berbatasan
dengan ruang udara. Selanjutnya proses ini akan menarik air dari sel sebelah dalam
dan seterusnya (Lestari 2006).
Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap
cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup
sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam
membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan
senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata
segera menutup. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan
cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata (Loveless 1991).
Yang dibutuhkan pada proses absorbsi dan transpirasi. Pengaruh cahaya
diyakini mempunyai pengaruh tak lansung melalui penurunan konsentrasi CO 2 oleh
fotosintesis. Tapi baru baru ini, sejumlah kajian memperlihatkan bahwa cahaya
memiliki pengaruh kuat terhadap stomata, lepas dari peranannya dalam fotosintesis.
Diduga, cahaya bekerja di sel mesofil, yang lalu mengirim pesan pada sel penjaga.
Atau, penerima cahaya terdapat di sel penjaga itu sendiri.
Pada tingkat cahaya yang tinggi, stomata tanaman memberikan respons
terhadap konsentrasi CO2 antar sel yang rendah. Stomata memberikan respons
terhadap cahaya bahkan juga stomata pada daun yang fotosintesisnya diturunkan
sampai nol dengan pemberian zat penghambat (sianazin). Sharkey dan Raschke
bersimpulan, pada cahaya rendah konsentrasi CO 2 antar sel dapat menjadi factor
pengendali yang utama pada tingkat cahaya tinggi, respons langsung terhadap cahaya
dapat melebihi kebutuhan CO2 untuk fotosintesis dan menyebabkan peningkatan
konsentrasi CO2 antar sel. Naiknya konsentrasi CO2 antar sel dapat diamati saat
cahaya ditingkatkan (karena stomata membuka), yang ternyata berlawanan sekali
dengan yang diperkirakan jika stomata memberikan respons terhadap cahaya hanya
melalui efek fotosintetik dari konsentrasi CO2 (Salisbury dan Ross 1995).
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Praktikum
Laboratorium CA BIO 1, hari Selasa, 8 Oktober 2015 pukul 08.00 wib s.d
selesai
Metode Kerja
Laju Tranpirasi
Siapkan alat dan bahan.
Memotong ranting tanaman dari
dua tanaman yang berbeda.
Pengamatan Stomat
b. Menghitung jumlah
stomata dari satu sudut
pandang sama dari setiap
orang pada bagian atas dan
bawah.
dan nilai
= 3,14
Nama tanaman
Syzigium oleina
Coleus sp.
Gambar stomata
Jumlah
Bagian atas 66
Bagian bawah
180
Bougainvillea
spectabilis
Bagian atas 1
Excoecaria
cochinchinensis
10
Syzigium oleina
Kontrol
2.21
2.44
4.66
2.66
3.43
3.41
3.13
Coleus sp.
18.80
14.41
8.43
6.98
6.76
16.72
11.92
Syzigium oleina
Kontrol
Kelompok
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Syzigium oleina
di bawah sinar
matahari
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Coleus sp.
1
2
3
4
5
6
0'
6.0
6.0
6.2
6.0
6.0
6.0
6.07
6.0
6.0
6.2
6.0
6.0
6.0
6.03
6.0
6.0
6.6
6.0
6.6
6.0
60'
5.75
5.8
5.4
5.2
5.6
5.2
5.49
5,2
5,5
5,6
5,1
5,9
4,9
5,37
5.5
4.6
6.2
5.9
5.4
5.4
Rata-rata
6.2
5.75
5.5
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini digunakan bahan berupa tumbuhan Coleus dan pucuk merah
yang kokoh untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan
mengukur kecepatan absorpsi airnya. Berdasarkan tabel hasil pengamatan Laju
transpirasi, pada pengamatan yang pertama rata-rata coleus adalah 6.2, sedangkan
pucuk merah 6.03, dan kontrol 6.07. Pada pengamatan ke dua rata-rata coleus adalah
5.75, sedangkan pucuk merah 5.45, dan kontrol 5.75. Dan pada pengamatan ke tiga
rata-rata coleus adalah 5.5, sedangkan pucuk merah 5.37, dan kontrol 5.49.
Pada tabel Luas daun dapat kita ketahui rata rata pucuk merah pada perlakuan
dibawah sinar matahari adalah 2.74 sedangkan pucuk merah pada perlakuan kontrol
adalah 3.13, dan tanaman coleus adalah 11.92. Ini karena tidak adanya faktor
penghalang cahaya yang dapat menghambat radiasi surya (matahari) dimana cahaya
matahari sangat mempengaruhi laju transpirasi, hal ini sesuai dengan literatur
Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa cahaya yang banyak dapat
menyebabkan membuka dan menutupnya stomata sehingga akan memepercepat laju
transpirasi dan sebaliknya. Adapun lapisan lilin dapat menghambat laju transpirasi.
Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari maka cahaya merupakan
proses yang mempengaruhi penguapan. Penguapan yang banyak meningkatkan laju
transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (2007) yang menyatakan
peningkatan suhu yang berlebihan sangat mengganggu proses metabolisme tubuh.
Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan banyak energi dalam tahap
penguapan dari molekul-molekul air.
Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara bergerak melewati
petrmukaan daun yang kering. Hal ini sesui dengan literatur Lakitan (2007) yang
menyatakan bahwa angin dapat pula mempengaruhi laju transpirasi. Angin dapat
memacu laju transpirasi bila pada permukaan daun tersebut kering dalam kelembapan
nisbih yang rendah dari udara sekitar tumbuhan tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah stomata lebih banyak
terdapat pada d a u n h i j a u , b u k a n p a d a d a u n u n g u . B e r d a s a r k a n
p e n g a m a t a n j u g a , s t o m a t a terdapat lebih banyak pada bagian bawah daun
dibandingkan dengan bagian atas daun. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan tabel 4
jumlah stomata dapat kita ketahui bahwa pada tanaman bougenville bagian bawah
daun terdapat 180 stomata sedangkan bagian atas daun hanya terdapat 1 stomata.
Sedangkan pada praktikum ini tanaman pucuk merah hanya ditemukan pada bagian
atas daun yaitu terdapat 66 stomata. Dan pada tanaman coleus dan tanaman simpang
dara tidak ditemukan stomata pada ke dua bagian daun.
Hal tersebut disebabkan karena untuk menghindari transpirasi yang
ekstrimkarena sinar matahari dibagian atas daun, jadi jumlah stomata dibagian atas
daun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan stomata dibagia bawah
daun. Pada laju traspirasi, apabila tidak ditemukan ml peubah hal tersebut
disebabkan karena cahaya belum seluruhnya menyinari permukaan daun.
12
Berdasarkan percobaan, l a j u t r a n s p i r a s i d a u n u n g u l e b i h
c e p a t . P a d a h a l b e r b e d a d e n g a n t e o r i y a n g seharusnya laju transpirasi
daun hijau lebih cepat. Hal ini dapat disebabkan karena p r a k t i k a n k u r a n g t e l i t i
d a l a m m e n g a m a t i p e r u b a h a n y a n g t e r j a d i d a n t e r j a d i kesalahan dalam
pemberian minyak kelapa, yang terkena yaitu bagian tumbuhan.
Seperti proses lainnya, transpirasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi yaitu b e s a r k e c i l n y a d a u n , t e b a l t i p i s n y a d a u n , a d a
t i d a k n y a l a p i s a n l i l i n p a d a d a u n , banyak sedikitnya bulu dipermukaan daun,
banyak sedikitnya stomata dan bentuk serta lokasi stomata.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi y a i t u
sinar matahari, temperatur, kelembaban udara, angin, dan keadaan
a i r dalam tanah. (Ahmad 2009). Kehilangan air dari proses transpirasi terjadi
akibat difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun menuju udara
kering di luar daun. Air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil
bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang tersebut, air berdifusi
melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari dinding sek basah ini diisi air dan
protoplas.
Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya biasanya diperoleh dari gerakan
air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari
system pembuluh yang meluas ke tempat persediaan airdalam tanah. Pergerakan air
yang terjadi yaitu pergerakan dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan
dari tanah ke akar (Dwijoseputro 1980).
Data Kelompok
Hasil dari kelompok 5 pada tabel Laju transpirasi, pengamatan pertama dapat
kita ketahui rata-rata tanaman coleus adalah 6.6, sedangkan pucuk merah 6.0, dan
kontrol 6.0. Pada pengamatan ke dua yaitu menit ke 30 rata-rata coleus adalah 5.6,
sedangkan pucuk merah 5.2, dan kontrol 5.8. Dan pada pengamatan ke tiga yaitu
menit ke 60 rata-rata coleus adalah 5.4, sedangkan pucuk merah 5.9, dan kontrol 5.6.
Hal ini dapat kita simpulkan bahwa tanaman coleus lebih cepat menyerap air
dibandingkan dengan tanaman pucuk merah meskipun perlakuannya sama. Tekanan
akar terjadi karena perbedaan kadar air pada air tanah dengan cairan pada xilem.
Sedangkan daya isap daun terjadi karena proses transpirasi atau penguapan pada
daun. Kecepatan pengangkutan air dan garam-garam mineral pada pembuluh xilem
tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: suhu, angina, intensitas cahaya,
dan kelembaban udara.
Pada selisih pengurangan air rata-rata pucuk merah pada perlakuan dibawah
sinar matahari adalah 0.4 sedangkan pucuk merah pada perlakuan kontrol adalah
0.35. Pucuk merah dengan perlakuan dibawah sinar matahari lebih banyak
kekurangan air karena faktor suhu yang berbeda dengan perlakuan kontrol. Karena
jika suhu udara meningkat, maka air akan menguap lebih cepat, sehingga penguapan
yang terjadi pada sel-sel mesofil daun juga lebih cepat. hal ini mempercepat
pengangkutan karena daya isap daun bertambah.
Pada tabel Luas daun dapat kita ketahui rata rata pucuk merah pada
perlakuan dibawah sinar matahari adalah 3.41 sedangkan pucuk merah pada
perlakuan kontrol adalah 3.41, dan tanaman coleus adalah 16.72. Luas daun tidak
mengalami perubahan pada pucuk merah dengan perlakuan yang berbeda, hal ini
membuktikan bahwa pada praktikum ini luas daun tidak dipengaruhi oleh suhu dan
intensitas matahari.
Sedangkan pada tabel Jumlah stomata kelompok 5 hanya mendapatkan 1
stomata bagian atas daun pada tanaman bougenville.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada beberapa percobaan yang telah
dilakukan dapat terjadi karena beberapa hal, seperti adanya faktor-faktor luar yang
dapat mempengaruhi laju transpirasi, dan waktu yang digunakan kurang tepat. Seperti
pada perlakuan cahaya, laju transpirasi yang diperoleh tidak begitu tinggi karena pada
ruangan praktikum terdapat penyejuk udara yang dinyalakan, baik yang berada di
ruangan, maupun yang digunakan oleh kelompok lain, sehingga dapat mempengaruhi
laju transpirasi tanaman yang sedang diujicobakan Hal sebaliknya terjadi pada
percobaan dengan perlakuan di bawah sinar matahari, dimana tanaman yang
diujicobakan mendapatkan efek cahaya matahari mendapatkan cahaya yang berbeda
pada setiap kelompoknya, sehingga hasil dari semua kelompok berbeda.
14
SARAN
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknya
praktikan teliti pada saat melakukan penimbangan agar didapatkan hasil yang
akurat.
Sebaiknya pihak yang bertanggung jawab segera memperbaharui alat-alat lab
yang sering digunakan oleh praktikan, sehingga kegiatan praktikum berjalan
lebih efektif dan mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Asih R. 2014. Laporan praktikum fisiologi tumbuhan, luas daun, absorbsi dan
transpirasi [Internet]. 22.00 [diunduh 2015 Nov 20]. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/9732973/pengaruh_hubungan_stomata_dengan_
kecepatan_transpirasi.
Dwijuli E. 2010. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Laju Transpirasi [Internet].
19.00
[diunduh
2015
Nov
21].
Tersedia
pada:
https://www.academia.edu/9506580/5._LAPORAN_PRAKTIKUM_transpir
asi.
Mega S. 2014. Laporan praktikum
anatomi dan fisiologi tumbuhan
TRANSPIRASI[Internet]. 23.00 [diunduh pada 2015 Nov 23]. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/6912398/Laporan_Transpirasi.
Metty A. 2014. Laporan praktikum fisiologi tumbuhan [Internet]. 21.00 [diunduh
2015
Nov
20].
Tersedia
pada:
https://www.academia.edu/9985003/Fistum_Transpirasi.
Tian ER. 2010. laporan Pengaruh faktor lingkungan terhadap laju transpirasi.
[Internet]. 19.30 [diunduh 2015 Nov 20]. Tersedia pada:
http://leli.tianr08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/laporan-pengaruh-faktorlingkungan-terhadap-laju-transpirasi/.
Widiastuti NF. 2011. Laporan biologi laju transpirasi [Internet]. 18.00 [diunduh 2015
Nov 23]. Tersedia pada: http://www.scribd.com/doc/48485621/LAPORANBIOLOGI-LAJU-TRANSPIRASI#scribd.
16
LAMPIRAN
OSMOSIS
PENDAHULUAN
Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput semipermiabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran
semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu
fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan
pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi
yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya
pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi
yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat
koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan
bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Jika dalam suatu bejana yang dipisahkan oleh selaput semi permiabel
ditempatkan dua larutan glukosa yang terdiri atas air sebagai pelarut dan glukosa
sebagai zat terlarut dengan konsentrasi yang berbeda dan dipisahkan oleh selaput
selektif permeabel, maka air dari larutan yang berkonsentrasi rendah akan bergerak
atau berpindah menuju larutan glukosa yang konsentrasinya tinggi melalui selaput
permeabel.
Jadi, pergerakan air berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi
menuju kelarutan yang konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permiabel.
Larutan vang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di
dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis, sedangkan larutan yang
konsentrasinya sama dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan
yang terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam
sel dikatakan sebagai larutan hipotonis.
Apabila sel darah merah dan sel hewan ditempatkan dalam suatu tabung yang
berisi larutan dengan sifat larutan yang berbeda-beda. Pada larutan isotonis, sel
tumbuhan dan sel darah merah akan tetap normal bentuknya.
Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dari ukuran
normalnya dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras.
Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan atau sel darah merah dimasukkan
dalam larutan hipotonis, sel darah merah akan mengembang dan kemudian pecah atau
lisis, hal ini terjadi karena sel hewan tidak memiliki dinding sel.
Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan
mengalami plasmolisis (lepasnya membran sel dari dinding sel), sedangkan sel hewan
18
atau sel darah merah dalam larutan hipertonis menyebabkan sel hewan atau sel darah
merah mengalami krenasi sehingga sel menjadi keriput karena kehilangan air.
Tujuan dari praktikum osmosis adalah untuk mempelajari peristiwa osmosis
yang terjadi pada sel dan untuk mempelajari pengaruh osmosis terhadap perubahan
volume
TINJAUAN PUSTAKA
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang
memiliki umbi batang yang dapat dimakan. Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama
kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini. Tanaman kentang
asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak
ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu)
semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran
tinggi.
Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan
diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih. Kentang merupakan
tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang
berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau
ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan
keadaan lingkungan.
Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna
batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa
berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat
dan mudah roboh. Di Indonesia, tanaman kentang di usahakan di daerah yang
memiliki ketinggian 500 m 3.000 m di atas permukaan laut, dan pada ketinggian
optimum antara 1.000 m 2.000 m di atas permukaan laut (Soelarso 1997).
Pertumbuhan tanaman kentang sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan dengan suhu rendah, yaitu 15 sampai
20 C, cukup sinar matahari, dan kelembaban udara 80 sampai 90 % (Sunarjono
1975).
Bawang merah (Allium cepa L. var Aggregatum) Memiliki batang sejati yang
berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata
tunas (titik tumbuh), diatas diskus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepahpelepah daun dan batang semu yang berada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi
menjadi umbi lapis. Bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50
70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, bewarna hijau muda sampai tua, dan
letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek.
Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar,
pada kedalaman antara 15 30 cm di dalam tanah. Tangkai bunga keluar dari ujung
tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30 90 cm, dan di ujungnya terdapat
50 200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung.
Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6
benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah
20
METODOLOGI KERJA
Metode Kerja
Pengamatan perubahan bentuk sel
22
Setelah penghitungan
perubahan volume
kentang tersebut. Segera
hilangkan air dari
permukaan potongan
kentang dengan tisu.
Selanjutnya potongan
yang telah diketahui
volume awalnya,
direndam dalam larutan
gula 3%
Catat hasil
pengamatan.
HASIL
Hasil Perubahan volume awal dan volume akhir kentang dan Perubahan ukuran
kentang karena pengaruh pemberian gula dengan konsentrasi 3%.
Volume (ml)
0.9
1.3
1.3
1.0
1.0
1.1
3
Volume Kentang ( cm
Awal
1x0.9x0.6 = 0.54
1x0.7x0.7 = 0.49
0.9x0.6x0.6 = 0.32
51x0.8x0.5 = 0.40
1x0.9x0.5 = 0.45
0.441
Volume (
Akhir
0.60
0.72
0.50
0.70
0.60
0.62
cm 3 )
0.06
0.23
0.18
0.30
0.15
0.18
Tabel 3 Data kelas Perubahan volume awal dan volume akhir kentang kelompok 5
24
Nomor Sampel
1
2
3
4
5
6
Rata-rata
Volume (ml)
1.06
0.76
0.96
0.98
1.10
1.00
1.00
3
Volume Kentang ( cm )
Awal
1.0764
0.66
0.859
0.72
0.441
0.8134
0.761
Akhir
1.245
0.791
0.8194
0.914
0.62
0.814
0.867
3
Volume ( cm )
0.1562
0.13
0.188
0.18
0.124
0.129
Kelompok
26
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 yaitu perubahan volume awal dan volume akhir kentang
pada kelompok 5 dapat dilihat bahwa dari ke enam sampel kentang yang di uji
mengalami penambahan volume akhir, rata-rata volume awal kentang sebesar 5 ml
kemudian setelah diberi larutan gula dengan konsentrasi 3% dan di inkubasikan
selama 1-1.5 jam kentang yang di uji tersebut mengalami penambahan pada volume
akhir dengan rata-rata sebesar 6.1 ml dengan selisih volume awal dan volume akhir
sebesar 1.1 ml. Sama halnya pada tabel 3 yaitu perubahan volume awal dan volume
akhir yang menggunakan data kelas, pada tabel tersebut dapat dilihat pada volume
awal kentang memiliki rata-rata sebesar 5 ml kemudian kentang yang di uji tersebut
mengalami penambahan pada volume akhir sebesar 6 ml dengan selisih antara
volume awal dan volume akhir adalah 1 ml. Pada tabel 2 yaitu perubahan ukuran
kentang yang di uji oleh kelompok 5 juga mengalami penambahan bobot akhir, dari
3
3
volume awal sebesar 0.441 cm
menjadi 0.62 cm
dengan selisih antara
volume awal dan volume akhir sebesar 0.18
cm
data kelas pada tabel 4 rata-rata dari semua kelompok terdapat 5 kelompok yang
mengalami penambahan volume akhir ukuran kentang. Rata-rata volume awal
3
kentang yang di uji oleh 6 kelompok sebesar 0.761 cm , rata-rata volume akhir
kentang tersebut sebesar 0.867
cm3
3
akhir kentang yang di uji oleh 6 kelompok sebesar 0.129 cm .
Pada tabel 1,2,3 dan 4 secara garis besar kentang yang di uji mengalami
penambahan ukuran kentang dan penambahan volume akhir, hal tersebut terjadi
H2O
karena
disekitar sel lebih banyak bila dibandingkan di dalam sel kentang
sehingga sel kentang berada dalam keadaan turgidisitas, yaitu suatu keadaan dimana
sel membesar dan mengalami pembengkakan, sehingga beratnya bertambah oleh air.
Peristiwa tersebut sesuai dengan tujuan dari praktikum osmosis yaitu mempelajari
pengaruh osmosis terhadap perubahan volume akhir kentang karena proses osmosis
adalah perpindahan pelarut (air gula) melalui membran selektif permeabel dari
konsentrasi pelarut yang tinggi (hipotonik) menuju konsentrasi pelarut yang rendah
(hipotonik). Namun pada kelompok 3 berdasarkan tabel 4 kentang yang di uji tidak
mengalami penambahan ukuran kentang pada volume akhir, namun sebaliknya justru
3
volume akhir ukuran kentang tersebut mengalami penyusutan dari 0.859 cm
menjadi 0.8194
cm
-0.0396, kemungkinan hal tersebut terjadi karena sel berada pada larutan hipertonik
(larutan dengan konsentrasi terlarut tinggi) sehingga sel banyak kehilangan molekul
air.
Pada tabel 5 Terdapat perbedaan antara jaringan kulit bawang merah yang
diberi perlakuan penambahan gula dengan konsentrasi sebesar 3% dan jaringan kulit
bawang merah yang menggunakan air steril, perbedaannya ialah pada kulit bawang
merah yang diberi perlakuan penambahan gula dengan konsentrasi sebesar 3%
memiliki stomata yang terlihat lebih besar daripada stomata yang terdapat pada
jaringan kulit bawang merah yang menggunakan air steril. Hal tersebut terjadi pada
semua kelompok, stomata jaringan kulit bawang merah yang diberi perlakuan
menggunakan larutan gula dengan konsentrasi 3% mengalami pembesaran dan
pembengkakan sama halnya dengan pengujian pada kentang. Hal tersebut terjadi
H2O
karena
disekitar sel lebih banyak bila dibandingkan di dalam sel kentang
sehingga sel kentang berada dalam keadaan turgidisitas, yaitu suatu keadaan dimana
sel membesar dan mengalami pembengkakan, sehingga beratnya bertambah oleh air.
Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
30
TRANSPORT XYLEM
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Krisan (Chrysanthemum sp.)
32
berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam
Tanaman Sedap Malam (Polianthes tuberosa)
berurutan. Kuntum bunga bagian bawah akan mekar terlebih dahulu lalu menyusul
kuntum-kumtum bunga di atasnya secara berurutan, dan bunga Sedap Malam dikenal
memiliki kesegaran yang mampu bertahan lama. Meskipun telah dipotong bunga
yang menjadi flora Identitas provinsi Jawa Timur ini kesegarannya dapat bertahan
selama 5-10 hari.
34
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Praktikum
Laboratorium CA BIO 1, hari Selasa, 15 September 2015 pukul 08.00 wib s.d
selesai
Lakukan
pengamatan
hingga layu
dan catat
Masukan
potongan
bunga krisan
20 cm dan
Kemudian
masukan gula
ke dalam gelas
plastik yang
Amati perubahan
selama seminggu
dengan 5 kali
pengamatan
Pengamatan
awal
menghitung
jumlah bunga
36
Data hasil pengamatan kemekaran bunga Krisan (Chrysanthemum sp.) dan bunga
Sedap malam (Polianthes tuberosa) pada berbagai perlakuan di setiap kelompok
sebagai berikut
Tabel Pengamatan Chrysantemum sp. Tanggal 23 September 2015
Hari 1
Kelompok
1
2
3
4
5
6
Mekar
Perlakuan
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
0%
25%
50%
75%
100%
160
90
0
238
102
93
25
35
37
84
86
79
0
0
0
99
70
82
28
20
14
7
56
86
3
2
6
37
41
31
45
40
54
36
30
32
27
16
23
11
70
55
4
0
1
39
33
28
45
0
0
22
20
32
10
23
26
6
8
45
3
0
0
37
34
37
45
0
0
20
19
28
10
11
18
0
0
0
3
0
3
36
40
46
0
0
0
9
13
12
Tingkat kelayuan
(%)
0
0
1
0
0
0
11
9
5
4.7
2.9
5.8
0
0
0
-
Kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Tingkat kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
0%
71
0
62
119
107
104
28
27
35
85
85
81
25
34
36
98
89
80
25%
37
15
46
9
48
49
0
1
3
42
39
43
3
1
0
36
35
40
50%
38
21
48
14
44
51
2
1
4
36
46
34
2
2
8
34
40
37
75%
28
21
35
10
8
37
4
0
2
31
41
40
2
0
0
35
22
30
100%
43
9
46
10
29
38
1
0
0
34
39
36
0
0
2
20
30
25
2
4
7
0.3
2.9
1.8
15
13
11
4.3
4.7
5.9
7
3
6
-
38
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Tingkat kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
0%
150
27
95
108
93
90
24
27
33
83
87
78
25
34
36
108
93
90
25%
53
0
60
36
32
54
0
1
2
44
40
37
3
1
6
36
32
54
50%
47
9
74
44
42
40
1
0
3
37
43
36
2
2
8
44
42
40
75%
35
10
60
30
31
40
4
1
0
35
39
42
2
0
0
30
31
40
100%
30
30
45
34
38
45
0
0
2
33
44
38
0
0
2
34
38
45
1
15
8
1.5
4.6
2.6
13
34
18
4.3
7.1
6.9
0
0
0
-
Perlakuan
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
0%
69
0
45
97
78
86
22
23
5
88
83
85
25
37
36
97
78
86
25%
36
6
46
54
52
56
0
0
0
33
37
35
5
3
0
54
52
56
Mekar
50% 75%
35
27
3
5
45
32
26
44
45
32
42
38
2
2
0
1
1
0
34
38
38
40
34
47
2
3
2
2
7
1
20
44
45
32
43
38
100%
32
0
48
31
27
39
0
0
0
20
13
36
0
2
1
31
27
39
Ttingkat kelayuan
(%)
2,1
16.4
10.5
1.91
5
2.9
10
11
9
4.2
10.4
7.2
0
21
35
-
40
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Tingkat kelayuan
(%)
Mekar
Perlakuan
0%
69
0
45
82
60
38
10
21
2
91
88
89
0
0
7
86
60
38
25%
36
6
46
63
68
78
0
0
0
38
34
35
0
0
2
63
68
78
50%
35
3
45
36
46
59
0
0
3
30
32
39
0
1
2
36
46
59
75%
27
5
32
41
33
49
2
1
0
35
36
38
3
0
1
41
33
49
100%
32
0
48
30
31
45
3
0
0
33
35
30
0
2
1
30
31
43
5.8
18.2
11.7
2.3
6.71
6.6
13
14
12
3.5
10.2
11.2
0
0
0
-
Perlakuan
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Tingkat kelayuan
(%)
Mekar
0%
30
29
30
39
44
44
25
35
37
32
38
40
120
90
90
25
14
20
25%
2
3
5
0
5
1
3
2
6
8
3
1
33
42
31
0
0
1
50%
8
7
0
0
0
0
4
0
1
2
1
2
34
50
55
1
0
1
75%
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
3
0
29
30
56
1
1
1
100%
0
0
0
0
0
0
3
0
3
0
0
1
29
33
22
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
4
9.5
0
6.8
0
0
0
-
42
Perlakuan
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
0%
16
11
28
36
42
43
28
27
35
30
37
38
90
75
80
30
20
35
25%
14
24
9
2
5
3
0
1
3
8
2
4
32
35
32
1
0
0
Mekar
50%
7
7
9
1
2
0
2
1
4
2
1
2
28
25
28
2
1
1
75%
6
4
4
0
0
0
4
0
2
2
3
0
31
26
26
2
2
1
100%
6
4
6
0
0
0
1
0
0
0
0
1
26
21
22
0
0
0
4
14,7
2,8
0
0
0
5
24
4
9.5
14.2
15.9
23
17
7
-
Hari 3
Kelompok
1
Perlakuan
Mekar
50% 75%
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
1
4
0
1
3
0
2
2
2
2
2
1
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
0%
29
28
31
33
40
41
24
27
33
29
36
36
25%
4
1
1
6
9
2
0
1
2
7
2
3
Kontrol
221
35
32
30
25
30
219
222
33
40
41
37
31
6
9
2
30
33
1
1
3
35
29
6
0
0
22
28
0
0
0
18
20
2%
5%
kontrol
2%
5%
100%
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
6
16
4.7
0
0
2.2
15
37
34
26.8
35
34.8
44
Hari 4
Kelompok
1
Perlakuan
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
Kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
s%
kontrol
2%
5%
0%
21
9
11
30
39
39
22
23
5
29
33
35
82
196
194
30
39
39
25%
11
12
4
7
8
1
0
0
0
4
3
2
35
37
31
7
8
1
Mekar
50%
9
12
4
2
1
2
2
0
1
1
0
0
32
30
33
3
1
2
100%
4
12
6
0
0
1
0
0
0
0
1
4
25
22
28
0
1
0
7.5
18.2
4.7
0
2
4.5
22
69
74
63
87.5
69.7
30
18
20
-
Hari 5
Kelompok
1
Perlakuan
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
kontrol
2%
5%
0%
12
0
18
30
38
38
10
21
2
28
31
34
99
188
179
30
38
38
25%
12
6
6
4
7
1
0
0
0
2
3
1
40
42
31
4
7
1
Mekar
50%
1
6
6
4
2
1
0
0
3
1
0
0
31
56
55
4
3
1
100%
0
0
0
0
1
2
3
0
0
0
1
0
35
33
22
0
1
2
10.8
19.8
5.2
2.5
4
6.8
56
93
76
95
97.5
83.3
0
0
0
-
Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum transport xylem, data semua kelompok
menunjukan pada tanaman krisan yang diberi perlakuan dengan larutan gula 5% lebih
cepat layu dibandingkan dengan perlakuan larutan gula 2% dan kontrol. Pada
tanaman krisan yang diberi larutan gula sebesar 5% membuat pertumbuhan tanaman
tersebut lebih cepat menurun dengan hasil rata-rata dari data kelas 9.9%. Sedangkan
pada perlakuan larutan gula 2% dan kontrol didapat hasil rata-ratanya sebesar 8.6%
dan 5.7%. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan gula
sebesar 5% dalam praktikum transport xylem untuk tanaman krisan mempercepat
layu tanaman.
Hasil praktikum untuk tanaman sedap malam data semua kelompok sama hal
nya dengan tanaman krisan yang diberi larutan gula sebesar 5% lebih cepat layu.
Tanaman sedap malam yang diberi perlakuan 5% lebih cepat layu dibandingkan
dengan tanaman yang diberi perlakuan larutan gua 2% dan kontrol. Tanaman sedap
malam yang diberi perlakuan kontrol lebih tahan lama dan tidak mudah layu dengan
hasil rata-rata tingkat kelayuan tanaman yang didapat 20.5%. Hasil data tersebut
46
paling kecil dibandingkan dengan hasil data perlakuan yang lainnya. Pada larutan
gula 5% didapat hasil rata-rata tingkat kelayuannya sebesar 21.7%, dan perlakuan
dengan larutan gula 2% sebesar 20.7%. Hasil dari data bunga sedap malam pada
semua kelompok menunjukan sama hal nya dengan tanaman krisan bahwa perlakuan
dengan larutan gula 5% untuk tanaman sedap malam lebih cepat menurun. Dan hasil
tersebut menunjukan bahwa penggunaan larutan gula dalam praktikum transport
xylem pada tanaman sedap malam mempercepat kelayuan pada tanaman.
Berdasarkan hasil pembahasan yang didapat juga didukung dan dibantu oleh
beberapa hasil studi yang melakukan percobaan transport xylem. Studi tersebut
menjelaskan adanya peran Arabidopsis thaliana hexokinases.
SIMPULAN
SARAN
1. Dalam pelaksanaan penelitian siswa harus lebih teliti dan cermat, dan diperlukan
uji ulang terhadap hasil penelitian.
2..Kritik dan saran dari dosen dan asisten dosen serta pembaca sangat saya butuhkan
untuk kesempurnaan laporan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, I.G.K. 2010, Penilaian Status Unsur Hara pada Tumbuhan Menggunakan
Pendekatan Sukrosa. Widya Biolgi,
Dwijoseputro, W. 1984.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID) . Gramedia..
Feryanto, Indra. 2011. Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian
Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung. (JURNAL)
Iriawati. 2009. Jaringan Pembuluh [Internet]. 19.00 [diunduh 2015 Des 1]. Tersedia
pada: http://www.sith.itb.ac.id.
Lakitan, Benyamin. 2012. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID). Rajawali
Pers.
Sumadi,M. Aditya. 1989. Biologi Sel. Jakarta (ID). Graha Ilmu.
Tjitrosomo. 2011. Macam Macam Tipe Pembuluh Angkut Jenis jenis Pembuluh
Angkut [Internet]. 19.00 [diunduh 2015 Nov 21]. Tersedia pada: http://d5d.org
Winxp. 2010. Jaringan Pengangkut/Jaringan Pembuluh [Internet] 19.00 [diunduh
2015 Des 12]. Tersedia pada: http://file.upi.edu.
48
LAMPIRAN
Gambar bunga krisan dan sedap malam pada berbagai perlakuan.
Tamggal
Pemngamatan
(Persiapan
bahan)
22 September
2015
Gambar
23 September
2015
50
52
27 September
2015
krisan perlakuan 5%
54
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang (Musa sp) merupakan salah satu komoditas asli Asia Tenggara dan
termasuk jenis buah-buahan penting terutama di kawasan Filipina, Malaysia dan
Indonesia, baik ditinjau dari luas lahan maupun produksinya. Pisang berasal dari
kawasan Asia Tenggara yang penyebarannya meluas hingga ke seluruh belahan dunia
yang meliputi daerah tropik dan sub-tropik karena itu buah pisang merupakan salah
satu jenis buah yang memiliki peranan penting di dunia.
Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota
dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiahnya adalah Mangifera indica. Pohon mangga
termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus) termasuk
kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih
dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 1040 m.
Penanganan pasca panen pisang yang dilakukan oleh pedagang masih sangat
sederhana. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Nurhasanah (2006),
para pedagang pisang mengalami kesulitan untuk penanganan dengan cara yang lebih
baik karena kurangnya dana. Ditambahkan lagi, panjangnya rantai pemasaran pisang
dari petani sampai konsumen di beberapa pasar mengakibatkan semakin tingginya
resiko kerusakan pisang. Karena itu, metode pasca panen yang mudah, murah, tepat
guna dan efektif perlu diupayakan untuk mengurangi kerugian karena kehilangan
hasil dan mutu akan tetap terjaga sampai ke tangan konsumen. Berbagai upaya
dilakukan untuk menghambat proses pematangan dan mempertahankan kualitas buah.
Salah satunya adalah dengan pemberian bahan-bahan kimia secara eksogen.
Berdasarkan penelitian Anggreani (2005), Ethylene Block mampu
mempertahankan kondisi pisang Mas selama masa penyimpanan dengan menekan
perubahan susut bobot, PTT, pH dan kelunakan kulit buah. Penggunaan kemasan
plastik untuk penyimpanan buah-buahan merupakan salah satu upaya penyimpanan
untuk menciptakan sistem atmosfer termodifikasi, yaitu kondisi penyimpanan dimana
terjadi peningkatan konsentrasi CO2 dan penurunan O2 sampai batas tertentu.
Timbulnya udara termodifikasi dapat menguntungkan karena akan
menghambat pemasakan dan memperpanjang umur simpan buah seperti tomat dan
pisang (Pantastico et al. 1986). Keunggulan lain plastik sebagai bahan kemas adalah
mudah dibentuk, tidak mudah rusak, tahan kerutan dan harganya yang murah.
Meskipun permeabilitas plastik cukup baik, namun kurang cocok untuk digunakan
sebagai bahan kemas yang tertutup rapat.
56
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum penanaman kangkung dilaksanakan Laboratorium CA BIO 1,
pukul 08.00 wib s/d selesai, pada hari Selasa, 29 September 2015
Metode Kerja
58
Melakukan pengamatan
setiap hari dengan
menggunakan skor nilai
antara lain:
Skor kekerasan
1= Keras
2= Agak keras
3= Lunak
4= Sangat lembek/busuk
Warna Kulit
Rasa Buah
Keterangan:
P : Pisang
Perlakuan
Kontrol
Etilen 2cc
Etilen 5cc
Etilen Alami
Kontrol
Etilen 2cc
Etilen 5cc
Etilen Alami
Kontrol
Etilen 2cc
Etilen 5cc
Etilen Alami
Kontrol
Etilen 2cc
Etilen 5cc
Etilen Alami
1
2
P M P M
3 1 3 1
3 1 3 1
1 1 2 1
3 1 3 1
- - - - - - - - - 1 2 2 2
2 1 2 1
1 2 1 2
1 1 3 1
- - - - - - - - - - -
M : Mangga
PISANG
Hari Ke3
4
P M P M
3 2 3 2
3 1 3 2
3 1 4 2
3 1 3 1
- - - - - - - - - 3 2 3 3
3 1 3 2
3 3 3 4
3 1 4 2
- - - - - - - - - -
5
P
3
3
4
3
M
2
2
2
1
2
3
4
4
4
3
3
4
3
3
2
2
4
4
3
3
3
4
2
4
2
2
60
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
Perlakuan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Kelompok
2 3 4
3 2 1
3 2 1
3 2 1
3 2 1
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 2 1
2 2 1
2 2 1
2 2 1
2 1 1
2 0 1
2 0 1
2 0 1
5
3
3
1
3
2
2
2
2
1
2
1
1
0
0
0
0
6
1
1
1
1
2
2
2
2
0
0
0
0
2
0
0
0
Kelompok
2 3 4 5
Perlakuan
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
3
3
3
3
0
0
0
0
2
2
2
2
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
3
2
2
3
0
0
0
0
2
3
3
2
0
0
0
0
2
2
2
2
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
3
3
2
3
0
0
0
0
2
2
1
3
0
0
0
0
2
1
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kelompok
2 3 4 5
Perlakuan
62
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
3
3
3
3
0
0
0
0
2
2
2
2
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
3
4
4
3
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
1
2
2
2
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
Perlakuan
Kelompok
3
3
2
3
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
3
1
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
3
3
3
3
0
0
0
0
2
2
2
2
0
0
0
0
2
3
3
3
3
0
0
0
0
4
3
3
4
0
0
0
0
3
3
4
4
3
0
0
0
0
3
3
3
3
0
0
0
0
4
2
2
2
2
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
Perlakuan
Kelompok
5
3
3
4
3
0
0
0
0
3
3
4
3
0
0
0
0
6
4
1
1
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
64
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
MANGGA
1
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
4
3
2
2
2
2
5
3
3
4
3
2
3
4
4
4
3
3
4
3
3
2
3
6
4
4
4
3
4
4
2
2
4
3
3
2
4
3
4
3
Pengamatan
Warna Kulit buah
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
Perlakuan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
kelompok
2
3
4
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Perlakuan
Kelompok
5
1
1
1
1
1
2
1
1
6
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
66
Warna daging
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
3
1
2
2
2
0
0
0
0
1
3
3
1
0
0
0
0
4
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Kelompok
5
1
1
1
1
0
0
0
0
2
1
2
1
0
0
0
0
6
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
Warna kulit buah
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
0
0
0
1
2
2
1
0
0
0
0
3
2
3
3
2
0
0
0
0
2
3
3
1
0
0
0
0
4
1
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Kelompok
5
2
1
1
1
0
0
0
0
2
1
3
1
0
0
0
0
6
1
2
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
68
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
Kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
Kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
Kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
Kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
1
1
0
0
0
0
2
2
3
2
0
0
0
0
3
2
3
3
3
0
0
0
0
2
3
3
1
0
0
0
0
4
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Perlakuan
Kelompok
5
2
2
2
1
0
0
0
0
3
2
4
2
0
0
0
0
6
1
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tingkat kekerasan
Tingkat kemasakan
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
kontrol
etilen 2 cc
etilen 5 cc
etilen alami
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3 busuk
3
4
4
4
3
3
2
3
3
3
3
4
2
2
1
2
1
3
1
4
2
1
3
2
3
4
2
4
3
4
4
2
4
4
1
1
4
4
2
4
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
4
3
2
2
2
2
5
2
2
2
1
2
4
4
3
3
3
4
2
4
2
2
2
6
1
2
2
1
2
3
3
2
1
3
3
2
1
1
1
2
Pembahasan
Pada praktikum uji kemasakan buah kali ini menggunakan buah mangga dan
buah pisang sebagai objek untuk melihat pengaruh etilen dalam pemasakan buah.
Etilen yang digunakan yaitu etilen 2cc, etilen 5cc dan etilen alami. Berdasarkan tabel
1 maka dapat dilihat bahwa pada buah mangga kelompok 5 yang tidak diberi
perlakuan (kontrol) justru lebih baik karena pada hari ke-3 pengamatan buah mangga
yang diuji mengalami perubahan warna kulit dari hijau menjadi warna hijau
kekuningan, kemungkinan hal tersebut dapat terjadi karena dalam buah mangga yang
diuji tersebut memiliki kandungan etilen yang tinggi sehingga walaupun buah
mangga tersebut tidak diberi perlakuan apapun (kontrol) buah mangga tersebut tetap
mengalami perubahan warna kulit, sementara perlakuan etilen 2 cc dan etilen 5 cc
baru berpengaruh dalam perubahan warna kulit pada hari ke-4 pengamatan,
sedangkan buah mangga yang diberi perlakuan etilen alami tidak berpengaruh sama
sekali dalam perubahan warna kulit hingga hari terakhir pengamatan. Pada buah
pisang, perlakuan dengan etilen 5 cc berpengaruh lebih cepat dalam perubahan warna
kulit. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada hari ke-2 buah pisang yang diberi
perlakuan etilen 5 cc sudah mengalami perubahan warna kulit. Sedangkan buah
pisang yang diberi perlakuan etilen 2 cc, etilen alami maupun buah pisang yang tidak
diberi perlakuan (kontrol) tidak mengalami perubahan warna kulit hingga akhir
pengamatan.
70
Pada parameter warna daging buah, buah pisang pada kelompok 5 yang diberi
perlakuan etilen 5 cc dan etilen alami mengalami perubahan warna daging buah dari
warna hijau pada hari pertama pengamatan menjadi warna kuning lembek pada hari
terakhir pengamatan. Sedangkan pada buah mangga perlakuan etilen 5 cc dan etilen 2
cc mempengaruhi perubahan warna daging buah dari warna hijau pada hari pertama
pengamatan menjadi warna kuning lembek pada hari terakhir pengamatan.
Kemungkinan yang terjadi pada buah pisang dan buah mangga yang diberi perlakuan
etilen 5 cc adalah semakin tinggi konsentrasi etilen yang diberikan pada buah maka
semakin cepat pula kemasakan pada buah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Abidin (1985) yaitu pada konsentrasi yang semakin tinggi maka buah
akan cepat matang.
Buah pisang yang diuji pada kelompok 5 dengan perlakuan etilen alami lebih
cepat berpengaruh terhadap tingkat kekerasan buah disbanding dengan perlakuan lain
karena pada hari ke-2 pengamatan buah pisang tersebut sudah lunak. Sedangkan pada
buah mangga, perlakuan etilen 5 cc paling berpengaruh terhadap tingkat kekerasan
buah, hal tersebut dapat dilihat pada hari ke-3 pengamatan buah mangga tersebut
sudah lunak. Pada buah pisang dari 4 perlakuan, hanya perlakuan etilen 5 cc lah yang
paling tidak berpengaruh terhadap parameter rasa buah. Sedangkan pada buah
mangga, perlakuan kontrol paling berpengaruh dalam pemasakan buah karena pada
hari terakhir pengamatan buah mangga yang diuji tersebut terasa manis namun agak
pahit.
Berdasarkan hasil data semua kelompok pada parameter warna kulit buah
pisang jika dibandingkan pada hari pertama dan kedua pengamatan maka dapat
dilihat bahwa pada buah pisang yang tidak diberi perlakuan (kontrol) dan buah pisang
yang diberi perlakuan etilen alami terdapat 2 kelompok yang mengalami perubahan
warna yaitu kelompok 1 dan kelompok 6. Pada buah pisang yang diberi perlakuan
etilen 2 cc juga terdapat 2 kelompok yang mengalami perubahan warna kulit buah
pisang yaitu kelompok 1 dan kelompok 3. Namun pada buah pisang yang diberi
perlakuan etilen 5 cc terdapat 3 kelompok yang mengalami perubahan warna kulit
buah pisang yaitu kelompok 1, 3 dan kelompok 5. Pada hari ke 3 pengamatan, buah
pisang yang lebih cepat mengalami perubahan warna kulit adalah buah pisang yang
diberi perlakuan etilen 5 cc karna terdapat 3 kelompok yang mengalami perubahan
warna kulit buah pisang yaitu kelompok 3,4 dan kelompok 5. Namun pada hari ke-4
pengamatan, buah pisang yang diberi perlakuan etilen 5 cc tidak terlalu berpengaruh
karena hanya 1 kelompok yang mengalami perubahan warna kulit pada buah pisang.
Buah pisang yang lebih cepat mengalami perubahan warna kulit adalah buah pisang
yang tidak diberi perlakuan karena terdapat 2 kelompok yang mengalami perubahan
warna kulit yaitu kelompok 4 dan 6. Pada hari terakhir pengamatan buah pisang yang
diberi perlakuan etilen 2 cc, etilen 5cc, etilen alami dan tidak diberi perlakuan
(kontrol) sama-sama mempengaruhi perubahan warna kulit pada buah pisang.
Pada parameter warna daging buah dari semua perlakuan hanya buah pisang
yang tidak diberi perlakuan (kontrol) lah yang paling berpengaruh dalam perubahan
warna daging buah, karena terdapat 3 kelompok yang mengalami perubahan warna
daging buah pisang. Pada parameter tingkat kekerasan buah, perlakuan etilen 5 cc
paling berpengaruh dalam mempercepat kemasakan buah. Sedangkan dalam
parameter rasa buah, buah pisang yang tidak diberi perlakuan (kontrol) lebih baik
dalam mempercepat kemasakan buah.
Berdasarkan hasil data semua kelompok pada parameter warna kulit buah
mangga jika dibandingkan pada hari pertama dan kedua pengamatan maka dapat
dilihat bahwa pada buah mangga yang diberi perlakuan etilen 5cc lebih berpengaruh
dalam proses pemasakan buah karena terdapat 2 kelompok yang mengalami
perubahan warna kulit buah pisang yaitu kelompok 3 dan 4, pada hari ketiga
pengamatan buah mangga yang diberi perlakuan etilen 2 cc, etilen 5cc maupun buah
mangga yang tidak diberi perlakuan (kontrol) sama-sama berpengaruh dalam proses
pemasakan sedangkan buah mangga yang menggunakan etilen alami tidak terlalu
berpengaruh. Pada hari ke empat buah mangga yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
dan buah mangga yang diberi perlakuan etilen 2 cc sama-sama berpengaruh pada 2
kelompok. Pada hari terakhir pengamatan buah mangga yang diberi perlakuan etilen
5 cc lebih berpengaruh daripada perlakuan yang lain karena terdapat 3 kelompok
yang mengalami perubahan warna kulit.
Pada parameter warna daging buah, buah mangga yang diberi perlakuan etilen
5 cc lebih bagus karena pada hari terakhir pengamatan terdapat 4 kelompok yang
memiliki perubahan warna pada daging buah mangga. Begitu pula dengan parameter
tingkat kekerasan pada buah mangga. Perlakuan dengan etilen 5 cc lebih berpengaruh
terhadap proses pemasakan buah.
Pada parameter rasa buah, buah mangga yang diberi perlakuan etilen alami
lebih berpengaruh terhadap perubahan rasa buah pada pengamatan hari terakhir,
karena terdapat 5 kelompok yang mengalami perubahan rasa buah dari rasa
sepat/bergetah menjadi rasa manis hal ini disebabkan karena pada buah mangga
tersebut memiliki kandungan etilen yang cukup tinggi sehingga walaupun buah
mangga tersebut tidak diberi perlakuan tetap mengalami kemasakan buah, sedangkan
pada buah mangga yang diberi perlakuan etilen 2 cc dan etilen 5 cc hanya
berpengaruh terhadap 4 kelompok, dan buah mangga yang tidak diberi perlakuan
(kontrol) hanya berpengaruh terhadap 3 kelompok.
72
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Semakin tinggi konsentrasi etilen maka makin cepat proses pematangan buah
tertentu.
Selama proses pematangan terjadi perubahan warna kulit, warna daging buah
tingkat kekerasan buah, dan rasa buah.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
74
(a)
(c)
(b)
(d)
(e)
Gambar uji kemasakan buah. Warna daging mangga Kontrol hari pertama (a) Warna
daging mangga kontrol hari ke-5 (b) Warna daging mangga etilen 2cc hari ke-5 (c)
Warna daging mangga etilen 5 cc hari ke-5 (d) Warna daging mangga etilen alami
hari ke-5 (e)
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar uji kemasakan buah. Warna daging pisang kontrol hari pertama (a) Warna
daging pisang etilen 2cc hari ke-5 (b) Warna daging pisang etilen 5 cc hari ke-5 (c)
Warna daging pisang etilen alami hari ke-5 (d)
76
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan salah
satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat tumbuh dari akar
utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang tumbuhan (akar adventif),
yang dapat dipacu dengan pemberian golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu.
Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong
mengikutiperpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih
dekat dengan ujung tanaman (Mukherji dan Ghosh 2000).
Pembentukan akar pada penanam tanaman Coleus sering menggunakan metode
vegetative. Metode yang digunakan diantaranya dengan metode perbanyakan dengan
cara stek. Stek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari
tanaman ( akar, batang, daun, dan tunas ) dengan tujuan agar bagian bagian itu
membentuk akar, dengan dasar itu muncullah istilah stek akar, stek batang, stek daun,
dan stek umbi ( Pardey dan Sinha 2002 ).
Pada penanaman stek dilakukan perlakuan pemberian hormone rootone f.
Penambaha zat pengatur tumbuh dengan menggunakan horomon rootone-f yang
mengandung zat perangsang tumbuh mampu mempercepat pembelahan sel tanaman.
Pada hormone rootone-f terdapat kandungan IAA yang merupakan hormone tumbuh
yang pertama kali ditemukan dan menyebar merata diseluruh bagian tumbuhan dan
yang dikenal sebagai auksin. Selain itu, juga diketahui dapat menstimulasi
pembelahan sel dalam inisiasi pembentukan akar adventif pada tanaman hias Coleus
tersebut . Pembelahan sel pada cambium dipengaruhi oleh auksin yang terletak pada
bagian tanaman daun yang dapat merespon morfolgis tanaman.
Dalam proses menginisiasi akar, terdapat struktur yang dapat diketahui adalah
bagian primordial akar yang terbentuk dalam jaringan batang. Setalah menginisiasi
akar, sel-sel akar yang memanjang dan menembus jaringan batang sehingga terbentuk
struktur sistem perakaran yang normal. Akar yang dapat dinisiasi dengan perlakuan
auksin setara dengan konsentrasi yang digunakan sebagai bahan percobaan dalam
pembetukan inisiasi perakaran dengan metode ujung batang dipotong lancip dengan
pemberian olesan rotone-f yang terdapat kandungan auksin.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu dapat mengetahui pembentukan akar
dengan metode stek batang tanama Coleus dengan media yang berbeda serta
membandingkan hasil stek dengan perlakuan yang diberi hormone rootone dan tanpa
diberi rootone.
78
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan literature yang ada, terdapat hubungan antara pertumbuhan akar,
batang, dan tunas pada tumbuhan dengan auksin. Konsentrasi auksin yang rendah
dapat memacu pertumbuhan akar lateral lebih cepat, sebaliknya akan menghambat
pertumbuhan pada kadar yang tinggi. Kadar optimum hormon auksin untuk
pertumbuhan akar jauh lebih rendah, kira-kira 1/100.000 dari kadar optimum untuk
pertumbuhan batang (Dwidjosepoetro 1986). Auksin tersebut sangat aktif dalam
mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar lateral dari stek batang, sehingga
penyerapan air dan unsur hara pada tanaman dapat mencapai ukuran optimum.
Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya auksin
di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara
bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar. Auksin juga
memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu, misalnya
tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu
pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan
tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau
bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masingmasing mengandung sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia
sebelumnya kan mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem
bagian luar (Salisbury dan Ross 1995).
Inisiasi akar dalam percobaan ini dipacu oleh pemberian rootone f.
Penambaha zat pengatur tumbuh dengan menggunakan horomon rootone-f yang
mengandung zat perangsang tumbuh mampu mempercepat pembelahan sel tanaman
dan menginisiasi akar. Rootone F adalah salah satu contoh ZPT yang berbentuk
tepung. Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi lebih dulu pangkal stek kurang
lebih 2 cm, lalu dicelupkan ke dalam ZPT ( Salisbury dan Ross 1995 ). ZPT ini
berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan batang dan tunas ( Prihmantoro 1997 ) .
Banyak media yang dapat digunakan untuk menyesuaikan stek ini asalkan gembur
dan halus sehingga akar yang baru keluar tidak terhalang pertumbuhannya ( Fisher
dan Peter 1984). Media yang digunakan percobaan ini berupa floral foam yang
(dikenal media oasis) dan media arang sekam. Media oasis biasanya digunakan oleh
penyedia rangkaian bunga segar karena mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan
dari media oasis yaitu daya simpan airnya yang sangat tinggi serta mempunyai ruang
pori yang sangat banyak. Jika digunakan sebagai bahan stek, pertumbuhan akar akan
mudah terjadi karena ketersedian air yang sangat tinggi di dalam media dan disertai
kemudahan akar untuk tumbuh karena pada dasarnya secara fisik, material floral
foam cukup rapuh dan lembut untuk ditembus oleh akar-akar muda sekalipun.
Dengan demikian, pertumbuhan akar juga akan sangat cepat sekaligus mudah
diamati. Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe 2O3, K2O, MgO, CaO, MnO
dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan
tersebut membuat tersedianya unsur hara sehingga cocok digunakan untuk
pertanaman.
METODOLOGI KERJA
Penanaman
Pemeliharaa
n dan
Pengamatan
80
Hasil
Berdasarkan data kelompok lima hasil percobaan praktikum inisiasi pembetukan akar
pada tanaman Coleus sp. diperoleh tabel sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil pengamatan panjang akar dan jumlah akar kelompok lima.
Jenis
media
Perlakuan
Bagian
Tanaman
Pucuk
Tanpa
rootone-f
Jumlah akar
1
2
3
MST MST MST
5
-
Tengah
0.4
Batang
0.3
Pucuk
Mati
Mati
Tengah
1.5
Batang
Mati
Mati
Pucuk
12
40
Tengah
3.5
46
Batang
22
Pucuk
Mati
Mati
Tengah
11
32
Batang
12
17
Oasis
Rootone-f
Tanpa
rootone-f
Arang
Sekam
Rootone-f
7
6
5
4
3
2
1
0
6
5
4
3
panjang akar(cm)
1m
st
3m
st
m
st
1
0
Panjang akar pangkal batang Coleus sp. tanpa perlakuan rootone media oasis
10
8
6
4
m
s
3 t
m
st
(a)
(b)
(c)
Gambar 1 Hasil pengamatan panjang akar tanpa perlakuan rootone dengan media
oasis (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(),
K5(), K6().
82
20
2.5
2
10
1.5
1
0.5
0
1m
st
5
1m
st
3m
st
3m
st
15
Panjang akar batang tengah Coleus sp. perlakuan rootone media oasis
1m
st
3.5
3
2.5
2
panjang akar (cm) 1.5
1
0.5
0
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Hasil pengamatan panjang akar perlakuan rootone dengan media oasis (a)
pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(), K5(),
K6().
10
1m
st
3m
st
1m
st
3m
st
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Panjang akar pucuk Coleus sp. tanpa perlakuan rootone-f media arang sekam
m
s
2 t
m
s
3 t
m
st
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Hasil pengamatan panjang akar tanpa perlakuan rootone dengan media arang
sekam (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(),
K5(), K6().
84
12
12
10
10
8
panjang akar (cm)
6
4
2
1m
st
3m
st
1m
s
2m t
s
3m t
st
Panjang akar pucuk Coleus sp. perlakuan rootone-f media arang sekam
12
10
8
panjang akar (cm)
6
4
2
(a)
3m
st
1m
st
(b)
(c)
Gambar 4 Hasil pengamatan panjang akar perlakuan rootone dengan media arang sekam (a)
pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(), K5(),
K6().
akar pucuk
Coleus
sp. tanpa
Jumlah akar pangkal batang Coleus sp. Jumlah
tanpa perlakuan
rootone
media
oasis perlakuan rootone media oasis
12
10
8
Jumlah akar
10
8
Jumlah akar 6
0
1 mst 2 mst 3 mst
Jumlah akar batang tengah Coleus sp. tanpa perlakuan rootone media oasis
7
6
5
4
jumlah akar 3
2
1
0
1 mst 2 mst 3 mst
(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Hasil pengamatan jumlah akar tanpa perlakuan rootone dengan media oasis
(a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(), K5(),
K6().
86
10
5
0
1 mst 2 mst 3 mst
16
14
12
10
jumlah akar 8
6
4
2
0
Jumlah akar pangkal batang Coleus sp. perlakuan rootone media oasis
8
7
6
5
Jumlah akar 4
3
2
1
0
1 mst 2 mst 3 mst
(a)
(b)
(c)
Gambar 6 Hasil pengamatan jumlah akar tanpa perlakuan rootone dengan media oasis
(a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(), K5(),
K6().
10
5
0
1 mst 2 mst 3 mst
45
40
35
30
25
jumlah akar 20
15
10
5
0
1 mst 2 mst 3 mst
Jumlah akar batang tengah Coleus sp. tanpa perlakuan rootone-f media arang sekam
50
45
40
35
30
Jumlah akar 25
20
15
10
5
0
1 mst 2 mst 3 mst
(a)
(b)
(c)
Gambar 7 Hasil pengamatan jumlah akar tanpa perlakuan rootone dengan media
arang sekam (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(),
K4(), K5(), K6().
88
Jumlah akar
10
jumlah akar
m
s
2 t
m
s
3 t
m
st
m
st
3
m
st
35
30
25
20
15
10
5
0
Jumlah akar pucuk Cole us sp. pe rlakuan rootone -f me dia arang se kam
60
50
40
jumlah akar 30
20
10
0
1 mst
(a)
2 mst
(b)
3 mst
(c)
Gambar 8 Hasil pengamatan jumlah akar perlakuan rootone dengan media arang
sekam (a) pucuk, (b) batang tengah, (c) pangkal batang. K1(), K2(), K3(), K4(),
K5(), K6().
Oasis
Perlaku
an
Tanpa
rootonef
Rootone
-f
Arang
Seka
m
Tanpa
rootonef
Rootone
-f
Bagian
Tanama
n
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
1
-
2
-
3 MST
3 4
Pembahasan
Pada percobaan ini, tanaman yang digunakan yaitu Coleus sp. Tanaman
tersebut kemudian di stek batang menjadi tiga bagian yaitu bagian pucuk, batang
tengah dan pangkal batang yang ditanam menggunakan media oasis dan arang sekam.
Pada penanaman tersebut diberi perlakuan rootone-f dan tanpa perlakuan
rootone-f. Percobaan ini dilakukan oleh enam kelompok. Parameter yang diamati
adalah panjang akar, jumlah akar, dan waktu muncul akar pada ketiga bagian stek
batang tersebut.
90
92
dari setiap kelompok tanaman Coleus banyak yang mengalami kematian. Sedangkan
pertumbuhan panjang akar dan jumlah akar dengan media arang sekam dengan
perlakuan rootone-f yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan 8 diketahui bahwa panjang
akar dan jumlah akar tidak dapat dibandingkan secara merata. Pertumbuhan panjang
akar pada bagian pucuk menghasilkan panjang akar sebesar 4 sampai 10 cm dengan
jumlah akar sebanyak 15 sampai 56 helai, pada bagian pangkal tengah menghasilkan
panjang akar sebesar 2 cm sampai 11 cm dengan jumlah akar pada bagian batang
tengah sebanyak 6 sampai 32 helai, dan pada bagian pangkal batang menghasilkan
panjang akar sebesar 1 cm sampai 12 cmdengan jumlah akar sebanyak 1 sampai 27
helai.
Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan diatas diketahui bahwa perbandingan
pertumbuhan panjang akar dengan media arang sekam antara perlakuan rootone-f
dan tanpa perlakuan mengalami perbedaan yang amat jelas. Namun pertumbuhan
panjang akar dan jumlah akar tanpa perlakuan rootone-f maupun dengan perlakuan
rootone mengalami pertumbuhan yang optimal pada bagian pangkal batang pada
media dengan rootone-f dan pada bagian batang tengan pada bagian tanpa perlakuan
rootone. Hal tersebut dilihat dari panjang akar dan jumlah akar yang dihasilkan
tersebut.
Secara keseluruhan diketahui bahwa perbandingan penanaman dengan media
oasis dan arang sekam, media yang lebih baik dari setiap kelompok cenderung
mengarah pada media arang sekam. Panjang akar pada media arang sekam lebih
panjang dibandingkan panjang akar pada media gabus oasis serta jumlah akar yang
dihasilkan pada media arang sekam juga sangat rimbun. Hal tersebut karena media
arang sekam menyediakan unsur hara yang sangat baik. Dan memiliki kandungan
makro dan mikro yang membuat pertumbuhan panjang akar dan jumlah akar lebih
bagus dari pada kandungan yang terdapat pada media oasis. Menurut tinjauan pustaka
yang sang saya kemukan dalaam artikel bahwa media oasis memiliki daya simpan
airnya sangat tinggi serta mempunyai ruang pori yang sangat banyak dan padat. Jika
digunakan sebagai bahan stek, pertumbuhan akar akan mudah terjadi karena
ketersedian air yang sangat tinggi di dalam media. Pada dasarnya secara fisik material
floral foam cukup rapuh dan lembut untuk ditembus oleh akar-akar muda sekalipun.
Namun media tersebut tidak menyediakan unsur hara dan teralu padat sehingga
pertumbuhan panjang akar terhambat dan jumlah akar pun sedikit dibandingkan
dengan arang sekam yang kaya akan unsur hara. Arang sekam yang di produksi sudah
memiliki kandungan unsur hara makro dan mikronya sendiri seperti kandungan SiO2
(52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%) sudah
tersedia. Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO,
MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Arang
sekam mampu menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini
menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam untuk tananaman hias.
Berdasarkan Tabel 2 Rata-rata pertumbuhan akar yaitu pada minggu ke-2
sampai minggu ke-3 setelah tanam di setiap kelompok. Pertumbuhan akar yang
paling dominan tumbuh pada ketiga bagian yang berupa pucuk, batang tengah dan
pangkal batang adalah bagian pucuk. Bagian pucuk memiliki tingkat auksin alami
yang sangat tinggi sehingga pembentukan yang ditambahkan rootone akan tumbuh
Saran
Dilakukan pemeliharaan secara rutin agar terhindar dari hama dan gulma pada
tanaman sehingga menghasilkan tanaman yang sehat.
Tanaman yang diuji seharusnya tidak perlu memakai ketiga bagian karena
sama saja dari satu tanaman sehingga lebih efektif untuk pengamatan.
Tanaman seharusnya ditanam dengan tempat yang dikhuskan tidak teralu
banyak angin sehingga tanaman tidak mudah jatuh dan kering.
94
DAFTAR PUSTAKA
Fisher NM, Peter RS.1984. Physiology of Tropical Field Groups.
Prihmantoro, H. 1997. Tanaman Hias Daun.
Pardey SN dan Sinha BK. 2002. Plant Physiology. Vikas Publishing House.
Salisbury, F. B, Ross. CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Press.
LAMPIRAN
Tabel 3 Hasil pengamatan panjang akar 1-3 MST.
Jenis
medi
a
Perlaku
an
Tanpa
rootonef
Oasis
Rootone
-f
Aran
g
Seka
m
Tanpa
rootonef
Rootone
-f
Bagian
Tanam
an
Panjang akar
1 MST
1 2
2 MST
3 4 5 6
Ratarata
3 MST
1 2 3 4 5 6
5
0.
5
0.
4
0.
3
0
1.
5
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
1
0
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
0
1
0
1
2
3.
5
7
Tengah
1
1
Bawah
1
1
1
2
6
1
1.52
1.17
2.56
1.34
0.89
2
3
1
6
5.75
6.75
3.13
2.83
3.4
4.99
4.6
Perlakuan
Tanpa
rootone-f
Rootone-f
Bagian
Tanaman
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Panjang akar
1
-
2
-
1 MST
3 4
- - - - -
5
-
6
-
1
-
2
-
2 MST
3 4
- - - - -
5
-
6
-
1
4
5
8
7
2
8
5
6
12
3 MST
3
4
11 10
6
0
6
0
22 9
Rata-rata
5
5
6
8
0
6
4
4
2
5
7
4.33
5
9.17
96
Arang
Sekam
Tanpa
rootone-f
Rootone-f
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
Pucuk
Tengah
Bawah
11
4
0
0
0
0
1
27
7
6
27
2
0
56
3
0
15
7
14
4
11
0
5
11
3
1
0
0
0
18
3
14
3
0
40
46
22
0
32
17
1
2
15
6
2
15
6
1
6.67
3.33
16
9.67
5.83
14.83
8.33
11.67
(a)
(b)
(a)
(b)
(a)
(b)
(a)
(b)
98
100
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis merupakan sintesis yang memerlukan cahaya (fotos = cahaya;
sintesis = membuat bahan kimia, memasak). Fotosintesis adalah peristiwa
penggunaan energi cahaya untuk membentuk senyawa dasar karbohidrat dari
karbondioksida dan air. Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan
organel plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel yang
mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu sel-sel jaringan
tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang (spons). Di dalam kloroplas
terdapat klorofil pada protein integtal membran tilakoid.
Selain klorofil, di dalam kloroplas juga terdapat pigmne karotenoid, antosianin,
dan fikobilin. Karotenoid mampu menyerap cahaya biru kehijauan dan biru
keunguan. Karotenoid memantulkan cahaya merah, jingga dan kuning. Reaksi
fotosintesis dapat disingkat sebagai berikut.
12H2O + 6CO2
cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari ( dalam bentuk foton )
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia ( ATP dan NADPH ). Energi kimia ini
akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,
seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya
organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri
fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin 1975)
Proses fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air ( H 2O ),
konsentrasi CO2, suhu, umur daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya yang
diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan
tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang
berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya
akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro 1996).
Beratus-ratus molekul pigmen fotosintesis terkumpul dalam suatu fotosistem
yang melekat pada membran tilakoid. Sebagian besar pigmen tersebut memperoleh
energi dari energi cahaya (foton) yang diserap. Energi cahaya yang diserap ini
mendorong elektron dari pigmen fotosintesis sambil melepaskan energi ekstasi.
Energi ekstasi akan dibawa oleh pigmen penerima cahaya ke molekul-molekul
pigmen lain secara acak sampai ke klorofil a. Klorofil a hanya dapat menangkap
panjang gelombang tertentu. (Diah Aryulina dkk 2007)
METODOLOGI KERJA
Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum penanaman bahan percobaan dilaksanakan di Screen House Diploma
IPB pada hari Selasa, 8 September 2015 pukul 07.00-11.00 WIB. Praktikum
pengujian kandungan karbohidrat dilaksanakan di Lab. GG Benih 1 pada hari Selasa,
20 Oktober 2015 pukul 13.00-19.00 WIB.
102
Cara Kerja
Perlakuan
Benih kacang hijau ditanam 4 butir per
polibag dengan media tanam arang sekam :
pupuk kandang : tanah = 1 : 1 : 1 .
104
Biru
Merah
Bening
Hitam
Kel
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
Warna Awal
Daun
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Keadaan
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Pembahasan
Hasil percobaan kelompok 5 menunjukan daun yang ditutupi dengan mika
biru setelah ditetesi iodine berwarna kuning keemasan. Pada mika merah menjadi
hijau muda/pusat. Pada mika berwarna bening menjadi tetap hijau. Dan pada
perlakuan kertas mila, tidak terjadi perubahan. Data kelas menunjukan bahwa ratarata perlakuan mika biru perbuahan warna setelah pembersihan iodine 10% ialah
berwarna kuning keemasan. Pada perlakuan mika merah menjadi hijau pucat. Pada
perlakuan mika bening paling banyak ialah berwarna hijau tua. Dan yang terakhir
dominan kuning.
Hasil percobaan pengujian karbohidrat menunjukan pada perlakuan mika biru
perubahan warna yang terjadi ialah menjadi hijau muda dan kuning keemasan. Pada
perlakuan mika merah perubahan warna menjadi hijau, hijau muda dan hijau pucat.
Pada perlakuan mika bening perubahan warna menjadi hijau dan hijau tua. Pada
perlakuan kertas manila hitam perubahan warna yang terjadi menjadi kuning
kehijauan, kuning dan ada yang tidak terjadi perubahan warna.
Perendaman daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil dan
menjadikan karbohidrat lebih mudah bereaksi dengan larutan iodine. Penggunaan
iodine bertujuan untuk mengetahui keberadaan karbohidrat pada daun tersebut. Jika
terdapat karbohidrat pada daun tersebut, maka bagian daun yang ditetesi iodine akan
mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman. Perbedaan warna yang terjadi
pada tiap perlakuan menunjukan faktor kurangnya cahaya matahari sehingga daun
tidak dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna. Secara umum fotosintesis
hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup mengenai permukaan
daun. Keberhasilan fotosintesis ditandai dengan adanya karbohidrat.
Umumnya daun yang mengalami fotosintesis bila diuji dengan iodine akan
berwarna ungu kehitaman. Ketidak sesuaian perubahan ini bisa diakibatkan oleh
pemasangan mika maupun kertas yang tidak rapat, penempatan tanaman yang tidak
terkena cahaya matahari langsung secara intens dan perebusan daun dengan alkohol
tidak sampai daun berwarna putih. Pada percobaan ini kebanyakan daun direbus
hanya sampai daun berwarna hijau pucat sehingga kerja iodine kurang maksimal
karena masih terdapat kandungan klorofil.
106
Saran
Praktikum ini disaran dilaksanakan dengan kelengkapan peralatan yg cukup
memadai dan prosedur yang benar agar hasilnya dapat sesuai dengan yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Devlin. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York: D. Van Nostrand.
Diah A, Choirul M, Syalfinaf M, Winarni EW. 2007. Biologi 3. Jakarta : Esis
Dwijoseputro. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Jakarta: Gramedia.
Loveless, A.R. 1991. Principle of Plant Biology for The Tropics. Logman Group
Limited
Sinau. 2010. Laporan Praktikum Fotosintesis.
108
LAMPIRAN
Gambar perlakuan daun yang ditutupi plastic mika bening, biru, merah dan kertas
manila hitam
Perlakuan
Mika Merah
Mika Biru
Mika Bening
Sebelum
Sesudah
Kertas Manila
Hitam
110
NUTRISI TANAMAN
PENDAHULUAN
Tanaman pada dasarnya memerlukan berbagai air dan nutrisi bagi proses
pertanaman dan perkembangannya. Nutrisi tersebut didapatkan oleh tanaman dengan
berbagai cara, bisa langsung dari tanah atau pun berbagai proses. Tanaman yang
kekurangan ataupun kelebihan nutrisi dinamakan malnutrisi. Ketika tanaman
mengalami malnutrisi, tanaman menunjukan gejala-gejala tidak sehat dan dapat
mengakibatkan kematian pada tanaman tersebut. Untuk mencegah terjadinya mal
nutrisi pada tanamn, maka manusia berinisiatif untuk menambahkan nutrisi tersebut
kepada tanaman. Nutrisi yang ditambahkan berupa bahan kimia yang biasa dikenal
sebagai pupuk. Hal ini dilakukan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, baik pada masa vegetatif, maupun pada masa generatif.
Menurut Wijaya (2010) tanaman untuk dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu
tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga
panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan
mempengaruhi hasil suatu tanaman. Upaya-upaya untuk menjaga
ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian konsentrasi
pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara
pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat. Unsur hara
yang utama dibutuhkan oleh tanaman sayuran adalah N, P, dan K.
Nitrogen adalah unsur hara yang paling dinamis di alam. Menurut
Suwandi (2009), unsur N mudah hilang dari tanah melalui
volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan
mudah pula diserap tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam
bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+
sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi NO3- akibat
proses nitrifikasi. Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh komposisi hara
terhadap pertumbuhan kangkung dalam kultur air.
112
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi
Bahan dasar untuk
fotosintesis
Sulfur (S)
Kalium (K)
Mengaktifkan enzim,
mengatur keseimbangan
kelarutan air, dan
mempengaruhi osmosis
Kalsium (Ca)
Fosfor (P)
Magnesium
(Mg)
keunguan; pertumbuhan
terhambat; buah dan biji yang
dihasilkan lebih sedikit.
Klorosis dan daundaun
berguguran; pembelahan sel
terganggu.
Tabel 2 Fungsi nutrisi dan defisiensi yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur
mikro.
Unsur Mikro
Klor (Cl)
Besi (Fe)
Boron (B)
Mangan (Mn)
Seng (Zn)
Tembaga (Cu)
Molibdenum
(Mo)
Fungsi
Mengatur pertumbuhan akar
dan batan, serta mengatur
fotolisis.
Mengatur sintesis protein
dan transpor elektron
Mengatur perkecambahan,
pembungaan, pembuahan,
pembelahan sel, dan
metabolisme nitrogen.
Sintesis klorofil dan
pengaktifan koenzim
Mengatur pembentukan
auksin, kloroplas, dan
amilum serta komponen
enzim
Komponen beberapa enzim
Kandungan (%)
32
10
10
114
Kalsium (Ca)
0.05
Magnesium (Mg)
0.10
Sulfur (S)
0.20
Boron (B)
0.02
Tembaga (Cu)
0.05
Besi (Fe)
0.10
Mangan (Mn)
0.05
Molybdenum (Mo)
0.0005
Seng (Zn)
0.05
Hyponex mengandung N (20 %), P (20 %), K (29 %) serta tambahan unsur mikro
(Iswanto 2002).
METODOLOGI KERJA
Metode Kerja
(3 minggu sebelum
praktikum) benih
kangkung ditanam
pada polybag
dengan media tanam
tanah + pupuk
Untuk perlakuan
kontrol, 300 ml air
dimasukan ke
dalam gelas plastik
Kangkung yang
sudah tumbuh
sekitar 3 minggu
dicabut sampai ke
akar .
Perakaran daun
dibersihkan terlebih
dahulu
Growthmore dan
Hyponex
dilarutkan, masingmasing sebanyak 2
gr/liter
Transplant kangkung
untuk setiap
perlakuan diukur
terlebih dahulu
panjang akar, jumlah
daun dan jumlah
akarnya.
Transplant kangkung
dimasukan ke dalam
lubang tutup gelas
plastik sebanyak 1
tanaman per gelas
Peubah yang
diamati pada
tanaman kangkung
yaitu :
daun, skor warna
daun (1. Hijau tua,
2. Hijau, 3. Hiaju
Kuning, 4 Kuning,
akar, dan panjang
akar)
116
Hasil
Pengamatan skor warna daun,jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar pada
perlakuan kontrol, growthmore dan hyponex selama 0-2 minggu setelah perlakuan.
Tabel Skor Warna Daun
Perlakuan
Kontrol
Growthmo
re
Hyponex
3 2
Perlakuan Kontrol
10
J
u
m
l
a
h
9
8 8
7
6
8
7
4
3
2
0
0 MST
1 MST
9
7
3
1
0
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
Periode Pengamatan
Perlakuan Growmore
10
J
u
m
l
a
h
8 8
7
6 6
5
4
2
0
0 MST
7
6
3
0
1 MST
Periode Pengamatan
7
5
4
0
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
118
Perlakuan Hyponex
12
10
9
8 8
7
Jumlah 6 6
4
2
0
0 MST
10
9
7
6
5
3
1 MST
11
8
6
5
4
3
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
Periode Pengamatan
Perlakuan Kontrol
64
37
15
20
13
98
5
0 MST
Jumlah
30
45
60
55
27
24
22
15
5
1 MST
Periode Pengamatan
26
22
15
8
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
58
25
20
15
Jumlah
30
45
60
Perlakuan Hyponex
8
4
0 MST
53
39
29
28
16
4
1 MST
56
28
25
16
5
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
Periode Pengamatan
Perlakuan Growmore
15
Jumlah
30
45
60
67
25
23
9
3
0 MST
30
22
16
0
1 MST
Periode Pengamatan
30
23
15
11
0
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
120
Perlakuan Kontrol
25
20 19
15 15
12
Panjang (cm) 10 11
9.8
5 6.3
0
0 MST
18.3
17
15
20
16.5
15
II
10
6.7
10.2
7
IV
1 MST
2 MST
III
V
VI
Periode Pengamatan
Perlakuan Growmore
18.0
13.0 13
12
11.5
10
Panjang (cm) 8.0 8.5
7
17
18
17.8
17.5
13.3
11.5
11
11.6
6.5
3.0
0
1 MST
0 MST
-2.0
0
2 MST
I
II
III
IV
V
VI
Periode Pengamatan
Perlakuan Hyponex
25
20
17
15 15
Panjang
I (cm) 10
II 9.5
8
5 65
0
0 MST
III
19.8
15
IV10
87.3
7.5
1 MST
Periode Pengamatan
Pembahasan
19.5
15
VI10.5
9.5
8.9
8.5
2 MST
122
Berdasarkan data rataan kelas, perlakuan kontrol memiliki respon yang baik terhadap
panjang akar. Perlakuan growmore memiliki respon yang baik terhadap jumlah akar
dan jumlah daun. Perlakuan hyponex memiliki respon yang baik kedua pada seluruh
peubah pengamatan.
Simpulan
kekahatan unsur
Mekanisme penyerapan hara dapat dilakukan secara aktif maupun pasif, yaitu
difusi bebas dan pertukaran ion ( penyerapan secara pasif ), teori carrier dan
pompa ion ( penyerapan aktif ).
Saran
Pengamatan sebaiknya dilakukan oleh orang yang sama untuk menghindari
data pengamatan yang rancu akibat berbeda persepsi. Pada pengamatan yang
sifatnya kualitatif, ada baiknya para pengamat menyamakan persepsi terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
124
Aryulina D, Muslim C, Winarni EW, Manaf S. 2007. Biologi 3. Jakarta : ESIS. Hal :
14-15
Iswanto H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
LAMPIRAN
Gambar pada nberbagai perlakuan kankung di kultur air
PERLAKUAN
0 MST
WAKTU PENGAMATAN
1 MST
KONTROL
GROWMORE
HYPONEX
KURVA SIGMOID
2 MST
126
PENDAHULUAN
Ciri kehidupan suatu tumbuhan ialah tumbuhan tersebut mengalami proses
tumbuh. Tumbuh adalah kenaikan volume yang nilainya tidak dapat kembali seperti
semula. Besarnya pertumbuhan per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh
suatu tumbuhan awalnya lambat, lalu berangsur-angsur lebih cepat sampai mencapai
titik maksimum, dan pada akhirnya laju tumbuh menurun. Oleh karena itu, bila laju
tumbuh digambarkan dalam suatu grafik dengan laju tumbuh pada ordinat dan waktu
pada absis, maka grafik berbentuk suatu kurva yang menyerupai huruf S atau kurva
sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagianbagiannya ataupun selnya.
Kurva pertumbuhan yang paling ideal ialah kurva yang menyerupai huruf S.
Ada tiga fase utama dalam kurva sigmoid. Tiga fase utama tersebut ialah fase
logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah
secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan
(dv/dt) lambat pada awalnya, kemudian meningkat terus. Pada fase linear,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan telah mencapai kematangan dan mulai
menua.
Pertumbuhan tanaman awalnya lambat, kemudian berangsur-angsur lebih
cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid
(bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir,
rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan.
Para ahli biologi dan matematika telah berusahan untuk merumuskan suatu
persamaan matematika dan kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam
itu dapat diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulaid ari kecambah sampai masa
panen, hanya dengan data pertumbuhan pada fase-fase dini.
Adapun tujuan dari percobaan ini ialah untuk mempelajari laju tumbuh organ
vegetatif dan generatif atau bagian-bagian tanaman, melatih keterampilan mahasiswa
dalam praktikum kurva sigmoid tanaman jagung manis,menambah pengetahuan
mahasiswa tentang fisiologi tanaman serta menambah pengalaman mahasiswa dalam
mempelajari kurva sigmoid tanaman jagung manis.
TINJAUAN PUSTAKA
METODELOGI
128
Buat media dari arang sekam yang telah dicampur dengan pupuk
Penananam
Setelah media siap, buat lubang tanam di polybag lalu taruh benih
jagung sebanyak 4 butir/ polybag. Siram polybag yang telah ditanami
benih dengan air secukupnya.
Pemeliharaa
n
Pengamatan
Hasil
Berdasarkan data kelas hasil percobaan kurva sigmoid yang dilakukan pada 8MST
diperoleh grafik sebagai berikut:
100.00
80.00
60.00
jumlah (cm)
40.00
20.00
ST
8M
ST
7M
ST
6M
ST
5M
ST
4M
3M
ST
ST
2M
1M
ST
0.00
12.00
10.00
8.00
jumlah
6.00
4.00
2.00
ST
8M
ST
7M
ST
6M
ST
5M
ST
4M
ST
3M
ST
2M
1M
ST
0.00
Gambar 2 Hasil Pengmatan Jumlah Daun Tanaman Jagung dari 1 MST-8 MST
130
kelompok 1
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
kelompok 5
kelompok 6
60.00
50.00
panjang daun (cm)
40.00
30.00
20.00
10.00
ST
ST
8M
ST
7M
ST
6M
ST
5M
ST
4M
ST
3M
2M
1M
ST
0.00
Gambar 3 Hasil Pengmatan panjang Daun Tanaman Jagung dari 1 MST-8 MST.
25.00
20.00
Lebaar daun (cm)
15.00
10.00
5.00
ST
8M
ST
ST
7M
ST
6M
ST
5M
ST
4M
ST
3M
2M
1M
ST
0.00
Gambar 4 Hasil pengmatan lebar daun tanaman jagung dari 1 mst sampai 8 mst.
Pembahasan
132
teralu jauh perbandingan rata-rata panjang daun sampai 8MST. Panjang daun
kelompok 2 rata-rata panjang daunya meningkat pada 4 MST. Sedangkan pada 5
MST panjang daun mengalami penurunan. Namun, kembali naik pada 6 MST dan
mengalami panjang daun yang konstan atau tidak teralu jauh perbandingan rataratanya dari 6 MST sampai 8 MST. Panjang daun kelompok 3 pertumbuhan panjang
daun 1 MST sampai 3 MST meningkat tidak teralu jauh. Pada 4 MST tidak dilakukan
pengamatan sehingga tinggi tanaman 0 dan tidak bisa dlihat dari kurva peningkatan
panjang daunya. Panjang daun kembali dalam pengamatan 5 MST sampai 7 MST.
Panjang daun pada 5MST sampai 7MST terlihat konstan atau tidak teralu jauh ratarata-nya. Panjang daun kelompok 4 pertumbuhan panjang daun terus meningkat dari
1 MST sampai 6 MST dan mengalami panjang yang konstan atau tidak terlalu jauh
perbandingannya sampai minggu ke 8 MST. Panjang daun kelompok 5 terus
meningkat konstan sampai 8MST. Panjang daun kelompok 6 terus meningkat dari 1
MST sampai 6 MST. Mula-mula lama pertumbuhan lambat namun melambung tinggi
sampai 6MST. Panjang daun mengalami panjang yang konstan mulai dari 6MST
sampai 8 MST.
Berdasarkan data kelas hasil pengamatan lebar tanaman jagung dapat dilihat
pada grafik 4 bahwa kurva tidak signifikan. Kelompok yang paling jelas tidak terlihat
signifikan adalah kelompok 6 dan kelompok 3. Kelompok 6 pada 1 MST sampai 2
MST lebar daun bertambah namun pada 3MST menurun drastis. Hal ini disebabkan
bahwa adanya tanaman yang sudah tinggi dan adanya penyulaman tanaman. Sehingga
lehbar tinggi tidak konstan. Setelah tanaman yang setara dipilih untuk pengamatan
lebar daun meningkat konstan sampai 8MST. Sedangkan kelompok 3 mengalamki
lebar daun yang terus meningkat sampai 4MST namun pada 5MST menurun drastis.
Hal yang sama terjadi yaitu kemungkinan adanya penyulaman yang baru dilakukan
sehingga lebar daun tidak mengalami kurva yang benar atau disebabkan oleh
pengamatan yang tidak sesuai. Rata-rata kelompok peningkatan lebar daun meningkat
sampai 4 MST dan lebar daun konstan dari minggu 5 sampai minggu ke 8.
Berdasarkan data kelas hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung dapat
dilihat pada grafik 2 bahwa pertambahan jumlah daun sangat berbeda-beda. Jumlah
daun yang paling banyak adalah kelompok 1. Berdasrkan grafik tersebut kelompok
satu menglami peningkatan jumlah daun yang sangat drastis pada 8MST
dibandingkan kelompok lainnya. Jumlah daun dari kelompok 5, 4 dan 3 memiliki
rata-rata jumlah daun yang sama serta kelompok 2 dan 6 juga memiliki rata-rata
jumlah daun yang sama. Pertambahan jumlah daun berdasarkan kelompok pada setiap
minggunya mengalami kenaikan dan penurunan. Dilihat dari grafik 2. kurva yang
dihasilkan dari beberapa kelompok berdasarkan rata-ratanya pada 1 MST daun
bertambah jumlahnya sangat pesat sampai 5MST. Namun tiba-tiba menurun pada
6MST dan kembali naik sampai minggu ke 8. Hal ini disebabkan karena banyak daun
yang mengering bahkan mati sehinggat tidak dapat dihitung secara benar. Kelompok
yang mengalami kenaikan jumlah daun kembali setelah 6MST adalah kelompok 3
dan kelompok 6. Kenaikan yang terjadi kemungkinan adanya daun yang masih
menguncup kemudian tumbuh menjadi daun baru pada tanaman jagung. Sedangkan
kelompok 4 dan 5 tidak mengalami kenaikan dan jumlah daun konstan sampai 8MST.
Dari hasil pengamatan panjang daun, lebar daun ,tinggi daun dan jumlah
dengan rata-rata terhadap umur tumbuhan kemudian tergambar dalam sebuah grafik,
kurva yang dihasilkan tersebut dari beberapa kelompok sedikit menyerupai huruf S.
Kenaikan panjang rata-rata daun,lebar daun, tinggi daun dan jumlah daun
menunjukkan ukuran kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman berada pada
fase logaritmik. Hal ini sesuai dengan literatur, yang menyatakan bahwa kurva
menunujukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti
bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme. Namun masih banyak kelompok yang
mengalami kurang ketelitian pada saat pengamatan sehingga kurva tidak sinkron
dengan literatur kurva sigmoid.
Simpulan
Setelah melaksanakan praktikum tersebut, dapat diambil simpulan sebagai
berikut :
Tinggi tanaman jagung manis dalam grafik membentuk kurva sigmoid, hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis terdiri dari
tiga fase, fase awal, fase linier, dan fase penuaan.
Jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun tidak membentuk kurva sigmoid.
Faktor eksternal seperti alam/lingkungan penyebab dari hal tersebut.
Faktor eksternal utama yang paling mempengaruhi ialah hujan.
Hujan mengeluarkan ari yang cukup banyak, hal tersebut memacu
pertumbuhan organ-organ vegetatif secara terus-menerus pada tanaman
jagung manis.
134
Laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis hingga data terakhir ialah 150
cm / 11 MST, dengan nilai pertumbuhan selanjutnya yang akan menurun,
karena pembentukan kurva sigmoid.
Saran
Setelah melaksanakan kegiatan ini, penyusun memberikan saran sebagai
berikut :
a. Saran Untuk Dosen
Hendaknya praktikum seperti ini terus berlanjut kepada angkatan selanjutnya.
b. Saran Untuk Mahasiswa
Hendaknya dalam praktikum seperti ini dilaksankan dengan serius dan jangan
menyia-nyiakan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Plantamor.
2008.
Klasifikasi
Tanaman
Jagung
(http://www.plantamor.com/index.php?plant=1301).
Akses
Manis.
[25
Desember 2010]
Ridwan. 2010. Kurva Sigmoid Pertumbuhan. (http://ridwan.sy08.student.ipb.
ac.id/2010/06/20/kurvas-sigmoid-pertumbuhan/). Akses [25 Desember
2010]
LAMPIRAN
1 MST
5.4
2.7
1.6
1.3
6.4
2 MST
30.0
21.2
7.8
28.3
29.5
7 MST
119.1
113.9
49.5
110.8
103.5
8 MST
128.3
124.8
55.6
117.8
120.1
136
0.0
13.5
15.8
25.1
45.4
80.0
88.9
103.5
6 MST
9
8.13
5.05
5.83
6.5
7
7 MST
11.75
8.13
6.5
6.09
6.75
7.5
8 MST
13.5
7.96
6.3
6.25
6.75
8.25
6 MST
6
6.93
3.75
5.5
4.6
5.16
7 MST
6.4
7.36
5.05
6.05
5.8
5.74
8 MST
6.9
7.73
6.3
5.43
6.4
6.63
7 MST
69.45
80.73
59.5
65.43
59.7
61.41
8 MST
72.4
85.42
53.85
64.78
66.6
72.33
1 MST
1.5
0.94
2
1.26
1.75
0
2 MST
4.25
3.75
4
3.79
4
3.13
3 MST
6
5.69
5.4
6.21
6.5
3.72
1 MST
1.5
0.76
1.3
1.26
1.4
0
2 MST
1.15
1.46
1.5
2.1
1.53
9.6
3 MST
2.7
2.91
1.7
3.33
1.9
2.06
Kelompo
k
1
2
3
4
5
6
1 MST
15.2
0.85
2.8
1.26
4.97
0
138