Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Yoce Kurniawan
Tanggal
: 29 April 2015
Jam
: 09.00-10.00 WITA
Tempat
Nama
NRI
:
:
Oponen I :
Oponen II :
Komentator :
Moderator :
Narasumber :
DEPARTEMEN NEUROLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT/BLU RSUP PROF.DR.R.D.KANDOU
MANADO
2015
1
otak maligna primer, kurang lebih 2% dari kematian yang terkait kanker di
Amerika Serikat.11
Pertumbuhan tumor akan merusak dan menekan
menimbulkan perubahan pada cairan otak dan darah. Pada suatu waktu bila batas
akomodasi telah terlampaui maka tekanan intrakranial akan meningkat.11,12
Kemungkinan menegakan diagnosis histologis berdasarkan CT scan masih
dalam perdebatan. CT-Scan tetap merupakan bentuk pencitraan neurologis yang
paling sering digunakan untuk menegakkan diagnosis tumor otak karena
modalitas tersebut lebih tersedia dan biayanya relatif lebih murah, sekalipun MRI
sudah semakin banyak digunakan. CT-scan dapat mendeteksi lebih dari 90%
tumor otak. Menurut Araiza Josef (1997) ketepatan CT Scan untuk diagnosis
tumor adalah 85%.. Menurut E. Kazner bila dengan anamnesis dan data klinis
yang tepat maka diagnosis tipe histologis dapat dimungkinkan pada 80% kasus,
untuk meningiomaa 84 % kasus, glioblastoma 83% kasus dan lebih dari 90%
kasus pada adenoma hipofisis.13
Berikut ini akan dibahas suatu laporan kasus dengan diagnosis kerja
glioblastoma multiforme dengan fokus pada patofisiologi dan diagnosis.
LAPORAN KASUS
Riwayat Keluarga
Riwayat tumor dalam keluarga disangkal dan hanya penderita yang sakit seperti
ini
Riwayat Sosial
Penderita adalah seorang pelajar SMA kelas 2. Pasien menggunakan telepon
genggam sekitar 3 tahun yang lalu dengan lama sekitar 2 jam. Pasien tidak
merokok dan terkadang minum beralkohol sekitar 1 ( satu ) bulan sekali.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik umum, keadaan umum sedang, kesadaran apatis status
antropometri berat badan 55 kg, tinggi badan 163 cm ( IMT : 20,7 kg/ m )
Pada tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit regular isi
cukup, frekuensi nafas 20 x/menit, suhu 36,50C. Kepala : konjungtiva tidak pucat
maupun ikterik pada sclera. Tidak ditemukan oral thrush.. Pada pemeriksaan leher
tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, trakea letak ditengah. Pada
pemeriksaan dada dengan inspeksi ditemukan bentuk dada yang normal, simetris,
tidak terdapat jejas atau deformitas dengan permukaan terangkat bersamaan saat
inspirasi, tidak ada retraksi. Pada auskultasi tidak ditemukan ronki maupun mengi
pada paru. Pada pemerikaan jantung SI-II reguler, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan. Pada pemeriksaan abdomen datar, tidak terdapat jejas, bising usus
normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pekak berpindah, hepar dan lien tidak
teraba. Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ditemukan edema, akral hangat
dengan kesan vaskularisasi yang baik. Pada kulit tidak didapatkan tanda
efluoresensi abnormal dan pada genital tidak didapatkan discharge.
Pada pemeriksaan fisik status neurologis, GCS : E3M6V5=14, pupil bulat isokor,
dengan diameter kanan dan kiri 3 milimeter, pupil kanan dan kiri reaktif terhadap
cahaya langsung maupun tidak langsung. Tidak didapatkan tanda-tanda rangsang
meningeal. Nervus kranialis paresis N.VI kanan . Gambaran fundus mata kanan
dan kiri didapatkan papil batas kabur, warna jingga pucat, cupping menghilang,
arteri : vena = 1 : 3, kesan terdapat papiloedema. Pada pemeriksaan status motorik
5
: kesan hemiparesis kiri. Tonus otot anggota gerak kiri menurun dan kanan
normal. Refleks fisiologis : bisep, trisep, brachioradialis, KPR, APR normal di
sebelah kanan dan kiri, reflex patologis : tidak ditemukan Hoffman Troman dan
tidak ditemukan babinski group. Status sensorik : belum dievaluasi. Status
autonom : tidak ditemukan inkontinensia uri et alvi.
Pasien datang sudah ada CT Scan kepala dan MRI kepala
Pada pemeriksaan CT-scan kepala potongan aksial tanpa kontras tanggal 26
November 2014, didapatkan gambaran massa intra-axial yang slight hiperdens
(+/- 40HU) dengan komponen hipodens didalamnya (+/- 20HU) yang berbatas
tegas tepi rata (ukuran +/- 5,5x7,3x6,4 cm) pada lobus fronto-temporo-parietal
kanan dengan perifokal edema yang mendesak dan mengobliterasi ventrikel
lateral kanan dan III, yang selanjutnya menyebabkan midline shift ke kiri sejauh
+/-1,8 cm (gambar 1).
Pada pemeriksaan MRI kepala tanpa dan dengan kontras, tanggal 27 November
2014, didapatkan massa solid kistik intra-aksial berbatas tegas tepi lobulated
dengan perdarahan di dalamnya (ukuran +/- 4,8x6,5x6,9 cm) pada frontotemporo-parietal kanan
midline shift ke kiri sejauh +/-1,6 cm. Pada pemberian kontras tampak
penyengatan pada dinding dan komponen solid dari massa tersebut. (gambar 2)
T1
T2
Kontras
Diagnosis
Klinis
cephalgia
kronik,
defisit
Topis
regio
fronto-temporo-
parietalis dextra
Etiologis
suspek
glioblastome
multiforme
Patologis
Tambahan :
hipokalemi
sel-sel astrosit
Penatalaksanaannya adalah oksigen 2-4 l/m via nasal kanul, elevasi kepala 30 ,
IVFD NaCl 0,9% + 25 Meq KCl : NaCl 0,9% + 1 ampul neurotropik : 1:1 14
gtt, Inj. Dexametason 2 ampul iv dilanjutkan 6 jam kemudian 4 x 1 ampul iv
tapering off, Inj. ranitidine 2x1, kapsul campur (paracetamol 300 mg, ibuprofen
200 mg, amitriptiline 6,25 mg, diazepam 1 mg) 3x1 kapsul, inj. ketorolak 3x1
amp iv kalau perlu, KSR 3x1, konsul bedah saraf, pasang NGT dan kateter urine
(persetujuan keluarga),
Follow up:
Pada perawatan hari ke-4 (2 Desember 2014), didapatkan pasien sudah
sadar, sakit kepala berkurang. VAS : 7-8. Pada pemeriksaan fisik status
neurologis, GCS : E4M6V5=15 Status sensorik : normostesi. Status autonom :
tidak ditemukan inkontinensia uri et alvi. Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium tertanggal 1 Desember 2014 didapatkan: natrium 142 mEq/L, K 3,72
mEq/L, klorida 102,2 mEq/L. Penatalaksanaannya adalah aff oksigen dan kateter,
drips KCL dan KSR tablet stop.
Pada perawatan hari ke-7 (5 Desember 2014), pasien sakit kepalanya
berkurang, VAS : 5-6, MMSE 24, konsul divisi neurobehavior, jawaban konsul
bedah saraf operasi bila keluarga setuju
Pada perawatan hari ke-8 (6 Desember 2014), jawaban konsul divisi
neurobehavior belum dapat dievaluasi karena pasien masih belum kooperatif
( masih sakit kepala), keluarga menolak operasi dan minta pulang atas permintaan
sendiri karena masalah biaya operasi.
Prognosis
Quo ad vitam
: malam
Quo ad functionam
: dubia
Quo ad sanationam
: dubia
DISKUSI / PEMBAHASAN
Glioma merupakan tumor otak yang berkembang dari sel-sel glial, di mana
terdapat 5 jenis sel glia : oligodendrosit, astrosit, ependimal, sel schwan dan
mikroglia. Sekitar sepertiga dari tumor otak primer maupun tumor susunan saraf
lainnya berasal dari sel glia.11
Astrositoma adalah tumor yang berasal dari astrosit, jaringan penunjang di
susunan saraf pusat.11 Menurut WHO, astrositoma diklasifikasikan menjadi grade
I sampai dengan grade IV (glioblastoma multiforme = GBM) berdasarkan
gambaran patologinya.11,12
Tabel 1. Klasifikasi astrositoma11,12
Grade
I
II
Astrositoma
Karakteristik
Pilocytic
astrocytoma,
pleomorphic
xanthoastrocytoma,
subependymal
giant
utama
subependymoma
Low-grade
(Fibrillary)
astrocytoma,
mixed
oligoastrocytoma
III
Anaplastic
astrocytoma
mempunyai
aktivitas
mengekspresikan
IV
mitotik
kemampuan
tinggi,
infiltratif
sangat
dan
jelas
anaplasia.
Glioblastoma
multiforme (GBM)
10
11
12
MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa perbedaan simptomatologi antara glioma derajat rendah
dan glioma derajat tinggi, yaitu sebagai berikut:14
Tabel 2. Proporsi Simptomatologi Glioma14
PROPORSI SIMTOMATOLOGI GLIOMA
Gambaran klinis
Glioma derajat
rendah (%)
Nyeri kepala (tanda TTIK)
5-53
Hemiparesis
20-26
Kejang
78-89
Defisit kognitif
11-39
Defisit bicara/disfasia
*
Gangguan penglihatan
*
Ataksia
*
Disfungsi nervus kranialis
*
Dizziness
*
Penurunan kesadaran
*
Defisit neurologik fokal
31
Transient events
5
*prevalensi tidak diketahui
Glioblastoma
multiforme (%)
19-34
14-41
17-31
15-22
6-32
3-15
9
9
9
4
*
*
13
kepala pada daerah verteks atau retro-orbital.. Kunkle, Ray dan Wolf (1942)
mendapatkan bahwa pada tumor supratentorial sakit kepala bisa saja tidak
muncul, tetapi pada tumor infratentorial sakit kepala hampir selalu muncul.
Menurut Peter Black sifat sakit kepala seperti membangunkan pasien di malam
hari (10-32%) atau semakin berat pada saat bangun tidur dan membaik saat hari
semakin siang (15-36%), sakit kepala yang semakin berat bila pasien berubah
posisi, batuk, atau berolah-raga (20-32%), sakit kepala yang baru muncul yang
berbeda dari sakit kepala yang biasa atau lebih berat, dengan adanya mual atau
muntah (30-40%), papiledema atau tanda-tanda neurologis fokal. Pasien dengan
sakit kepala kronis progresif dengan kejang, perubahan tingkah laku dan kelainan
neurologis perlu menjalani pengkajian lebih lanjut dengan CT-scan atau MRI.
Mengenai lokasi sakit kepala dengan letak tumor, pada penelitian Forsyth et
al(1993)mendapatkan nyeri didaerah frontal pada tumor supratentorial adalah
sekitar 17%, sedangkan nyeri kepala dibagian belakang timbul pada keadaan
tekanan intrakranial yang meningkat (7%)9
15
melalui
sarung saraf
optik.
Rongga
subarakhnoid
otak
berhubungan dengan selaput saraf optik, oleh sebab adanya peningkatan tekanan
intrakranial yang diteruskan ke saraf optik maka akan mengganggu transport
aksoplasmik yang dikenal sebagai efek tourniquet. Juga akan menghambat aliran
vena dari N II dan retina yang akan mengakibatkan papil edema.12 Pada kasus ini
terdapat peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan adanya nyeri
kepala hebat, papil edema dan adanya brainshift yang tampak pada CT Scan
kepala.
Perubahan status mental merupakan gejala awal pada 15-20% pasien
dengan tumor otak dan seringkali ditemukan pada pasien pada saat diagnosis.
Perubahan tersebut dapat berkisar dari masalah ringan pada konsentrasi, ingatan,
afek, kepribadian, inisiatif, dan pemikiran abstrak hingga masalah kognitif yang
berat serta kebingungan. Perubahan status mental terutama sering dijumpai pada
tumor lobus frontalis namun juga terjadi pada pasien dengan peningkatan tekanan
intracranial. Sekitar 70% dari tumor otak didapatkan Cognitive dysfunction.10
Paresis Nervus 6 kanan menunjukkan adanya proses desak ruang
intrakranial yang terkait dengan struktur otak yang terlibat.15
Diagnosis Radiologis
Tujuan
utama
diagnosis
neuroradiologis
adalah
untuk
awalnya
perbaikan
mikrosirkulasi
peritumoral.
Dexamethasone
biasanya
kortikosteroid yang dipakai pada edema otak, kira-kira 6 kali lebih ampuh
dibandingkan prednisone (20 mg dexamethasone setara dengan 130 mg
prednisone) dan mencapai efek puncak dalam 24-72 jam. Dosis dexamethasone
bervariasi dari 4-100 mg/hari. Dexamethasone memiliki efek mineralocorticoid
(mempertahankan garam) lebih rendah dibanding kortikosteroid lain.18
Pada pasien ini tidak dilakukan tindakan pembedahan dan radioterapi
karena alasan finansial dan tidak tersedianya radioterapi di RS Kandou.
Namun dengan penatalaksanaan yang optimal, sampai saat ini penanganan
penderita dengan Glioblastome multiforme belum memuaskan. Ada penelitian
yang menunjukkan bahwa penderita GBM yang telah melaksanakan operasi, dan
mendapatkan radioterapi saja, median angka ketahanan hidupnya hanya 12,1
bulan, dibandingkan dengan penderita yang dioperasi, mendapat radiokemoterapi,
maka terjadi peningkatan angka median ketahanan hidup menjadi 14,6 bulan. 23
Selanjutnya angka ketahanan hidup 2 tahun adalah 26,4 persen pada kelompok
operasi dengan radiokemoterapi dibandingkan dengan 10,4 persen pada kelompok
operasi dan radioterapi saja. Akhirnya, angka ketahanan hidup 5 tahun adalah 9,8
persen pada kelompok operasi dengan radiokemoterapi, dibandingkan dengan 1,9
persen pada kelompok operasi dengan radioterapi saja.21 Berdasarkan skala
Karnofsky pasien berada pada tingkat 50 %.6
19
PENUTUP
Glioma adalah tumor primer otak yang paling banyak pada usia dewasa,
berkisar 70% dari seluruh tumor otak ganas di susunan saraf pusat.2 Yang
dimaksud dengan high-grade astrositoma adalah astrositoma anaplastik (WHO
grade III) dan glioblastoma multiforme (WHO grade IV). 5 Angka median harapan
hidup penderita glioblastoma multiforme (GBM) dari sejak terdiagnosis, adalah
12-15 bulan.6,7,20 Pada kasus ini ditemukan Glioblastoma multiforme pada seorang
laki-laki dengan usia 16 tahun dan lokasinya di lobus fronto-temporo-parietal.
20
menimbulkan perubahan pada cairan otak dan darah. Pada suatu waktu bila batas
akomodasi telah terlampaui maka tekanan intrakranial akan meningkat.9
Tumor-tumor yang kecil (<0,05 cm), tumor-tumor yang berada di dekat
tulang, seperti adenoma hipofisis, tumor klivus dan neurinoma akustik
(schwannoma vestibular), tumor batang otak dan astrositoma dapat tidak
terdeteksi dengan CT Scan dan lebih dapat terdeteksi oleh MRI, yang lebih
sensitif.5 MRI kepala pada kasus ini didapatkan massa solid kistik intra-aksial
pada fronto-temporo-parietal kanan dengan perifokal edema yang mendesak dan
mengobliterasi ventrikel lateral kanan dan III, yang selanjutnya menyebabkan
midline shift ke kiri sejauh +/-1,6 cm. Pada pemberian kontras tampak
penyengatan pada dinding dan komponen solid dari massa tersebut
Gejala klinik yang sering adalah nyeri kepala hebat, muntah proyektil,
kejang, hemiparesis, defisit kognitif, defisit bicara, gangguan penglihatan, ataksia,
disfungsi nervus kranialis, dizziness dan penurunan kesadaran. 14 Pada penderita
ini ditegakkan diagnosis glioblastoma multiforme berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti dengan
pemeriksaan histopatologi (tidak mampu laksana). Pada kasus ini ditemukan nyeri
kepala hebat, parese N. VI kanan, papil edema ODS dan penurunan kesadaran.
Terapi standar pada kasus glioblastoma multiforme adalah pembedahan,
kemoterapi dan radioterapi.18 Terapi konservatif dengan pemberian deksametason
secara tapering off. Pada pasien ini berhubung kendala biaya maka dilakukan
terapi konservatif.
DAFTAR PUSTAKA
21
15. Pieper R, Costello J. Molecular and cell biology. In: Berger M, Prados M.
Text-book of neuro-oncology. Elseviers Saunders. Philadelphia.
Pennsylvania. 2005
16. Stupp R, Mason WP, van den Bent MJ, Weller M, Fisher B, Taphoorn MJ.
Radiotherapy plus concomitant and adjuvant temozolomide for
glioblastoma. N Engl J Med 2005;352(10):987-96
17. Stupp R, Hegi ME, Mason WP, van den Bent MJ, Taphoorn MJ, Janzer RC
et al. Effects of Radiotherapy with Concomitant and Adjuvant
Temozolomide versus Radiotherapy Alone on Survival in Glioblastoma in
a randomised Phase III Study: 5-year analysis of the EORTC-NCIC Trial.
Lancet Oncol 2009;10(5):459-466
18. Kaal ECA, Vecth CJ. The management of brain edema in brain tumors.
Curr Opin Oncol 2004;16:593-600
19. Kargiotis O, Markoula S, Kyritsis AP. Epilepsy in the Cancer Patient.
Cancer Chemother Pharmacol. 2011;67(3):489-501.
20. Wen PY, Kesari S. Malignant Gliomas in Adults. N Engl J Med
2008;359:492-507
21. Ghose A, Lim G, Husain S. Treatment for Glioblastoma Multiforme:
Current Guidelines and Canadian Practice. Current Oncology 2010 vol 7
number 6
22. Hamid A, Jannis J, Bustami M, et al. Student Course Manual ANLS.
23