Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN KASUS

SEIZURE E.C ELECTRICAL INJURY (LUKA BAKAR


GRADE II A/R DIGITI I, II, DAN III MANUS
SINISTRA) (W85)+ HIPERAKUT STEMI

Oleh
Vidia Asriyanti
NIM. I11110031

Pembimbing:
dr. Hilmi K. Riskawa, Sp. A, M. Kes

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS KARTIKA HUSADA
KUBU RAYA
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul :


SEIZURE E.C ELECTRICAL INJURY (LUKA BAKAR GRADE II A/R
DIGITI I, II, DAN III MANUS SINISTRA) (W85)+ HIPERAKUT STEMI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan kegiatan
Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Kesehatan Anak

Pembimbing,

dr. Hilmi K. Riskawa, Sp.A., M.Kes

Pontianak, Mei 2016


Penyusun,

Vidia Asriyanti
NIM. I11110031

LAPORAN KASUS
OLEH
: VIDIA ASRIYANTI
PEMBIMBING
: DR. HILMI KURNIAWAN RISKAWA, Sp. A, M. Kes
TANGGAL / HARI : 27 MEI 2016
SEIZURE E.C ELECTRICAL INJURY (LUKA BAKAR GRADE II A/R
DIGITI I, II, DAN III MANUS SINISTRA) (W85)+ HIPERAKUT STEMI
A.

Identitas
A, anak laki-laki berusia 7 tahun, nomor Rekam Medik (RM) 096496, pasien
merupakan konsulan dari teman sejawat dokter spesialis bedah dengan
electrical injury. Pasien dirawat di Ruang Dahlia RS Kartika Husada selama 2
hari dari tanggal 17 April 2016 sampai tanggal 18 April 2016.

B.

Anamnesis (anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis tanggal 17


April 2016, perawatan hari ke-1)
Keluhan Utama : kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit (SMRS). Saat pasien kejang, tubuh, kedua tangan dan kaki
kelojotan, pasien tidak sadar, dan mulutnya berbuih. Kejang berlangsung
selama 2 3 menit, setelah kejang berhenti pasien sadar. Keluhan lain
seperti nyeri kepala, nyeri dada, jantung berdebar, nyeri perut, badan terasa
kaku, dan sesak napas setelah pasien sadar disangkal, namun pasien kadang
merasa tubuhnya kesemutan, lemas, mual, dan muntah sebanyak 1 kali dialami
oleh pasien. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Sebelum pasien kejang, pasien
tersetrum kawat listrik selama 5 menit ketika bermain di halaman rumahnya.
Kawat listrik berasal dari kabel steker listrik yang terhubung ke arus listrik
rumah tangga yang menurut keluarga pasien tidak bertegangan tinggi. Setelah
tersetrum, pasien tidak sadarkan diri dan terjatuh ke parit dengan kepala
masuk ke dalam air, tetapi pasien segera diangkat keluar dari air.
Pasien kemudian dibawa oleh orangtuanya ke Unit Gawat Darurat
(UGD) Rumah Sakit (RS) Kartika Husada karena keluhan kejangnya setelah
tersetrum kawat listrik kemudian, pasien disarankan untuk dirawat inap.
Riwayat kejang sebelumnya tidak pernah dialami oleh pasien. Riwayat
alergi, asma dan sakit sebelumnya disangkal oleh ibu pasien. Anggota

keluarga pasien juga tidak ada yang memiliki riwayat kejang demam, epilepsi,
alergi, dan asma.
Anak mulai mengangkat kepala pada usia 3 bulan, tengkurap dan
membalikkan badan pada usia 6 bulan. Anak mulai belajar berdiri sendiri pada
usia 1 tahun dan bisa berjalan pada usia 1 tahun lebih. Menurut ibu pasien
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak ada yang terlambat dan sama
seperti anak-anak normal lainnya. Pasien diberi ASI dari lahir sampai usia 2
minggu, setelah itu diganti dengan susu formula. Pasien masih minum susu
hingga saat ini. Bubur yang dihaluskan diberikan pada pasien saat usia 6 tahun
dan mulai makan makanan dewasa saat usia 1 tahun. Pasien sudah mendapat
imunisasi lengkap sesuai program imunisasi pemerintah. Pasien lahir dari ibu
dengan P1A0, pada usia kehamilan cukup bulan, persalinan di rumah sakit
dibantu oleh dokter. Saat lahir langsung menangis, berat badan lahir 3400 gr.
Saat hamil, ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya setiap
bulan sekali di puskesmas dengan bidan. Selama kehamilan ibu pasien tidak
pernah sakit.
C.

Pemeriksaan fisik (tanggal 17 April 2016, perawatan hari ke-1)


1) Keadaan Umum
: Sakit sedang, tampak lemah
2) Kesadaran
: compos mentis
3) Antropometri
- Berat badan
: 24 kg
- Panjang badan
: 115 cm
Status Gizi (WCGS, 2007) :
- Berat Badan/Umur
: 0 SD s.d -2 SD
- Panjang Badan/Umur
: 0 SD s.d -2 SD
- Berat Badan/Panjang Badan
: 0 SD
- Status gizi
: baik
4) Status Generalis
Tanda Vital
- Nadi
: 86 kali/menit, ireguler, kuat angkat
- Napas
: 22 kali/menit, irama teratur, tipe abdominotorakal
- Suhu
: 36,6 C
- Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Kepala
: Normosefali
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
kelopak mata tidak cekung, pupil isokor, refleks
Telinga

cahaya (+/+), pergerakan bola mata (+)


: Tidak ada sekret, aurikula tidak hiperemis,
3

Hidung
Mulut

membran timpani intak


: Tidak ada sekret, mukosa hidung tidak hiperemis
: Mukosa bibir dan mulut basah, lidah tidak kotor,

Tenggorokan
Leher

sianosis (-).
: Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
tidak ada kaku kuduk.

Paru
a.
b.
c.
d.

Inspeksi
: Bentuk dan gerak dada simetris
Palpasi
: Fremitus taktil paru kanan dan kiri sama
Perkusi
: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar vesikuler di paru kanan dan
kiri,
tidak ada wheezing, tidak ada ronki

Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
c. Perkusi
: batas jantung kanan SIC (spatium
intercostal) IV linea parasternal dextra, pinggang
jantung SIC II linea parasternal sinistra, batas
jantung kiri SIC V linea axillaris anterior
d. Auskultasi
: S1 dan S2 tunggal, ireguler, tidak
ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi
Anus dan genitalia
Ekstremitas

:
:
:
:

Tampak datar, tidak tampak massa


Bising usus normal
Timpani di seluruh lapang abdomen
Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
tidak asites
: Memiliki genitalia eksterna berjenis laki-laki, tidak
ada kelainan genitalia dan anus
: Akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 2
detik, kekuatan motorik ekstremitas atas (555/555)
ekstremitas bawah (555/555), eutonus pada keempat
ekstremitas, edema (-), terdapat luka bakar grade II

a/r digiti I, II dan III manus sinistra. SpO2 : 98%


Status lokalis a/r digiti I, II dan III manus sinistra

5) Status neurologis
Glasgow Coma Scale (GCS) : E4V5M6
Rangsang meningeal
:
a. Kaku kuduk

: negatif

b. Brudzinski I

: negatif

c. Brudzinski II

: negatif/negatif

d. Kerniq

: negatif/negatif

e. Laseque

: negatif/negatif

Nervus kranialis
N.I
N.II
N.III

N.IV
N.V

Nervi Kraniales
Daya Pembau
Daya Penglihatan
Ptosis
Gerakan mata ke medial
Gerakan mata ke atas
Gerakan mata ke bawah
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Reflek cahaya langsung
Reflek cahaya konsensual
Strabismus divergen
Gerakan mata ke lateral
bawah
Strabismus konvergen
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Reflek kornea

Kanan
Baik
Baik
+
+
+
3 mm

Kiri
Baik
Baik
+
+
+
3 mm
Isokor

+
+

+
+
-

+
+
+
Baik
+
5

N.VI
N.VII

N.VIII

N.IX

N.X

N.XI

N.XII

Trismus
Gerakan mata ke lateral
Strabismus konvergen
Kedipan mata
Lipatan naso-labial
Sudut mulut
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
Daya kecap lidah 2/3 depan
Mendengar suara berbisik
Mendengar detik arloji
Tes Rinne
Tes Schwabach
Tes Weber
Arkus Faring
Daya kecap lidah 1/3
belakang
Refleks muntah
Sengau
Tersedak
Denyut nadi
Arkus Faring
Bersuara
Menelan
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
Sikap lidah

+
-

+
+
+
+

+
+
+
Baik

+
+

+
+
Tidak dinilai
Tidak dinilai
Tidak dinilai
+
Baik
Baik
+
+
+
+

+
Simetris

+
-

+
Baik

Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Trofi otot lidah
Ekstremitas

:
G

Tr: atrofi

Baik
Baik
555

B
K

555

555

Tn

555
E

RF

++

++

++

++

RP

Sensibilitas (protopatik, proprioseptif)


a. Ekstremitas atas
b. Ektresmitas bawah

Cl - / -

: Baik
: Baik

Vegetatif (Otonom) : Gangguan BAK (-), BAB (-)


D.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tanggal 17/04/2016, hasil pemeriksaan di laboratorium RS
Kartika Husada (07:03)
- Leukosit
: 15.700/mm3 (Normal : 4.000-12.000 /mm3 )
- Eritrosit
: 4.81 juta/mm3(Normal : 3.50-5.50 juta/mm3)
- Hemoglobin
: 12,8 g/dl
(Normal : 11,5-14,5 g/dl)
3
- Trombosit
: 402/mm
(Normal : 150.000-400.000/mm3 )
- Hematokrit
: 39,1%
(Normal : 33-43%)
Pemeriksaan urinalisis tanggal 17/04/2016, hasil pemeriksaan di laboratorium
RS Kartika Husada
Makroskopis
-

Warna
Kejernihan
Berat jenis
pH
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Blood

: Kuning muda
: Agak keruh
: 1,020
: 5,0
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

Mikroskopis
-

Eritrosit
Leukosit
Epitel
Silinder
Kristal

: 1 2 LPB
: 1 2 LPB
: (+)
: (-)
: (-)

Pemeriksaan kimia darah tanggal 17/04/2016, hasil pemeriksaan di


laboratorium RS Kartika Husada:
-

GDS
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin

: 137 mg/dl
: 23 /l
: 26 /l
: 19 mg/dl
: 0,7 mg/dl

Pemeriksaan EKG tanggal 17/04/2016


-

Frekuensi
Irama
Ritme
Aksis
Zona transisi
Morfologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

: 100 x/menit
: Sinus
: Ireguler
: Normal
: V3-V4
:
Gelombang P
Interval PR
Interval QRS
Interval QT
Segmen ST
Gelombang T

Kesan

: Ireguler sinus ritme + Hiperkalemia dd/hiperakut ST-

: P pulmonal (-), P mitral (-)


: 0,12 s
: 0,08 s
: 0,32 s
: ST elevasi (-), ST depresi (-)
: T inversi di V1, tall T di V4-V5

elevasi miokard infark (STEMI)


E.

Diagnosis Banding
Seizure e.c dd/ Electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan III
manus sinistra)+hiperkalemia dd/hiperakut STEMI
Near drowning + electrical injury (luka bakar grade II a/r
digiti I, II, dan III manus sinistra)+hiperkalemia dd/hiperakut
STEMI

F.

Diagnosis Kerja
Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan III manus
sinistra) hiperkalemia dd/hiperakut STEMI

G.

Tata Laksana
- Intra Venous Fluid Drop (IVFD) Ringer Laktat 20 tpm
- Cefotaxime 3 x 1 g intravena (IV)
8

Sibro (mengandung Radix scutellarae 0,87 gr, Phellodendri cortex


0,87 gr, Rhizoma coptidis 0,87 gr, minyak wijen, Ceraflara) 3 x 1

H. Saran

oles pada luka bakar


EKG serial per 6 jam
Cek Elektrolit (natrium, kalium, kalsium)
: pemeriksaan kadar enzim jantung

I. Pemantauan
Minggu/17 April 2016 pukul 20.30 WIB (Perawatan hari ke-1, hari sakit ke-1)
S : Mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), kejang (-), nyeri dada (-), nyeri
perut (-), jantung berdebar (-), kesemutan (-), sesak (-) makan dan minum
baik. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU : sakit sedang, BP 100/60 mmHg, HR 84 x/menit, RR 20 x/menit, T
36,3 C, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), bunyi jantung SI dan
SII reguler, murmur (-), gallop (-) , abdomen supel, BU (+) normal, timpani,
nyeri tekan (-), kekuatan motorik 555/555 pada ekstremitas atas dan 555/555
pada ekstremitas bawah, eutonus pada keempat ekstremitas.
Hasil pemeriksaan EKG (jam 21.15 WIB)
Frekuensi
: 86 x/menit
Irama
: sinus
Ritme
: reguler
Aksis
: normal
Zona transisi
: V3 V4
Morfologi
:
Gelombang P : pulmonal (-), mitral (-)
Gelombang Q patologis (-)
Segmen QRS : 0,12 s
Segmen QT : 0,32 s
Segmen ST : ST elevasi (-), ST depresi (-)
Gelombang T : T inversi (+) di lead V1, T Tall di V3, V4, V5
Kesan
: reguler sinus ritme, hiperkalemia dd/hiperakut STEMI
Hasil pemeriksaan EKG (jam 04.00 WIB, tanggal 18 April 2016)
Frekuensi
: 75 x/menit
Irama
: sinus
Ritme
: reguler
Aksis
: normal
Zona transisi
: V3 V4
Morfologi
:
Gelombang P : pulmonal (-), mitral (-)

Gelombang Q patologis (-)


Segmen QRS : 0,08 s
Segmen QT : 0,32 s
Segmen ST : ST elevasi (-), ST depresi (-)
Gelombang T : T inversi (+) di lead V1, T Tall di V2, V3, V4, V5
Kesan
: reguler sinus ritme, hiperkalemia dd/hiperakut STEMI
A : Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan III
manus sinistra)+ hiperkalemia dd/hiperakut STEMI
P : Intra Venous Fluid Drop (IVFD) Ringer Laktat 20 tpm
Cefotaxime 3 x 1 g iv
Sibro (mengandung Radix scutellarae 0,87 gr, Phellodendri cortex 0,87
gr, Rhizoma coptidis 0,87 gr, minyak wijen, Ceraflara) 3 x 1 oles pada
luka bakar
EKG serial per 6 jam
Senin/18 April 2016 pukul 06.00 WIB (Perawatan hari ke 2, hari sakit ke-2)
BB: 24 kg
S : Demam (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), sakit kepala (-), nyeri dada
(-), nyeri perut (-), jantung berdebar (-), kesemutan (-), sesak (-). Makan dan
minum baik. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : KU : sakit sedang, BP 110/70 mmHg, HR 88 x/menit, RR 20 x/menit, T
36,4C, suara napas vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-), bunyi jantung SI dan SII
reguler, murmur (-), gallop (-) , abdomen supel, BU (+) normal, timpani,
nyeri tekan (-), kekuatan motorik 555/555 pada ekstremitas atas dan 555/555
pada ekstremitas bawah, eutonus pada keempat ekstremitas.
Hasil pemeriksaan kadar elektrolit (18 April 2016):
Natrium : 137 mEq/L (N: 135 155 mEq/L)
Kalium : 3,8 mEq/L (N: 3,6 5,5 mEq/L)
Kalsium : 9,0 mEq/L (N: 8,1 10,0 mEq/L)
Hasil pemeriksaan EKG (jam 12.00 WIB)
Frekuensi
: 75 x/menit
Irama
: sinus
Ritme
: reguler
Aksis
: normal
Zona transisi
: V3 V4
Morfologi
:
Gelombang P : pulmonal (-), mitral (-)
Gelombang Q patologis (-)

10

Segmen QRS
Segmen QT
Segmen ST
Gelombang T
Kesan

: 0,08 s
: 0,32 s
: ST elevasi (-), ST depresi (-)
: T inversi (+) di lead V1, T Tall di V3, V4, V5 dan V6
: reguler sinus ritme, hiperkalemia dd/hiperakut STEMI

A : Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan III
manus sinistra)+ hiperakut STEMI
P : IVFD NaCl 20 tpm makro
Krim sibro (mengandung Radix scutellarae 0,87 gr, Phellodendri cortex
0,87 gr, Rhizoma coptidis 0,87 gr, minyak wijen, Ceraflara) 3 x 1 oles
pada luka bakar
Clamixin (Amoxiclave : amoxicillin + asam klavulanat) 3 x tab
Paracetamol 3 x tab
Vitamin B6 1 x 1
J. Prognosis
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanactionam

: dubia ad Bonam
: dubia ad Bonam
: ad Bonam

K. Diagnosis Akhir
Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan III manus
sinistra)+ hiperakut STEMI
L. Ringkasan
A, anak laki-laki berusia 7 tahun, dirawat di Ruang Dahlia RS Kartika
Husada selama 2 hari dari tanggal 17 April 2016 sampai tanggal 18 April
2016.
Pasien mengalami klonik konvulsi sejak 30 menit SMRS. Konvulsi
berlangsung 2-3 menit, selama konvulsi pasien tidak sadar, tubuh kelojotan
dan mulutnya berbuih. Sebelumnya, pasien tersetrum kawat listrik tidak
bertegangan tinggi dan terjatuh ke dalam air untuk beberapa saat. Setelah
sadar pasien segera dibawa ke UGD RS Kartika Husada. Pasien mengalami
parasthesia pada tubuhnya, fatigue, nausea dan vomit. Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan adanya suara jantung yang ireguler, dan luka bakar grade II a/r
digiti I, II, dan III sinistra pada daerah yang tersetrum kawat listrik, status
neurologis masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan darah, ditemukan
adanya peningkatan leukosit. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan
11

status gizi pada pasien ini baik. Pada pemeriksaan urinalisis pasien dalam
batas

normal.

Gambaran

pemeriksaan

EKG

menunjukkan

adanya

hiperkalemia atau hiperakut STEMI dan sinus aritmia pada pasien ini. Pasien
didiagnosis Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II, dan
III manus sinistra)+hiperkalemia dd/hiperakut STEMI dan disarankan untuk
rawat inap. Selama dirawat, pasien mendapat terapi cairan dengan infus NaCl
0,9%, antibiotik, analgetik, dan krim sibro. Pasien menunjukkan perbaikan
selama perawatan dan pasien boleh pulang, dan akan melanjutkan pengobatan
di rumah.
PEMBAHASAN
Permasalahan utama pada pasien ini adalah penegakan diagnosis,
tatalaksana, dan prognosis.
Diagnosis Seizure e.c electrical injury (luka bakar grade II a/r digiti I, II,
dan III manus sinistra)+ hiperakut STEMI ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosis pada pasien
ini

berdasarkan adanya riwayat kejang yang terjadi setelah tangan pasien

tersetrum kawat listrik. Kejang dapat disebabkan karena adanya cedera pada saraf
akibat trauma listrik, hipoksia ataupun asidosis. Trauma listrik merupakan trauma
yang disebabkan akibat adanya kontak dengan listrik bertegangan rendah maupun
tinggi, dimana anak berusia kurang dari 5 tahun lebih berisiko mengalami luka
bakar akibat kontak dengan listrik bertegangan rendah dan anak berusia 11 18
tahun, terutama laki-laki lebih berisiko mengalami trauma listrik yang
bertegangan tinggi. Trauma listrik bertegangan tinggi biasanya terjadi ketika anakanak bermain di dekat sumber listrik bertegangan tinggi, bermain menjelajahi
bangunan atau peralatan.1,2 Pada pasien ini terdapat beberapa manifestasi klinis
yang dapat disebabkan trauma listrik seperti adanya kehilangan kesadaran,
kelemahan pada tubuh, kejang dan ditemukannya luka bakar pada tangan yang
memegang kawat listrik.Trauma listrik (electrical injury) dapat menimbulkan
berbagai manifestasi klinis tergantung dari organ yang terlibat seperti jantung,
paru-paru, ginjal, saraf, kulit, abdomen, muskuloskeletal dan mata. Manifestasi
klinis yang timbul akibat keterlibatan jantung yaitu dapat menyebabkan gangguan

12

irama jantung seperti asistol, fibrilasi ventrikel, sinus takikardi, sinus bradikardi,
premature atrial contractions (PACs) , premature ventricular contractions
(PVCs), gangguan konduksi, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang ST dan T.
Manifestasi klinis pada organ paru-paru antara lain respiratory arrest (henti
napas), acute respiratory distress, aspiration syndrome. Organ ginjal yang
terganggu akibat trauma listrik dapat menyebabkan gagal ginjal akut dan
mioglobinuria. Gangguan neurologis akibat trauma listrik yang bersifat segera
antara lain seperti kehilangan kesadaran, kelumpuhan saraf motorik, gangguan
penglihatan, amnesia, agitasi dan perdarahan intrakranial, sedangkan yang bersifat
sekunder seperti nyeri, paraplegia, kelemahan pada tubuh, brachial plexus injury,
syndrome of inappropiate antidiuretic hormone secretion (SIADH), gangguan
autonomik dan edema serebral, gangguan neurologis yang bersifat lambat seperti
kelumpuhan, kejang, sakit kepala, neuropati perifer. Manifestasi klinis trauma
listrik pada kulit berupa luka bakar masuk dan luka bakar keluar. Pada abdomen,
trauma listrik dapat menyebabkan perforasi viskus dan kerusakan organ solid, dan
ileus. Pada organ muskuloskeletal dapat menyebabkan sindrom kompartemen,
luka bakar yang dalam, fraktur tulang panjang, dan trauma tulang belakang. Mata
juga dapat terganggu fungsinya akibat trauma listrik

seperti gangguan

penglihatan, neuritis optik, katarak, paresis otot ekstraokular.3,4 Keluhan seperti


nyeri dada, gangguan pernapasan, kelumpuhan anggota gerak, nyeri perut maupun
gangguan penglihatan tidak ada dialami oleh pasien ini pasca tersetrum kawat
listrik. Pada pasien ini didiagnosis banding dengan diagnosis near drowning
dimana keadaan near drowning juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
kardiovaskular, respirasi, susunan saraf pusat, fungsi ginjal, dan keseimbangan
eletroklit. Near drowning merupakan suatu keadaan dimana penderita yang
tenggelam selamat dari periode akut setelah 24 jam periode menyelam dan
berisiko besar megalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi. Hipoksia
pada jaringan otak yang dapat terjadi akibat gangguan pernapasan pada saat
tenggelam dapat menyebabkan kejang dimana hipoksia dapat terjadi dalam waktu
beberapa detik pada kasus near drowning. Tanda-tanda dari near drowning yaitu

13

basah, aspirasi, hilang kesadaran, batuk, sesak, muntah, asfiksia, hipoksia, aritmia,
wheezing.5
Pemeriksaan fisik pada pasien, tanda-tanda vital masih dalam batas normal,
pemeriksaan status generalis pada mata, jantung, paru, dan abdomen tidak
ditemukan adanya kelainan, namun pada regio digiti I, II dan III manus sinistra
terdapat luka bakar derajat II. Luka bakar pada trauma listrik terjadi akibat adanya
pelepasan panas selama kontak dengan sumber listrik yang melalui jaringan
tubuh.4 Pemeriksaan status neurologis pada pasien ini tidak menunjukkan adanya
kelainan pada sistem saraf. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan status gizi
normal. Hasil pemeriksaan fisik pada pasien tidak ditemukan adanya tanda-tanda
yang mengarahkan ke diagnosis near drowning seperti sianosis, gangguan
pernapasan dan hipoksia dimana saturasi oksigen baik sehingga diagnosis yang
dipilih ialah seizure e.c electrical injury.
Hasil pemeriksaan darah didapatkan adanya leukositosis. Peningkatan
jumlah leukosit pada trauma listrik ini merupakan respon tubuh terhadap adanya
kerusakan jaringan. Beberapa kondisi stres peradangan seperti trauma,
pembedahan dan luka bakar dapat menyebabkan leukositosis. 6 Pemeriksaan
urinalisis dan ureum-creatinin menunjukkan tidak adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan urinalisis dan ureum kreatinin dilakukan pada kasus trauma listrik
untuk memeriksa adanya kerusakan pada ginjal dan gangguan fungsi ginjal. 4
Pemeriksaan fungsi hati masih dalam batas normal yang mengarahkan tidak
adanya gangguan pada abdomen dan organ hati akibat trauma listrik tersebut.
Untuk melihat adanya gangguan pada abdomen dapat melakukan pemeriksaan
SGOT, SGPT.3 Hasil pemeriksaan EKG memberikan kesan adanya gelombang T
tinggi (T tall) yang dapat menunjukkan adanya suatu keadaan hiperkalemia atau
adanya stadium awal dari ST-elevasi Miokard Infark (STEMI) (gelombang T
hiperakut) pada pasien ini. Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mencari adanya
komplikasi ke organ jantung seperti aritmia, miokard injury, dan lainnya.3,4
Hiperkalemia yang terjadi pada pasien trauma listrik disebabkan karena adanya
kerusakan dari otot. Trauma listrik dapat menyebabkan kerusakan otot. Kerusakan
sel otot mengakibatkan pelepasan potasium sehingga dapat menyebabkan
hiperkalemia.7 Hiperkalemia dapat merupakan tanda dari kerusakan otot karena
14

trauma listrik bertegangan tinggi atau luka bakar yang dalam.8 Namun, pada
pasien ini juga dilakukan pemeriksaan kadar elektrolit dimana kadar elektrolit
pasien masih dalam batas normal, sehingga gelombang T tinggi pada EKG lebih
memungkinkan untuk menggambarkan suatu stadium awal dari STEMI.
Tatalaksana pada pasien ini meliput

terapi

suportif,

simtomatik,

profilaksis dan pemantauan EKG pasien. Terapi suportif yang diberikan yaitu
dengan pemberian terapi cairan intravena ringer laktat, tetapi hasil EKG terdapat
gelombang T tinggi yang dapat menunjukkan kesan hiperkalemia oleh karena itu,
cairan diganti menjadi NaCl 0,9% untuk mencegah bertambahnya jumlah kalium
yang memperberat keadaan hiperkalemia. Selain itu, pasien juga diberikan krim
sibro dan dilakukan perawatan luka bakar tertutup. Pemberian terapi cairan
dilakukan untuk menggantikan cairan yang disebabkan luka bakar akibat trauma
listrik dimana pada pasien trauma listrik cenderung untuk mengalami luka bakar
yang berat. Perawatan luka bakar yaitu dengan membersihkan luka, melakukan
debridement, dan menutup luka. 4 Pada pasien juga diberikan terapi simtomatik
berupa pemberian paracetamol yang memberikan efek analgetik. Asetaminofen
(parasetamol) meningkatkan ambang rangsang nyeri yang digunakan sebagai efek
analgetik melawan nyeri yang disebabkan berbagai macam etiologi. 9 Pada pasien
trauma listrik dapat diberikan antibiotik topikal untuk perawatan luka dan pada
luka bakar yang berat dianjurkan untuk pemberian antibiotik profilaksis. 4
Antibiotik yang diberikan pada pasien ini untuk profilaksis yaitu Clamixin
(amoxicillin dan asam clavulanat). Amoxicillin merupakan antibiotik golongan
penisilin semi-sintetik. Amoxicillin memiliki aktivitas antimikroba yang luas
termasuk mikroorganisme gram negatif. Biasanya obat ini diberikan bersama
dengan penghambat -laktamase seperti clavulanat atau sulbaktam untuk
mencegah hidrolisis oleh -laktamase kelas A. Asam klavulanat merupakan
penghambat -laktamase yang memiliki aktivitas antimikroba yang lemah, tetapi
dapat menghambat -laktamase yang dihasilkan oleh banyak mikroorganisme
gram positif dan gram negatif. Amoxicillin yang dikombinasikan dengan asam
klavulanat efektif pada bakteri strain staphylococci, H. influezae, gonococci, dan
E. coli yang menghasilkan -laktamase secara in vitro dan in vivo.9 Pemantauan
15

EKG dengan melakukan pemeriksaan EKG serial dilakukan untuk memantau jika
terjadi aritmia dan kelainan pada jantung. Pemantauan pada jantung dianjurkan
untuk memantau terjadi atau tidaknya aritmia yang dapat muncul dalam 1 jam
pada trauma listrik.4
Prognosis pada anak umumnya baik dengan pengawasan dan terapi yang
adekuat. Prognosis pada pasien quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena
penyakit pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa, namun jika tidak
ditatalaksana dengan baik dan segera dapat menyebabkan kematian. Prognosis
quo ad functionam adalah dubia ad bonam karena organ vital pasien dapat
mengalami kerusakan akibat trauma listrik jika tidak diterapi dengan baik.
Prognosis quo ad sanactionam adalah ad bonam karena dengan edukasi yang
tepat seperti mengawasi dan menasihati anak untuk tidak bermain didekat sumber
listrik, maka dapat menghindari untuk terjadinya trauma listrik pada anak.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Schachner, L.A., and Hansen, R.C. Pediatric Dermatology 4th Ed. 2011;
1695-1696.
2. Baren, M.J., et al., Pediatric Emergency Medicine. 2008; 2011.
3. Kliegman, R.M., et al. Nelson Textbook of Pediatrics 19th Ed. 2011; 356357.
4. Fleisher, G.R., and Ludwig, S. Textbook of Pediatric Emergency Medicine
6th Ed. 2010; 1288;1441.
5. Welte, T.W., dan Nava, S., European Respiratory Monograph Vol. 11.
2006; 126-128.
6. Berlot, G., and Pozzato, G. Hematologic Problems in the Critically III.
2015; 56.
7. Nabours, R.E., Fish, R.M., and Hill, P.F. Electrical Injuries: Engineering,
Medical and Legal Aspects 2nd ED. 2004; 366.
8. Asensio, J. A., and Trunkey, D.D. Current Therapy of Trauma and Surgical
Critical Care 2nd Ed. 2016; 577.
9. Brunton, L.L. Goodman and Gilmans The Pahrmacological Basis of
Therapeutics 12th Ed. 2010.

17

Вам также может понравиться