Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Latar Belakang
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi
dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiaptiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh
anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia juga menjalani perubahan-perubahan yang
diperoleh dari proses bersosialisasi atau berintraksi dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini
juga dikarenakan manusia adalah makhluk budaya, dimana salah satu kebutuhan manusia adalah
ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat modern, ilmu pengetahuan (pendidikan) dapat diperoleh
secara formal dan non formal.
Pendidikan formal dapat diperoleh di lembaga-lembaga yang terstruktur dan terorganisir,
seperti pada sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Sementara
pendidikan non formal seperti pendidikan perilaku, keterampilan dan kemampuan (potensi)
lainnya dapat diperoleh seseorang dari keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan non formal setelah pendidikan keluarga dan
pendidikan di sekolah. Bila dilihat ruang lingkup di masyarakat, banyak dijumpai
keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun justru keanekaragaman inilah dapat
memperkaya budaya bangsa Indonesia.
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur
pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan
sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya.
Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan keluarga dan di lingkungan
sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana hubungan keluarga dan sekolah dalam perspektif pendidikan.
2. Bagaimana hubungan keluarga dan masyarakat dalam perspektif pendidikan.
terhadap pendidikan. Di dalam ajaran islam terdapat lima faktor yang menjadi dasar
pembangunan rumah tangga yang stabil, bahagia dan sejahtera sebagai berikut:
1. Suami istri mempunyai niat yang ikhlas dalam membangun rumah tangganya.
2. Terciptanya suasana keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Setiap anggota keluarga memahami tugas dan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Terpeliharanya kesehatan dan terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga.
5. Tercapainya fungsi pendidikan keluarga terutama anak-anak.[2]
Karena keluarga adalah lapisan mikrosistem yang terpenting, maka islam mengajarkan
untuk membina kasih sayang dan hubungan positif di dalam keluarga. Hubungan ini bersifat
timbal balik yakni orang tua berkewajiban untuk menyayangi dan mendidik anak-anaknya
dengan adil untuk mendapatkan perkembangan yang optimal. Sebaliknya anak memiliki
kewajiban untuk hormat dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Apabila ayah, ibu dan anakanak dapat memahami dan menyadari peran dan tugasnya masing-masing maka keluarga tersebut
akan harmonis.
Anak yang hidup dalam rumah tangga yang harmonis akan tumbuh dan berkembang
dengan optimal, baik dari segi fisik dan mentalnya. Anak ini akan siap memasuki dunia sekolah
yang jelas pergaulannya akan menjadi luas sebab interaksi yang dilakukannya berhubungan
dengan orang banyak, yakni teman-teman, guru, dan semua komponen yang berhubungan
dengan sekolah.
Anak ini lebih siap dalam menerima perubahan-perubahan dan pelajaran yang diberikan
guru. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak yang cerdas dan berpotensi disekolah
ternyata berasal dari keluarga yang harmonis. Begitu juga sebaliknya anak yang kurang
berprestasi bahkan cendrung menjadi anak nakal disekolah kebanyakan berasal dari keluarga
yang berantakan (broken home), penuh dengan konflik-konflik internal antar anggota keluarga.
Hubungan yang baik antara pihak orang tua (keluarga) dengan sekolah juga memegang peranan
penting dalam pencapaian prestasi siswa sebab anak yang cerdas di sekolah tetapi berasal dari
keluarga yang tidak harmonis, maka ia tidak akan mampu mengeksplo kemampuan
intelegensinya secara optimal.[3]
Peralihan bentuk pendidikan dari jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal)
memerlukan kerjasama antara orang tua dan pendidik. Sikap anak terhadap sekolah akan
dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Olehnya itu sangat diperlukan kepercayaan orang tua
terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindakan-tindakan
kurang terpuji yang dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah-olah tidak mau tahu,
bahkan cendrung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Orang tua harus menunjukkan
kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, mengarahkan anaknya untuk
menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, orang tua memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Untuk menjalin kerjasama antara keluarga dengan sekolah, maka ada beberapa hal yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Melakukan kunjungan ke rumah anak didik
2. Mengundang orang tua ke sekolah
3. Mengadakan rapat atau konferensi tentang kasus
4. Membentuk organisasi badan pembantu sekolah (komite sekolah)
5. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dengan keluarga
6. Adanya daftar nilai atau raport anak didik yang disampaikan kepada orang tua[4]
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjalin kerjasama antara sekolah
dengan keluarga. Semua bentuk kerjasama tersebut sangat besar manfaatnya dalam memajukan
pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik pada khususnya
B. Hubungan keluarga dan masyarakat
Interaksi sosial yang penting dan mempengaruhi peserta didik adalah interaksi dengan
masyarakat. Lapisan mikrosistem lain yang penting setelah keluarga adalah tetangga sebagai
masyarakat terdekat. Tetangga adalah lingkungan sekitar rumah yang sering berinteraksi secara
sosial. Hubungan yang baik dengan tetangga merupakan suatu kebahagian. Sehingga harus
dipelihara dengan baik. Agar tercipta kondisi masyarakat yang kondunsif maka kita harus saling
hormat menghormati, harga menghargai, dan sayang menyayangi dengan tetangga (orang lain).
Menyayangi orang lain dapat diartikan bahwa tidak menyinggung dan tidak pula menyakiti
perasaan tetangga. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang artinya Orang islam itu ialah
orang yang dapat membuat manusia merasa aman dan selamat dari ulah tangan
dan
lisannya.[5]
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w memberikan gambaran tentang keterkaitan hubungan
antara orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya. Yang apabila dipelihara dengan
baik maka akan menciptakan suatu kebahagiaan, sebagaimana hadits Rasulullah s.a.w yang
artinya di antara kebahagiaan seorang muslim adalah mempunyai tetangga yang shalih, rumah
yang luas dan kendaraan yang meriangkan .(HR. Ahmad dan Al-Hakim).[6]
Hubungan dengan tetangga ini merupakan hal yang penting sebab tetangga yang baik
akan turut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak menjadi generasi muslim yang baik
pula. Sehingga anak tersebut akan baik pula dengan tetangga dan teman sepergaulannya dalam
masyarakat di mana ia tinggal. Pembentukan sikap sosial ini sangat penting, sebab dalam ajaran
islam hablum minannas ini sangat utama, karena manusia adalah makhluk sosial yang
memerlukan orang lain didalam kehidupannya. Maka anak sejak dari lingkungan kelurga telah
disadarkan melalui keteladanan kedua orang tuanya di rumah tangga, di lingkungan, dan
masyarakat luas.
Dalam rangka pembentukan interaksi sosial yang harmonis, maka harus dilakukan
melalui pendidikan kunjungan (visiting education). Alangkah baiknya anak sesekali diajak untuk
mengunjungi tetangga dan sanak keluarga. Hal ini dimaksudkan agar di dalam diri anak akan
timbul rasa kecintaan kepada kaum kerabat orang tuanya, sehingga dalam dirinya ada perasaan
bangga mempunyai sanak keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Hendaknya betapa
sibuknya orang tua dalam kehidupan sehari-hari, perlu diprogramkan sekali-sekali mengunjungi
tetangga dan keluarga dekat. Kenapa visiting education ini diperlukan karena kenyataan sekarang
sifat kehidupan sebagian masyarakat kita lebih menampakkan gejala-gejala individualistis akibat
pengaruh kesibukan, ekonomi, waktu, tempat, dan sebagainya.
Visiting education dalam ajaran islam dikenal dengan istilah pertemuan silaturrahmi.
Apabila orang tua sering mengajak anak-anaknya bersilaturrahmi baik kepada tetangga maupun
keluarga dekat maka akan menimbulkan kesan yang mendalam dalam dirinya dan akan
dibawanya sepanjang kehidupan dan tidak akan terlupakan selama hidupnya. Kebiasaan baik ini
dapat menjadi budaya bangsa dan dapat dilestarikan di tengah-tengah masyarakat.
Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesamanya untuk mencapai
tujuan.[7]
Secara kualitatif dan kwantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi
masyarakat yang majemuk. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan
kerja sama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.
Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang
dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi.[8]
Masyarakat yang ditata dengan nilai-nilai pendidikan dan budaya yang baik akan
memberikan pengaruh yang positif bagi orang-orang yang berada dalam interaksi masyarakat
tersebut. Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak. Semua
anggota masyarakat harus ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan, sebab
pada hakekatnya pendidikan merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok sosial. Oleh karena itu, jika ingin berada dalam
sistem yang baik, maka keluarga juga harus di tengah-tengah masyarakat yang baik.
Hubungan keluarga yang baik dengan masyarakat yang baik akan berdampak positif
pada perkembangan anak, sebab anak menangkap nilai-nilai moral dan pembelajaran dari
lingkungan keluarga dan masyarakat di mana anak tersebut berada. Pendidik dalam masyarakat
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui
sosialisasi lanjutan dari dasar-dasar kepribadian yang diletakkan oleh keluarga dan juga oleh
sekolah sebelum mereka masuk dalam masyarakat. Melalui sosialisasi lanjutan ini maka rasa
tanggung jawab terhadap kepentingan orang banyak akan terbentuk. Dengan demikian yang
bersangkutan akan melaksanakan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung
jawab kepada diri sendiri dan kepada orang banyak. Dengan demikian para pemimpin resmi
maupun tidak resmi adalah pendidik dalam masyarakat. Pemimpin resmi adalah orang-orang
yang memegang jabatan di bidang pemerintahan mulai dari lurah sampai kepada pimpinan
negara, sedangkan pemimpin tidak resmi adalah tokoh-tokoh agama, kepala suku, ketua adat,
tokoh partai, dan sebagainya.[9]
Sekolah sebagai patner (mitra) dari masyarakat didalam melakukan fungsi pendidikan.
2.
4. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua
belah pihak akan terpenuhi.
5. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan pembaruan
tata kehidupan masyarakat.[13]
Masyarakat dengan ciri khasnya yang positif dan dinamis akan mempengaruhi
keberadaan sekolah. Setiap masyarakat memiliki identitas tersendiri sesuai dengan pengalaman
kesejahteraan dan budayanya. Identitas yang dimiliki dan dinamika suatu masyarakat, secara
langsung akan berpengaruh terhadap tujuan, orientasi, dan proses pendidikan di sekolah. Ini bisa
di mengerti karena sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pengaruh identitas suatu masyarakat terhadap program pendidikan di sekolah-sekolah,
dapat dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing
negara. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak pernah terdapat kurikulum pendidikan yang
berlaku permanen, akan tetapi selalu dinilai, disempurnakan, disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan masyarakat yang terjadi.
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga tidak terlepas dari pengaruh sosial
budaya dan partisipasi masyarakat. Pengaruh sosial budaya yang dimaksud biasanya tercermin
didalam proses belajar mengajar baik yang menyangkut pola aktivitas pendidik maupun anak
didik didalam proses pendidikan. Katakanlah sekarang dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), implementasinya akan banyak diwarnai atau dipengaruhi oleh nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat. Nilai sosial budaya didalam masyarakat bisa menjadi
penghambat atau pendukung terhadap proses pendidikan yang dipandang baik di dalam khasanah
pendidikan. Oleh karena itu, usaha-usaha pembaruan terhadap proses pendidikan di sekolah, mau
tidak mau mesti memperhitungkan pula pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya.
Kemudian dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai produsen yang melayani pesananpesanan pendidikan dari masyarakat maka gambaran hubungan rasional di antara keduanya
yakni :
1. Sasaran atau target pendidikan yang ditangani sekolah ditentukan oleh kejelasan formulasi
kontrak antara sekolah dengan masyarakat. Rumusan-rumusan kebutuhan dan cita-cita
pendidikan yang diinginkan masyarakat terpenuhi atau tidak (fungsi layanan sekolah terpenuhi
atau tidak).
2. Penuaian fungsi sekolah untuk melayani pesanan-pesanan pendidikan oleh masyarakat, sedikit
banyak akan dipengaruhi oleh ikatan-ikatan obyektif di antara keduanya. Ikatan obyektif
tersebut bisa berupa perhatian, penghargaan dan topangan-topangan tertentu seperti dana,
fasilitas dan jaminan obyektif lainnya yang memberikan makna penting terhadap produk
persekolahan,[14]
Semakin luas penyebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat, dengan tingkat
kualitas yang memadai, tentu produk persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan
berarti bagi perkembangan masyarakat bersangkutan. Dalam hubungan ini, sekolah bisa disebut
sebagai lembaga investasi manusia. Investasi jenis ini sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan manusia, sebab manusia itu sendirilah subyek setiap perkembangan, perubahan dan
kemajuan di dalam masyarakat. Rendahnya kualitas faktor manusia di setiap masyarakat, baik
kualitas kemampuan maupun kualitas kepribadiannya, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
prestasi yang bisa dicapai oleh masyarakat bersangkutan di dalam memajukan segi-segi
kehidupannya.
Ada empat macam pengaruh pendidikan persekolahan terhadap perkembangan
masyarakat di lingkungannya yaitu :
1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
2. Membawa pembaruan perkembangan masyarakat.
3. Melahirkan warga masyarakat yang siap bagi kepentingan kerja.
4. Melahirkan sikap-sikap dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial
yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.[15]
D. Hubungan antara keluarga, sekolah dan masyarakat
Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga institusi yang tidak bisa dipisahkan
dari kepentingan pendidikan. Keluarga (orang tua) telah meletakkan dasar-dasar pendidikan di
rumah tangga dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Orang tua membiasakan kehidupan
yang berlandaskan nilai-nilai ajaran islam, memberikan kemerdekaan kepada anaknya untuk
berkembang secara fisik dan psikis. Orang tua membimbing dan mengontrol agar kebebasan
gerak potensi yang dimiliki anak terealisasi secara maksimal.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Keluarga adalah merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama seorang anak
mendapatkan pendidikan. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan
selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerta dan kepribadian tiap-tiap
manusia.
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
2.
Pembinaan-pembinaan kepribadian anak yang dilakukan kedua orang tua terhadap anaknya
apabila diwarnai dengan ajaran agama islam secara berkesinambungan maka anak dapat
diharapkan akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang berkepribadian muslim. Sehingga anak
tersebut akan bergaul dengan baik terhadap tetangga, teman sepergaulan, atau dengan orang lain
dalam masyarakat di mana dia tinggal.
Pembentukan sikap sosial ini sangat diperlukan karena dalam ajaran islam hablum minannas ini
sangat utama, karena manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain di dalam
kehidupannya. Maka anak sejak dari lingkungan keluarga telah disadarkan melalui keteladanan
orang tuanya di rumah.
3.
Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang tumbuh berkembang dari dan untuk masyarakat.
Sekolah sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat harus membina hubungan
yang harmonis dengan masyarakat. Adapun bentuk hubungan antara sekolah dan masyarakat
dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1)
fungsi
pendidikan.
2) Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat di
lingkungannya.
4. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga institusi yang tidak bisa dipisahkan dari
kepentingan pendidikan. Keluarga (orang tua) telah meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah
tangga dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Dilanjutkan dan dikembangkan dengan
materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan yang dilakukan di sekolah. Kemudian
selanjutnya lingkungan masyarakat ikut pula berperan serta mengontrol, menyalurkan dan
membina serta meningkatkannya, karena masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan
yang diberikan oleh keluarga dan sekolah.
B.
Saran
Dari hasil pembahasan makalah ini dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan
dapat menjadi bahan masukan dalam membentuk karakter dan tingkat kecerdasan anak, antara
lain:
1.
Orang tua harus bisa menciptakan suasana rumah tangga (keluarga) yang harmonis sehingga
memberi pengaruh positif pada jiwa anak. Orang tua juga harus bisa menggali dan mendukung
serta memotivasi potensi anak dengan memberi fasilitas penunjang dan juga memilih sekolah
yang berkualitas untuk anaknya.
2.
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan juga dituntut harus bisa melakukan proses
pembelajaran dengan baik yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang, memiliki
guru profesional dan berkompetensi serta memiliki kurikulum bagus. Sekolah harus bisa
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga
potensi siswa dapat tersalurkan.
3.
Masyarakat secara luas juga memiliki tanggungjawab terhadap kelangsungan proses pendidikan.
Berhasil atau tidaknya pendidikan di suatu tempat juga dipengaruhi oleh masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, masyarakat sebagai kumpulan individu harus bisa menciptakan dan membentuk
suatu tatanan masyarakat yang kondunsif dan berperadaban. Masyarakat harus bisa mendukung
semua program pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
bapa perlu menemui cara yang berkesan untuk berkomunikasi dan mendidik anak-anak
mereka. Terdapat beberapa prinsip keibubapaan yang boleh digunakan untuk membantu ibu
bapa dalam menjalankan tangungjawab mereka. Amalan positif ini akan mendatangkan
kesan positif terhadap kanak-kanak.
1. Mengurus diri dengan baik (take care of yourself)
Mengurus diri dengan baik hendaklah menjadi perkara utama dalam diri ibu bapa. Sekiranya
ibu bapa mengabaikan diri mereka maka kebolehan mereka mengaplikasikan prinsip-prinsip
yang seterusnya akan terbatas. Ibu bapa yang mengamalkan prinsip ini akan berusaha
tekanan dalam kehidupan mereka. Mereka memiliki identity tersendiri dan menggunakanya
untuk diri dan keluarga. Mereka akan berusaha mendapatkan ahli keluarga dan kawan yang
boleh memberikan sokongan emosi danpratikal. Mereka akan berusaha mengamalkan cirriciri dan aktiviti tersebut dalam kehidupan supaya anak-anak mereka akana meniru dan
mengamalkanya apabila dewasa nanti.
2. Kasihi anak-anak (nuture ur children)
Jika kanak-kanak tidak merasai dihargai dan disayangi maa semua usaha ibu bapa tidak
akan memberikan pengaruh yangkuat ke atas mereka. Kanak-kanakperlu merasamereka
disayangidan dikasihi oleh ibu bapa mereka.
3. bimbing anak-anak ( guide your children)
anak-kanak perlu diberikan satu set nilai, panduan dan standard untuk membantu mereka
menguruskan kehidupanya. Bimbingan adalah lebih baik daripada hukuman. Seseorang ibu
atau bapa yang membimbing anaknya mengajar anaknya bahawa kesan positif atau
negative akan menyusuli sesuatu tingkah laku bimbinan membantu kanak-kanak
mendapatkan sesuatu dengan cara yang dipersetujui oleh ibu bapa mereka. Ibu bapa yang
membimbing akan mengajar melalui teladan, menetapkan had yan berpatutan serta
melibatkan kanak-kanak dalammenetapkan had bersesuaiandengan umur mereka.
4. Membela anak mereka ( be your childs advocate )
Bronfenbrenner mencadangkan bahawa ibu bapa hendaklah menunjukan rasa kasih saying
yang amat kuat terhadap anak mereka. Ibu bapa harus menunjukkan mereka merasa anak
mereka lebih baik daripada anak-anaklai.
5. Memotiasikan anak mereka (motivate your child)
Ibu bapa adalah guru pertamakepada anaknya. Ibu bapa hendaklah engalakkan anak
mereka mempelajari dengan mewujudkan suasana pembelajaran kondusif di rumah.
Sediakan buku dan elbagaibahan rjukan di rumah. Ibu bapa harus maembaca untuk
mengalakkan anakmereka membaca.
6. Jangan membincangkan masalah tingkahlaku di hadapan kanak-kanak
Apa-apa perkara yang ibu bapa bincangkan di hadapan anak-anak, ia mungkin
mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Sesuatu perkara negative yang didengari
mungkin dianggapbenar. Sebaliknya perkara negative yang didengari mereka boleh
memberikan keyakinan dan menggalakkantingkah laku positif.
7. Melindung kanak-kanak secara keterlaluan
Walaupun kanak-kanak perludilindungi, namun perlindungan yang melampau akan
menggalakkan tingkah laku pergantungan dan kanak-kanak yang terlalu sensitive. Ibu bapa
bleh menunjukkan bahawa mereka baik hati tapa terlalu besimpati. Kanak-anak perlu
mempelajarimenangani perasaaan kekecewaan, kegagalan dan kehlangan
dalamkehidupanmereka. Kanak-kanak yang mempunyaisikap berdikari akan akhirnya dapat
mengatasipelbagai halangan dalam kehidupan mereka kelak.
8. Bersatu, bertolak ansur dan bersikap positif terhadap suami/iseri
Tingkah laku suami isteri yang selalu tidak sependapat/sehaluan akan mengelirukan anakanak mereka. Anak tidak akana menghormati ibu bapa yang tidakmenghormati satu ama
lain.
9. Menghargai guru, pendidikan dan pembelajaran.
Pendidikan guru harus dititikberatkan. Kanak-kanak akan memahami mengenainya dengan
jelas jia ibu bapa, datuk dan nenek, misalnya menghargai pembelajaran. Cerialah mengenai
guru yang anda hormati dan tunjukkan penghrgaan anda terhadap guru anak anda. Ibu
bapa harus memberitahu anak-anak bahawa merekamengharapkan anakmereka mencapai
pendidikan sehingga peringkat tingi. Ini adalah untuk mengelakkan anak-anak mengabaikan
pendidikan dan tercicir daripada persekolah terlalu awal.
10. Bersikap psitif terhadap kerjaya
Ibu bapa yang erungut tentang kerjaya akan mengalakkan anakmereka mempunyai sika
negative terhadap kerja. Anak-anak akana merungut terhadap kerja rumah dan
tanggungjawab yang diberikan dirumah. Ibu bapa yang tidak menyukai kerjaya harus
berikhtiar menukar kerjaya mereka supaya anak-anakmereka akan menyedari ahawa
pendidikan membuka peluang yang luas kepada mereka yang berpendidikan tnggi.
11. Menjadi teladan kepada anak-anak
Kanak-kanaka selalu memerhati tngkahlaku ibu bapa dan shli-ali kelarga yang lain. Orang
dewasa yang bersikap tidak amanah dan tidak beretika akan dicontohi oleh kanak-kanak.
Kanak-kanak akan tertarik dan ingin meniru ibu bapa yang beretika, bersemangat dan
mempunyai sikapigin tahu yang tinggi.
12. Mempelajari bersama dengan anak-anak
Ramai ibu bapa mensal kerana mereka terlepas daripada peluang mempelajari bersamasama dengan anak-anak mereka. Jadikan pengalaman lawatan, perkhemahan dan sktiviti
lain suatu pengalaman untuk belajar bersama dengan anak-anak.
13. Luangkan masa untuk berserook
Orang dewasa harus meluangkan masa untuk diri sendiri tanpa melibatkan anak-anak
mereka. Seperti manusia lain, orang dewasa perlumeluangkan masa makan,bercti dan
menikmati kehidupan mereka. Pada masa tersebut anak-anak akan diberi
peluangmenguruskan aktivitimasing-masing dengan sendiri. Peluang ini akan membolehkan
kanak-kanak mempelajari banyak perkara dan menjadi matang.
MATLAMAT DAN OBJEKTIF KEIBUBAPAAN
Semua kanak-kanak dilahirkan dengan pelbagai potensi yang akan berkembang jika diberi
galakkan yang betul. Perkebangan ota misalnya, banyak bergantung kepadapengaruh
Keupayaan
mengenal
pasti
dan
memanfaatkan
perubahan
masyarakat
seharusnya
mengikut
perubahan
sekolah juga. Maka dalam hal ini, tidak dapat tidak masyarakat perlu
bekerjasama dengan sekolah untuk mencapai cita-cita sekolah dan
negara (Ibrahim : 2001). Malahan institusi pendidikanlah yang
memberikan perkhidmatan yang paling rapat dan berpanjangan
kepada hampir semua golongan masyarakat. Timbulnya isu-isu
pendidikan boleh mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat.
Oleh itu penglibatan masyarakat dalam bentuk jalinan kerjasama atau
perkongsian bagi kepentingan bersama dapat menjayakan hasrat
dan aspirasi yang diimpikan.
1.1
dijalin. kerjasama pula didefinisikan sebagai usaha (kerja) bersamasama atau saling bantu-membantu (antara dua atau beberapa
pihak). Jalinan kerjasama juga turut membawa maksud koloborasi,
permuafakatan dan perkongsian.
Menurut Rutter et al 1979, koloborasi dan kerja berpasukan
adalah sangat penting dalam kesatuan matlamat. C. Bernard 1938
pula (disebut di dalam Mohd. Salleh Bin Mahat) dalam bukunya yang
berjodol The functions Of The Executives menjelaskan bahawa
pentadbir perlu menggunakan sepenuhnya sumber yang ada dan
SEKOLAH
MATLAMAT
IBUBAPA
KOMUNITI
Rajah 1: Hubungan Sekolah, Ibubapa dan Komuniti
Sekolah
sebagai
sebuah
institusi
sosial
tidak
wujud
ringan
sama
dijinjing.
Konsep
kerjasama ini
boleh
. Jalinan
kerjasama
atau
perkongsian
bijak
boleh
jalinan
kerjasama,
maka
lahirlah
rasa
kepunyaan,
Konsep organisasi
Menurut Kamus Dewan edisi keempat, organisasi bermaksud
yang akan menjadi tumpuan dalam kertas kerja ini adalah Sek. Meb.
Keb. Keladi, Kulim, Kedah.
1.3
kepada
pencapaian
akademik
dan
keputusan
dan
peningkatan
prestasi
menyeluruh
memerlukan
1.4
permuafakatan
dan
perkongsian
bijak
penting
untuk
telah
memberikan
impak
yang
positif
terhadap
sekolahnya.
Prose
Output/Hasil
Rajah 2: Aliran Hasil Kerja.
adalah
input
utama.
Mereka
perlu
menjalani
proses
Ibarat
pepatah
melayu
melentur
buluh
biarlah
dari
aktiviti
kurikulum
dan
ko-kurikulum
yang
serta
Bahasa.
organisasi
sekolah
perlu
Setiap
individu
memainkan
dalam
peranan
pengurusan
yang
efektif,
dan
masyarakat
menunjukkan
mereka
mempunyai
organisasi
iaitu
dengan
ringkasnya
SWOT. Suatu
yang
dihadapi.
perkara
yang
timbul
dalam
panitia
masing-
untuk
saling
membuat
penilaian
dalam
proses
dan
memberikan
komen
tentang
P&P
yang
prestasi
sesebuah
sekolah.
Norazinah
(2005)
aktiviti
seperti
sumbangan
upacara
rasmi
sekolah,
TERHADAP
rapat
antara
tiga
agensi
ini
merupakan
masalah
dalam
aspek
perbadi
seperti
menguruskan
penyelarasan
kursus
kerjaya
atau
profesional. Bidang
Penyeliaan,
Kurikulum
dan
Ko-kurikum.
PPD dan sekolah sangat berkait rapat. PPD yang diketuai oleh
Pegawai Pelajaran Daerah bertanggungjawab menyampaikan segala
arahan yang diterima daripada Pengarah Jabatan Pelajaran Negeri
kepada Pengetua dan Guru Besar di dalam daerahnya. ini dapat
melicinkan lagi dasar atau arahan KPM. Pemantauan dan kerjasama
situasi
yang
sempurna
supaya
Pengajaran
dan
dengan
adanya
PPD,
pentadbiran
pendidikan
dapat
Projek
Projek "e-Telecomunication".
"Smart
SMS".
Nasional
dan
Rancangan
Malaysia
Ke
Sembilan
teah
ii) Program 3K
Mulai tahun 1991, KPM telah memperkenalkan program 3K iaitu
kebersihan, keselamatan dan kesihatan. Program ini telah diberi nafas
baru dan penekanan semula yang memerlukan penglibatan pelbagai
dalam
pelbagai
bentuk.
Pihak
sekolah
saling
mendapati
salah
satu
daripada
sebelas
faktor
untuk
dan
sekolah
(home-school
partnership).
para
ibubapa
dan
masyarakat
tehadap
organisasi
pendidikan.
Fullan (1991) telah menyimpulkan bahawa penglibatan ibubapa
di sekolah dan dalam aktiviti pembelajaran di rumah sebagai
penglibatan secara langsung (instructionally related involvement).
Manakala, bentuk penglibatan hubungan masyarakat-sekolah dan
membantu tadbir pengurusan sekolah sebagai penglibatan tidak
langsung (noninstructional related involvement).
Persatuan
memainkan
Ibubapa
peranan
dan
yang
Guru
aktif
(PIBG)
untuk
sekolah
memajukan
ini
telah
sekolah
Perbelanjaan (RM)
11,235.90
10,736.54
16,792.35
- Jamuan Perjumpaan
menjalankan berbagai aktiviti untuk para pelajar sekolah ini. Aktivitiaktiviti yang telah dijalankan adalah:
Bil
Aktiviti
1
English Camp
2
Computer Workshop
3
PC Pal Email Mentoring Program
4
5
6
7
8
Tarikh
13.5.07
12.08.07
Sepanjang
tahun
ERT Safety Camp
24.07.07
Program Kitar Semula
Sepanjang
tahun
Majlis Mega Berbuka Puasa & Solat 21.09.07
Terawih Pekerja Islam Intel dan
Sekolah
Gotong Royong Bersama Intel
1.7.07
Kelas Tambahan Matematik
Menjelang
Peperiksaa
n
Jadual 2: Aktiviti Intel-SMK Keladi 2007
Bukhari
juga menyumbang
untuk
meningkatkan
dan
Matematik
untuk
para
pelajar
melayu
yang
kurang
Petunjuk
Rajah
PMR
SPM
STPM
4.
koloboratif,
kolektif,
efektif
dan
berkesan.
________Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, edisi ketiga 2004, Penerbitan Fajar Bakti.
________Koleksi kertas Kerja Seminar Sekolah Efektif, Kementerian Pendidikan Malaysia 1314 Julai, 1995.
_______Garis Panduan Perlaksanaan PPSMI dan Sistem Bimbingan Taulan, Jabatan Pelajaran
Negeri Kedah Daul Aman.
_______Penyata Kewangan 2005 hingga 2007 Koperasi SMK Keladi Kulim Berhad. (tidak
diterbitkan)
_______Penyata Kewangan 2005 hingga 2007 Persatuan Ibubapa dan Guru, SMK Keladi,
Kulim, Kedah. (tidak diterbitkan)
Jaafar Muhamad, Asas Pengurusan, edisi kedua 1997, Siri Pengurusan Fajar Bakti.
Mokhtar Awang et al, Kertas Kerja Sekolah Berkesan: Citra Watak- Perwatakan Kedinamisme
Kepengetuaan, IPDA, 7 Mac 1999.
Norazinah Yaacob, Koperasi Sekolah Menengah: Penjana Sumber Alternatif Dana Sekolah.
disertasi Sarjana Pendidikan USM 2005 (tidak diterbitkan)
Omardin Ashaari, Pengurusan Sekolah Suatu Panduan Lengkap, 1996, Siri Pengajian dan
Pendidikan Utusan, Utusan Publications & Dstributions Sdn Bhd.
Lilia Hanim (Prof. Madya Dr.), Dr Mohammed Sani Ibrahim Izani Ibrahim, Budaya Sekolah
Berpencapaian Tinggi dan Hubungannya Dengan Kewibawaan Pengetua, Seminar Nasional
Pengurusan Dan Kepimpimpinan Pendidikan ke 13.
Abdul Rafie Bin Mahat, Kertas Kerjanya Pengukuhan Dan Peningkatan Kualiti Pendidikan Dan
Profesionalisme Keguruan, Kementerian Pelajaran Malaysia.
SUMBER INTERNET
http://www.moe.gov.my/bs/
http://pukmweb.ukm.my/penerbit/jurnalpdf/
http://www.angelfire.com/tn/mppp/jurnal95.html
http://www.geocities.com/padeat68/jurnal_InstitutPengetua.htm
http://jurnalakademik.blogspot.com/
http://www.fp.utm.my/epusatsumber/seminar/isu pendidikan05
http://emoe.gov.my
http://jpnkedah.edu.my
http://lib.usm.com.my
http://lib.ukm.com.my
seperti mana menurut Sufean Russin (2002) pihak kementerian te1ah menubuhkan
jawatankuasa mengkaji taraf pelajaran di sekolah-sekolah yang menyerahkan
laporannya pada tahun 1982. Jawatankuasa ini telah128 Masalah Pendidikan 2007,
Jilid 30 (1) mengenal pasti salah satu aspek besar yang penting dalam peningkatan
taraf pelajaran di Malaysia ialah melalui kerjasama masyarakat dalam pembangunan
sekolah. Selain daripada itu Akta Pendidikan 1996 turut memperuntukkan penubuhan
PIBG di semua sekolah dan peraturan peraturan pendidikan telah menggariskan tujuan
penubuhan PIBG (KPM, 2001). Kewujudan dasar dan akta ini menunjukkan peranan
komuniti untuk membantu pihak sekolah diiktiraf oleh KPM.
Kepentingan hubungan sekolah dan komuniti ini selaras dengan pendapat Poston et al.
(1992) iaitu, "You cannot build a great school alone. The school needs the community
and the community needs the school". Pengiktirafan sebegini sudah tentu menunjukkan
terdapat faedah tertentu hasil hubungan yang erat antara sekolah dan komuniti. Antara
faedah tersebut ialah seperti mana menurut Gallagher, Bagin, dan Moore (2005), "The
bottom line of any schoolcommunity relations program is to help the children learn
better. And they learn if parents are involved Therefore, a good school-community
relations program should encompass the concept of partnership between the school
and the parents ".
Menurut Solomon, Battishich, Watson, Schaps, dan Lewis (2000) murid-murid yang
mempunyai perasaan jaminan komuniti lebih berkecenderungan bermotivasi dari segi
akademik, bertindak secara beretika dan altruistik, dan membentuk kecekapan sosial
dan emosi. Memandangkan terdapat faedah seumpama ini hasil kewujudan konsep
hubungan sekolah dan komuniti maka peranan utama perlu dimainkan oleh pihak
pengurusan sesebuah sekolah bagi memastikan konsep ini berjaya dilaksanakan.
Peranan utama ini diserahkan kepada pihak pengurusan sekolah kerana kejayaan
menggerakkan ahli organisasi dan komuniti setempat adalah bergantung kepada
pengurusan sekolah. Menurut Ahmad Kilani (2003), pengurusan sekolah merupakan
satu aspek yang sangat penting ke arah perkembangan sekolah. Kepimpinan sekolah
tidak akan dapat menggerakkan semua kakitangan ke arah mencapai matlamat institusi
tanpa wujudnya satu bentuk pengurusan yang baik.
Selain daripada itu menurut beliau lagi pengurusan sekolah yang cekap tidak membatas
peranannya untuk memudahkan urusan pentadbiran dan penyediaan alat bantu
mengajar tetapi pihak pengurusan juga berperanan memenuhi keperluan masyarakat ke
arah membina masyarakat yang berpendidikan. Huraian sebelum ini menunjukkan
kepentingan pengurusan sekolah melaksanakan konsep hubungan sekolah dan
mereka memandangkan terdapat kajian yang menunjukkan bahawa sikap efikasi yang
boleh
membantu kejayaan anak-anak mereka di sekolah ada kaitannya dengan penglibatan
membuat keputusan. Sesuai dengan sistem persekolahan dalam konteks di Malaysia,
sebagai negara demokrasi penglibatan membuat keputusan secara suara ramai amat
diperlukan dan digalakkan terutama dalam menggembeling tenaga untuk kejayaan anak
mereka dan pelajar sekolah itu secara tidak langsung. Secara eksplisitnya juga, ibu
bapa perlu mempunyai efikasi kendiri yang baik untuk penglibatan yang aktif di sekolah
demi pencapaian dan kejayaan anak-anak mereka. Hal yang demikian ini selari dengan
maksud pembinaan efikasi kendiri yang merujuk kepada kepercayaan dalam keupayaan
seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan
untuk menghasilkan dan merealisasikan pencapaian yang diinginkan (Bandura, 1997,
hlm. 3).
Banyak kajian telah mengkaji efikasi kendiri ibu bapa dalam kemahiran keibubapaan.
Kajian menunjukkan ibu bapa yang mempunyai efikasi kendiri yang tinggi bersikap lebih
optimistik, autoritatif dan konsisten dalam interaksi dengan anak meeka berbanding
dengan ibu bapa yang efikasi kendirinya rendah (Ardelt & Eccles, 2001; Bandura,
Barbaranelli, Caprara, & Pastorelli, 1996; Williams et al., 1987).
Hal yang demikian ini boleh memberi implikasi yang positif terhadap pencapaian anak
mereka memandangkan individu dengan efikasi kendiri yang tinggi tidak mudah untuk
mengalah dan tidak banyak mengalami tekanan berbanding dengan mereka yang
kurang efikasi kendiri. Huraian mengenai model Hoover-Dempsey dan Sandler jelas
menunjukkan bahawa kebersamaan sekolah dan komuniti boleh dijalin dengan ibu bapa
sebagai salah satu dari komponen komuniti sesebuah sekolah itu. Kebersamaan yang
tidak pernah wujud tidak akan dapat menghasilkan pelajar yang boleh belajar seperti
yang disebut olehGallagher et. al (2005). Begitu juga dalam melahirkan murid atau
pelajar yang bermotivasi (Solomon et al., 2000).
Model ini menunjukkan bahawa hubungan sekolah dan komuniti dapat diwujudkan
sekiranya pihak pengurusan sekolah dapat memastikan agar pihak guru dan ibu bapa
saling memahami perasaan di antara satu sarna lain sebagai langkah pertama untuk
mewujudkan hubungan harmoni kedua-dua pihak (Berger, 1983). Perkara seperti ini
perlu diatasi terlebih dahulu kerana pengalaman-pengalaman lepas ketika berhubung
dengan sekolah akan mencorakkan persepsi ibu bapa mengenai sekolah anak mereka.
Oleh yang demikian bagi menjayakan konsep hubungan sekolah dan komuniti ke arah
melibatkan komuniti dalam pelaksanaan dasar KPM, maka pihak sekolah perlu
mengatasi segala masalah berkaitan seperti juga yang dinyatakan oleh Wentzel (1998)
iaitu, masalah-masalah seperti guru tidak memahami keperluan ibu bapa, ibu bapa
tidak memahami kerja sekolah anak, guru tidak menyokong usaha ibu bapa, ibu bapa
tidak berminat untuk melibatkan diri, masalah komunikasi, ibu bapa tidak memahami
dasar di sekolah dan ibu bapa tidak pasti cara untuk menyumbang kepada sekolah.
Sekiranya masalah-masalah yang telah dikenal pasti seperti ini dapat diatasi maka akan
memudahkan pihak sekolah dan ibu bapa untuk berkomunikasi dengan berkesan bagi
mencapai tujuan bersama iaitu memastikan kejayaan anak-anak dalam pelajaran.132
Masalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) Pengenalan model hubungan sekolah dan
komuniti ini penting kerana hasil kajian yang dibuat oleh Queensland School Curriculum
Council (QSCC, 1998) menunjukkan bahawa hubungan yang baik antara guru dan ibu
bapa merupakan salah satu daripada komponen penting dalam memastikan
keberkesanan proses pengajaran dan pembelajaran, khususnya dalam aspek utama
sekolah iaitu kurikulum.
Dalam konteks di Malaysia membina hubungan yang baik ini mengambil perspektif yang
lebih meluas. Hal yang demikian ini dirujuk oleh QSCC (1998) sebagai collegial
partnership.
Collegial partnership mengikut QSCC (1998) merupakan satu bentuk hubungan yang
melibatkan pengamal pendidikan itu sendiri, ibu bapa dan lain-lain badan profesional
seperti guru, bahan bantu mengajar, pentadbir dan mereka yang terlibat dalam
pembangunan program sekolah. Tugas bersama-sama ibu bapa bukan semata-mata
untuk mengekalkan hubungan yang baik dengan pihak sekolah malah tugas tersebut
dijadikan satu amalan pendidikan yang dijana secara profesional bagi faedah bersama.
Sebagai ibu bapa mereka tentulah lebih mengetahui tentang apa yang terbaik untuk
anak
mereka. Mereka juga boleh mengambil peranan dalam memberi cadangan atau
menyatakan tentang kaedah sesuai yang boleh diguna pakai oleh guru di
sekolah.Manakala guru sebagai seorang yang profesional dalam pendidikan pula lebih
mengetahui perkara yang boleh memantapkan lagi proses pengajaran dan
pembelajaran di bilik darjah.Oleh itu pihak sekolah dan komuniti ini secara bersamasama boleh membawa kepelbagaian pemikiran tersebut dan disesuaikan dengan minat
murid-murid yang akhimya dapat membantu proses pengajaran pembelajaran mereka.
Hubungan Sekolah dan Komuniti: Halatuju
Kesimpulannya, untuk menghasilkan usaha bersama antara pihak sekolah dan ibu
bapa, terlebih dahulu pihak sekolah perlu memahami ibu bapa seperti yang dinyatakan
oleh Berger (1983) iaitu beliau telah mengkategorikan ibu bapa kepada lima kumpulan
seperti yang berikut:
(a) ibu bapa mengelak dari sekolah.
(b) ibu bapa perlu galakan untuk datang ke sekolah.
(c) ibu bapa sukarela datang jika dijemput.
(d) ibu bapa komited dan berasa seronok melibatkan diri.
(e) ibu bapa suka menonjolkan kuasa dan pengaruh di sekolah.
Berdasarkan pandangan Berger (1983) ini pihak pengurusan sekolah harus memainkan
peranan sebagai morale builder program designer and program coordinator dengan
mengamalkan dasar pintu terbuka, menyediakan bilik pertemuan dengan ibu bapa,
menyelaras mesyuarat dan bengkel dengan ibu bapa, dan memberi sokongan kepada
PIBG. Para guru boleh bertindak sebagai fasilitator, kaunselor, penyelaras program dan
sumber serta kawan kepada ibu bapa. Kedua-dua pihak guru dan ibu bapa hendaklah
bersikap terbuka dalam usaha memperbaiki keputusan anak dan murid-murid masingmasing.
Mengikut Berger (1983), untuk menjayakan "educational partnership" ini, pihak sekolah
mesti menjemput ibu bapa untuk melibatkan diri dan ibu bapa mesti memberi
responMasalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) 133 seperti yang disebut oleh Hughes dan
MacNaughton (2003). Komunikasi dua hala yang paling efektif untuk mewujudkan
kerjasama dan respon dari pihak ibu bapa. Komunikasi ini dapat dikekalkan melalui
PIBG, lawatan ibu bapa ke sekolah dan penyertaan dalam aktiviti sekolah (Berger,
1983).
Selain itu terdapat empat prinsip yang dapat membantu para guru untuk memastikan
hubungan ibu bapa, guru dan komuniti lebih bermakna dari kajian yang dilakukan oleh
Hughes dan MacNaughton (2003) iaitu mengalu-alukan kedatangan ibu bapa dan
komuniti lain kesekolah mereka, menerangkan pengurusan dan perjalanan aktiviti di
sekolah untuk
mengurangkan kebimbangan ibu bapa dan penjaga pelajar, sentiasa menerima ibu
bapa, yangpelbagai sosiobudaya dan mengalu-alukan sumbangan daripada ibu bapa,
pengetahuan serta ideamereka dalam mendidik anak. Manakala Laporan Hargreaves
(1995) pemah menyatakan"parental commitment is a cornerstone of the schools
success. If parents are interested in theirchildrens schooling, ... are supportive of the
schools endeavors, ... act in partnership withteachers, then the children will achieve
more in school".Oleh itu rumusannya bolehlah dikatakan pengenalan model hubungan
sekolah dan komuniti ini adalah merupakan cadangan bagi pertukaran idea serta
perkongsian bijak antara pihak sekolah dan ibu bapa bagi faedah bersama.