Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MEGAKOLON
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
Bedah RS Bethesda pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Disusun Oleh :
MONICA ROLY VONITA
421150017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan
judul MEGAKOLON. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian
syarat kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Bedah RS Bethesda pada program
pendidikan dokter tahap profesi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana.
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. dr. Jaka Marjono, Sp.B., selaku dosen pembimbing klinik yang telah banyak
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan referat
ini.
2. dr. Gapong Sukowiratmo, Sp.B. selaku dosen pembimbing referat yang telah
banyak memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan
referat ini.
3. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan
semangat kepada penulis dalam penyelesaian referat ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan referat yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Penulis juga
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan masukan untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Yogyakarta, 15 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
fulminan secara klasik biasanya terjadi akibat kolitis ulseratif. Namun saat ini
megakolon toksik paling sering dikaitkan dengan kolitis akibat Clostridium
difficile (pseudomembranous). Crohns disease, infeksi (Salmonella enteritidis,
Campylobacter sp, amoebic kolitis, Shigella sp, Cytomegalovirus) dan kolitis
iskemik merupakan penyebab yang diketahui. Kelainan ini juga dapat disebabkan
oleh kanker kolon yang obstruktif serta dapat dicetuskan oleh penggunaan enema,
penggunaan obat antidiare yang berlebihan atau setelah pemeriksaan dengan
barium enema.
Pasien dengan penyakit Hirschprung pertama kali dilaporkan pada tahun
1961 oleh Frederick Ruysch, namun seorang dokter anak bernama Harold
Hirschprung pada tahun 1886 yang mempublikasikan penjelasan klasik mengenai
megakolon kongenital ini. Penyakit hirschsprung atau megakolon aganglionik
bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna
dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi. Penyakit
hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang paling sering
pada neonatus, dengan insiden keseluruhan 1 : 5000 kelahiran hidup. Laki laki
lebih banyak di banding perempuan (4:1) dan Menurut catatan Swenson, 81,1 %
dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki. Penyakit hirschsprung mungkin
disertai dengan cacat bawaan lain termasuk salah satunya sindrom down serta
kelainan kardiovaskuler. Megakolon non kongenital juga dapat terjadi sebagai
penyulit dari penyakit kolitis, dimana terjadi dilatasi kolon akut atau megakolon
toksik dengan paralisis fungsi motorik kolon transversum disertai dilatasi cepat
segmen usus tersebut, yang disebabkan oleh progresivitas penyakit di dinding
yang dapat dicetuskan oleh pemberian sediaan opiat atau pemeriksaan rontgen
barium. Biasanya penderita tampak sakit berat dengan takikardia dan syok toksik.
B. Perumusan Masalah
1.
Apa definisi megakolon ?
2.
Apa saja jenis-jenis megakolon ?
3.
Bagaimana penegakan diagnosa megakolon?
4.
Bagaimana tatalaksana megakolon?
C. Tujuan Penulisan
1. Dokter muda memahami definisi megakolom.
2.
3.
4.
BAB II
DASAR TEORI
A.
Embriologi Kolon
Secara embrionik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan
Anatomi
Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon ascenden, kolon
kolon
dipelihara
oleh
cabang-cabang
arteriol
C.
Fisiologi
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit,
D.
Definisi Megakolon
Megakolon adalah dilatasi abnormal dari kolon yang sering disertai
Klasifikasi Megakolon
Megakolon dapat akut maupun kronik. Juga dapat diklasifikasikan
merupakan suatu penyumbatan yang terjadi pada usus besar karena tidak
terdapatnya sel ganglion Auerbach dan Meissner. Penyakit ini lebih
dikenal dengan Aganglionalis Kongenital.4,8
Kadang seseorang menderita konstipasi yang begitu parah
sehingga pergerakan usus hanya terjadi beberapa hari sekali atau kadang
hanya sekali dalam seminggu. Keadaan ini menyebabkan sejumlah besar
feses menumpuk di kolon, kadang kadang menyebabkan distensi kolon
dengan diameter 3 4 inci. Keadaan ini disebut megakolon atau penyakit
Hirschsprung.9
gangguan
urologi
seperti
refluks
vesikoureter,hydronephrosis
dan
Patofisiologi
-
10
Penampilan makroskopik
Bagian usus yang tidak berganglion terlihat spastic, lumen terlihat
kecil. Usus dibagian proksimalnya disebut daerah transisi, terlihat mulai
melebar dari bagian yang menyempit. Usus di bagian proksimalnya lagi
lebih melebar lagi dan umumnya mengecil kembali mendekati kaliber
lumen usus normal.1,4
Patologi
Akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus, meluas ke
proksimal dan berlanjut mulai dari anus sampai panjang yang bervariasi.
Tidak adanya inervasi saraf adalah akibat dari kegagalan perpindahan
neuroblast dari usus proksimal ke distal.8
Segmen aganglionik terbatas pada rektosigmoid pada 755
penderita; 10% pada seluruh kolon tanpa sel sel ganglion. Bertambah
banyaknya ujung ujung saraf pada usus yang aganglionik menyebabkan
kadar asetilkolinesterase tinggi. Secara histology, tidak di dapatkan pleksus
Meissner dan Auerbach dan ditemukan berkas berkas saraf yang
11
diklasifikasikan
berdasarkan
keluasan
segmen
aganglionnya, yaitu:1,4,12
Manifestasi klinis
Gejala gejala klinis penyakit hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir
dengan :
-
Diagnosis
Penegakkan diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang yaitu :
13
sempit.1,8
Dikatakan mereda bila neonatus dapat defekasi dengan keluar mekonium
bercampur udara, abdomen kempes dan tidak muntah lagi. Kemudian
dalam beberapa hari lagi neonatus menunjukkan tanda tanda obstruksi
usus berulang. Selanjutnya neonatus secara klinis menunjukkan gejala
14
Pemeriksaan Radiologi
-
15
16
enterokolitis,
membuang
segmen
aganglionik
dan
17
I.
-
II.
-
18
19
20
segmen
panjang
21
22
II.
Megakolon Akuisita
Megakolon merupakan kondisi dimana terjadi pembesaran kolon,
dilatasi kronik, elongasi serta hipertrofi kolon. Megakolon juga dapat
terjadi sebagai penyulit dari penyakit kolitis, dimana terjadi dilatasi kolon
akut atau megakolon toksik dengan paralisis fungsi motorik kolon
transversum disertai dilatasi cepat segmen usus tersebut, yang disebabkan
oleh progresivitas penyakit di dinding yang dapat dicetuskan oleh
pemberian sediaan opiat atau pemeriksaan rontgen barium. Biasanya
penderita tampak sakit berat dengan takikardia dan syok toksik.6
23
namun
beberapa
ahli
lebih
menyukai
abdominoendoanal
rectosigmoidectomy.13
Megakolon organik yang didapat, juga dapat terjadi sebagai
kondisi yang disebabkan obstruksi mekanis dari colon bawah, rectum
maupun anus. Beberapa kasus di sebabkan oleh :13
-
Demam tinggi
Nyeri abdomen
Malaise
Takikardia
Leukositosis
Distensi abdomen
Dehidrasi
Kondisi ini dapat berkembang menjadi kondisi toksik dan termasuk
kegawat daruratan medis, yang merupakan komplikasi yang mengancam
jiwa dari colitis ulseratif (Morbus Chron) serta dapat terjadi sebagai
penyakit kronis eksaserbasi akut namun lebih sering berkembang selama
timbulnya gejala awal. Penyebab nya tidak diketahui namun beberapa
24
kortikosteroid
intravena
(terkecuali
pada
pasien
yang
Definisi
Megakolon tokisik merupakan kolitis toksik akut dengan dilatasi
usus besar, dilatasi dapat berupa keseluruhan atau segmental. Istilah
untuk megakolon toksik adalah kolitis beracun. Kondisi ini berbahaya
karena dapat berpotensi kematian yang nonobstruktif dengan dilatasi
kolon yang lebih besar dari 6cm.
b.
Etiologi :
Megakolon dapat disebabkan oleh inflamasi pada kolon seperti :
kolitis ulserativa, chrons akibat dari bakteri spesies salmonella,
shigella,
campylobacter,
yersinia,
entamoeba
histolotica,
cytomegalovirus.
c.
Patogenesis
25
Gejala
Pasien dengan megekolon toksik memiliki tanda-tanda dan
gejala kolitis akut yang mungkin tidak berefek pada pengobatan.
Gejala seperti :
Diare, nyeri perut, perdarahan, rektum, tenesmus, muntah, demam
tinggi, sakit erut, nyeri tekan, takikardia, anemia dan dehidrasi.
e. Diagnosis
Diagnosis megakolon toksik dapat ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi serta laboratorium.
Kriteria diagnostik Megakolon toksik menurut Marshak and Lester
(1950):
terjadi
perforasi,
sehingga
27
puniran
atau
rotasi
segemen
mobile
kolon
sekitar
mesenteriumnya.
g. Penatalaksanaan
Aspek penting dalam tatalaksana megakolon toksik adalah terapi
28
III.
1. Colitis ulceratifa
a. Definisi
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit
inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya
sampai saat ini belum diketahui jelas. Secara garis besar IBD terdiri
dari 3 jenis, yaitu kolitis ulseratif, penyakit Crohn, dan bila sulit
membedakan kedua hal tersebut,maka dimasukkan dalam kategori
indeterminate colitis. Kolitis ulcerative adalah peradangan pada usus
besar bisa pada saluran dimana saja. Colitis ulceratifa sering
bersamaan dengan Chrons disease.
b. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab colitis ulserativa belum diketahui dengan pasti.
Beberapa faktor yang disebutkan seperti masalah pada system
kekebalan tubuh dalam usus dimana sel-sel dalam usus berfungsi
sebagai kekebalan tubuh terhadap bakteri, virus, jamur dan benda
asing lainnya. Aktivasi sel kekebalan ini mengakibatkan peradangan
dalam jaringan dimana aktivasi terjadi. Pada colitis ulcerative terjadi
masalah pada system kekebelan sel yang tidak normal sehingga terjadi
peradangan kronis dan ulcerasi.
c. Gejala
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan
nyeri abdomen, seringkali dengan demam dan penurunan berat badan
pada kasus berat. Pada penyakit yang ringan, bisa terdapat satu atau dua
feses yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa
manifestasi sistemik.
Derajat klinik kolitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan
ringan, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya
demam, derajat
beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove).
29
pertama yang berat ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara
gradual setiap minggu. Berat ringannya serangan
pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat. Lesi
mukosa bersifat difus dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa.
Secara endoskopik penilaian aktifitas penyakit kolitis ulseratif re latif
mudah dengan menilai gradasi berat ringannya lesi mukosa dan luasnya
bagian usus yang terlibat. Pada kolitis ulseratif, terdapat reaksi radang
yang secara primer mengenai mukosa kolon. Secara makroskopik, kolon
tampak berulserasi, hiperemik, dan biasanya hemoragik. Gambaran
mencolok dari radang adalah bahwa sifatnya seragam dan kontinu
dengan tidak ada daerah tersisa mukosa yang normal.
D. Diagnosis
Diagnosis
kolitis
ulserativa
berdasarkan
gejala
dan
31
visualisasi
langsung
sigmoidoskopi
atau
2. Chrons Disease
a. Definisi
32
Faktor infeksi
Agen
infeksi
yang
menjadi
penyebab
Chrons disease
adalah
Sedangkan
yang
lainnya
adalah
Faktor imunologis
Adanya masalah autoimun sehingga terjadi reaksi imunitas humoral dan
seluler yang menyerang sel saluran cerna. Peranan respon imun masih
controversial dan mungkin timbul akibat dari proses penyakit dan bukan
merupakan penyebab penyakit.
C. Patofisiologi
Stadium dini Chrins disease ditandai dengan limfedena obstruktif
dan pembesaran folikel folikel limfoid pada perbatasan mukosa dan
submukosa. Ulcerasi mukosa yang menutupi folikel limfoid hiperplastik
menimbulkan
pembentukan
ulkus
aptosa.
Pada
pemeriksaan
lebih dalam dan sering menjadi bentuk linier. Sejalan dengan makin
buruknya penyakit, dinding usus menjadi semakin menebal dengan
adanya edema dan finrosis dan cenderung menimbulkan pembentukan
striktura. Karena lapisan serosa dan mesenteriium juga mengalami
inflamasi, maka lengkungan usus menjadi saling menempel akibatnya
ulkus yang telah meluas hingga keseluruhan dinding usus akan
membentuk fistula antar lengkungan usus yang saling menempel. Tetapi
lebih sering berakhir buntu kedalam suatu cavitas abses di dalam ruang
peritoneal, mesenterium, atau retroperitoneum.
D. Gejala
Gejala awal yang paling sering ditemukan adalah diare menahun,
nyeri kram perut, demam, nafsu makan berkurang dan penurunan berat
badan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan atau rasa penuh pada
perut bagian bawah, lebih sering sisi kanan, komplikasi yang sering
terjadi dari peradangan ini adalah penyumbatan usus. Saluran
penghubung yang abnormal (fistula) dan kantong berisi nanah (abses).
Jika mengenai usus besar sering terjadi perdarahan rectum, setelah
beberapa tahun, risiko menderita kanker usus besar meningkat.
Gejala penyakit Chron;s pada setiap penderitanya berbeda, tapi ada 4
pola umum yang terjadi yaitu :
1. Peradangan : nyeri dan nyeri tekan pada perut bawah sebelah kanan
2. Penyumbatan usus akut yang berulang yang menyebabkan kejang dan
nyeri hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntahmuntah
3. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan
kurang gizi dan kelemahan menahun
4. Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah
(abses) yang sering menyebankan demam, adanya massa dala perut yang
terasa nyeri dan penurunan berat badan.
E. Diagnosis
34
Anamnesis
Melalui gambaran klinis umum pada Chrons disease adalah demam, nyeri
abdomen, diare, dan penurunan berat badan. Diare dan nyeri abdomen
merupakan gejala utama keterlibatan kolon. Perdarahan perrectal lebih
jarang terjadi. Keterlibatan usus halus dapat berakibat nyeri yang menetap
abdomen yang dapat disertai rasa penuh atau adanya massa. Ditemukan tanda
tanda anemia ringan, diare atau tanda obstuktif konstipasi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : penurunan Hb, lekositosis dan peningkatan
LED
Pemeriksaan radiologi : foto polos, foto polos dengna kontras tunggal
saluran cerna bagian atas dengan follo-though usus halus. USG dan MRI
F. Terapi
Belum ada terapi pasti untuk chrons disease, terapi yang diberikan hanya
untuk meringankan gejala :
a. Kortikosteroid : misalnya prednisone dan hidrokortison untuk meringankan
inflamasi.
b. Imunosupresan : mengurangi inflamasi tapi sasaran dari obat ini adalah
penghasil zat yang menyebabkan inflamasi. Penggunaannya digabungkan
dengan kortikosteroid
c. Operasi : prosedurnya melibatkan pengangkatan bagian yang mengalami
inflamasi usus dan menyambungkan bagian yang sehat.
35
BAB III
KESIMPULAN
1. Megakolon adalah dilatasi abnormal dari kolon yang sering disertai oleh
paralisis dari peristaltik usus. Selama proses pencernaan makanan, otot
otot pada kolon membawa makanan dengan gerakan peristaltiknya. Ketika
makan, sel saraf pada dinding usus (sel ganglion dari pleksus saraf) yang
menerima sinyal dari otak dan akan menghantarkan informasi ke otot
intestinal untuk mendorong isi kolon (feses). Pada keadaan dimana kolon
kehilangan atau terjadinya perkembangan abnormal dari sel saraf, isi kolon
tidak dapat terdorong dari segmen ini.
2. Terdapat 2 klasifikasi megakolon, yaitu megakolon kongenital atau biasa
disebut hirscprung disease, dan megakolon akusita yaitu megakolon
toksik.
3. Untuk
menegkakan
diagnosa
megakolon
dilakukan
anamnesa,
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, Wim de & R. Syamsuhidajat : Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Jakarta :
EGC,2005
2. Moore, Keith L. Agur,Anne M.R. 2002.
Anatomi
Klinis
37
(diakses
10
Maret
2016).
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/181054-overview
38