Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Edi Suriaman dan Juwita
Identifikasi Serangga
1. Rayap (isoptera)
Rayap merupakan serangga kecil berwarna putih pemakan selulosa yang
sangat berbahaya bagi bangunan yang di bangun dengan bahan-bahan yang
mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu (papan partikel, papan
serat, plywood, blockboard, dan laminated board) (Iswanto, 2005).
Rayap termasuk ke dalam ordo isoptera, mempunyai 7 (tujuh) famili
termitidae yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga
pemakan kayu (Xylophagus) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa
(Nandika, 2003). Rayap juga hidup berkoloni dan mempunyai sistem kasta dalam
kehidupannya. Kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu :
1. Kasta prajurit, kasta ini mempunyai ciri-ciri kepala yang besar dan penebalan
yang nyata dengan peranan dalam koloni sebagai pelindung koloni terhadap
gangguan dari luar. Kasta ini mempunyai mandible yang sangat besar yang
digunakan sebagai senjata dalam mempertahankan koloni.
2. Kasta pekerja, kasta ini mempunyai warna tubuh yang pucat dengan sedikit
kutikula dan menyerupai nimfa. Kasta pekerja tidak kurang dari 80-90 %
populasi dalam koloni. Peranan kasta ini adalah bekerja sebagai pencari
makan, memberikan makan ratu rayap, membuat sarang dan memindahkan
makanan saat sarang terancam serat melindungi dan memelihara ratu.
3. Kasta reproduktif, merupakan individu-individu seksual yang terdiri dari
betina yang bertugas bertelur dan jantan yang bertugas membuahi betina.
Ukuran tubuh ratu mencapai 5-9 cm atau lebih.
Selain mempunyai kasta dalam koloninya rayap juga mempunyai sifat-sifat
yang sangat berbeda dibanding dengan serangga lainnya. Menurut Nandika (2003)
dan Tambunan et al (1989) sifat rayap terdiri dari :
1. Cryptobiotik, sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya.
2. Thropalaxis, perilaku rayap yang saling menjilati dan tukar menukar makanan
antar sesama individu.
3. Kanibalistik, perilaku rayap untuk memakan individu lain yang sakit atau
lemas.
4. Neurophagy, perilaku rayap yang memakan bangkai individu lainnya.
2. Collembola
Collembola berasal dari bahasa Yunani baji atau pasak. Serangga ini tidak
bersayap dan ukurannya kurang 6 mm. Tubuh memanjang atau oval dan
umumnya berwarna hitam. Antena terdiri atas 4 ruas. Pada ruas abdomen ke
empat atau ke lima biasanya terdapat struktur menggarpu (furcula) yang berfungsi
sebagai alat peloncat. Pada ruas abdomen pertama terdapat struktur seperti tabung
(collophore) yang berfungsi untuk melekat dan pada ruas ke tiga terdapat struktur
pemegang fucula yang disebut tenaculum. Collembola sering dijumpai di dalam
tanah, di bawah serasah, di bawah kulit kayu yang rapuh, dalam bahan organik
yang membusuk dan pada permukaan air. Kebanyakan Collembola sebagai
pemakan bahan organik (saprofag) dan pemakan cendawan (misetofag) dan jarang
sebagai hama (Jumar, 2000).
Ordo Collembola dibagi menjadi 2 sub ordo, yaitu subordo arthroplona dan
subordo symphypleona (Jumar, 2000).
Davis, A.J. & S.L. Sutton. 1989. The effects of rainforest canopy loss on
arborealdung beetles in Borneo: implications for the measurement of
biodiversity in derived tropical ecosystems. Divers. Distrib.
Davis, A.J., Holloway, J.D., Huijbregts, H., Krikken, J., Kirk-Spriggs, A.H. & S.
Halffter, G. & M.E. Favila. 1993. The Scarabaeinae (Coleoptera): an animal group
for analysing, inventorying and monitoring biodiversity in tropical
rainforest and modified landscapes. Biol. Internat.
Iswanto, Apri Heri. 2005. Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode
Penanggulangannya. e-USU Repository ©2005 Univeristas Sumatera
Utara
McGeoch, M., Van Rensburg, B.J. & A. Botes. 2002. The verification and
application of bioindicators: a case study of dung beetles in a savanna
ecosystem. J. Appl. Ecol.
Nandika, D. Yudi R. dan Farah Diba. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.
Harun JP, ed. Surakarta : Muhammadiyyah Univ. Press.
Oka, Ida Nyoman. 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di
Indonesia. Yogyakarta: UGM Press
Peck SL, McQuaid B & Campbell CL. 1998. Using ant species (Hymenoptera:
Formicidae) as a biological indicator of agroecosystem condition. J.
Entomol. Soci. America.
Pearson, D.L. 1994. Selecting indicator taxa for the quantitative assessment of
biodiversity. Philosophical Transaction of the Royal Society of London,
Series B : Biological Sciences.
Samways MJ. 1995. Insect Conservation Biology. Chapman & Hall, London.
Speight, M.R., Hunter, M.D., Watt, A.D., 1999. Ecology of Insects, Consepts and
Applications.Blackwell Science,Ltd.
Suin, Muhammad, Nurdin. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.