Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
1
Peneliti Terdahulu
Failus Garin Abtelia (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Tinjauan
Pelaksanaan Visum Et Repertum dari Aspek Teori Hukum Kesehatan dan
Prosedur Tetap di RSUD Tidar Kota Magelang.
Rumah Sakit Tidar Magelang adalah salah satu rumah sakit yang
mayat diperlukan untuk meninjau dan revisi prosedur dan peralatan (SOP)
dalam pandangan pentingnya prosedur tetap sebagai petugas bimbingan dalam
melaksanakan tugasnya.
2
perlu dipertahankan dengan keamanan yang memadai. Pada saat survei awal yang
dilakukan dengan adanya masalah yang terjadi yaitu sering kehilangan dokumen
rekam medis yang terjadi setiap hari yang tidak terdeteksi di Rumah Sakit Umum
RA Kartini Jepara, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dan akan
dikaitkan dengan hukum kesehatan atau hukum dan peraturan yang berlaku, maka
dengan demikian peneliti bertujuan untuk memahami bagaimana aspek keamanan
dan dalam hal hukum kesehatan dokumen fisik rekam medis di Rumah Sakit
Umum RA Kartini Jepara 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan metode observasi dan wawancara dengan pendekatan cross-sectional.
Keamanan dokumen yang meliputi pengelolaan dan penyimpanan dokumen
rekam medis sebagai objek dan rekam medis untuk pengajuan dan kepala rekam
medis sebagai subyek
2.2
Materi
Failus Garin
Abtelia
Tinjauan
Pelaksanaan Visum
Et Repertum dari
Aspek Teori Hukum
Kesehatan dan
Prosedur Tetap
Memberikan
masukan dan saran
bagi rumah sakit
agar pelaksaan
Visum Et Repertum
sesuai dengan aspek
teori hukum
kesehatan dan
prosedur tetap di
RSUD Tidar
Magelang.
Topik
Manfaat
Lokasi
RSUD Tidar
Magelang
Obyek
Metode
Unit Pelaksanaan
Visum Et Repertum
Deskriptif Evaluatif
Muhammad
Husni Azam
Aspek Keamanan
Isi dan Fisik
Dokumen Rekam
Medis Ditinjau dari
Hukum Kesehatan
Evaluasi Pelepasan
Informasi Medis
dalam Menjamin
Kerahasiaan rekam
Medis pasien
Memberi
masukkan dan
saran bagi rumah
sakit terkait
keamanan rekam
medis yang di
tinjau dari hukum
kesehatan yang
harus di jaga
kerahasiaannya di
RSU RA Kartini
Jepara.
RSU RA Kartini
Jepara
Memberikan
masukkan, saran dan
perbaikan terkait
peminjaman berkas
dan pelepasan
informasi medis
dalam menjamin
kerahasiaan
dokumen rekam
medis pasien di
RS.Bhayangkara
Bondowoso.
RS.Bhayangkara
Bondowoso
Deskriptif
Rumah Sakit
Pengertian Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa
perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun pelayanan instalasi. Rumah sakit
sebagai salah satu sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah, dan
atau masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan yang juga
merupakan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yaitu setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit
(preventif),
(rehabilitatif)
yang
penyembuhan
dilaksanakan
penyakit
secara
(kuratif)
serasi
dan
dan
pemulihan
terpadu
serta
berkesinambungan.
2.3.1
medis.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,
dan
2.3.2
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya.
1
tentang rumah sakit, rumah sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan
setelah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
2.3.3
tentang rumah sakit, Rumah Sakit Umum Kelas C diklasifikasikan sebagai rumah
sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
2.4
2.4.1
Rekam Medis
Pengertian Rekam Medis
Dalam Permenkes No. 269/Menkes/Per/III/tahun 2008 tentang Rekam
Medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
Rekam Medis yang bermutu menurut Raden Sanjoyo (2007) adalah :
1. Akurat, menggambarkan proses dan hasil akhir pelayanan yang diukur
secara benar
2. Lengkap, mencakup seluruh kekhususan pasien dan sistem yang
dibutuhkan dalam analisis hasil ukuran
3. Terpercaya, dapat digunakan dalam berbagai kepentingan
4. Valid atau sah sesuai dengan gambaran proses atau produk hasil akhir
yang diukur
5. Tepat waktu, dikaitkan dengan episode pelayanan yang terjadi
6. Dapat digunakan untuk kajian, analis, dan pengambilan keputusan
7. Seragam, batasan sebutan tentang elemen data yang dibakukan dan
konsisten penggunaaannya di dalam maupun di luar organisasi
8. Dapat dibandingkan dengan standar yang disepakati diterapkan
9. Terjamin kerahasiaannya
10. Mudah diperoleh melalui sistem komunikasi antar yang berwenang.
2.4.2 Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis
1. Tujuan Rekam Medis
Menurut Depkes RI (2008), tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya
tertib administrasi dalam rangja upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.Tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
tidak akan tercipta tertib administrasi rumah sakit sebagaimana yang diharapkan.
Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
didalam upaya pelayanan kesehatan di rmah sakit.
2. Kegunaan Rekam Medis
Menurut Depkes RI (2008), kegunaan rekam medis dibagi menjadi
beberapa aspek, antara lain :
a. Aspek Administrasi
b. Aspek Medis
6
c.
d.
e.
f.
g.
Aspek Hukum
Aspek keuangan
Aspek penelitian
Aspek Pendidikan
Aspek Dokumentasi
Menurut Huffman (1999), dokumen rekam medis atau catatan medis yang
berisi banyak informasi dan kegunaan, baik personal ataupun impersonal.
Penggunaan personal adalah dengan nama pasien perlu tercantum didalamnya.
Permintaan untuk mengkopi/menduplikasi suatu bagian dari catatan medis pasien
oleh perusahaan asuransi yang menjamin keperawatannya adalah contoh
penggunaan personal. Menduplikasi ini diperlukan untuk memproses klaim
asuransi pasien dan merupakan pelayanan untuk pasien tersebut.
Penggunaan catatan medis yang adil/impersonal adalah penggunaan
dengan identitas pasien tidak diperlukan. Penggunaan data dari 1000 catatan
medis untuk penelitian riset adalah salah satu contohnya. Alasan utama bagian
medis perlu membedakan kedua istilah ini adalah karena ijin pasien atau kuasa
hukumnya diperlukan sebelum informasi bisa dilepaskan untuk penggunaan
personal. Berikut merupakan catatan medis yang dipergunakan dalam sejumlah
cara dan kebutuhan:
a
selanjutnya.
Memperbaiki Mutu : sebagai evaluasi pelayanan yang lengkap dan
kesehatan.
Pendidikan : menyediakan kasus aktual untuk pendidikan tenaga
kesehatan.
7
f
g
menyeluruh.
Perencanaan dan Pemasaran : mengidentifikasi data yang perlu untuk
memilih dan mempromosikan fasilitas pelayanan kesehatan.
2.4.3
komunikasi antara dokter atau tenaga medis dengan pasien, yang isinya
merupakan milik pasien dan berkasnya milik fasilitas kesehatan sesuai
berdasarkan Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 BAB V Pasal 12 yaitu :
Ayat (1)
Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan
Ayat (2)
Isi rekam medis milik pasien
Ayat (3)
Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan rekam medis.
Ayat (4)
Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
diberikan, dicatat atau dicopy oleh pasien atau oleh orang yang diberi kuasa atau
atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Selanjutnya kepemilikan rekam medis ini juga dipertegas dalam Undangundang RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 47 ayat (1) Dokumen rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau
sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
Menurut Huffman (1999), Catatan medis atau dokumen rekam medis yang
dikembangkan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dianggap sebagai milik
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Akan tetapi, informasi yang terdapat
didalamnya adalah milik pasien dan harus bisa diperoleh pasien atau yang
mewakilinya secara hukum (kuasa), melalui permintaan yang seharusnya.
Peraturan mengenai akses ke catatan medis bervariasi menurut bagian undang8
undang negara. Kenyataan bahwa kertas tempat penyimpanan data pasien dimiliki
oleh fasilitas pelayanan kesehatan, tidak bisa mencegah pihak lain untuk menuntut
agar bisa melihat dan mengkopi atau menduplikasi informasi didalamnya. Untuk
ini perlu dipahami aspek-aspek hukum dokumen rekam medis.
2.4.4
c
d
dibubuhi paraf.
Tulisan harus jelas dan dapat dibaca (juga oleh orang lain)
1) Kesalahan yang diperbuat oleh tenaga kesehatan lain karena
salah baca dapat berakibat fatal.
2.4.5
medis pasien kepada pihak lain dan kepada pasien. Pelepasan informasi medis
harus mengikuti prosedur yang berlaku, informasi medis dapat diberikan, apabila
pasien menandatangani serta memberikan kuasa kepada pihak ketiga/pihak lain
untuk mendapatkan informasi medis menegnai dirinya, hal ini bertujuan untuk
melindungi umah sakit dari tuntutan yang lebih jauh. Selain itu dalam hal
pelepasan informasi medis kepada pihak lain untuk kepentingan diluar rumah
sakit yang berwenang ialah pimpinan rumah sakit karena atas peretujuan atau
keputusan pimpinan rumah sakit rekam medis dapat dilepaskan, khususnya pada
pengkopian isi rekam medis juga harus atas persetujuan kepala instalasi rekam
medis yang akan bermusyawarah dengan pimpinan rumah sakit apabila ada
keragu-raguan. Apabila pembukaan isi rekam medis atas permintaan pasien guna
untuk menjelaskan isi rekam medis dapat dilakukan oleh dokter yang merawat
pasien.
2.4.6
Asuransi
Pasien / keluarga pasien
Rumah sakit yang memberi tempat rujukan
Dokter lain yang merawat pasien
Kepolisian
Untuk keperluan pengadilan
Pemberian informasi medis harus mengikuti prosedur yang berlaku,
10
11
secara mental tidak berkompeten) atau keluarga terdekat kecuali jika ada
ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaklah juga ditanda
tangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan informasi medis
seorang pasien dan disimpan didalam berkas rekam medis tersebut.
9. Informasi di dalam rekam medis boleh di perlihatkan kepada perwakilan
rumah sakit yang sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam
hal-hal yang bersangkutan dengan pertanggung jawaban.
10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain, tanpa surat kuasa yan
ditanda tangani oleh pasien berdasarkan perintaan dari rumah sakit itu
yang menerangkan bahwa pasien sekarang dalam perawatan mereka.
11. Dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan mengenai pasien
pada suatu rumah sakit, harus memiliki surat kuasa dari pasien tersebut,
tidak boleh seorang beranggapan bahwa pemohon seorang dokter yang
seolah- olah lebih berhak untuk memperoleh informasi dari pemohon yang
bukan dokter. Rumah sakit dalam hal ini akan berusaha memberikan
segala pelayanan yang pantas kepada dokter luar, tetapi selalu berusaha
lebih memperhatikan kepentingan pasien dan rumah sakit.
12. Ketentuan ini tidak saja berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi juga
berlaku bagi semua orang yang menangani rekam medis dibagian
perawatan, bangsal- bangsal dan lain lain.
13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa kluar rumah sakit, kecuali bila
atas pemintaan pengadilan dengan surat kuasa khusus tertulis dari dari
pimpinan rumah sakit.
14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk dibawa
kebagian lain dari rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk transaksi
dalam kegiatan rumah sakit itu. Apabila mungkin rekam medis ini
hendaknya diperiksa dibagian setiap waktu dapat dikeluarkan bagi mereka
yang memerlukan.
15. Dengan persetujuan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis untuk
keperluan riset diperbolehkan, mereka yang bukan dari staf rumah sakit,
apabila ingin melakukan riset harus memperoleh persetujuan tertulis dari
pimpinan rumah sakit.
16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa kepengadilan hendaklah
dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto statik rekam medis
13
yang dimaksud. Apabila hakim meminta yang asli tanda terima harus
diminta dan disimpan di folder sampai rekam medis yang asli tersebut
kembali.
17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar tau menyetujui untuk
membayar ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya. Tidak dapat
dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan informasi medis
pegawai tersebut kepada majikan tersebut tanpa tanda surat kuasa
/persetujuan tertilis dari pasien atau walinya yang sah.
18. Pengesahan untuk membeikan informasi hendaklah berisi indikasi
mengenai periode- periode perawatan tertentu. Surat kuasa / peretujuan itu
hanya berlaku untuk informasi medis termasuk dalam jangka waktu /
tanggal yang di tulis didalamnya.
2.4.7
14
menolak (hak tolak atau hak undur diri), tetapi karena kekuasaannya
hakim bisa menggugurkanhak undur diri dokter tersebut.
a) Di tingkat penyidik : Pasal 120 KUHAP ( Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana)
(1) Dalam hal penyidik perlu dapat meminta pendapat ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.
(2) Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji
dimuka penyidik bahwa akan memberikan keterangan
menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya, kecuali bila
disebabkan harkat dan martabat pekerjaan jabatannya yang
mewajibkan untuk menyimpan rahasia, dapat menolak
untuk memberikan keterengan yang diminta.
b) Di tingakat pengadilan : Pasal 170 KUHAP (Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana).
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat, atau
jabatannya diwajibkan untuk memberi keterangan sebagai
saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk
permintaan tersebut.
Jadi dijelaskan kepada aparat penega hukum mana, dokter bisa
melepaskan rahasia jabatan/kedokteran. Pada tingkat penyidikan
mutlak tidak bisa melepaskan rahasia jabatan/kedokteran, karena
seandainya dokter menuruti permintaan penyidik, baik sebagi saksi
atau tersangka, maka akan menimbulkan masalah baru (aduan baru).
Pada tingkat pengadilan, pada saat haim meminta dokter untuk
membaca rekam medis atau menjadi saksi terhadap masalah seorang
pasien, maka yang pertama harus mengajukan hak undur diri/hak
ingkar atas nama jabatan (ayat 1), tetapi apabila hakim tetap meminta
(tidak mengabulkan hak undur diri itu), maka seorang dokter harus
bersaksi atau membacakan rekam medis yang dituliskan (ayat 2).
Berikut ini yang disebut : boleh melepaskan hak untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum (hakim) dalam rangka penegakan
hukum atas perintah pengadilan.
15
cara:
1) Lisan
2) Tertulis dalam bentuk resume medis
3) Fotocopi : full fotokopi atau sebagian
d Bila pasien terikat kontrak dengan pihak ketiga (perusahaan,
asuransi atau TNI) dan pihak ketiga dapat memperlihakan salah
satu klausul perjanjian antara pihak ketiga dan pasien yang
menyatakan bahwa pihak ketiga berhak atas rahasia medis
pasien, maka pihak rumah sakit bisa langsung memberikan
permintaan atas isi rekam medis pasien tanpa adanya surat
kuasa dari pasien, untuk yang anggota TNI, biasanya pasien
akan berobat di RS kesatuannya dimana dokternya juga
seorang anggota TNI. Maka atas permintaan atasan pasien,
dokter boleh memberikan isi rekam medis (rahasia kedokteran)
pasien kepada atasannya. Adapun aturan yang mengaturnya
adalah Pasal 51 ayat (1) KUHP yang berbunyi : orang yang
16
dipersalahkan.
Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundangundangan adalah dasar dari hal tersebut diatas adalah bahwa seseorang
tidak akan dipidana bila melaksanakan peraturan /perintah dalam
Undang-Undang, yaitu Pasal 50 KUHP (Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana) yang menyatakan bahwa Tidak dipidana seseorang
yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan peraturan perundangundangan. Artinya, selama dia melaksanakan perintah UndangUndang, walaupun yang diperbuatnya adalah perbuatan yang
adalah
dengan
adanya
penelitian
atau
dengan
17
maka yang pantas menerangkan secara lisan atau tertulis adalah dokter
atau salah satu dokter bila dalam sebuat tim yang memberikan
penjelasannya, jangan dokter yang tidak merawat dan perawat atau
petugas kesehatan lainnya.
Pimpinan rumah sakit/sarana
pelayanan
kesehatan
dapat
kedokteran.
Pasien atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit yang
menginformasikan melalui media masa, dianggap telah
2.4.8
penjelasan) yang baik dan benar. Disini petugas penerima kembali bertanggung
jawab untuk menjelaskan isi persetujuan dan tujuannya.
Advace directive atau keinginan yang diajukan lebih awal disebut juga
living wills(wasiat hidup) adalah perintah tertulis mengenai apa yang diinginkan
atau tidak diinginkan pasien. Undang-undang The Patient Selt determination Act
yang disetujui tahun 1990 mewajibkan fasilitas kesehatan untuk menyatakan
kepada pasien apakah dia memiliki advance directive, dan mencatat jawabannya
di dalam catatn medis. Sebagai tambahan, kalau ada undang-undang negara
bagian mengenai advance directive, wasiat hidup, hak untuk mati, atau mati
dengan terhormat, rumah sakit harus mematuhinya.
Undang-undang ini mengatur untuk rumah sakit, fasilitas kesehatan yang
merawat pasien dengan terlatih, badan perawatan rumah tangga, dan hospice yang
mengobati pasien Medicare atau Medicaid. Persyaratan utamanya antara lain
sebagai berikut :
a
sendiri.
Intitusi harus mencatat didalam catatan medis apakah pasien memiliki
suatu advance directive.
19
2.4.9
dibenarkan.
Tanggal yang tepat, kejadian, kondisi hingga batas waktu ijin yang
harus terdapat unsur keakuratan informasi dan kemudahan akses menjadi tuntutan
pihak organisasi pelayanan kesehatan, praktisi kesehatan serta pihak ketiga yang
berwenang. Bagi pihak yang membutuhkan informasi harus senantiasa
menghormasti privasi pasien. Secara keseluruhan, keamanan, privasi, kerahasiaan
dan keselamatan adalah perangkat yang membentengi informasi dalam rekam
medis. Dengan begitu berbagai pihak yang berwenang yang membutuhkan
informasi yang lebih rinci sesuai dengan tugasnya senantiasa menjaga keempat
unsur diatas. Dalam konsep pelayanan kesehatan, dikenal istilah privasi,
kerahasiaan, dan keamanan.
a
Privasi adalah hak seseorang untuk mengontrol akses informasi atas rekam
medis pribadinya.
Kerahasiaan adalah proteksi terhadap rekam medis dan informasi lain
pasien dengan cara menjaga informasi pribadi pasien dan pelayanannya.
Dalam pelayanan kesehatan, informasi itu hanya diperuntukkan bagi pihak
tenaga kesehatan yang berwenang.
20
Keamanan
kerahasiaan
adalah
rekam
perlindungan
medis.
terhadap
Dengan
kata
privasi
lain,
seseorang
keamanan
dan
hanya
4
5
akan dilakukan.
Meminta persetujuan terhadapa tindakan yang akan dilakukan.
Membuat dan memelihara rekam medis.
Kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran tidak hanya dilakukan
oleh tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan dan lain-lain, tetapi petugas
rekam medis juga harus menjaga rahasia jabatan dan pekerjaan sebagai
administratif di unit rekam medis dalam pelayanan kesehatan. Hal-hal yang
menyangkut tentang kerahasiaan rekam medis, diatur di dalam Permenkes RI No.
269/MENKES/PER/III/2008.
BAB IV :
Pasal 10 ayat (1)
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya
oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 11 ayat (1)
Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dibuka oleh dokter atau
dokter gigi yang merawat pasien dengan ijin tertulis pasien atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB V :
21
22
tangguangan polisi (buronan), hal ini perlu disembunyikan demi kenyamanan dan
ketenangan dari pihak-pihak yang tidak berwenang.
2.5
Batasan PDCA
Proses PDCA (Planning, Do, Check, Action) berlangsung dengan didasar
kesadaran kualitas. PDCA merupakan suatu proses yang tidak hanya berlangsung
terus-menerus, tetapi secara sistematis, PDCA berlangsung diseluruh bagian dan
mekanisme pelayanan. PDCA dari tiap-tiap kegiatan berlangsung bersama-sama
dan harmonis menuju suatu peningkatan kegiatan pelayanan. PDCA merupakan
cara sistematik untuk memecahkan masalah dalam rangka perbaikan.
2.5.2
PDCA terdiri dari atas beberapa langkah yang dapat dilakukan secara
berkesinambungan. Adapun langkah-langkah tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning)
didasarkan
pada
pemilihan
prioritas
23
atau
24