Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JUNI 2016
BAGIAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
PANKREATITIS KRONIK
OLEH:
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Helmianti Busri
Judul
: Pankreatitis kronik
Stambuk
: K1A1 12 114
Bagian
: Radiologi
Fakultas
: Kedokteran
Penguji
Mengetahui,
Kepala SMF Radiologi
Pankreatitis Kronik
HelmiantiBusri, MetrilaHarwati
I.
Pendahuluan
Pankreatitis kronik merupakan suatu penyakit inflamasi pankreas
yang sering menimbulkan keluhan nyeri kronis dengan karakteristik
terjadinya
fibrosis
progresif,
menyebabkan
kerusakan/destruksi
nyeri
kronis.
Karakteristik
histologis
menunjukkan
III.
A. Etiologi
Pankreatitis kronis paling sering disebabkan oleh penyalahgunaan
alkohol. Patologi yang mendasari adalah stenosis dan obstruksi duktus
yang menyebabkan atrofi dan fibrosis pancreas; kerusakan irreversible
pada pankreas menyebabkan morfologi pankreas yang abnormal. Batu
empedu sering menyebabkan pancreatitis kronik. 4
Penyebab pancreatitis kronik cukup beragam antara lain:
Obstruksi
intraduktal:
intoksikasi
alcohol
(etanol=ETOH)
berkembang).3
B. Patofisiologi
Pada umumnya studi pancreatitis kronik dilakukan pada peminum
alcohol. Karakteristik penyakit meliputi inflamasi, atrofi kelenjar,
perubahan duktus/saluran dan fibrosis. Dianggap bahwa seseorang
yang memiliki risiko kemudian terpapar toksin dan stres oksidatif
maka terjadi pancreatitis akut. Bila paparan terus berkelanjutan,
4
tumor.
Toksin dan metabolit toksik langsung yang merangsang sel asiner
pancreas melepaskan sitokin yang menstimulasi sel stellate
menghasilkan kolagen dan menimbulkan fibrosis, misalnya ETOH
Iskemia
Kelainan autoimun: pancreatitis kronik ini berhubungan dengan
penyakit autoimun antara lain sindrom Sjogren, sirosis bilier
primer (primary biliary cirrhosis, PBC) dan asidosis tubuler ginjal
(renal tubular acidosis, RTA).3
IV.
((Netter FH. Atlas of human anatomy 3rd ed. Philadelphia: ElsevierSaunders;2006.p. 279)
Kepala pancreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga
abdomen, di dalam lekukan duodenum, dan yang praktis melingkarinya.6
Badan pancreas merupakan bagian utama pada organ itu, letaknya
di belakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.6
dan
prokarboksipeptidase,
yang
masing-masing
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
pemeriksaan radiologi, dan periksaan penunjang. Anamnesis mendapatkan
pasien mengalami nyeri abdomen kronik, diare kronik (steatorea) dan
berat badan menurun. Pemeriksaan fisik tak ada yang khas, kecuali pada
saat serangan, pasien memilih posisi tertentu untuk meringankan sakit
perutnya antara lain tidur miring kesisi kiri, membungkukkan tulang
vertebra dan menarik lutut keatas dada. Kadangkala dapat ditemukan pada
epigastrium teraba kembung dan nyeri atau masa menandakan adanya
pseudokista atau masa inflamasi abdomen. Pasien dengan pancreatitis akut
berat dengan steatorea memperlihatkan berkurangnya lemak subkutan,
malnutrisi, dan fossa supraklavikula yang dalam. Pemeriksaan penunjang
menunjukkan adanya kadar enzim pancreas normal atau sedikit meningkat
dan adanya fibrosis atrofi kelenjar pancreas disertai pelebaran duktus
pankreatikus dan kalsifikasi pancreas. Hasil pemeriksaan penunjang
konvensional pada pancreatitis kronik tahap dini masih dapat normal,
dimana perubahan inflamatorik hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan
histologik.3
Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis antara
lain:
Lipase serum/urine
CRP.9
USG
CT Scan abdomen
ERCP. 9
A. Gambaran Klinik
diare steatorea
Jaundice
Diabetes.4
Nyeri epigastrium menjalar ke punggung kiri, bersifat kontinu ringan,
menekan dan tajam.8
Perjalanan penyakit pancreatitis kronik dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat yang berbeda, yaitu:
1) Tingkat awal/dini bercirikan serangan akut berulang tanpa atau
hanya mengalami gangguan fungsi pankreas ringan. 1
2) Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, terjadi komplikasi
(pseudokista, kolestasis, hipertensi portal segmental) dan terdapat
peningkatan keluhan nyeri (serangan akut terjadi lebih sering,
intensitas nyeri meningkat) dan gangguan/impairment sedang.1
3) Penyakit stadium akhir, bercirikan berkurangnya frekuensi episode
serangan dan berkurangnya intensitas nyeri (burnout of pancreas)
namun dengan gangguan fungsi pankreas yang lebih nyata
(eksokrin dan/atau endokrin).1
Namun demikian, pada kenyataannya di setiap tingkat
penyakitnya, gejala-gejala klinis (nyeri, berat badan turun,
steatorrhea, diabetes mellitus dan komplikasi lokal) dapat
terjadi/tampak pada berbagai kombinasi dan tingkat. Selain itu,
para klinisi harus selalu waspada akan komplikasi ekstra pankreas
dari pancreatitis kronik, seperti perdarahan gastrointestinal akibat
pecahnya varises fundus disebabkan oleh thrombosis vena lienalis
10
2. USG
Pada
pemeriksaan
ultrasonografi,
pancreatitis
kronis
11
12
3. CT Scan
Kalsifikasi pancreas pada foto polos abdomen atau CT Scan
sangat patognomonik untuk pancreatitis kronik. Kalsifikasi terlihat
pada sekitar 50% kasus, CT Scan lebih akurat dalam mendeteksi
kalsifikasi dibandingkan pada foto polos abdomen. Hampir semua
kalsifikasi berada intarduktal, dan mungkin menyebar secara difus
atau terlokalisasi pada daerah tertentu.4
13
14
15
Gambar 10. Atrofi corpus dan cauda pankreas dan tanda dilatasi
duktus pankreas utama juga terlihat pada axial HASTE dan MRCP
slice coronal 20.11
(Luna, Antonio, dkk. 2012. Learning Abdominal Imaging. London,
New York : Springer Heidelberg Dordrecht.58)
5. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography )
16
17
malabsorpsi, diare
diabetes.
2) Gambaran radiologi
Ultrasonografi dapat menunjukkan dilatasi pankreas dan duktus
bilier, kandung empedu yang terdistensi, pembesaran pankreas
18
19
rokok.
Farmakologik:
1.
Analgetik: parasetamol, tramadol, kodein atau obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
2.
Anti oksidan: masih kontroversi
3.
Vitamin larut lemak (A,D,E,K) dan B12 diberi kan pada
pasien pancreatitis kronik dengan defisiensi vitamin tersebut.
4.
Enzim pancreas suplementasi: tripanzim, vitazim,
pankreoflat, dan sebagainya.
Hormon: somatostatin atau octreotide dapat diberikan.
Antidepresan: untuk yang depresi dapat diberikan
5.
6.
amitripilin hidroklorida.
2. Minimal invasive: ERCP, sfingterotomi, ekstraksi batu, pemasangan
stent pancreas. Drainase perkutan (PTBD) stent CBD, drainage
pseudokista dengan EUS dll.
3. Bedah: bedah dilakukan bila ada komplikasi misalnya pseudokista
terinfeksi, abses, fistula, asites, obstruksi duktus hepatis komunis,
20
21
Daftar Pustaka
1. Rani, AA, dkk 2011. Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta : Interna
Publishing
2. Harahap, Zultan. 2013. Harrison Gastroenterologi. Pamulang,
Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group
3. Setiati, S, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Keenam Jilid II. Jakarta: InternaPublishing.
4. Patel, PR. 2007. Lecture notes Radiologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
5. Price, SA., Wilson, LM. 2012. Patofisiologi: konsepklinis prosesproses penyakit Vol.1. Jakarta : EGC
6. Pearce, EC. 2011 . Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedic.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
7. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran
edisi 6. Jakarta: EGC
8. Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 6.
Jakarta: EGC
9. Mubin, AH. 2013. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam
Diagnosis dan Terapi. Jakarta: EGC
10. Utama, Hendra. 2006. Atlas Ultrasonografi Edisi Ke-3. Jakarta:
FKUI
11. Luna, Antonio, dkk. 2012. Learning Abdominal Imaging. London,
New York : Springer Heidelberg Dordrecht.
12. Netter FH. Atlas of human anatomy 3rd ed. Philadelphia: Elsevier
Saunders;2006.p. 279
22