Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LARUTAN
KERANGKA ISI
Struktur Atom
Ikatan Kimia
Stoikiometri
Wujud Zat
Kesetimbangan
Kimia
Kinetika Kimia
Termokimia
Larutan
KOMPETENSI
Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan tentang wujud zat, jenis dan perbedaan
larutan serta sifat sifat koligatif larutan.
DESKRIPSI
Pada materi ini, akan dijelaskan tentang wujud zat di alam dan mampu membedakan
wujud zat tersebut, berbagai jenis larutan dan membedakan larutan tersebut serta sifatsifat koligatif larutan.
RELEVANSI
Bab ini
4.1
Larutan adalah suatu sistem homogen yang komposisinya bervariasi. Meskipun larutan
dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada kesempatan ini hanya dibahas larutan
yang mengandung dua komponen yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu
zat terlarut dan pelarut.
Contoh larutan biner dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Contoh larutan biner
Zat terlarut
Gas
Gas
Gas
Cair
Cair
Padat
Padat
Pelarut
Gas
Cair
Padat
Cair
Padat
Padat
Cair
Contoh
Udara, semua campuran gas
Karbondioksida dalam air
Hidrogen dalam platina
Alkohol dalam air
Raksa dalam tembaga
Perak dalam platina
Garam dalam air
contohnya etanol dan eter. Tekanan uap jenuh suatu zat akan bertambah jika suhu
dinaikkan. Tekanan uap jenuh air pada berbagai suhu diberikan pada Tabel 4.2.
Bagaimanakah pengaruh zat terlarut pada tekanan uap pelarut? Apabila ke dalam
suatu pelarut dilarutkan zat yang tidak mudah menguap, ternyata tekanan uap jenuh larutan
menjadi lebih rendah daripada tekanan uap jenuh pelarut murni. Dalam hal ini uap jenuh
larutan dapat dianggap hanya mengandung uap zat pelarut. Selisih antara tekanan uap jenuh
pelarut murni dengan takanan uap jenuh larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh
(P). jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatkan dengan P 0 dan tekanan uap jenuh
larutan dengan P, maka
P = P0 P.
Penurunan tekanan uap jenuh dari berbagai larutan diberikan pada Tabel 4.3.
Tabel itu menunjukkan bahwa penurunan tekanan uap jenuh hanya bergantung pada
konsentrasi zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Jadi, penurunan
tekanan uap jenuh merupakan sifat koligatif.
Tabel 4.3. Penurunan Tekanan Uap Jenuh Berbagai Jenis Larutan dalam Air pada 20 0C
Zat Terlarut
Fraksi Zat
terlarut
Tekanan uap
Jenuh larutan
Penurunan
tekanan Uap
jenuh
(Air murni)
17,54 mm hg
Glikol
0,01
17,36 mm Hg
0,18 mm Hg
Glikol
0,02
17,18 mm Hg
0,36 mm Hg
Urea
0,01
17,36 mm Hg
0,18 mm Hg
Urea
0,02
17,18 mm Hg
0,36 mm Hg
Selanjutnya, bagaimanakah pengaruh konsentrasi zat terlarut terhadap penurunan tekanan
uap jenuh? Menurut Raoult, untuk larutan-larutan encer dari zat yang tak atsiri, penurunan
takanan uap jenuh larutan sama dengan hasil kali takanan uap jenuh pelarut murni dengan
fraksi mol zat terlarut, sedangkan takanan uap jenuh larutan sama dengan hasil kali takanan
uap jenuh pelarut murni dengan fraksi mol pelarut :
P = XB . P0 ; P = XA . P0
dengan, P 0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
P = tekanan uap jenuh lautan
P = penurunan takanan uap jenuh larutan
XA = fraksi mol zat pelarut
XB = fraksi mol zat tarlarut
Larutan yang memenuhi hukum Raoult disebut larutan ideal dan larutan yang seperti itu
adalah larutan-larutan encer. Untuk lebih memahami hukum Raoult, perhatikanlah contoh
soal berikut.
Contoh Soal:
Tekanan uap jenuh air pada 100oC adalah 760 mm Hg. Berapakah tekanan uap jenuh
larutan glukosa 10% pada 100oC? (H = 1; C = 12; O = 16)
Jawab:
Tekanan uap jenuh larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut. Dalam 100 gram larutan
terdapat:
harga i NaCl 0,010 m
1,93
0,0186
P = Xair . Po
= 0,99 . 760 mmHg = 752,4 mmHg
atau
P = 100 5,6 = 752,4 mmHg
4.2.2. Kenaikan Titik Didih (Tb) dan penurunan Titik Beku (Tf)
Titik didih suatu cairan ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama
dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan
uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat
mendorong diri ke permukaan menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan
bergantung pada tekanan luar. Di permukaan laut (tekanan = 760 mm Hg), air mendidih
pada 100 oC. di puncak Everest (ketinggian 8882 m dari permukaan larut), yang tekanannya
kurang dari 760 mm Hg, air mendidih pada 71 oC. Biasanya, yang dimaksud dengan titik
didih adalah titik didih normal , yaitu titik didih pada tekanan 760 mm Hg. Titik didih
normal air adalah 100 oC.
Larutan mempunyai titik didih lebih tinggi dan titik beku lebih rendah daripada
pelarut murni. Hubungan antara tekanan uap jenuh dengan suhu air dan larutan berair
diberikan pada Gambar 4.1. Gambar seperti ini disebut diagram PT (P = tekanan; T =
suhu). Garis C-D disebut garis didih air. Setiap titik pada garis itu menyatakan suhu dan
tekanan air mendidih. Titik D menyatakan titik didih normal air. Oleh karena itu tekanan
uap jenuh larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut, maka garis didih larutan (garis
BE) berada paralel di bawah garis didih air. Pada suhu 100 oC, tekanan uap larutan masih
berada di bawah 760 mm Hg. Oleh karena itu, larutan belum mendidih pada 100 oC. larutan
harus dipanaskan lebih tinggi lagi hingga tekanan uapnya mencapai 760 mm Hg. Jadi, titik
didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarutnya. Selisih antara titik didih larutan
dengan titik didih pelarut itu disebut kenaikan titik didih larutan (Tb = boiling point
elevation).
Tb = titik didih larutan titik didih pelarut
Adapun titik beku dari suatu cairan atau suatu larutan adalah suhu pada saat
tekanan uap cairan (larutan) itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Garis CF
(lihat Gambar 5.1) disebut garis beku air. Setiap titik pada garis itu menyatakan suhu dan
takanan air membeku. Titik C, yaitu perpotongan garis didih dan garis beku, disebut titik
triple. Titik itu menyatakan suhu dan tekanan pada saat es, air, dan uap air berada dalam
suatu kesetimbangan. Titik tripel air adalah 0,0099oC dan tekanan 0,0060 atm. Jadi,
tekanan 0,0060 atm air membeku dan mendidih pada suhu 0,0099oC. ternyata tekanan luar
praktis tidak mempengaruhi titik beku. Titik beku normal dari air, yaitu titik beku pada
tekanan luar 1 atm, adalah 0oC. Jadi, garis CF pad gambar 5.1 praktis tegak lurus. Oleh
karena tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut, maka larutan
membeku pada 0oC. Jika suhu terus diturunkan ternyata pelarut padat murni mengalami
penurunan tekanan uap yang lebih cepat daripada larutan, sehingga pada suatu suhu di
bawah titik beku pelarut, tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut padat. Pada
suhu itu larutan mulai membeku. Ketika larutan membeku, yang membeku adalah
pelarutnya, zat terlarut tidak membeku (es yang terbentuk di permukaan laut waktu musim
dingin adalah air murni/tawar). Dengan demikian larutan makin pekat dan titik bekunya
juga makin rendah. Jadi larutan tidak membeku pada suhu yang tepat. Yang dimaksud
dengan titik beku larutan ialah suhu pada saat larutan mulai membeku. Selisih antara titik
beku larutan disebut penurunan titik beku (Tf = freezing point depression).
Tf = titik beku pelarut titik beku larutan
Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa kenaikan titik didih maupun
penurunan titik beku tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada jumlah atau
konsentrasi partikel dalam larutan. Oleh karena itu kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku dengan konsentrasi larutan? Untuk larutan-larutan encer, kenaikan titik didih (Tb)
maupun penurunan titik beku (Tb) sebanding dengan kemolalan larutan.
Tb = Kb x m
Tf = Kf x m
dengan,
Tetapan kenaikan titik didih molal ialah nilai kenaikan titik didih jika konsentrasi larutan
(konsentrasi partikel dalam larutan) sebesar satu molal.
V = nRT
Dimaa :
= tekanan osmotik
V = volum larutan (dalam liter)
n = jumlah mol zat terlarut
T= suhu absolut larutan (suhu kelvin)
R= tetapan gas(0,08205L atm mol-1K-1
M = molaritas larutan
0,9%. Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9%.,
air akan keluar dari dalam sel dan sel akan mengerut. Larutan yang demikian dikatakan
hipertonik. Sebaliknya jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebih
encer dari 0,9%, air akan masuk ke dalam sel dan sel akan menggembung. Larutan itu
dikatakan hipotonik.
4.3
Bila konsentrasi zat terlarut sama, sifat koligatif larutan elektrolit mempunyai harga
lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit memberi sifat koligatif yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan
nonelektrolit yang berkonsentrasinya sama. Contoh, larutan NaCl 0,010 m mempunyai
penurunan titik beku sebesar 0,0359oC. harga ini hampir dua kali lebih besar (tepatnya 1,93
kali lebih besar) daripada penurunan titik beku larutan urea 0,010 m, perbandingan antara
harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif
yang diharapkan suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama disebut faktor
vant Hoff dan dinyatakan dengan lambang i. Harga i untuk larutan NaCl 0,010 m dapat
dihitung sebagai berikut.
Tabel 4.5 Harga i (faktor vant Hoff) untuk penurunan titik beku berbagai jenis elektrolit
0,100 m
0,0100 m
0,00500 m Batas teoretis
Elektrolit
Elektrolit tipe ion
NaCl
1,87
1,93
1,94
2
KCl
1,86
1,94
1,96
2
MgSO4
1,42
1,62
1,69
2
K2SO4
2,46
2,77
2,86
3
Elektrolit tipe
kovalen
HCl
1,91
1,97
1,99
2
CH3COOH
1,01
1,05
1,06
2
H2SO4
2,22
2,59
2,72
3
Apa penyebab larutan elektrolit mempunyai harga sifat koligatif yang lebih besar?
Pada permulaan bab ini telah disebutkan bahwa sifat koligatif larutan bergantung pada
konsentrasi partikel dalam larutan dan tidak bergantung pada jenisnya, apakah partikel itu
berupa molekul, atom atau ion. Sebagaimana telah kita ketahui, zat elektrolit sebagian atau
seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi, untuk konsentrasi yang sama larutan elektrolit
mengandung jumlah partikel lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Oleh karena itu,
larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif lebih besar daripada sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Satu mol zat non elektrolit dalam larutan menghasilkan satu mol (6,02 x
1023butir) partikel.
Sebaliknya, satu mol elektrolit tipe ion seperti NaCl terdiri atas satu mol ion Na +
dan satu mol ion Cl-, satu mol K2SO4 terdiri atas dua mol ion K+ dan satu mol ion SO42-.
Secara teoritis, larutan NaCl akan mempunyai penurunan titik beku dua kali lebih besar
daripada larutan urea (mempunyai harga i = 2) sedangkan larutan K 2SO4 tiga kali lebih
besar (i = 3). Akan tetapi, seperti tampak pada tabel 5.6 harga i dari elektrolit tipe ion itu
selalu lebih kecil dari harga teoritis. Hal ini disebabkan oleh tarikan listrik antar ion yang
berbeda muatan sehingga tidak satupun dari ion-ion itu yang 100% bebas. Makin kecil
konsentrasi larutan, jarak antar ion makin besar dan ion-ion makin bebas,.akibatnya harga i
semakin mendekati harga teoritis.
Harga i dari elektrolit tipe kovalen ternyata lebih bervariasi, bergantung pada
kekuatan elektrolit itu. Elektrolit lemah mempunyai harga i mendekati satu, sedangkan
elektrolit kuat mempunyai harga i yang mendekati harga teoritisnya, hubungan harga i
dengan persen ionisasi (derajat disosiasi) dapat diturunkan sebagai berikut. Misal
konsentrasi larutan M molar, dan derajat disosiasi , maka jumlah elektrolit yang mengion
adalah M.
Jumlah yang mengion
= jumlah mula-mula x
=Mx
misalkan pula 1 molekul elektrolit membentuk n ion. Jadi, jika M mol elektrolit mengion
akan menghasilkan nM mol ion, sedangkan jumlah mol elektrolit yang tidak mengion
adalah M M. Supaya lebih jelas perhatikanlah perincian berikut.
A (elektrolit)
n B (ion)
Mula-mula
M-
Ionisasi
-M + n M
Setimbang
MMnM
Konsentrasi partikel dalam larutan = konsentrasi partikel elektrolit (A) + konsentrasi ionion (B) = M M + nM = M[1 + (n 1)]. Dengan demikian pertambahan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit = 1 + (n 1). Oleh karena pertumbuhan sifat koligatif
larutan elektrolit sebanding dengan pertambahan jumlah partikel dalam larutan, maka
rumus-rumus sifat koligatif untuk larutan elektrolit menjadi:
Tb = Kb x m x i
Tf = Kf x m x i
= MRT x i
i = 1 + (n 1)
Rumus-rumus di atas juga dapat digunakan untuk larutan elektrolit tipe ion, di mana
menyatakan aktivitas, yaitu tingkat kebebasan ion-ion (karena ion-ion tidak bebas
100%, ,maka derajat ionisasi larutan elektrolit tipe ion tidak sama dengan satu tetapi
mendekati satu).
Contoh soal:
Satu gram MgCl2 dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukanlah
a.
titik didih,
b. titik beku,
c. tekanan osmotik larutan itu pada 25oC jika derajat ionisasi (aktivitas) = 0,9. Kb air =
0,52oC;
d. Kf air = 1,86oC. (Mg = 24; Cl = 35,5)
Jawab:
Molaritas larutan juga dapat dianggap = 0,022 mol/liter (untuk larutan encer,kemolalan dan
kemolaran mempunyai harga yang hampir sama).
i = 1 + (n 1)
= 1 + (3 1)0,9
= 2,8
a) Tb = Kb x m x i
= 0,52 x 0,022 x 2,8
= 0,032oC
titik didih larutan = 100 + 0,032oC
= 100,032oC
b) Tf = Kf x m x i
= 1,86 x 0,022 x 2,8
= 0,115oC
titik beku larutan = 0 0, 115oC
= -0,115oC
c) = MRT x I
= 0,022 x 0,08205 x 298 x 2,8
= 1,51 atm.
Fe(OH)3 menjadi
bermuatan positif.
4.4.1.4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik karena pemanasan, pendinginan, pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koloid liofil dan Koloid liofob. Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan
dan fase pendispersinya cairan. Koloid liofil adalah koloid sol di mana partikel koloid
(sebagai fase terdispersi) senang (dapat menarik/mengikat) cairannya (sebagai fase
pendispersi). Liofil artinya : lio = cairan dan philia = senang, cinta. Contoh koloid liofil
adalah sol kanji, agar-agar, lem, cat, gelatin, protein, sabun, dan lain-lain.
4.4.2. PERISTIWA ELEKTROFORESIS
Kita sudah mempelajari adanya koloid yang bermuatan seperti: koloid bermuatan positif:
Fe(OH)3, Al(OH)3 dan koloid bermuatan negatif : sol, emas, As2S3.
Jika koloid yang bermuatan positif seperti sol Fe(OH)3 dialiri arus listrik searah kemudian
dimasukkan elektroda positif dan elektroda negatif, maka partikel koloid Fe(OH)3 bergerak
dan mengumpul pada elektroda negatif. Begitu juga jika kedua elektroda dimasukkan
dalam koloid As2S3, maka partikel koloid tersebut akan bergerak dan mengumpul pada
elektroda positif. Peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu
elektroda disebut elektroforesis.
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi (menentukan) muatan partikel koloid.
Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika
partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.
4.5 DIALISIS
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya. Adanya ion-ion tersebut merupakan sisa dari pereaksi pada proses
pembuatannya. Misalnya pada pembuatan koloid Fe(OH)3 terdapat ion-ion H+ dan Cl-.
Begitu juga pada pembuatan koloid As2S3 terdapat ion-ion H+ dan S2-.
Contoh :
Pembuatan sol belerang
2H2S (g) + SO2 (aq) 3 S(s) + 2H2O (l)
b) Reaksi Hidrolisis
Sol senyawa hidrolisis yang sukar larut seperti Fe(OH)3 , Al(OH)3 dapat dibuat dari
reaski hidrolisis dengan air.
Contoh :
Pembuatan sol Fe(OH)3
Larutan FeCl3 , ditambahkan pada air mendidih maka :
FeCl3 (aq) + 3H2O (l)
c) Reaksi Substitusi
Pembuatan sol As2S3
Sol As2S3 dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit yang encer
melalui reaksi substitusi berikut :
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (g)