Вы находитесь на странице: 1из 58

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan dan berkembang menjadi
dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiaptiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh
anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia juga menjalani perubahan-perubahan yang
diperoleh dari proses bersosialisasi atau berintraksi dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini
juga dikarenakan manusia adalah makhluk budaya, dimana salah satu kebutuhan manusia adalah
ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat modern, ilmu pengetahuan (pendidikan) dapat diperoleh
secara formal dan non formal.
Pendidikan formal dapat diperoleh di lembaga-lembaga yang terstruktur dan terorganisir,
seperti pada sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Sementara
pendidikan non formal seperti pendidikan perilaku, keterampilan dan kemampuan (potensi)
lainnya dapat diperoleh seseorang dari keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan non formal setelah pendidikan keluarga dan
pendidikan di sekolah. Bila dilihat ruang lingkup di masyarakat, banyak dijumpai
keanekaragaman bentuk dan sifat masyarakat. Namun justru keanekaragaman inilah dapat
memperkaya budaya bangsa Indonesia.
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur
pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan
sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya.
Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan keluarga dan di lingkungan
sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, berikut ini penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana hubungan keluarga dan sekolah dalam perspektif pendidikan.
2. Bagaimana hubungan keluarga dan masyarakat dalam perspektif pendidikan.

3. Bagaimana hubungan sekolah dan masyarakat dalam perspektif pendidikan.


4. Bagaimana hubungan keluarga, sekolah dan masyarakat dalam perspektif pendidikan.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan masalah yang kami uraikan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui hubungan timbal balik antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
perspektif pendidikan.
II.

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA KELUARGA, SEKOLAH, DAN


MASYARAKAT

A. Hubungan keluarga dan sekolah


Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil mendapat peran yang sangat penting karena
membentuk kepribadian dan watak keluarganya. Lingkungan keluarga yang pertama dan utama
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku dan perkembagan anak. Dalam rangka menciptakan
pendidikan yang baik untuk anak maka peranan orang tua sangat penting, karena keluarga
merupakan dasar utama pembentukan manusia. Keluargalah yang memberi arah dan corak serta
pandangan hidup yang akan dialami anak pada masa selanjutnya.
Oleh karena itu, keluarga perlu menjaga stabilitas, ketenangan dan ketentraman di antara
semua anggota keluarga, terutama ayah dan ibu sebagai pengendali dan penanggungjawab dalam
keluarga.
Pendidikan yang baik bukanlah hanya pendidikan yang di sengaja, latihan, kebiasaankebiasaan yang baik, tetapi yang jauh lebih penting adalah sikap dan cara orang tua dalam
menghadapi hidup pada umumnya dan cara memperlakukan anak.[1]
Orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama atas anaknya bertanggungjawab
atas kelakuan, pembentukan kesusilaan, watak dan kepribadian anaknya. Orang tua harus
mampu menanamkan kebiasaan yang baik tentang kesehatan, makanan dan minuman yang halal,
menahan kecendrungan mementingkan diri sendiri, menanamkan sifat suka menolong, disiplin
dan bertanggungjawab serta berkasih sayang dengan sesamanya.
Sikap dan cara orang tua memperlakukan anak sebagai mana kata terakhir dari
pernyataan Zakiah Darajat, selain berakibat terhadap pembentukan kepribadian anak, juga

terhadap pendidikan. Di dalam ajaran islam terdapat lima faktor yang menjadi dasar
pembangunan rumah tangga yang stabil, bahagia dan sejahtera sebagai berikut:
1. Suami istri mempunyai niat yang ikhlas dalam membangun rumah tangganya.
2. Terciptanya suasana keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Setiap anggota keluarga memahami tugas dan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Terpeliharanya kesehatan dan terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga.
5. Tercapainya fungsi pendidikan keluarga terutama anak-anak.[2]
Karena keluarga adalah lapisan mikrosistem yang terpenting, maka islam mengajarkan
untuk membina kasih sayang dan hubungan positif di dalam keluarga. Hubungan ini bersifat
timbal balik yakni orang tua berkewajiban untuk menyayangi dan mendidik anak-anaknya
dengan adil untuk mendapatkan perkembangan yang optimal. Sebaliknya anak memiliki
kewajiban untuk hormat dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Apabila ayah, ibu dan anakanak dapat memahami dan menyadari peran dan tugasnya masing-masing maka keluarga tersebut
akan harmonis.
Anak yang hidup dalam rumah tangga yang harmonis akan tumbuh dan berkembang
dengan optimal, baik dari segi fisik dan mentalnya. Anak ini akan siap memasuki dunia sekolah
yang jelas pergaulannya akan menjadi luas sebab interaksi yang dilakukannya berhubungan
dengan orang banyak, yakni teman-teman, guru, dan semua komponen yang berhubungan
dengan sekolah.
Anak ini lebih siap dalam menerima perubahan-perubahan dan pelajaran yang diberikan
guru. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak yang cerdas dan berpotensi disekolah
ternyata berasal dari keluarga yang harmonis. Begitu juga sebaliknya anak yang kurang
berprestasi bahkan cendrung menjadi anak nakal disekolah kebanyakan berasal dari keluarga
yang berantakan (broken home), penuh dengan konflik-konflik internal antar anggota keluarga.
Hubungan yang baik antara pihak orang tua (keluarga) dengan sekolah juga memegang peranan
penting dalam pencapaian prestasi siswa sebab anak yang cerdas di sekolah tetapi berasal dari
keluarga yang tidak harmonis, maka ia tidak akan mampu mengeksplo kemampuan
intelegensinya secara optimal.[3]
Peralihan bentuk pendidikan dari jalur luar sekolah ke jalur pendidikan sekolah (formal)
memerlukan kerjasama antara orang tua dan pendidik. Sikap anak terhadap sekolah akan

dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Olehnya itu sangat diperlukan kepercayaan orang tua
terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini
sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindakan-tindakan
kurang terpuji yang dilakukan anak didik, sementara orang tua seolah-olah tidak mau tahu,
bahkan cendrung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Orang tua harus menunjukkan
kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, mengarahkan anaknya untuk
menyelesaikan pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, orang tua memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Untuk menjalin kerjasama antara keluarga dengan sekolah, maka ada beberapa hal yang
perlu dilakukan yaitu:
1. Melakukan kunjungan ke rumah anak didik
2. Mengundang orang tua ke sekolah
3. Mengadakan rapat atau konferensi tentang kasus
4. Membentuk organisasi badan pembantu sekolah (komite sekolah)
5. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dengan keluarga
6. Adanya daftar nilai atau raport anak didik yang disampaikan kepada orang tua[4]
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjalin kerjasama antara sekolah
dengan keluarga. Semua bentuk kerjasama tersebut sangat besar manfaatnya dalam memajukan
pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik pada khususnya
B. Hubungan keluarga dan masyarakat
Interaksi sosial yang penting dan mempengaruhi peserta didik adalah interaksi dengan
masyarakat. Lapisan mikrosistem lain yang penting setelah keluarga adalah tetangga sebagai
masyarakat terdekat. Tetangga adalah lingkungan sekitar rumah yang sering berinteraksi secara
sosial. Hubungan yang baik dengan tetangga merupakan suatu kebahagian. Sehingga harus
dipelihara dengan baik. Agar tercipta kondisi masyarakat yang kondunsif maka kita harus saling
hormat menghormati, harga menghargai, dan sayang menyayangi dengan tetangga (orang lain).
Menyayangi orang lain dapat diartikan bahwa tidak menyinggung dan tidak pula menyakiti
perasaan tetangga. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w yang artinya Orang islam itu ialah

orang yang dapat membuat manusia merasa aman dan selamat dari ulah tangan

dan

lisannya.[5]
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w memberikan gambaran tentang keterkaitan hubungan
antara orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lainnya. Yang apabila dipelihara dengan
baik maka akan menciptakan suatu kebahagiaan, sebagaimana hadits Rasulullah s.a.w yang
artinya di antara kebahagiaan seorang muslim adalah mempunyai tetangga yang shalih, rumah
yang luas dan kendaraan yang meriangkan .(HR. Ahmad dan Al-Hakim).[6]
Hubungan dengan tetangga ini merupakan hal yang penting sebab tetangga yang baik
akan turut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak menjadi generasi muslim yang baik
pula. Sehingga anak tersebut akan baik pula dengan tetangga dan teman sepergaulannya dalam
masyarakat di mana ia tinggal. Pembentukan sikap sosial ini sangat penting, sebab dalam ajaran
islam hablum minannas ini sangat utama, karena manusia adalah makhluk sosial yang
memerlukan orang lain didalam kehidupannya. Maka anak sejak dari lingkungan kelurga telah
disadarkan melalui keteladanan kedua orang tuanya di rumah tangga, di lingkungan, dan
masyarakat luas.
Dalam rangka pembentukan interaksi sosial yang harmonis, maka harus dilakukan
melalui pendidikan kunjungan (visiting education). Alangkah baiknya anak sesekali diajak untuk
mengunjungi tetangga dan sanak keluarga. Hal ini dimaksudkan agar di dalam diri anak akan
timbul rasa kecintaan kepada kaum kerabat orang tuanya, sehingga dalam dirinya ada perasaan
bangga mempunyai sanak keluarga, baik yang dekat maupun yang jauh. Hendaknya betapa
sibuknya orang tua dalam kehidupan sehari-hari, perlu diprogramkan sekali-sekali mengunjungi
tetangga dan keluarga dekat. Kenapa visiting education ini diperlukan karena kenyataan sekarang
sifat kehidupan sebagian masyarakat kita lebih menampakkan gejala-gejala individualistis akibat
pengaruh kesibukan, ekonomi, waktu, tempat, dan sebagainya.
Visiting education dalam ajaran islam dikenal dengan istilah pertemuan silaturrahmi.
Apabila orang tua sering mengajak anak-anaknya bersilaturrahmi baik kepada tetangga maupun
keluarga dekat maka akan menimbulkan kesan yang mendalam dalam dirinya dan akan
dibawanya sepanjang kehidupan dan tidak akan terlupakan selama hidupnya. Kebiasaan baik ini
dapat menjadi budaya bangsa dan dapat dilestarikan di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat
tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesamanya untuk mencapai
tujuan.[7]
Secara kualitatif dan kwantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga menjadi
masyarakat yang majemuk. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan
kerja sama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya.
Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang
dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi.[8]
Masyarakat yang ditata dengan nilai-nilai pendidikan dan budaya yang baik akan
memberikan pengaruh yang positif bagi orang-orang yang berada dalam interaksi masyarakat
tersebut. Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak. Semua
anggota masyarakat harus ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan, sebab
pada hakekatnya pendidikan merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok sosial. Oleh karena itu, jika ingin berada dalam
sistem yang baik, maka keluarga juga harus di tengah-tengah masyarakat yang baik.
Hubungan keluarga yang baik dengan masyarakat yang baik akan berdampak positif
pada perkembangan anak, sebab anak menangkap nilai-nilai moral dan pembelajaran dari
lingkungan keluarga dan masyarakat di mana anak tersebut berada. Pendidik dalam masyarakat
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya melalui
sosialisasi lanjutan dari dasar-dasar kepribadian yang diletakkan oleh keluarga dan juga oleh
sekolah sebelum mereka masuk dalam masyarakat. Melalui sosialisasi lanjutan ini maka rasa
tanggung jawab terhadap kepentingan orang banyak akan terbentuk. Dengan demikian yang
bersangkutan akan melaksanakan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang bertanggung
jawab kepada diri sendiri dan kepada orang banyak. Dengan demikian para pemimpin resmi
maupun tidak resmi adalah pendidik dalam masyarakat. Pemimpin resmi adalah orang-orang
yang memegang jabatan di bidang pemerintahan mulai dari lurah sampai kepada pimpinan
negara, sedangkan pemimpin tidak resmi adalah tokoh-tokoh agama, kepala suku, ketua adat,
tokoh partai, dan sebagainya.[9]

Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungannya masing-masing bertanggungjawab


terhadap perilaku dan tingkah laku warga masyarakatnya.
C. Hubungan sekolah dan masyarakat
Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk
masyarakat. Artinya sebagai lembaga sosial formal, sekolah harus terikat pada tata aturan
formal, berprogram dan bertarget atau bersasaran yang jelas serta memiliki kepemimpinan
penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi. Karena itu fungsi sekolah terikat kepada target
atau sasaran-sasaran yang di butuhkan oleh masyarakat itu sendiri.
Sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat, sekolah harus membina
hubungan dengan masyarakat. Adapun hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat dilihat
dari dua segi, yaitu:
1.

Sekolah sebagai patner (mitra) dari masyarakat didalam melakukan fungsi pendidikan.

2.

Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat


dilingkunganya.[10]
Dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai patner (mitra) masyarakat maka hubungan
sekolah dan masyarakat bersifat korelatif bahkan seperti telur dengan ayam. Masyarakat maju
karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam masyarakat yang
maju pula.[11]
Sekolah sebagai salah satu lingkungan dilaksanakannya kegiatan pendidikan , di mana
masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap berlangsungnya segala aktivitas
yang menyangkut masalah pendidikan. Kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan
sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi
masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang
diharapkan.[12]
Agar sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka perlu memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:

1. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.


2. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil
dalam masyarakat.
3. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dalam kehidupan sekitarnya.

4. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua
belah pihak akan terpenuhi.
5. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan pembaruan
tata kehidupan masyarakat.[13]
Masyarakat dengan ciri khasnya yang positif dan dinamis akan mempengaruhi
keberadaan sekolah. Setiap masyarakat memiliki identitas tersendiri sesuai dengan pengalaman
kesejahteraan dan budayanya. Identitas yang dimiliki dan dinamika suatu masyarakat, secara
langsung akan berpengaruh terhadap tujuan, orientasi, dan proses pendidikan di sekolah. Ini bisa
di mengerti karena sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pengaruh identitas suatu masyarakat terhadap program pendidikan di sekolah-sekolah,
dapat dibuktikan dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan pada masing-masing
negara. Oleh karena itu dalam kenyataannya tidak pernah terdapat kurikulum pendidikan yang
berlaku permanen, akan tetapi selalu dinilai, disempurnakan, disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan masyarakat yang terjadi.
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah juga tidak terlepas dari pengaruh sosial
budaya dan partisipasi masyarakat. Pengaruh sosial budaya yang dimaksud biasanya tercermin
didalam proses belajar mengajar baik yang menyangkut pola aktivitas pendidik maupun anak
didik didalam proses pendidikan. Katakanlah sekarang dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), implementasinya akan banyak diwarnai atau dipengaruhi oleh nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat. Nilai sosial budaya didalam masyarakat bisa menjadi
penghambat atau pendukung terhadap proses pendidikan yang dipandang baik di dalam khasanah
pendidikan. Oleh karena itu, usaha-usaha pembaruan terhadap proses pendidikan di sekolah, mau
tidak mau mesti memperhitungkan pula pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya.
Kemudian dilihat dari sudut pandang sekolah sebagai produsen yang melayani pesananpesanan pendidikan dari masyarakat maka gambaran hubungan rasional di antara keduanya
yakni :
1. Sasaran atau target pendidikan yang ditangani sekolah ditentukan oleh kejelasan formulasi
kontrak antara sekolah dengan masyarakat. Rumusan-rumusan kebutuhan dan cita-cita
pendidikan yang diinginkan masyarakat terpenuhi atau tidak (fungsi layanan sekolah terpenuhi
atau tidak).

2. Penuaian fungsi sekolah untuk melayani pesanan-pesanan pendidikan oleh masyarakat, sedikit
banyak akan dipengaruhi oleh ikatan-ikatan obyektif di antara keduanya. Ikatan obyektif
tersebut bisa berupa perhatian, penghargaan dan topangan-topangan tertentu seperti dana,
fasilitas dan jaminan obyektif lainnya yang memberikan makna penting terhadap produk
persekolahan,[14]
Semakin luas penyebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat, dengan tingkat
kualitas yang memadai, tentu produk persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan
berarti bagi perkembangan masyarakat bersangkutan. Dalam hubungan ini, sekolah bisa disebut
sebagai lembaga investasi manusia. Investasi jenis ini sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan manusia, sebab manusia itu sendirilah subyek setiap perkembangan, perubahan dan
kemajuan di dalam masyarakat. Rendahnya kualitas faktor manusia di setiap masyarakat, baik
kualitas kemampuan maupun kualitas kepribadiannya, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap
prestasi yang bisa dicapai oleh masyarakat bersangkutan di dalam memajukan segi-segi
kehidupannya.
Ada empat macam pengaruh pendidikan persekolahan terhadap perkembangan
masyarakat di lingkungannya yaitu :
1. Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
2. Membawa pembaruan perkembangan masyarakat.
3. Melahirkan warga masyarakat yang siap bagi kepentingan kerja.
4. Melahirkan sikap-sikap dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi sosial
yang harmonis di tengah-tengah masyarakat.[15]
D. Hubungan antara keluarga, sekolah dan masyarakat
Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga institusi yang tidak bisa dipisahkan
dari kepentingan pendidikan. Keluarga (orang tua) telah meletakkan dasar-dasar pendidikan di
rumah tangga dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Orang tua membiasakan kehidupan
yang berlandaskan nilai-nilai ajaran islam, memberikan kemerdekaan kepada anaknya untuk
berkembang secara fisik dan psikis. Orang tua membimbing dan mengontrol agar kebebasan
gerak potensi yang dimiliki anak terealisasi secara maksimal.

Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi pendidikan berupa


ilmu dengan keterampilan yang dilakukan di sekolah. Sekolah merupakan perpanjangan tangan
dari orang tua, karena sekolah tidak mampu menjalankan fungsinya dari nol. Sekolah bertugas
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik secara maksimal, sehingga
mereka memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan fungsinya
di tengah-tengah masyarakat. Kemudian selanjutnya lingkungan masyarakat ikut pula berperan
serta mengontrol, menyalurkan, dan membina serta meningkatkannya karena masyarakat adalah
pemakai dari produk pendidikan yang diberikan oleh keluarga dan sekolah maka masyarakat
mengharapkan lahirnya output yang berkualitas. Sebab semakin besar output sekolah tersebut
dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat positif bagi masyarakat.
Dengan demikian, bila lembaga pendidikan (sekolah) mampu melahirkan produkproduknya yang berkualitas tentu hal ini merupakan investasi bagi penyediaan SDM. Investasi
ini sangat penting untuk pengembangan dan kemajuan masyarakat sebab manusia itu sendiri
adalah subyek setiap perkembangan, perubahan, dan kemajuan di dalam masyarakat.[16]
Kemudian investasi ini juga di harapkan mampu menghadapi tantangan demi tantangan
yang merambah dalam kehidupan masyarakat, dan arus tantangan tersebut akan semakin deras
dan berat seirama dengan perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sebagai akibat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terus memengaruhi dalam berbagai dimensi
kehidupan manusia. Di sinilah terlihat pentingnya menciptakan SDM yang berkualitas untuk
menghadapi tantangan tersebut.
III.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1.

Keluarga adalah merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama seorang anak
mendapatkan pendidikan. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan
selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerta dan kepribadian tiap-tiap
manusia.
Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

2.

Pembinaan-pembinaan kepribadian anak yang dilakukan kedua orang tua terhadap anaknya
apabila diwarnai dengan ajaran agama islam secara berkesinambungan maka anak dapat
diharapkan akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang berkepribadian muslim. Sehingga anak
tersebut akan bergaul dengan baik terhadap tetangga, teman sepergaulan, atau dengan orang lain
dalam masyarakat di mana dia tinggal.
Pembentukan sikap sosial ini sangat diperlukan karena dalam ajaran islam hablum minannas ini
sangat utama, karena manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain di dalam
kehidupannya. Maka anak sejak dari lingkungan keluarga telah disadarkan melalui keteladanan
orang tuanya di rumah.

3.

Sekolah merupakan lembaga sosial formal yang tumbuh berkembang dari dan untuk masyarakat.
Sekolah sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat harus membina hubungan
yang harmonis dengan masyarakat. Adapun bentuk hubungan antara sekolah dan masyarakat
dapat dilihat dari dua segi yaitu:

1)

Sekolah sebagai mitra (patner) dari masyarakat di dalam melakukan

fungsi

pendidikan.
2) Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat di
lingkungannya.
4. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan tiga institusi yang tidak bisa dipisahkan dari
kepentingan pendidikan. Keluarga (orang tua) telah meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah
tangga dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Dilanjutkan dan dikembangkan dengan
materi pendidikan berupa ilmu dan keterampilan yang dilakukan di sekolah. Kemudian
selanjutnya lingkungan masyarakat ikut pula berperan serta mengontrol, menyalurkan dan
membina serta meningkatkannya, karena masyarakat adalah pemakai dari produk pendidikan
yang diberikan oleh keluarga dan sekolah.
B.

Saran
Dari hasil pembahasan makalah ini dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan
dapat menjadi bahan masukan dalam membentuk karakter dan tingkat kecerdasan anak, antara
lain:

1.

Orang tua harus bisa menciptakan suasana rumah tangga (keluarga) yang harmonis sehingga
memberi pengaruh positif pada jiwa anak. Orang tua juga harus bisa menggali dan mendukung

serta memotivasi potensi anak dengan memberi fasilitas penunjang dan juga memilih sekolah
yang berkualitas untuk anaknya.
2.

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan juga dituntut harus bisa melakukan proses
pembelajaran dengan baik yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang, memiliki
guru profesional dan berkompetensi serta memiliki kurikulum bagus. Sekolah harus bisa
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik, sehingga
potensi siswa dapat tersalurkan.

3.

Masyarakat secara luas juga memiliki tanggungjawab terhadap kelangsungan proses pendidikan.
Berhasil atau tidaknya pendidikan di suatu tempat juga dipengaruhi oleh masyarakat sekitar.
Oleh karena itu, masyarakat sebagai kumpulan individu harus bisa menciptakan dan membentuk
suatu tatanan masyarakat yang kondunsif dan berperadaban. Masyarakat harus bisa mendukung
semua program pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah agar tujuan pendidikan bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Darajat,Zakiah, Kesehatan Mental, Yogyakarta: PT. Gunung Agung, 1975.


Faisal, Sanafiah, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Farouk, Abdullah, Mimbar Ceramah Kultum 7 Menit, Surabaya: Amelin, 2005.
Habullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001
Ihsan, Fuad, Darar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Musdalifah, Rumah Tangga Sebagai Salah Satu Wadah Pendidikan , Makassar: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2007.
Noor Syam, Muhammad, Filsafat Pendidikan Dan Dasar Filsafat Pendidikan , Surabaya,Usaha Nasional.
1986.
Purwakania Hasan, Aliah, B, Psikologi Perkembagan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Salam, Burhanuddin, Pengaruh Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik), Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Santrock, John, W, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: Kencana Persada. Media Group, 2008.
Syamsudduha, St, Modul Evaluasi Pembelajaran Aqidah Akhlak, Makassar : Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2009.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

PENGLIBATAN IBU BAPA DALAM PENDIDIKAN PRASEKOLAH


KONSEP KEIBUBAPAAN
Ibu bapa merupakan gru pertama dan paling lama bagi anak-anak mereka. Dalam proses
perkembangan yang biasa, ibu bapalah yang banyak menyokong perkembanganbahasa,
social dan akademik anak-anak mereka. Terdapat bukti positif dalam tempoh 30 tahun yang
lepas yang enunjukkan bahawa mengajar kemahiran specific kepada ibu bapa dapat
membantu dalam perkembangan anak-anak di bawah jagaan mereka.
Ibu bapa merupakan unit asas keluarga dan peranannya sangat penting dalam
pembentukan sesebuah keluarga yang bahagia. Untuk mendapat pengurusan keluarga yang
dinamik, proaktif danmenepati masa yang kian berubah. Peranan ibu bapa sangat pentng
dan perlu dilihat secara makro dan semua ini terlbat secara komited. Selain daripada factor
keluarga, factor persekitaran jug perlu diambi kira. Dalam usaha medirikan sebuah keluarga
yang bahagia dan berkesan, konsep melentur buluh biar dari rebung perlu diberi
penekanan. Ibu bapa merupakan satu unit dan perlu menjalankan pengurusan yan proaktif
dari aspek sains dan kemanusiaan.
Keibubapaan merupakan kerja yang paling sukar sekali, tetapi kebanyakan ibu bapa
menerima sedikit atau tidak mendapat latihan formal langsung dalam kemahiran
keibubapaan. Namun demikian ibu bapa seringkali dkritik bagi setiap kesilapan yang mereka
lakukan. Ahli psikologi telah mengkaji amalan keibubapaan untuk para ibu bapa.
Penglibatan keluarga dapat dilihat dari pelbagai segi bergantung kepada konteks. Teori
Epstein menghuraikan kerjasama yang peru wujud diantara pihak sekolah, keluarga dan
masyarakat. Jenis penglibatan berikut bukan berbentuk hieraki tetapi ia merupakan suatu
kerangka untuk menghubungkan kelarga, ahli masyarakat dan ahli professional pendidikan
awal kanak-kanak. Enam jenis pnglibatan ibu bapa mengikut Epstein ialah:
1. Keibubapaan : membantu keluarga menguasai kemahiran keibubapaan dan memahami
perkembangan kanak-kanak
2. Komunikasi : mengamalkan pelbagai cara komunikasi yang berkesan diantara sekolah dan
keluarga.
3. Kesukarelawan : menggalakkan keluarga berkhdmat secara sukarela dengan pelbagai
cara.
4. Pemelajaran di rumah : melibatkan keluarga menyokong aktiviti pembelajaran di rumah.
5. Membuat keputusan : melibatkan keluarga dalam pengurusan persekolah dan organisasi
berkaitan.
6. Kolaborasi dengan masyarakat : menyelaras perkhidmatan masyarakat untuk kebaikan
bersama.
Prinsip keibubapaan perlu dilihat dari sudut mikro dan makro.kemahiran keibubapaan adalah
asas kepada kesejahteraan keluarga, masyarakat dan Negara. Eibubapaan tidak terhad
kepada ibu bapa tetapi juga erhubungkait dengan kematangan dan kesediaan institusiinstitusi lain untuk bekerjasama.
PRINSIP-PRINSIP KEIBUPAAN
Keibubapaan oleh memberikan kebahagiaan kepada ibu bapa serta mencabar kerana ibu

bapa perlu menemui cara yang berkesan untuk berkomunikasi dan mendidik anak-anak
mereka. Terdapat beberapa prinsip keibubapaan yang boleh digunakan untuk membantu ibu
bapa dalam menjalankan tangungjawab mereka. Amalan positif ini akan mendatangkan
kesan positif terhadap kanak-kanak.
1. Mengurus diri dengan baik (take care of yourself)
Mengurus diri dengan baik hendaklah menjadi perkara utama dalam diri ibu bapa. Sekiranya
ibu bapa mengabaikan diri mereka maka kebolehan mereka mengaplikasikan prinsip-prinsip
yang seterusnya akan terbatas. Ibu bapa yang mengamalkan prinsip ini akan berusaha
tekanan dalam kehidupan mereka. Mereka memiliki identity tersendiri dan menggunakanya
untuk diri dan keluarga. Mereka akan berusaha mendapatkan ahli keluarga dan kawan yang
boleh memberikan sokongan emosi danpratikal. Mereka akan berusaha mengamalkan cirriciri dan aktiviti tersebut dalam kehidupan supaya anak-anak mereka akana meniru dan
mengamalkanya apabila dewasa nanti.
2. Kasihi anak-anak (nuture ur children)
Jika kanak-kanak tidak merasai dihargai dan disayangi maa semua usaha ibu bapa tidak
akan memberikan pengaruh yangkuat ke atas mereka. Kanak-kanakperlu merasamereka
disayangidan dikasihi oleh ibu bapa mereka.
3. bimbing anak-anak ( guide your children)
anak-kanak perlu diberikan satu set nilai, panduan dan standard untuk membantu mereka
menguruskan kehidupanya. Bimbingan adalah lebih baik daripada hukuman. Seseorang ibu
atau bapa yang membimbing anaknya mengajar anaknya bahawa kesan positif atau
negative akan menyusuli sesuatu tingkah laku bimbinan membantu kanak-kanak
mendapatkan sesuatu dengan cara yang dipersetujui oleh ibu bapa mereka. Ibu bapa yang
membimbing akan mengajar melalui teladan, menetapkan had yan berpatutan serta
melibatkan kanak-kanak dalammenetapkan had bersesuaiandengan umur mereka.
4. Membela anak mereka ( be your childs advocate )
Bronfenbrenner mencadangkan bahawa ibu bapa hendaklah menunjukan rasa kasih saying
yang amat kuat terhadap anak mereka. Ibu bapa harus menunjukkan mereka merasa anak
mereka lebih baik daripada anak-anaklai.
5. Memotiasikan anak mereka (motivate your child)
Ibu bapa adalah guru pertamakepada anaknya. Ibu bapa hendaklah engalakkan anak
mereka mempelajari dengan mewujudkan suasana pembelajaran kondusif di rumah.
Sediakan buku dan elbagaibahan rjukan di rumah. Ibu bapa harus maembaca untuk
mengalakkan anakmereka membaca.
6. Jangan membincangkan masalah tingkahlaku di hadapan kanak-kanak
Apa-apa perkara yang ibu bapa bincangkan di hadapan anak-anak, ia mungkin
mempengaruhi persepsi anak terhadap dirinya. Sesuatu perkara negative yang didengari
mungkin dianggapbenar. Sebaliknya perkara negative yang didengari mereka boleh
memberikan keyakinan dan menggalakkantingkah laku positif.
7. Melindung kanak-kanak secara keterlaluan
Walaupun kanak-kanak perludilindungi, namun perlindungan yang melampau akan

menggalakkan tingkah laku pergantungan dan kanak-kanak yang terlalu sensitive. Ibu bapa
bleh menunjukkan bahawa mereka baik hati tapa terlalu besimpati. Kanak-anak perlu
mempelajarimenangani perasaaan kekecewaan, kegagalan dan kehlangan
dalamkehidupanmereka. Kanak-kanak yang mempunyaisikap berdikari akan akhirnya dapat
mengatasipelbagai halangan dalam kehidupan mereka kelak.
8. Bersatu, bertolak ansur dan bersikap positif terhadap suami/iseri
Tingkah laku suami isteri yang selalu tidak sependapat/sehaluan akan mengelirukan anakanak mereka. Anak tidak akana menghormati ibu bapa yang tidakmenghormati satu ama
lain.
9. Menghargai guru, pendidikan dan pembelajaran.
Pendidikan guru harus dititikberatkan. Kanak-kanak akan memahami mengenainya dengan
jelas jia ibu bapa, datuk dan nenek, misalnya menghargai pembelajaran. Cerialah mengenai
guru yang anda hormati dan tunjukkan penghrgaan anda terhadap guru anak anda. Ibu
bapa harus memberitahu anak-anak bahawa merekamengharapkan anakmereka mencapai
pendidikan sehingga peringkat tingi. Ini adalah untuk mengelakkan anak-anak mengabaikan
pendidikan dan tercicir daripada persekolah terlalu awal.
10. Bersikap psitif terhadap kerjaya
Ibu bapa yang erungut tentang kerjaya akan mengalakkan anakmereka mempunyai sika
negative terhadap kerja. Anak-anak akana merungut terhadap kerja rumah dan
tanggungjawab yang diberikan dirumah. Ibu bapa yang tidak menyukai kerjaya harus
berikhtiar menukar kerjaya mereka supaya anak-anakmereka akan menyedari ahawa
pendidikan membuka peluang yang luas kepada mereka yang berpendidikan tnggi.
11. Menjadi teladan kepada anak-anak
Kanak-kanaka selalu memerhati tngkahlaku ibu bapa dan shli-ali kelarga yang lain. Orang
dewasa yang bersikap tidak amanah dan tidak beretika akan dicontohi oleh kanak-kanak.
Kanak-kanak akan tertarik dan ingin meniru ibu bapa yang beretika, bersemangat dan
mempunyai sikapigin tahu yang tinggi.
12. Mempelajari bersama dengan anak-anak
Ramai ibu bapa mensal kerana mereka terlepas daripada peluang mempelajari bersamasama dengan anak-anak mereka. Jadikan pengalaman lawatan, perkhemahan dan sktiviti
lain suatu pengalaman untuk belajar bersama dengan anak-anak.
13. Luangkan masa untuk berserook
Orang dewasa harus meluangkan masa untuk diri sendiri tanpa melibatkan anak-anak
mereka. Seperti manusia lain, orang dewasa perlumeluangkan masa makan,bercti dan
menikmati kehidupan mereka. Pada masa tersebut anak-anak akan diberi
peluangmenguruskan aktivitimasing-masing dengan sendiri. Peluang ini akan membolehkan
kanak-kanak mempelajari banyak perkara dan menjadi matang.
MATLAMAT DAN OBJEKTIF KEIBUBAPAAN
Semua kanak-kanak dilahirkan dengan pelbagai potensi yang akan berkembang jika diberi
galakkan yang betul. Perkebangan ota misalnya, banyak bergantung kepadapengaruh

persekitaran dalam perkembangan awal kanak-kanak. Sekiranya factor-faktor tersebut tidak


disediakan pada masa-masa tertentu maka perkembangan kanak-kanak mungkintidak
berlaku. Pendapatan dan status social kurang mempengaruhi prestasi pencapaian kanakkanak dalam sekolah berbanding dengan tidakan keluarga kanak-kanaka dari segi
Mewujudkan suasana rumah yang menggalakkan pembelajaran
Menetapkan jangkaan yang tinggi tetapo realistic terhadap pencapaian dan masa depan
anak
Terlibat dalampendidikan anak dalam seklah dan masyarakat.
MATLAMAT KEIBUBAPAAN
Kajian menunjukkan terdapat beberapa kemahiran yang ibu bapa perlu miiki supaya mereka
dapat membentuk tingkah laku anak-anak denan berkesan. Antara kemahiranya ialah :
Membentuk dan menjelaskan jangkaan
Mengawal perasaan apabilaanak menunjukkan tingkah laku yang tidak diingini.
Melaksanakan sesuatu tindakan positif atau egatif
Menjadi elada yang positif
Membentuk tingkahlaku
Memotivasikan anak yang bertingkahlaku positif.
Keibubapaan ialah satu proses yang kompleks dan ibu bapa memerlkan pengetahuan dan
kemahiran keibubapaan supaya dapat mendidik anak dengan sebaik mungkin dalam aspekaspek berikut :
Perkembangan kanak-kanak
Memahami perkembangan dan pertumbuhan kanak-kanak berkembangserta keperluankeperluan mereka pada setiap perkembangan dalamkehidupan.
Mengenali diri sendiri
Memahamidiri dari segi dorongan, nilai dan bagaimana cara mereka dapat menangani
kenakalan anak, perteingkahan dan sebagainya.
Kemahiran dan strategi keibubaaan
Memahami kemahiran dan strategi keibubapaan spesifik utuk memenuhi keperluan anakkanak dan menangan tingkahlaku ana sepanjang proses keibubapaan.
Cara berkomunikasi
Memahami cara berkomunikasi dengan anak, pasangan suami isteri dan guru secara
berkesan.
Cara menajar
Mempelajari cara bagaimana mengajar sesuatu konsep dan kemahiran kepada kanak-kanak.
Mengurus keluarga
Memahami cara menyara keluarga dan menguruskan seuah keluarga.
Mendapatkan bantuan
Menyedari pentingnya mendapat bantuan daripada orang lain serta cara mendapatkan
bantuan tersebut apabila memerlukanya.
KAWALAN DIRI IBU DAN BAPA
Kawalan diri merujuk kepada kemahiran seseorang untuk mengawal emosi dan tingkahlaku
secara positif apabila berhadapan dengan sesuatu situasi dalam kehidupanya. Kemahiran
mengawal diriberkait rapat dengan psikologi seseorang. Seseorang yang
mempunyaikemahiran mengawal diri tinggi akan melihat dirina sebagai mempunyai
kebolehan dan kemahiran untukberhadapan dengan cabaran. Apabila persepsinya terhadap
situasi adalah positif maka dia dapat bertindak dengan penuhkeyakinan,tenang dan

membiat keputusan dengan berkesan.


Daammasyarakat yang begitu pesat membangun ibu bapa tidaklepas dari berhadapan
dengan cabaran baru dan lebih kompleks. Ibu bapa perl bertindak dengan yakin, tenang dan
membuat keputusan yang wajar. Respon ibu bapa terhadap cabaran akan mempengaruhi
kebahagiaan keluarganya. Masalah dalam kerja yang tidak terurus dengan baik. Mungkin
akan dibawa ke dalam keluarga dengan cara tidak disedari da menjejaskan hubungan dalam
keluarga.
Kemahiran mengawal diri amat penting dipelajari oleh ibu bapa kerana ia dapat:
Membanu seseorang mengawal emosinya dan bertindak dengan penuh keyakinan
Membantu seseorang mengekalkan komunikasi secara positif dengan ahli-ahli keluarga lain
Membolehkan seseorang membuat keputusan yang berkesan
Mengelakkan seseorang darpada merasa tertekan.
Kemahiran mengawal diri boleh dpelajari dan dipertingkatkan melalui cara-cara berikut:
Memahami kelebihan dan kekurangan dalam diri seseorang
Membuat refleksi tentangpengalaman atau pembelajaran yang leas.amalan refleksi
membantu seseorang meneliti tindakan yang elah diambil dan kesanya.
Melibatkan diri dalambanyak aktiviti dan dalam pelbagai situasi supaya seseorang
mendapat pengalaman yang luas. Seseorang yang berpegalaman luas dan seringkali
berjaya akan yakin dengan kebolehan diri dan mempunyai kawalan diri yang tinggi untuk
mengekalkan kebahagiaan.
Semua ibu bapa mempunyai hasrat dan cita-cita untuk menjadi ibu yang cemerlang tetapi
pengalaman telah menunjukkan bahawa kebanyakan ibu bapa merasakan prestasi mereka
sebagai ibu bapa tidaklah secemerlang yang diharapkan. Malah ramai yang beranggapan
bahawamereka tidak mempunyai keupayaan untuk menjadi ibu bapa yang cemerlang dan
mengekalkan kebahagiaan dalam keluarga.

Pendidikan bukan agenda negara yang boleh dijayakan secara


bersendirian. Ia merupakan bidang yang melibatkan dan memerlukan
komitmen semua pihak berkepentingan (stakeholders). Kejayaan
sistem pendidikan sebagai perkhidmatan kepada masyarakat akan
dinilai berdasarkan keupayaannya untuk dinikmati oleh kumpulan
sasaran iaitu para pelajar dan seterusnya untuk meningkatkan taraf
kehidupan rakyat pada masa hadapan. Kejayaan ini banyak
dipengaruhi oleh kekuatan kerjasama dalam dan luar organisasi
pendidikan.

Keupayaan

mengenal

pasti

dan

memanfaatkan

sepenuhnya jalinan kerjasama menentukan kejayaan PIPP. Semua


pihak sewajarnya menyedari dan menerima hakikat bahawa agenda
pendidikan perlu dijayakan secara koloborasi atau bersama.
Sekolah sebagai satu sistem sosial yang tersendiri dan menjadi
agen

perubahan

masyarakat

seharusnya

mengikut

perubahan

masyarakat. Ini kerana masalah masyarakat merupakan masalah

sekolah juga. Maka dalam hal ini, tidak dapat tidak masyarakat perlu
bekerjasama dengan sekolah untuk mencapai cita-cita sekolah dan
negara (Ibrahim : 2001). Malahan institusi pendidikanlah yang
memberikan perkhidmatan yang paling rapat dan berpanjangan
kepada hampir semua golongan masyarakat. Timbulnya isu-isu
pendidikan boleh mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat.
Oleh itu penglibatan masyarakat dalam bentuk jalinan kerjasama atau
perkongsian bagi kepentingan bersama dapat menjayakan hasrat
dan aspirasi yang diimpikan.

1.1

Konsep Jalinan Kerjasama.


Dewan mendefinisikan jalinan kerjasama sebagai sesuatu yang

dijalin. kerjasama pula didefinisikan sebagai usaha (kerja) bersamasama atau saling bantu-membantu (antara dua atau beberapa
pihak). Jalinan kerjasama juga turut membawa maksud koloborasi,
permuafakatan dan perkongsian.
Menurut Rutter et al 1979, koloborasi dan kerja berpasukan
adalah sangat penting dalam kesatuan matlamat. C. Bernard 1938
pula (disebut di dalam Mohd. Salleh Bin Mahat) dalam bukunya yang
berjodol The functions Of The Executives menjelaskan bahawa
pentadbir perlu menggunakan sepenuhnya sumber yang ada dan

mendapat sokongan daripada ahli sistem sosial di sekolah dan


masyarakat luar. :

SEKOLAH

MATLAMAT
IBUBAPA
KOMUNITI
Rajah 1: Hubungan Sekolah, Ibubapa dan Komuniti

Rajah di atas menunjukkan bagaimana hubungan tiga dimensi antara


sekolah, ibubapa dan komuniti dalam mencapai matlamat yang sama.
Hubungan tiga dimensi ini adalah amat penting kerana:
Mewujudkan permuafakatan dan perkongsian pintar yang mantap dan
akrab antara pihak sekolah, rumah dan komuniti supaya sistem
pendidikan mencapai kejayaan.
Penglibatan masyarakat amat penting dalam membentuk dan mendidik
generasi masa depan.
Masyarakat dapat menjayakan hasrat murni ini melalui sumbangan
idea, tenaga, bahan atau peralatan serta wang ringgit.
1.2
Rasional Di Sebalik Konsep Kerjasama Di Sekolah

Sekolah

sebagai

sebuah

institusi

sosial

tidak

wujud

bersendirian. Oleh itu permuafakatan bersama masyarakat dan


organisasi luaran penting dalam membawa kejayaan. Cabarancabaran yang melanda masyarakat kita pada masa kini, terutamanya
era globalisasi memerlukan keperihatinan dan permuafakatan antara
pihak sekolah dan komuniti dalam mengatasinya. Ayat Quran ada
menyebut:
Maksudnya: Saling bantu-membantulah dalam hal kebaikan dan
taqwa dan
janganlah kamu saling membantu dalam hal kejahatan
dan
keburukan.

Model Pengurusan Koloborasi Sekolah Berkesan oleh Caldwel &


Spinks (1988) yang terhasil daripada projek usahasama Jabatan
Pelajaran dan Universiti Tasmania pada tahun 1983 telah menyatakan
bahawa koloborasi kerja amat perlu di antara pembuat dan pelaksana
polisi. Antara dimensi yang ditekankan adalah wawasan, kepimpinan
dan kemahiran yang dikongsi. Perkongsian kerja dan komitmen
menyeluruh dapat meringankan beban. Pepatah melayu berat sama
dipikul,

ringan

sama

dijinjing.

Konsep

kerjasama ini

boleh

dilaksanakan dipelbagai peringkat seperti: di dalam sekolah sesama

warga sekolah; di antara sekolah, institusi pendidikan tinggi / zon


pendidikan; bersama pihak PIBG ibu bapa / penjaga ; bersama
masyarakat setempat atau masyarakat luar dan bersama dunia
korporat

. Jalinan

kerjasama

atau

perkongsian

bijak

boleh

dilaksanakan dalam pelbagai bentuk. Bentuk tersebut meliputi sumber


kewangan, alatan dan barangan , sumber manusia dan kepakaran ,
sokongan moral , nilai komersial dan sokongan politik. Dengan
adanya

jalinan

kerjasama,

maka

lahirlah

rasa

kepunyaan,

perkongsian tanggungjawab dan komunikasi berkesan. Koloborasi ini


tidak hanya terbatas dalam organisasi tetapi dengan keseluruhan
masyarakat.
1.2

Konsep organisasi
Menurut Kamus Dewan edisi keempat, organisasi bermaksud

kesatuan yang terdiri daripada bahagian-bahagian dalam sesuatu


pertubuhan untuk tujuan-tujuan tertentu. Jaafar Muhammad 1997
mendefinisikan oraganisasi sebagai gabungan dua orang atau lebih
yang bekerja bersama-sama secara berkordinasi bagi mencapai
sesuatu hasil atau objektif. Seseorang pengurus perlu memastikan
penggemblengan sumber dalam oganisasi disusun dengan baik dan
berkesan agar matlamat yang dirancang akan tercapai. Organisasi

yang akan menjadi tumpuan dalam kertas kerja ini adalah Sek. Meb.
Keb. Keladi, Kulim, Kedah.

1.3

Konsep prestasi yang dikaitkan dengan sekolah berkesan


Kamus Dewan hasil yang diperoleh atau pencapaian. Dalam

konteks tajuk kertas kerja ini prestasi bermaksud pencapaian


akademik yang diperolehi oleh para pelajar melalui peperiksaan
terutamanya peperiksaan awam seperti Penilaian Menengah Rendah,
Sijil Pelajaran Malaysia dan Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia.
Peningkatan dari segi prestasi akademik adalah salah satu kriteria
untuk menentukan keberkesanan sesebuah organisasi pendidikan.
Banyak kajian tentang sekolah berkesan yang telah dijalankan
menfokuskan

kepada

pencapaian

akademik

dan

keputusan

peperiksaan ( Goodland, 1984) dan juga kepentingan sosial dan


afektif seperti sikap dan kelakuan pelajar (Reynolds, 1976; Rutter et
al, 1979;Mortimore et al 1988). Untuk mencapai tahap sekolah
berkesan

dan

peningkatan

prestasi

menyeluruh

memerlukan

keterlibatan pelbagai pihak. Kertas kerja ini akan menfokuskan


pencapaian sebenar prestasi akademik di SMK Keladi, Kulim, Kedah
yang mempunyai korelasi dengan jalinan kerjasama yang erat dan

padu di antara organisasi sekolah dan berbagai pihak-pihak yang


berkepentingan.

1.4

Konsep Pihak-pihak berkepentingan

Abdul Rafie Bin Mahat, menyatakan:


Hubungan tiga dimensi iaitu sekolah, rumah dan komuniti perlu diberi
penekanan.Ketiga-tiga entiti ini perlu ada hubungan yang mantap dan
akrab kerana kejayaan sistem pendidikan negara bergantung kepada
sejauhmana ketiga-tiga elemen ini dapat berfungsi, saling melengkapi
dan bantu membantu antara satu sama lain. Pihak pengurusan
sekolah boleh memainkan peranan utama dalam merapatkan
hubungan antara rumah dan komuniti melalui pelbagai cara selain
daripada yang diketahui umum iaitu melalui PIBG.

Saranan Ketua Pengarah itu amat jelas menyatakan bahawa


sesebuah institusi pendidikan tidak boleh wujud bersendirian.
Hubungan tiga dimensi yang disebut oleh beliau menerangkan
bahawa

permuafakatan

dan

perkongsian

bijak

penting

untuk

membawa kejayaan kepada sesebuah institusi pendidikan pada masa


kini.
Mohamed Bin Yahaya selaku Pengetua SMK Padang Piol,
Jerantut semasa membentangkan kertas kerja di Seminar Sekolah
Efektif anjuran Institut Aminuddin Baki 1995 pula telah menyatakan
bahawa hubungan yang baik dan kerjasama dengan pihak-pihak

berkepentingan seperti berbagai jabatan kerajaan, PIBG dan


masyarakat

telah

memberikan

impak

yang

positif

terhadap

sekolahnya.

2.1 JALINAN KERJASAMA PIHAK-PIHAK DALAM ORGANISASI


(SEKOLAH)
2.1.1 Peranan pelajar
Pelajar perlu menjalani suatu proses pendidikan samada secara
formal atau tidak formal. Pelajar adalah input paling utama yang perlu
dijana untuk menjadi modal insan cemerlang. Mereka perlu melalui
proses pembelajaran di sekolah yang memerlukan komitmen pelbagai
pihak untuk mewarnai kehidupan mereka.
Input
s

Prose

Output/Hasil
Rajah 2: Aliran Hasil Kerja.

Rajah di atas menununjukkan bahawa para pelajar yang diibarat kain


putih

adalah

input

utama.

Mereka

perlu

menjalani

proses

pembelajaran samada di sekolah atau melalui persekitaran. Akhir


sekali adalah hasil atau kesan terhadap apa yang mereka lalui atau
pelajari.

Ibarat

pepatah

melayu

melentur

buluh

biarlah

dari

rebungnya, sekolah adalah wadah terbaik untuk memupuk semangat

kerjasama, perpaduan dan kecintaan terhadap negara.. Pelajar erlu


dilatih untuk hidup saling bekerjasama dan mempunyai semangat
patrotisme serta toleransi yang tinggi selaras dengan aspirasi
nasional. Program Pembimbing Rakan Sebaya juga diadakan untuk
mendekatkan pelajar dengan konsep bermasyarakat .
Jalinan erat antara pelajar dengan organisasi sekolah akan
mewujudkan keseronokan dan motivasi untuk para pelajar ke
sekolah. Pelbagai

aktiviti

kurikulum

dan

ko-kurikulum

yang

dilaksanakan di sekolah mampu menggarab potensi dan sikap


tanggungjawab pelajar. Para pelajar perlu dilatih untuk saling
bekerjasama, mematuhi disiplin dan menghargai perkara yang ada di
keliling mereka. Pihak sekolah perlu peka kepada permasalahan
pelajar dan berusaha untuk menarik minat pelajar ke sekolah.

2.1.2 Peranan pentadbir atau pengurusan sekolah.


Zafir, Mohd. Rizal & Ahmad Khairi (2003) menyifatkan
pengurusan sebagai proses merancang, menyelaras, memimpin dan
mengawal aktiviti-aktiviti organisasi. Definisi pengurusan oleh Peter F.
Drucker (disebut di dalam Zaidatul Akmaliah, 1998) ialah suatu proses
sosial yang dibentuk untuk mendapatkan kerjasama, penyertaan dan
penglibatan ahli-ahli dalam sesebuah organisasi untuk mencapai

matlamat. Dengan ringkasnya, pengurusan adalah proses merancang


dan memelihara persekitaran apabila individubekerja bersamasama dalam kumpulan bagi mencapai matlamat terpilih secara
berkesan. Dalam konteks sekolah, matlamat yang ingin dicapai
adalah prestasi akademik dan pembentukan modal insan pelajar.
Pengurusan sekolah terdiri daripada Pengetua, Penolong Kanan
Pentadbiran, Penolong Kanan Hal Ehwal Murid dan Guru-guru Kanan
atau Ketua Jabatan Sains & Matematik, Kemanusiaan, Teknik &
Vokasional

serta

Bahasa.

organisasi

sekolah

perlu

Setiap

individu

memainkan

dalam

peranan

pengurusan
yang

efektif,

membentuk serta menjadi pemangkin ke arah kerjasama yang erat


dan padu sebagai satu pasukan untuk mencapai matlamat tersebut.
Menurut Baharom 2001, bahawa pengetua yang berjaya
mewujudkan kerjasama dan koloborasi kerja dengan semua warga
sekolah

dan

masyarakat

menunjukkan

mereka

mempunyai

kepimpinan yang berjaya. Kemahiran pengetua/guru besar dapat


mempengaruhi persekitaran dan pihak berkepentingan di luar sekolah
bagi menghasilkan persekitaran yang lebih kondusif. Dengan
kewujudan program-program tertentu, hubungan komuniti yang baik
membolehkan pihak sekolah mendapat maklumat dan sokongan
dalam banyak hal. Morros & Vrabbel (1978) menyimpulkan bahawa

tanpa kepimpinan pengetua/guru besar yang efektif, sekolah tidak


berupaya mewujudkan hubungan dengan komuniti luar. Tanpa
hubungan ini adalah mustahil sekolah akan memperolehi kerjasama.
Pentadbir sekolah juga perlu merangka Pelan Strategik sekolah
yang mencakupi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
terhadap

organisasi

iaitu

dengan

ringkasnya

SWOT. Suatu

Penandaarasan atau Benchmarking juga perlu untuk meningkatkan


kualiti bersama dengan Pelan Taktikal, Pelan Operasional dan Pelan
Kontigensi. Kerjasama semua pihak dalam organisasi amat perlu
untuk mengenalpasti perkara-perkara tersebut hingga ke akar umbi,
mendapat maklumat yang jelas dan bertindak membuat perancangan
dengan lebih berkesan.
Gaya kepimpinan yang diamalkan dalam organisasi saya adalah
gaya kepimpinan penglibatan di mana Pengetua turut melibatkan
subordinat dalam membuat keptusan bergantung kepada situasi
masalah

yang

dihadapi.

Jalinan kerjasama di antara Pengetua, barisan pentadbir sekolah dan


kakitangan sekolah mewujudkanesprit de corp atau kerja pasukan
dapat membantu memajukan bakat dan perkembangan kemahiran
staf. Pengetua memberikan kepercayaan dan motivasi untuk staf di

bawahnya menjalankan tugas dengan berkesan. Apa yang selalu


ditekankan adalah nilai amanah, kejujuran dan ikhlas dalam
menjalankan tugas dan kejayaan hanya akan dapat dicapai melalui
pengorbanan dan semangat kerjasama. Dengan itu guru akan
melaksanakan tugas dengan rela tanpa paksaan. Sikap keterlibatan
dan keperihatinan pemimpin sekolah mewujudkan suasana kerja yang
harmoni di samping ketegasan kepada para pelajar telah berjaya
meningkatkan prestasi akademik pelajar sekolah ini.

2.1.3 Peranan Panitia Mata Pelajaran


Panitia adalah sekelompok guru yang mengajar mata pelajaran
yang sama. Aktiviti atau program Panitia Mata Pelajaran akan
dilaksanakan secara bersama oleh barisan guru yang berada dalam
Panitia tersebut. Antara jalinan kerjasama yang wujud dalam Panitia
ialah seperti berikut:

i) Kerjasama dengan persatuan akademik


Berbagai aktiviti yang berkaitan dengan akademik dijalankan
seperti pidato, perbahasan, choral speaking, keusahawanan dan
lain-lain. Ini adalah bagi meningkatkan lagi prestasi pembelajaran
pelajar.

ii) Mesyuarat di kalangan guru-guru Panitia Mata Pelajaran


Di sekolah saya, Panitia bagi mata pelajaran disarankan
bermesyuarat setiap empat bulan untuk mebincangkan aktiviti atau
sebarang

perkara

yang

timbul

dalam

panitia

masing-

masing. Perbincangan juga akan meliputi teknik yang berkesan


untuk mengajar di kelas atau pelajar yang bermasalah. Mesyuarat ini
akan turut dhadiri oleh salah seorang pentadbir sekolah yang akan
membawa sebarang permasalahan yang perlu kepada pihak atasan
untuk diambil tindakan sewajarnya. Sikap saling bekerjasama antara
panitia dan pihak pentadbir organisasi sekolah juga mampu
meningkatkan prestasi sekolah ini.
iii) Kursus Dalaman (In-house Training)
Guru-guru sekolah ini yang menghadiri sebarang kursus perlu
menyampaikan isi kandungan kursus kepada guru-guru lain dalam
bidang yang berkaitan. Keberkesanan sistem penyampaian ini dapat
mempastikan bahawa sebarang maklumat yang diperolehi semasa
berkursus dapat dimanfaatkan oleh semua pihak demi untuk
meningkatkan prestasi pelajar.

2.1.4 Peranan semua guru.

i) Program LISAM (Low Inference Self Assessment Measure f


Teaching)
Melalui program ini, para guru dalam sekolah ini saling
bekerjasama

untuk

saling

membuat

penilaian

dalam

proses

Pengajaran dan Pembelajaran di dalam kelas. Seseorang guru boleh


memilih sesiapa sahaja di kalangan pentadbir atau guru lain untuk
mencerapkan

dan

memberikan

komen

tentang

P&P

yang

dilaksanakan. Selepas pencerapan, mereka yang terlibat boleh


berbincang mengenainya. Jalinan kerjasama antara guru Ini akan
dapat memperbaiki serta meningkatkan sistem P&P dan seterusnya
menigkatkan prestasi akademik para pelajar.

ii) Kaedah kerja berpasukan atau team teaching


Kaedah ini diwujudkan oleh dua orang atau lebih guru yang
mengajar dalam subjek yang sama. Mereka saling bekerjasama dan
bantu membantu dalam proses Pengajaran dan Pembelajaran di
kelas. Kemahiran seseorang guru terhadap sesuatu tajuk dapat
dimanfaatkan oleh rakannya yang lain. Guru-guru tersebut juga boleh
masuk mengajar satu kelas dalam masa yang sama. Kaedah ini
sangat sesuai untuk mata pelajaran hands-on seperti Komputer,
Matematik atau Sains. Seorang guru boleh mengajar di hadapan

kelas manakala seorang lagi memantau dan membantu pelajar


melaksanakan tugasan yang diberi. Jalinan kerjasama di kalangan
guru seerti ini dapat meberi tumpuan yang lebih kepada proses P&P
dan seterusnya meningkatkan prestasi akademik pelajar.

iii) Sistem Bimbingan Taulan dalam Pengajaran & Pembelajaran Sains


&
Matematik Dalam Bahasa Inggeris. (PPSMI)
Sistem Bimbingan Taulan atau lebih dikenali sebagai sistem
Buddy memerlukan komitmen semua guru yang terlibat dalam
PPSMI. Dalam sistem ini, guru-guru Bahasa Inggeris (Rakan
Pembimbing) perlu bekerjasama dan membantu rakan taulan (Guru
Taulan) yang mengajar subjek Sains dan Matematik dalam Bahasa
Inggeris. Rakan pembimbing perlu melaksanakan aktiviti-aktiviti
sekurang-kurangnya empat jam sebulan untuk setiap guru taulan
dengan menggunakan modul EMS iaitu English for Mathematik &
Science. Sistem ini juga turut mendapat kerjasama berbagai pihak lain
seperti PPD, JPN dan KPM.
2.1.5 Peranan Koperasi Sekolah

Koperasi sekolah juga turut memainkan peranan terhadap


peningkatan

prestasi

sesebuah

sekolah.

Norazinah

(2005)

menyatakan bahawa koperasi sekolah adalah salah satu sumber


alternatif dana sekolah serta turut bekerjasama dan memberi
sumbangan yang banyak kepada pihak sekolah untuk menjalankan
berbagai

aktiviti

seperti

sumbangan

upacara

rasmi

sekolah,

pembelian komputer dan peralatan pembelajaran, sumbangan untuk


pelajar miskin serta kem motivasi dan lain-lain. Sumbangan yang
telah diberikan untuk para pelajar ini telah dapat membantu warga
sekolah khususnya para pelajar untuk meningkatkan prestasi
akademik mereka.
Koperasi sekolah saya telah turut memberi banyak sumbangan
kepada sekolah ini. Keuntungan bersih koperasi pada tahun 2006
adalah sebanyak RM 7,402.53 telah meningkat kepada RM 12,586.10
pada tahun 2007. Keuntungan ini telah diagih-agihkan kepada
beberapa tabung seperti kumpulan wang kebajikan am, dermasiswa,
sukan, kursus, zakat, dividen dan honorarium lembaga. Keuntungan
yang diperolehi akan dikembalikan kepada warga sekolah khususnya
para pelajar. Koperasi sekolah juga turut menyumbang dalam bentuk
wang atau barangan kepada sekolah sempena Hari Anugerah
Cemerlang, Kem Motivasi dan mencantikkan prasarana sekolah.

Koperasi sekolah ini juga dengan kerjasama pihak Angkatan


Koperasi Kebangsaan (ANGKASA) telah turut menjalankan berbagai
aktiviti unuk tahun 2007. Pihak ANGKASA telah memberi sumbangan
dalam bentuk kewangan dan kepakaran sumber manusia kepada
koperasi sekolah yang bergabung dengannya. Antara aktiviti yang
dijalankan dengan kerjasama ANGKASA adalah Sambutan Minggu
Koperasi Sekolah (17-21 Julai, 2007), Kursus Pengenalan Koperasi
Siri 3 (5 September, 2007) dan Kursus Perakaunan Koperasi Sekolah
( 11- 13 April, 2007). Kursus-kursus yang diadakan memberi manfaat
kepada para pelajar terutamanya pelajar tingkatan enam yang secara
langsung belajar mengenai Koperasi dalam silibus Pengajian
Perniagaan STPM. Ini diharapkan mampu untuk meningkatkan
prestasi akademik para pelajar yang terlibat.

2.2 JALINAN KERJASAMA ORANISASI LUAR


ORGANISASI
SEKOLAH
2.2.1 Peranan Pejabat Pelajaran Daerah (PPD)

TERHADAP

Pejabat Pelajaran Daerah (PPD) menjadi pemangkin kepada


institusi pendidikan yang ditubuhkan oleh Kementerian Pelajaran
Malaysia (KPM) untuk mencapai dasar-dasar pendidikan secara
berterusan. Ia dikaitkan dengan faktor persekitaran seperti sekolah,

PIBG, masyarakat dan dasar-dasar kerajaan untuk mencapai


matlamat pendidikan. PPD juga berhubungan rapat dengan Jabatan
Pelajaran Negeri (JPN) yang juga di bawah bidang kuasa KPM.
Hubungan

rapat

antara

tiga

agensi

ini

merupakan

kesinambungan karenah birokrasi yang wujud dalam pentadbiran


pendidikan di Malaysia. Blau dan Scott (1962) mengatakan PPD
merupakan satu organisasi yang mengembangkan perkhidmatan
kepada para pelanggan atau penggunanya. Pelanggan dan pengguna
perkhidmatan PPD adalah para pelajar dan pentadbir pendidikan
sekolah. Bagi guru-guru, PPD juga adalah agensi yang membantu
segala

masalah

dalam

aspek

perbadi

seperti

menguruskan

pertukaran, pengesahan jawatan, penempatan, Puat Kegiatan Guru


dan

penyelarasan

kursus

kerjaya

atau

profesional. Bidang

Pentadbiran PPD adalah Tatausaha, Pengurusan Murid, Pengurusan


Guru,

Penyeliaan,

Kurikulum

dan

Ko-kurikum.

PPD dan sekolah sangat berkait rapat. PPD yang diketuai oleh
Pegawai Pelajaran Daerah bertanggungjawab menyampaikan segala
arahan yang diterima daripada Pengarah Jabatan Pelajaran Negeri
kepada Pengetua dan Guru Besar di dalam daerahnya. ini dapat
melicinkan lagi dasar atau arahan KPM. Pemantauan dan kerjasama

antara PPD dan sekolah dilakukan dalam berbagai bidang seperti


kurikulum, ko-kurikulum, pembangunan dan lain-lain.
Tujuan Pejabat Pelajaran Daerah ditubuhkan juga adalah untuk
mewujudkan hubungan yang baik antara sekolah iaitu menyelia,
menyiapkan

situasi

yang

sempurna

supaya

Pengajaran

dan

Pembelajaran (P&P) dapat berjalan dengan baik. Fullan (2001)


menyifatkan bahawa daerah yang kecil biasanya berfungsi dengan
sumber yang terhad dan bagi daerah yang besar biasanya berurusan
dengan konflik, krisis, masalah personel dan kewangan yang besar.
Justeru,

dengan

adanya

PPD,

pentadbiran

pendidikan

dapat

dilaksanakan dengan lebih berkesan.


Pemantauan kurikulum sekolah berkualiti dan program 3K
(Keceriaan, Kebersihan dan Keselamatan) turut dilaksanakan pada
peringkat PPD. Ini seterusnya dapat membangunkan sesebuah
sekolah dan dengan itu memberikan impak yang positif terhadap
prestasi akademik pelajar di sekolah.

2.2.2 Peranan Jabatan Pendidikan Negeri Kedah


Sejajar dengan moto PENDIDIKAN CEMERLANG KEDAH
TERBILANG, Jabatan Pendidikan Negeri Kedah telah mengorak
langkah untuk menggembleng sumber yang ada ke tahap yang

optima untuk meningkatkan prestasi akademik pelajar di negeri


ini. Kerjasama dengan berbagai peringkat telah ditingkatkan secara
langsung atau sebaliknya, terutamanya dengan PPD dan pihak
sekolah. Untuk meningkatkan pencapaian tersebut, JPN Kedah telah
merancang dan melaksanakan aktiviti-aktiviti berikut:
Kepimpinan
Instruksional.
Pemantauan
Kolaboratif.
Pengurusan
Strategik
Peningkatan
Akademik.
Pemantauan
Kurikulum
Berkualiti.
Peningkatan
profesionalisme
Guru.
Permuafakatan
pintar
dengan
agensi
luar.
Gempur
Gemilang
bersama
Guru
Cemerlang.
PerKASA
(Perkongsian
Akademik
Sesama
Ahli).
Projek Modul Tambahan Pengajaran dan Pembelajaran.

Aktiviti-akiviti yang dinyatakan di atas tentunya memerlukan


koloborasi dan komitmen berbagai pihak yang berkepentingan seperti
sekolah, PPD, agensi luar untuk menjayakannya. Untuk memudahkan
pihak PPD, sekolah-sekolah dan masyarakat berurusan dengan
Pejabat Pelajaran Negeri, rangkaian pintar e-bestari telah diwujudkan.
Antara program yang telah dilaksanakan melalui rangkaian ini adalah:
Program
Mesra
e-Mail.
Projek
Layar
Laman
Web.
Program
"Bar
Kod".

Projek
Projek "e-Telecomunication".

"Smart

SMS".

Pemantauan Head Count


Program ini dilaksanakan mulai tahun 2007 untuk memantau prestasi
pelajar di peringkat sekolah, PPD dan JPN. Prestasi setiap pelajar
dipantau dari masa ke semasa. Pelajar bermasalah dan lemah perlu
dibimbing dan dibantu dengan segera. Setiap sekolah perlu
menghantar laporan kepada PPD dan kemudiannya dianalisa di
peringkat daerah dan seterusnya dihantar ke JPN. Semua pihak
berkepentingan perlu menyusun strategi berkesan untuk membantu
para pelajar meningkatkan prestasi akademik terutamanya untuk mata
pelajaran asas.

2.2.3 Peranan Kementerian Pendidikan (KPM)


Kementerian Pelajaran Malaysia adalah sebagai peneraju dan
pendokong utama dalam melaksanakan wadah pendidikan Negara.
Misi

Nasional

dan

Rancangan

Malaysia

Ke

Sembilan

teah

menetapkan pembangunan modal insan kelas pertama sebagai


salah satu daripada lima teras utama ke arah mencapai Wawasan
2020. Kejayaan agenda pembangunan modal insan ini bergantung

kepada kualiti sistem pendidikan Negara yang diterajui oleh


KPM. Justeru, KPM telah menterjemahkan visi ini ke dalam Pelan
Induk Pembangunan Pendidikan (PIPP).

i) Peneraju Utama PIPP


Dasar KPM adalah untuk meningkatkan penglibatan semua
pihak berkepentingan bagi menjayakan agenda pendidikan. Matlamat
yang ingin dicapai oleh KPM melalui dasar ini adalah untuk
menjadikan peranan mendidik anak bangsa sebagai tanggungjawab
bersama semua pihak. Walaupun tiada mekanisme yang spesifik
digariskan untuk menggembleng tenaga dan usaha daripada pihak
berkepentingan, KPM sentiasa bersikap terbuka terhadap cadangan
dan saranan yang dikemukakan oleh pihak luar KPM. KPM juga
sentiasa bekerjasama dengan pelbagai kementerian, badan korporat,
syarikat swasta, PIBG, Kesatuan-Kesatuan Guru, Alumni dan
pertubuhan-pertubuhan pendidikan pada peringkat antarabangsa.

ii) Program 3K
Mulai tahun 1991, KPM telah memperkenalkan program 3K iaitu
kebersihan, keselamatan dan kesihatan. Program ini telah diberi nafas
baru dan penekanan semula yang memerlukan penglibatan pelbagai

pihak secara menyeluruh. Program ini dipengerusikan oleh Menteri


Pelajaran dan melibatkan jalinan kerjasama dengan pelbagai jabatan
seperti Kementerian Kesihatan, Kementerian Kerja Raya, Kerajaan
Tempatan, Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negara,
Persidangan Kebangsaan Pengetua Sekolah Menengah Malaysia,
masyarakat dan juga berbagai badan bukan kerajaan.
Antara aktiviti yang dijalankan dalam program 3K adalah
penggredan kendiri kantin sekolah, senarai semak keselamatan
sekolah, gotong royong perdana dan penyelenggaraan tandas
sekolah. Komuniti boleh membantu dengan memberi sokongan dan
sumbangan

dalam

pelbagai

bentuk.

Pihak

sekolah

saling

bekerjasama dan mendapat sokongan berbagai pihak yang terlibat.


Program sebegini diadakan untuk mewujudkan suasana sihat,
selamat, bersih dan kondusif untuk para pelajar. Justeru, para pelajar
boleh belajar dengan lebih selesa seterusnya meningkatkan prestasi
akademik mereka.

2.2.4 Peranan Persatuan Ibubapa dan Guru (PIBG)


Peningkatan prestasi akademik di sekolah sentiasa memerlukan
sokongan dan penglibatan para ibubapa atau waris pelajar. Kajian
oleh Coleman(1993) telah mendapati bahawa berbagai kelebihan

telah dikesan apabila para waris turut terlibat dalam pembelajaran


anak-anak mereka. Kajian sekolah berkesan oleh Mortimore (1988)
telah

mendapati

salah

satu

daripada

sebelas

faktor

untuk

mewujudkan sekolah berkesan adalah perkongsian/ permuafakatan


ibubapa

dan

sekolah

(home-school

partnership).

Antara dua belas ciri instrinsik dalam sekolah berkesan yang


dikemukakan oleh Sackney (1986) pula adalah penglibatan dan
sokongan

para

ibubapa

dan

masyarakat

tehadap

organisasi

pendidikan.
Fullan (1991) telah menyimpulkan bahawa penglibatan ibubapa
di sekolah dan dalam aktiviti pembelajaran di rumah sebagai
penglibatan secara langsung (instructionally related involvement).
Manakala, bentuk penglibatan hubungan masyarakat-sekolah dan
membantu tadbir pengurusan sekolah sebagai penglibatan tidak
langsung (noninstructional related involvement).
Persatuan
memainkan

Ibubapa

peranan

dan

yang

Guru
aktif

(PIBG)
untuk

sekolah

memajukan

ini

telah

sekolah

terutamanya untuk meningkatkan prestasi pelajar. Banyak sumbangan


yang telah PIBG berikan terhadap warga sekolah ini terutamanya para
pelajar. Kebanyakan aktiviti yang diberi penekanan adalah yang boleh

mendorong peningkatan sahsiah dan prestasi akademik para


pelajar. Pendapatan dan perbelanjaan PIBG untuk tempoh 2005
hingga 2007 adalah seperti berikut:
Tahun
Pendapatan (RM)
2005
16,864.90
2006
20,319.86
2007
29,187.50

Perbelanjaan (RM)
11,235.90
10,736.54
16,792.35

Jadual 1: Pendapatan dan Berbelanjaan PIBG 2005 -2007


Jadual di atas menunjukkan bahawa PIBG telah membelanjakan
lebih separuh daripada pendapatan tahunan untuk membantu sekolah
dan kebanyakan aktiviti yang dijalankan berkait rapat dengan
pembentukan pelajar cemerlang.
Untuk tahun 2007 sahaja, PIBG telah menaja berbagai aktiviti
untuk para pelajar seperti dinyatakan di bawah:
- keceriaan kelas
- Sumbangan Sambutan
Hari Guru
- Sumbangan Baju Kompang & vest - Program Anakku
Gemilang
sekolah
- Program Gotong Royong
Perdana
- Ceramah / Seminar Peperiksaan
- Hari Anugerah Cemerlang
PMR, SPM, STPM.
- Ceramah Disiplin
- Sambutan Kemerdekaan
- Majlis Bacaan Yaasin
menjelang
- Hadiah Zero Ponteng
peperiksaan
- Kem Waja
- Kelas Bimbingan

- Keindahan / keceriaan kawasan


Waris
- Tajaan pakaian seragam PBSM

- Jamuan Perjumpaan

Pihak pengurusan sekolah dan PIBG telah turut mengadakan


perjumpaan guru dan waris pelajar untuk berbincang mengenai
prestasi akademik dan sikap para pelajar. Perjumpaan ini diadakan
sekurang-kurangnya dua kali setahun. Para ibubapa dikehendaki
datang dan berbincang dengan guru tentang sebarang hal yang perlu
terutamanya cara untuk meningkatkan prestasi akademik pelajar.
Jalinan kerjasama yang erat antara para ibubapa dan organisasi
sekolah mampu meningkatkan prestasi akademik para pelajar sekolah
ini.

2.2.5 Peranan Warga Korporat dan syarikat swasta.


Warga atau syarikat korporat turut memainkan peranan yang
penting dengan sekolah. Sumbangan yang boleh diberikan adalah
dalam bentuk tenaga, kepakaran dan kewangan.
Syarikat korporat yang telah menjalin kerjasama yang erat
dengan sekolah saya adalah Syarikat Intel Malaysia (INTEL) yang
telah menjadikan sekolah ini sebagai sekolah angkat dan telah

menjalankan berbagai aktiviti untuk para pelajar sekolah ini. Aktivitiaktiviti yang telah dijalankan adalah:
Bil
Aktiviti
1
English Camp
2
Computer Workshop
3
PC Pal Email Mentoring Program
4
5
6

7
8

Tarikh
13.5.07
12.08.07
Sepanjang
tahun
ERT Safety Camp
24.07.07
Program Kitar Semula
Sepanjang
tahun
Majlis Mega Berbuka Puasa & Solat 21.09.07
Terawih Pekerja Islam Intel dan
Sekolah
Gotong Royong Bersama Intel
1.7.07
Kelas Tambahan Matematik
Menjelang
Peperiksaa
n
Jadual 2: Aktiviti Intel-SMK Keladi 2007

Bank Rakyat juga turut bekerjasama dan menyumbang unuk


meningkatkan prestasi sekolah ini dengan menaja dan mengadakan
Seminar Skor A 2007 untuk pelajar bumiputera pada bulas Ogos,
2007.
Yayasan

Bukhari

juga menyumbang

untuk

meningkatkan

prestasi akademik para pelajar. Yayasan ini telah menaja kelas


tambahan untuk mata pelajaran kritikal iaitu Bahasa Inggeris, Sains

dan

Matematik

untuk

para

pelajar

melayu

yang

kurang

berkemampuan. Kelas tambahan secara percuma ini secara langsung


dapat membantu para pelajar yang kurang berkemampuan untuk
meningkatkan prestasi akademik mereka.

3. PENCAPAIAN AKADEMIK SMK KELADI 2005 - 2007

Petunjuk
Rajah

PMR

SPM

STPM

3: Peratus kelulusan peperiksaan awam 2005-2007

Rajah di atas menunjukkan bahawa keputusan peperiksaan awam


Penilaian Menengah Rendah (PMR), Sijil Pelajaran Malaysia (SPM)
dan Sijil Tinggi Persekolahan sekolah saya secara keseluruhannya
telah meningkat dari tahun 2004 hingga 2007. Keputusan SPM dan
STPM bagi 2007 belum lagi diumumkan ketika kertas kerja ini ditulis.

Peningkatan prestasi akademik ini tercapai dengan usaha dan


pengorbanan berbagai pihak termasuk para pelajar sendiri, para
waris, para guru, masyarakat, warga korporat dan sebagainya.
Pengemblengan usaha, tenaga dan sumbangan pelbagai bentuk oleh
semua pihak berkepentingan seperti yang telah dinyatakan telah
membuahkan hasil yang positif; prestasi akademik pelajar telah dapat
ditingkatkan. Usaha yang berterusan dan lebih gigih di kalangan
semua pihak yang berkepentingan amat perlu untuk melonjakkan lagi
prestasi akademik sekolah ini.

4.

CADANGAN DAN RUMUSAN


Ibarat untuk melancarkan sebuah roket Soyyuz yang dinaiki oleh

angkasawan pertama Malaysia, semua pihak yang berkepentingan


perlu seiring sejalan, saling bekerjasama, bermuafakat dan berkongsi
usaha dan tenaga untuk memantapkan sesebuah organisasi agar
ianya boleh berjalan lancar dan mencapai matlamatnya. Tanpa
sokongan padu semua pihak berkepentingan, roket tersebut pasti
tidak dapat dilancar untuk mencapai destinasi. Dalam konteks
sekolah, matlamatnya adalah untuk melahirkan modal insan kelas

pertama dan cemerlang dari segi pencapaian akademik dan sahsiah


diri.
Kepesatan pembangunan teknologi dan komunikasi yang tiada
sempadan (borderless world) telah menyebabkan para pelajar kini
lebih agresif dan cepat mengikut peredaran masa. Mereka juga akan
cepat terpengaruh dengan berbagai anasir yang tidak sihat. Gejala ini
jika tidak dipantau dengan cepat dan berkesan akan menggagalkan
kita untuk mencapai hasrat dan aspirasi negara. Tanggungjawab
untuk membentuk generasi pewaris berminda kelas pertama perlu
dipikul bukan hanya oleh para ibubapa dan guru-guru di sekolah tetapi
oleh seluruh masyarakat amnya. Ianya adalah isu global yang perlu
diberi perhatian dan komitmen oleh semua pihak berkepentingan
secara

koloboratif,

kolektif,

efektif

dan

berkesan.

Justeru, aktiviti dan kerjasama yang sedia ada perlu dirancang,


dipertingkatkan dan ditambahnilai. Sikap satu-satu pihak yang suka
menunding jari terhadap satu pihak yang lain perlu diubah kepada
menunding jari kepada diri masing-masing tentang apakah peranan
yang boleh mereka laksanakan untuk membentuk generasi masa
hadapan yang cemerlang dan dinamik. Setiap individu adalah
bertanggungjawab terhadap masa depan golongan muda dan boleh

menyumbang dalam sebarang bentuk bantuan samada tenaga, wang,


buah fikiran dan sebagainya.
SENARAI RUJUKAN:

_________Kamus Dewan, 2005, Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia

_________Panduan Pengurusan 3K, Kementerian Pelajaran Malaysia.

________Jurnal Pengurusan da Kepimpinan, Institut Aminuddin Baki, 2004.

________Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, edisi ketiga 2004, Penerbitan Fajar Bakti.

________Koleksi kertas Kerja Seminar Sekolah Efektif, Kementerian Pendidikan Malaysia 1314 Julai, 1995.

________Nota-nota kuliah Sarjana Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia (2006 2008)


(tidak diterbitkan)

_______Garis Panduan Perlaksanaan PPSMI dan Sistem Bimbingan Taulan, Jabatan Pelajaran
Negeri Kedah Daul Aman.

_______Manual Pengurusan SMK Keladi, Kulim, Kedah.

_______Nota-nota kuliah Ijazah Sarjana Pendidikan Universiti Sains Malaysia (2003-2005)


(tidak diterbitkan)

_______Penyata Kewangan 2005 hingga 2007 Koperasi SMK Keladi Kulim

_______Penyata Kewangan 2005 hingga 2007 Koperasi SMK Keladi Kulim Berhad. (tidak
diterbitkan)

_______Penyata Kewangan 2005 hingga 2007 Persatuan Ibubapa dan Guru, SMK Keladi,
Kulim, Kedah. (tidak diterbitkan)

_______Prosiding Seminar Kebangsaan Ke Arah Memperkukuhkan Proffesionalisme Dan


Kesejahteraan Pendidik, 1996. Pusat Pengajian Ilmu Pendidikan USM

Jaafar Muhamad, Asas Pengurusan, edisi kedua 1997, Siri Pengurusan Fajar Bakti.

Mokhtar Awang et al, Kertas Kerja Sekolah Berkesan: Citra Watak- Perwatakan Kedinamisme
Kepengetuaan, IPDA, 7 Mac 1999.

Norazinah Yaacob, Koperasi Sekolah Menengah: Penjana Sumber Alternatif Dana Sekolah.
disertasi Sarjana Pendidikan USM 2005 (tidak diterbitkan)

Omardin Ashaari, Pengurusan Sekolah Suatu Panduan Lengkap, 1996, Siri Pengajian dan
Pendidikan Utusan, Utusan Publications & Dstributions Sdn Bhd.

Lilia Hanim (Prof. Madya Dr.), Dr Mohammed Sani Ibrahim Izani Ibrahim, Budaya Sekolah
Berpencapaian Tinggi dan Hubungannya Dengan Kewibawaan Pengetua, Seminar Nasional
Pengurusan Dan Kepimpimpinan Pendidikan ke 13.

Abdul Rafie Bin Mahat, Kertas Kerjanya Pengukuhan Dan Peningkatan Kualiti Pendidikan Dan
Profesionalisme Keguruan, Kementerian Pelajaran Malaysia.

SUMBER INTERNET

http://www.moe.gov.my/bs/

http://pukmweb.ukm.my/penerbit/jurnalpdf/

http://www.angelfire.com/tn/mppp/jurnal95.html

http://www.geocities.com/padeat68/jurnal_InstitutPengetua.htm

http://jurnalakademik.blogspot.com/

http://www.fp.utm.my/epusatsumber/seminar/isu pendidikan05

http://emoe.gov.my

http://jpnkedah.edu.my

http://lib.usm.com.my

http://lib.ukm.com.my

MODEL HUBUNGAN SEKOLAH DAN KOMUNITI


BAGI PENINGKATAN PROSES PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN: SATU CADANGAN
The paper attempts to discuss the significance of the relationship between
school and community. The discussion emphasizes the recommended model
for enhancing the relationship between school and community towards
improving the teaching and learning process in schools.
Kejayaan pengurusan sesebuah sekolah bukan hanya bergantung kepada kekuatan
sumber manusia dan sumber bukan manusia yang terdapat di sekolah sahaja bahkan
juga melibatkan komuniti setempat. Keadaan ini berlaku kerana pengurusan sekolah
dan komuniti setempat boleh saling bekerjasama untuk kebaikan kedua-dua belah
pihak.
Sekolah memperoleh faedah berbentuk sokongan moral, bantuan kewangan dan
sumbangan tenaga bakti daripada komuniti manakala komuniti pula memperolehi
faedah dari aspek peningkatan penguasaan ilmu dalam kalangan anak-anak mereka.
Menurut Gonder (1981) kerjasama yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat akan
menguntungkan semua pihak. Oleh itu, kebersamaan sekolah dengan komuniti penting
untuk meningkatkan kejayaan proses pengajaran pembelajaran di sekolah.
Sekolah dan Komuniti: Kepentingan dan Cabaran
Menurut Poston, Stone, dan Muther (1992), "A school is a reflection of the community it
serves. At the same time, a community is a reflection of its schools."
Kenyataan ini menunjukkan sekolah dan komuniti tidak dapat dipisahkan kerana
hubungan kedua-dua pihak ini saling bergantungan antara satu sarna yang lain.
Kepentingan hubungan ini juga diperakukan oleh Kementerian Pelajaran Malaysia

seperti mana menurut Sufean Russin (2002) pihak kementerian te1ah menubuhkan
jawatankuasa mengkaji taraf pelajaran di sekolah-sekolah yang menyerahkan
laporannya pada tahun 1982. Jawatankuasa ini telah128 Masalah Pendidikan 2007,
Jilid 30 (1) mengenal pasti salah satu aspek besar yang penting dalam peningkatan
taraf pelajaran di Malaysia ialah melalui kerjasama masyarakat dalam pembangunan
sekolah. Selain daripada itu Akta Pendidikan 1996 turut memperuntukkan penubuhan
PIBG di semua sekolah dan peraturan peraturan pendidikan telah menggariskan tujuan
penubuhan PIBG (KPM, 2001). Kewujudan dasar dan akta ini menunjukkan peranan
komuniti untuk membantu pihak sekolah diiktiraf oleh KPM.
Kepentingan hubungan sekolah dan komuniti ini selaras dengan pendapat Poston et al.
(1992) iaitu, "You cannot build a great school alone. The school needs the community
and the community needs the school". Pengiktirafan sebegini sudah tentu menunjukkan
terdapat faedah tertentu hasil hubungan yang erat antara sekolah dan komuniti. Antara
faedah tersebut ialah seperti mana menurut Gallagher, Bagin, dan Moore (2005), "The
bottom line of any schoolcommunity relations program is to help the children learn
better. And they learn if parents are involved Therefore, a good school-community
relations program should encompass the concept of partnership between the school
and the parents ".
Menurut Solomon, Battishich, Watson, Schaps, dan Lewis (2000) murid-murid yang
mempunyai perasaan jaminan komuniti lebih berkecenderungan bermotivasi dari segi
akademik, bertindak secara beretika dan altruistik, dan membentuk kecekapan sosial
dan emosi. Memandangkan terdapat faedah seumpama ini hasil kewujudan konsep
hubungan sekolah dan komuniti maka peranan utama perlu dimainkan oleh pihak
pengurusan sesebuah sekolah bagi memastikan konsep ini berjaya dilaksanakan.
Peranan utama ini diserahkan kepada pihak pengurusan sekolah kerana kejayaan
menggerakkan ahli organisasi dan komuniti setempat adalah bergantung kepada
pengurusan sekolah. Menurut Ahmad Kilani (2003), pengurusan sekolah merupakan
satu aspek yang sangat penting ke arah perkembangan sekolah. Kepimpinan sekolah
tidak akan dapat menggerakkan semua kakitangan ke arah mencapai matlamat institusi
tanpa wujudnya satu bentuk pengurusan yang baik.
Selain daripada itu menurut beliau lagi pengurusan sekolah yang cekap tidak membatas
peranannya untuk memudahkan urusan pentadbiran dan penyediaan alat bantu
mengajar tetapi pihak pengurusan juga berperanan memenuhi keperluan masyarakat ke
arah membina masyarakat yang berpendidikan. Huraian sebelum ini menunjukkan
kepentingan pengurusan sekolah melaksanakan konsep hubungan sekolah dan

komuniti. Namun demikian dilihat suasana semasa menunjukkan persefahaman antara


ibu bapa dan sekolah agak renggang. Mengikut Kementerian Pelajaran Malaysia
(2001), penglibatan ibu bapa dalam aktiviti sekolah adalah amat terhad kepada
projekprojek kecil sekolah seperti gotong-royong dan mengutip derma. Sehingga kini,
permuafakatan yang menyeluruh antara masyarakat dan sekolah amat kurang
walaupun pelbagai tujuan permuafakatan telah digariskan di dalam Akta Pendidikan
1996.
Selain itu situasi yang ditunjukkan oleh pengalaman lepas yang negatif dengan tekanan
kerja dan kewangan akan mengurangkan masa dan peluang untuk ibu bapa
berinteraksi dengan sekolah. Ibu bapa yang mengalami tekanan kerja dan masa1ah
kewangan tentu akan memikirkan cara mendapatkan sesuap nasi dan mengabaikan
keperluan emosi dan pelajaran anaknya (Berger, 1983). Mengikut Driebe dan Cochran
(1996), tidak semua ibu bapa boleh menghabiskan masa melibatkan diri dengan aktiviti
bersama guru atau aktiviti di sekolah.Masalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) 129
Berdasarkan situasi ini, adakah pengurusan sekolah mampu mewujudkan hubungan
sekolah dan komuniti supaya dapat membantu meningkatkan kejayaan proses
pengajaran pembelajaran. Keadaan seumpama ini merupakan satu cabaran kepada
pengurusan sekolah. Persoalannya apakah bentuk tindakan yang perlu dilakukan oleh
pengurusan sekolah bagi menarik minat komuniti bagi turut serta menjayakan
pengajaran pembelajaran di sekolah.
Perbincangan sebelum ini menunjukkan kepentingan hubungan sekolah dan komuniti,
namun beberapa keadaan telah menyekat keberkesanan pelaksanaan hubungan
tersebut. Oleh itu artikel ini akan memberi satu model cadangan bagi meningkatkan
hubungan sekolah dan komuniti yang seterusnya dapat membantu peningkatan proses
pengajaran pembelajaran. Sekolah dan Komuniti: Model Penglibatan Ibu Bapa HooverDempsey dan Sandler (1995, 1997) telah mengutarakan model penglibatan ibu bapa
(rujuk Rajah 1). Dari perspektif psikologi, model ini menerangkan mengapa ibu bapa
melibatkan diri dalam pendidikan anak mereka dan bagaimana penglibatan mereka
boleh mempengaruhi pencapaian anak di sekolah. Model ini terdiri dari beberapa aras
dan member penekanan kepada aspek psikologi dan konteks penglibatan ibu bapa itu
sendiri. Merujuk kepada model ini, jika aras paling tinggi adalah bagi pencapaian anakanak, aras paling bawah pula bermula dari penglibatan ibu bapa sendiri.
Dalam model mereka, Hoover-Dempsey dan Sandler (1995, 1997) telah mengenal pasti
tiga faktor kritikal dalam menentukan penglibatan ibu bapa iaitu:
1. Pembinaan peranan ibu bapa iaitu kepercayaan tentang keperluan penglibatan dalam

pendidikan anak-anak mereka.


2. Efikasi kendiri ibu bapa - mereka mempunyai pengetahuan dan kemahiran.
3. Sikap terbuka sekolah terhadap pihak ibu bapa.
Mengikut Hoover-Dempsey dan Sandler (1997), dalam model penglibatan ibu bapa ini,
keputusan yang diambil oleh ibu bapa dipengaruhi oleh bagaimana mereka membina
peranan mereka sebagai ibu bapa dan efikasi kendiri yang wujud dalam diri mereka
sebagai ibu bapa.Pembinaan peranan ibu bapa ini dipengaruhi oleh jangkaan ibu bapa
itu sendiri dan persekitaranmereka seperti ahli keluarga, rakan dan individu di sekolah.
Hal yang demikian ini sesuai dengandefinisi penglibatan ibu bapa dalam konsep model
ini iaitu merujuk kepada aktiviti yangdianggap oleh ibu bapa penting dan sesuai dengan
tindakan yang diambil untuk anak-anakmereka (Hoover-Dempsey & Sandler, 1995).
Dalam konteks sekolah itu sendiri, jika kebersamaan dengan komuniti wujud, peranan
ibu bapa sentiasa dianggap penting kerana tindakan yang diambil oleh ibu bapa secara
positif boleh membantu proses pendidikan. Merujuk kepada model tersebut penglibatan
ibu bapa bukan sahaja tunggak utama kepada proses kejayaan anak-anak malah
kepercayaan mereka terhadap kebersamaan juga tidak kurang pentingnya. Di sekolah,
penglibatan sebenar ibu bapa boleh berlaku apabila mereka bertindak berdasarkan
kepercayaan bahawa aktiviti pendidikan merupakan salah satu aspek tanggung jawab
mereka dalam meningkatkan pencapaian anak-anak mereka.130 Masalah Pendidikan
2007, Jilid 30 (1)
Rajah 1. Model penglibatan ibu bapa Hoover-Dempsey & Sandler (1995, 1997)
Kajian lampau telah menunjukkan bahawa peranan ibu bapa dalam pendidikan sentiasa
wujud dan peranan mereka adalah pelbagai berdasarkan kelas sosial dan etnik.
Terdapat kajian yang mencadangkan bahawa ibu bapa yang bekerja berbanding
dengan ibu bapa yang berstatus tinggi melihat guru sebagai individu yang paling sesuai
untuk menangani masalah pendidikan anak mereka (Lareau, 1989). Manakala
Goldenberg, Reese dan Gallimore (1992) pula mendapati keluarga Mexican-Amerika
yang datang dari golongan berpendapatan rendah dapat mendidik anak mereka di
rumah selari dengan apa yang dilakukan di sekolah menggunakan buku cerita dan buku
kerja yang diberikan olehMasalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) 131 guru. Dalam kajian
terse but juga didapati ibu bapa yang menggunakan kaedah didaktik merasa se1esa
dengan kaedah tersebut dalam usaha meningkatkan pencapaian anak mereka
berbanding dengan mereka yang tidak menggunakannya secara formal.
Hoover-Dempsey dan Sandler (1997) menggunakan efikasi ibu bapa dalam model

mereka memandangkan terdapat kajian yang menunjukkan bahawa sikap efikasi yang
boleh
membantu kejayaan anak-anak mereka di sekolah ada kaitannya dengan penglibatan
membuat keputusan. Sesuai dengan sistem persekolahan dalam konteks di Malaysia,
sebagai negara demokrasi penglibatan membuat keputusan secara suara ramai amat
diperlukan dan digalakkan terutama dalam menggembeling tenaga untuk kejayaan anak
mereka dan pelajar sekolah itu secara tidak langsung. Secara eksplisitnya juga, ibu
bapa perlu mempunyai efikasi kendiri yang baik untuk penglibatan yang aktif di sekolah
demi pencapaian dan kejayaan anak-anak mereka. Hal yang demikian ini selari dengan
maksud pembinaan efikasi kendiri yang merujuk kepada kepercayaan dalam keupayaan
seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan yang diperlukan
untuk menghasilkan dan merealisasikan pencapaian yang diinginkan (Bandura, 1997,
hlm. 3).
Banyak kajian telah mengkaji efikasi kendiri ibu bapa dalam kemahiran keibubapaan.
Kajian menunjukkan ibu bapa yang mempunyai efikasi kendiri yang tinggi bersikap lebih
optimistik, autoritatif dan konsisten dalam interaksi dengan anak meeka berbanding
dengan ibu bapa yang efikasi kendirinya rendah (Ardelt & Eccles, 2001; Bandura,
Barbaranelli, Caprara, & Pastorelli, 1996; Williams et al., 1987).
Hal yang demikian ini boleh memberi implikasi yang positif terhadap pencapaian anak
mereka memandangkan individu dengan efikasi kendiri yang tinggi tidak mudah untuk
mengalah dan tidak banyak mengalami tekanan berbanding dengan mereka yang
kurang efikasi kendiri. Huraian mengenai model Hoover-Dempsey dan Sandler jelas
menunjukkan bahawa kebersamaan sekolah dan komuniti boleh dijalin dengan ibu bapa
sebagai salah satu dari komponen komuniti sesebuah sekolah itu. Kebersamaan yang
tidak pernah wujud tidak akan dapat menghasilkan pelajar yang boleh belajar seperti
yang disebut olehGallagher et. al (2005). Begitu juga dalam melahirkan murid atau
pelajar yang bermotivasi (Solomon et al., 2000).
Model ini menunjukkan bahawa hubungan sekolah dan komuniti dapat diwujudkan
sekiranya pihak pengurusan sekolah dapat memastikan agar pihak guru dan ibu bapa
saling memahami perasaan di antara satu sarna lain sebagai langkah pertama untuk
mewujudkan hubungan harmoni kedua-dua pihak (Berger, 1983). Perkara seperti ini
perlu diatasi terlebih dahulu kerana pengalaman-pengalaman lepas ketika berhubung
dengan sekolah akan mencorakkan persepsi ibu bapa mengenai sekolah anak mereka.
Oleh yang demikian bagi menjayakan konsep hubungan sekolah dan komuniti ke arah
melibatkan komuniti dalam pelaksanaan dasar KPM, maka pihak sekolah perlu

mengatasi segala masalah berkaitan seperti juga yang dinyatakan oleh Wentzel (1998)
iaitu, masalah-masalah seperti guru tidak memahami keperluan ibu bapa, ibu bapa
tidak memahami kerja sekolah anak, guru tidak menyokong usaha ibu bapa, ibu bapa
tidak berminat untuk melibatkan diri, masalah komunikasi, ibu bapa tidak memahami
dasar di sekolah dan ibu bapa tidak pasti cara untuk menyumbang kepada sekolah.
Sekiranya masalah-masalah yang telah dikenal pasti seperti ini dapat diatasi maka akan
memudahkan pihak sekolah dan ibu bapa untuk berkomunikasi dengan berkesan bagi
mencapai tujuan bersama iaitu memastikan kejayaan anak-anak dalam pelajaran.132
Masalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) Pengenalan model hubungan sekolah dan
komuniti ini penting kerana hasil kajian yang dibuat oleh Queensland School Curriculum
Council (QSCC, 1998) menunjukkan bahawa hubungan yang baik antara guru dan ibu
bapa merupakan salah satu daripada komponen penting dalam memastikan
keberkesanan proses pengajaran dan pembelajaran, khususnya dalam aspek utama
sekolah iaitu kurikulum.
Dalam konteks di Malaysia membina hubungan yang baik ini mengambil perspektif yang
lebih meluas. Hal yang demikian ini dirujuk oleh QSCC (1998) sebagai collegial
partnership.
Collegial partnership mengikut QSCC (1998) merupakan satu bentuk hubungan yang
melibatkan pengamal pendidikan itu sendiri, ibu bapa dan lain-lain badan profesional
seperti guru, bahan bantu mengajar, pentadbir dan mereka yang terlibat dalam
pembangunan program sekolah. Tugas bersama-sama ibu bapa bukan semata-mata
untuk mengekalkan hubungan yang baik dengan pihak sekolah malah tugas tersebut
dijadikan satu amalan pendidikan yang dijana secara profesional bagi faedah bersama.
Sebagai ibu bapa mereka tentulah lebih mengetahui tentang apa yang terbaik untuk
anak
mereka. Mereka juga boleh mengambil peranan dalam memberi cadangan atau
menyatakan tentang kaedah sesuai yang boleh diguna pakai oleh guru di
sekolah.Manakala guru sebagai seorang yang profesional dalam pendidikan pula lebih
mengetahui perkara yang boleh memantapkan lagi proses pengajaran dan
pembelajaran di bilik darjah.Oleh itu pihak sekolah dan komuniti ini secara bersamasama boleh membawa kepelbagaian pemikiran tersebut dan disesuaikan dengan minat
murid-murid yang akhimya dapat membantu proses pengajaran pembelajaran mereka.
Hubungan Sekolah dan Komuniti: Halatuju
Kesimpulannya, untuk menghasilkan usaha bersama antara pihak sekolah dan ibu
bapa, terlebih dahulu pihak sekolah perlu memahami ibu bapa seperti yang dinyatakan

oleh Berger (1983) iaitu beliau telah mengkategorikan ibu bapa kepada lima kumpulan
seperti yang berikut:
(a) ibu bapa mengelak dari sekolah.
(b) ibu bapa perlu galakan untuk datang ke sekolah.
(c) ibu bapa sukarela datang jika dijemput.
(d) ibu bapa komited dan berasa seronok melibatkan diri.
(e) ibu bapa suka menonjolkan kuasa dan pengaruh di sekolah.
Berdasarkan pandangan Berger (1983) ini pihak pengurusan sekolah harus memainkan
peranan sebagai morale builder program designer and program coordinator dengan
mengamalkan dasar pintu terbuka, menyediakan bilik pertemuan dengan ibu bapa,
menyelaras mesyuarat dan bengkel dengan ibu bapa, dan memberi sokongan kepada
PIBG. Para guru boleh bertindak sebagai fasilitator, kaunselor, penyelaras program dan
sumber serta kawan kepada ibu bapa. Kedua-dua pihak guru dan ibu bapa hendaklah
bersikap terbuka dalam usaha memperbaiki keputusan anak dan murid-murid masingmasing.
Mengikut Berger (1983), untuk menjayakan "educational partnership" ini, pihak sekolah
mesti menjemput ibu bapa untuk melibatkan diri dan ibu bapa mesti memberi
responMasalah Pendidikan 2007, Jilid 30 (1) 133 seperti yang disebut oleh Hughes dan
MacNaughton (2003). Komunikasi dua hala yang paling efektif untuk mewujudkan
kerjasama dan respon dari pihak ibu bapa. Komunikasi ini dapat dikekalkan melalui
PIBG, lawatan ibu bapa ke sekolah dan penyertaan dalam aktiviti sekolah (Berger,
1983).
Selain itu terdapat empat prinsip yang dapat membantu para guru untuk memastikan
hubungan ibu bapa, guru dan komuniti lebih bermakna dari kajian yang dilakukan oleh
Hughes dan MacNaughton (2003) iaitu mengalu-alukan kedatangan ibu bapa dan
komuniti lain kesekolah mereka, menerangkan pengurusan dan perjalanan aktiviti di
sekolah untuk
mengurangkan kebimbangan ibu bapa dan penjaga pelajar, sentiasa menerima ibu
bapa, yangpelbagai sosiobudaya dan mengalu-alukan sumbangan daripada ibu bapa,
pengetahuan serta ideamereka dalam mendidik anak. Manakala Laporan Hargreaves
(1995) pemah menyatakan"parental commitment is a cornerstone of the schools
success. If parents are interested in theirchildrens schooling, ... are supportive of the
schools endeavors, ... act in partnership withteachers, then the children will achieve
more in school".Oleh itu rumusannya bolehlah dikatakan pengenalan model hubungan

sekolah dan komuniti ini adalah merupakan cadangan bagi pertukaran idea serta
perkongsian bijak antara pihak sekolah dan ibu bapa bagi faedah bersama.

Вам также может понравиться